Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA KONSEP


JARINGAN TUMBUHAN SISWA SMA N 3 PAYAKUMBUH

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

DIVI ANDINI
NIM. 20031005

PROGRAM STUDI PENDIDKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
ABSTRAK

Divi Andini: Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis pada Konsep Jaringan Tumbuhan Siswa SMA N 3

Payakumbuh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning

(PBL) terhadap Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Pada Konsep Jaringan Tumbuhan Siswa SMA N 3 Payakumbuh.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Payakumbuh. Metode penelitian yang digunakan

adalah kuasi eksperimen dengan desain pretest-postest control group design dan Teknik

pengambilan sampel dengan cluster sampling. Kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol dan

kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen. Instrument yang digunakan berupa lembar

instrument tes bentuk soal-soal pilihan ganda dan instrument non tes berupa lembar observasi

aktivitas siswa. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA N 3

Payakumbuh. Sedangkan populasi terjangkau asalah siswa kelas XI SMA N 3 Payakumbuh

tahun ajaran 2021/2022. Sampel yang digunakan adalah sampel kelompok atau cluster

sampling.

Kata kunci: Problem Based Learning (PBL), Berpikir kritis, Lembar Observasi Aktivitas

Siswa.
ABSTRACT

Divi Andini: The Influence of Problem Based Learning (PBL) Learning Model on Critical

Thinking on the Concept of Plant Networks for Students of SMA N 3 Payakumbuh.

This study aims to determine the effect of the Problem Based Learning (PBL) model

on the Effect of Problem Based Learning (PBL) learning model on the ability to think

critically in the plant tissue concept of SMA N 3 Payakumbuh students. This research was

conducted at SMA Negeri 3 Payakumbuh. The research method used is a quasi-experimental

design with a pretest-posttest control group design and a sampling technique with cluster

sampling. Class XI IPA 2 as the control class and class XI IPA 3 as the experimental class.

The instrument used was a test instrument sheet in the form of multiple choice questions and

a non-test instrument in the form of student activity observation sheets. The target population

in this study were all students of SMA N 3 Payakumbuh. While the population is affordable

for students of class XI SMA N 3 Payakumbuh for the 2021/2022 academic year. The sample

used is a group sample or cluster sampling.

Keywords: Problem Based Learning (PBL), Critical Thinking, Student Activity Observation

Sheet.
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................................. ii

ABSTRACT .......................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..........................................................................................

C. Batasan Masalah ................................................................................................

D. Rumusan Masalah ..............................................................................................

E. Tujuan Penelitian ...............................................................................................

F. Manfaat Penelitian .............................................................................................

BAB II KERANGKA TEORI .......................................................................................

A. Kajian Teori .......................................................................................................


1. Pembelajaran Problem Based learning (PBL) .............................................
a) Pengertian Pembelajaran Problem Based learning (PBL) ....................
b) Karakteristik Pembelajaran PBL ...........................................................
c) Tahapan Pembelajaran Problem Based learning (PBL) ........................
d) Kelebihan dan Kelemahan Problem Based learning (PBL) ..................
e) Pembelajaran IPA Berbasis Problem Based learning (PBL) ................
2. Kemampuan Berpikir Kritis .........................................................................
a) Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis ................................................
b) Tujuan Kemampuan Berpikir Kritis ......................................................
c) Indikator Berpikir Kritis ........................................................................
3. Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan ..........................................
B. Penelitian yang Relevan .....................................................................................
C. Kerangka Berpikir ..............................................................................................
D. Hipotesis Penelitian ...........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan globalisasi
menuntut kualitas sumber daya manusia yang berkualitas pula. Pendidikan merupakan
salah satu aspek terpenting yang menentukan sumber daya manusia. Suatu negara
tanpa pendidikan akan sulit berkembang. Pendidikan adalah investasi dalam
menghadapi persaingan global. Mutu pendidikan yang dihasilkan harus selaras
dengan perkembangan iptek. Pendidikan harus menghasilkan out put yang kompetitif
dan komparatif sesuai dengan standar mutu nasional dan internasional untuk
menghadapi tantangan global. Selain itu, sumber daya manusia yang dihasilkan juga
harus memiliki moral dan budi pekerti yang luhur tidak hanya menguasai
pengetahuan kognitif saja. Proses pendidikan diharapkan mampu menyiapkan
generasi muda yang mampu bersaing di masa mendatang.

Pendidikan merupakan aspek penting dalam suatu bangsa yang menentukan


kualitas bangsa. Makna pendidikan secara sederhana adalah usaha manusia dalam
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dan kebudayaan.
Sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung
suatu proses pendidikan. Karena itu, pendidikan sering dinyatakan telah ada
sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha
manusia melestarikan hidupnya.

Pendidikan harus mampu menghasilkan output yang mampu memberdayakan


siswa menjadi manusia aktif, cerdas dan mampu menjawab tantangan zaman. Biologi
penting untuk dipelajari di sekolah, mengingat bahwa biologi merupakan ilmu yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa siswa merasa kesulitan karena
banyaknya istilah-istilah asing yang digunakan

dalam biologi. Rendahnya konsep diri merupakan dampak dari pembelajaran yang
tidak berbasis pada masalah dunia nyata, refleksi pengalaman dan generalisasi
konsep. Proses pembelajaran cenderung mengabaikan pengalaman belajar yang dapat
berdampak buruk terhadap pemahaman konsep siswa sehingga, siswa menganggap
biologi sebagai mata pelajaran yang sulit.

Kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran biologi melibatkan


peserta didik dan guru. Seorang guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar,
membantu peserta didik agar memperoleh hasil yang lebih baik. Usaha yang
dilakukan sangat bermacam-macam yaitu dengan memberikan motivasi belajar yang
banyak, mengganti metode atau model yang digunakan dalam menjelaskan materi
pelajaran, menambah alat peraga dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran kualitas
dan keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan seorang
pendidik dalam memilih dan menggunakan metode atau model pembelajaran dalam
proses belajar mengajar.

Permasalahan yang berkaitan dengan pelajaran biologi disekolah saat ini yaitu,
masih rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan suatu
masalah atau soal-soal yang diberikan oleh guru. Pembelajaran biologi yang masih
didominasi dengan penggunaan model pembelajraan yang konvensional, dimana
proses pembelajarannya masih banyak berpusat kepada pendidik atau guru sehingga
tidak menarik perhatian dan rasa ingin tau peserta didik pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Dalam permasalahan ini merupakan suatu permasalahan yang umum dan
sulit untuk diselesaikan. Hasil belajar ranah kognitif dengan menggunakan indikator
kemampuan berpikir kritis akan menghasilkan pencapaian akhir peserta didik yang
baik dan berkesinambungan dengan hasil belajar pada ranah afektif yang mencakup
sikap peserta didik, seperti sikap bertanggung jawab, disiplin, dan mampu menghargai
pendapat orang lain. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya terlaksana dalam dunia
pendidikan, belum tercapai secara maksimal.

Guru seringkali hanya menyampaikan materi pembelajaran berupa informasi


kemudian siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Aktivitas siswa
yang hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru kurang
mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga penting dalam kegiatan
pembelajaran karena untuk membekali siswa dalam mengatasi masalah di tengah
persaingan era. globalisasi seperti sekarang ini. Pembelajaran yang tidak melibatkan
siswa membuat siswa cenderung pasif dan malas belajar sehingga tidak
mendengarkan penjelasan guru yang di sampaikan di kelas.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Guru
diharapkan memiliki metode mengajar yang baik, dan mampu memilih metode
pembelajaran yang tepat. Sehingga peserta didik mampu menguasai kompetensi-
kompetensi yang ditentukan dalam pembelajaran yang dilakukan. Guru harus
memiliki kemampuan dalam menentukan dan menggunakan metode pembelajaran
yang melibatkan peran aktif siswa sehingga mempermudah siswa belajar. Guru
sebaiknya tidak menggunakan metode ceramah yang cenderung monoton, tidak
melibatkan peran aktif siswa, dan tidak menarik. Metode pembelajaran diubah untuk
meningkatkan kemampuan dan penguasaan kondisi siswa di dalam kelas. Perubahan
tersebut adalah dengan melakukan beberapa metode dalam pembelajaran yang sesuai
dengan materi. Salah satu pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman
siswa terhadap konsep biologi adalah pembelajaran berdasarkan masalah dengan
menggunakan model PBL.

Kurikulum 2013 menuntut sikap dan kompetensi siswa dalam pembelajaran


serta keterkaitan antara teori yang dipelajari siswa dengan kondisi lingkungan yang
dihadapi. Kurikulum menuntut peran aktif siswa dalam aspek kognitif psikomotorik
dan afektif. Tetapi kemampuan siswa masih terbatas pada hafalan dan mengalami
kesulitan jika dihadapkan pada soal yang membutuhkan analisis dan pemahaman.
Karena itu, perlu diterapkan sebuah model pembelajaran yang mampu mengatasi
permasalahan tersebut. pembelajaran berdasarkan masalah. Pembelajaran berdasarkan
masalah mampu mengarahkan

siswa untuk berpikir secara sistematis dalam memecahkan masalah. Siswa diarahkan
untuk merefleksikan masalah dalam pembelajaran dengan kehidupan sehari hari.
Sehingga belajar tidak hanya proses menghafal suatu konsep tetapi juga adanya
interaksi dengan lingkungan serta pengalaman yang telah dimilikinya.

Pemilihan pembelajaran yang tepat dan sesuai konsep yang diajarkan sangat
mempengaruhi proses pembelajaran. Pembelajaran perlu mengembangkan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Jika terdapat perubahan sikap dan perilaku
siswa maka dapat dikatakan siswa telah belajar. Konsep biologi yang menarik untuk
digunakan dalam pendekatan induktif tipe PBL adalah jaringan tumbuhan.

Model Pembelajaran PBL mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah.


Siswa harus mampu memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan yang telah
dumiliki. Siswa yang membangun pengetahuannya sendiri mengembangkan
keterampilan yang dimiliki dan meningkatkan kepercayaan diri siswa Dengan
menggunakan model FBL maka peran guru hanya memberikan arahan kepada siswa
untuk dapat berperan aktif dan menemukan pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran ini menghadapkan siswa pada permasalahan
sebagai acuan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui
permasalahan. Model ini dirasakan tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered). sehingga
siswa bebas mengemukakan ide yang timbul dari dalam dirinya serta lingkungan
belajar yang mendukung peran aktif siswa pada pembelajaran tersebut.

Metode pembelajaran yang didasarkan prinsip bahwa masalah dapat


digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Sehingga belajar
tidak hanya menerima pengetahuan baru saja tetapi terdapat proses

menemukan informasi baru. Siswa membangun pengetahuannya melalui interaksi


dengan lingkungan belajar yang telah dirancang oleh guru.

Pembelajaran dengan metode PBL mampu melibatkan siswa untuk belajar


menyelesaikan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan belajar mengenai
pengetahuan yang diperlukan. Pembelajaran PBL melatih siswa dalam
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan serta
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Kemampuan mengevaluasi siswa
akan muncul pada tahap analisis dan evaluasi pemecahan masalah, dengan bantuan
guru. Siswa memberikan pertimbangan terhadap penyelesaian suatu masalah yang
telah dikemukakan berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Selain itu, Problem Based
Learning melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan masalah dan mengutarakan
alternatif-alternatif penyelesaian masalah. Siswa mengembangkan pengetahuan,
mengkonstruksi suatu prosedur dan mengintegrasikan pengetahuan konsep dengan
keterampilan yang dimilikinya. Kegiatan ini menjadikan siswa terampil menyeleksi
informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti hasilnya.
Dengan demikian akan meningkatkan pemahaman siswa.

Pembelajaran PBL berawal dari permasalahan yang mampu melatih siswa


untuk terbiasa mengaitkan konsep yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari
sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan. Penelitian yang
dilakukan untuk menjawab berbagai permasalahan diatas diberi judul: " Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis pada Konsep Jaringan Tumbuhan Siswa SMA N 3 Payakumbuh”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran konvensional kurang melibatkan siswa karena kegiatan
pembelajaran berpusat pada guru (teacher center) sehingga mengakibatkan
kurang aktif dan berpikir kritisnya siswa.

2. Belum banyak guru yang menggunakan model pembelajaran yang dapat


meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir kritisnya siswa dan membuat
materi terlihat menarik.

C. Batasan Masalah
Agar masalah yang ada dalam penelitian dapat dikaji secara mendalam dan tidak
berkembang lebih lanjut maka perlu adanya batasan masalah. Adapun Batasan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Problem based learning (PBL) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menurut Ridwan Abdullah Sani.
2. Pembelajaran dilihat dari selisih antara pre test dan post test.
3. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep jaringan
tumbuhan.
4. Hasil belajar siswa dilihat dari aspek kognitif mengingat (C₁) sampai
menganalisis (C) berdasarkan taksonomi Anderson dan Krathwohl.

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
pada Konsep Jaringan Tumbuhan Siswa Sma N 3 Payakumbuh?”.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Konsep
Jaringan Tumbuhan Siswa Sma N 3 Payakumbuh.

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, model Problem Based Learning (PBL) diharapkan memberikan
pengaruh terhadap cara berpikir siswa pada mata pelajaran biologi khususnya
pada konsep jaringan tumbuhan

2. Bagi peneliti menambah pengalaman tentang cara mengajar di sekolah dengan


menggunakan model pembelajaran PBL
3. Bagi guru, melalui penelitian ini diharapkan mampu dijadikan referensi dalam
memperbaiki proses pembelajaran.
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a) Pengertian Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran PBL merupakan pembelajaran yang penyampaiannya

dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog.

Permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari. Permasalahan harus dipecahkan dengan menerapkan

beberapa konsep dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan tercakup

dalam kurikulum mata pelajaran. Penelitian lain menyebutkan bahwa

pembelajaran dengan model Problem-Based Learning (PBL) adalah

pendekatan pengajaran yang memberikan tantangan bagi siswa untuk

mencari solusi dari permasalahan dunia nyata (terbuka) secara individu

maupun kelompok. Problem-Based Learning (PBL) dikembangkan untuk

membantu siswa dalam memecahkan masalah dan keterampilan intelektual

dan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanggung jawab pada proses

pembelajaran mandiri sekaligus mengembangkan kemampuan dalam

memecahkan masalah.

Pendapat lain mengatakan bahwa model pembelajaran PBL adalah

model yang merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan

jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban


terhadap masalah. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang

kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Dengan

belajar seseorang memperoleh suatu pengetahuan yang berguna untuk

mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga akan memiliki suatu

pemahaman dan pemikiran yang mempengaruhi kehidupan seseorag.

Pembelajaran PBL merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah

nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka

sehingga mampu mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan

berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru siswa. Masalah nyata

(autentik) merupakan pemicu bagi siswa sebelum mengetahui konsep formal.

Pembelajaran dilaksanakan dengan menyajikan kesempatan kepada

siswa untuk mengenal prosedur dan keterampilan memecahkan masalah

dengan mencari sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan masalah

ersebut. Pembelajaran PBL memberikan bekal kepada siswa untuk belajar

memahami permasalahan dan memecahkannya sehingga peserta didik benar

benar mampu memperoleh pengetahuan dan pengalaman sendiri.

Tujuan pembelajaran PBL adalah membantu siswa memperoleh

pengalaman dan mengubah tingkah laku siswa, baik dalam segi kualitas

maupun kuantitas. Perubahan tingkah laku yang dimaksud ialah pengetahuan,

keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap

dan perilaku yang dimiliki siswa.


Siswa diharapkan mampu menemukan, membahas, memecahkan

permasalahan serta menyajikan pemecahan masalah tersebut melalui kegiatan

presentasi. Melalui serangkaian kegiatan belajar yaitu membahas dan

memecahkan masalah, siswa dilatih untuk memberikan pendapat dan

keputusan sesuai dengan wawasan yang dimilikinya serta mengembangkan

kemampuan penalarannya. Kegiatan belajar seperti ini diharapkan mampu

meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berdiskusi

serta memberikan penilaian pada permasalahan yang sedang dibahas.

Permasalahan yang digunakan dalam pembelajaran PBL adalah

permasalahan dalam kehidupan siswa sehingga mampu menstimulus siswa

dalam pembelajaran. Kemudian siswa harus menanggapi stimulus tersebut

dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran PBL sejalan

dengan hakikat pembelajaran IPA yang mempelajari gejala-gejala melalui

proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud

menjadi produk ilmiah dengan tiga komponen yaitu konsep, prinsip dan teori.

b) Karakteristik Pembelajaran PBL

Model pembelajaran PBL melibatkan siswa dalam proses pemecahan

masalah, mengidentifikasi permasalahan dan menemukan solusi yang

dibutukan dalam permasalahan. Siswa bekerja dalam kelompok untuk

mengidentifikasi apa yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar untuk

memecahkan masalah dan merefleksikan yang dipelajari.


Karakteristik pembelajaran PBL adalah siswa harus memiliki
tanggung jawab dalam pembelajaran, simulasi permasalahan yang
digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah harus permasalahan
terstruktur dan memungkinkan untuk free inquiry. belajar harus
diintegrasikan dari berbagai disiplin ilmu, apa yang siswa pelajari
selama belajar mandiri harus diterapkan kembali ke masalah dengan
analisis ulang dan resolusi, analisis akhir mengenai apa yang telah
dipelajari dari permasalahan dan diskusi tentang apa konsep dan
prinsip-prinsip yang telah dipelajari sangat penting, penilaian diri dan
sejawat harus dilakukan pada penyelesaian setiap masalah dan pada
akhir setiap unit, kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis
masalah harus berguna di dunia nyata, ujian siswa harus mengukur
kemajuan siswa terhadap tujuan pembelajaran berbasis masalah.

Pendapat lain mengenai karakteristik pembelajaran PBL Terdapat

3 ciri utama yaitu:

1) Merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang artinya dalam

implementasi model ini ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan

siswa. PBL menuntut siswa untuk aktif berpikir, berkomunikasi,

mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan, bukan hanya

sekedar mendengar, mencatat, dan menghafal materi.

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Masalah ditempatkan sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Jadi

tanpa masalah, tidak akan ada proses pembelajaran.

3) Pendekatan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir ilmiah.

Berpikir dengan metode ilmiah yaitu dengan proses berpikir deduktif

dan induktif. Proses berpikir dilakukan secara sistematis dan empiris.

Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan


tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah

didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Karakteristik pada pembelajaran PBL yaitu fokus pelajaran terletak

pada pemecahan masalah, kemampuan siswa dalam menganalisis masalah

sehingga siswa mampu memecahkan masalah yang disediakan oleh guru yang

berperan sebagai fasilitator dan pengawasan dalam kegiatan pembelajaran.

Guru memiliki peran dalam membimbing siswa agar dapat

menemukan berbagai potensi yang dimiiki. Agar guru berperan sebagai

pembimbing yang baik maka beberapa hal yang harus dimiliki adalah

memiliki pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar tentang potensi dan

bakat yang dimiliki anak. Guru harus memahami dan terampil dalam

merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai

maupun merencanakan proses pembelajaran. Guru dalam pembelajaran PBL

terlibat dalam presentasi dan penjelasan yang lebih menekankan sebagai

pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar untuk berpikir, mencari,

menemukan, memecahkan dan mengemukakan pendapatnya tentang

pemecahan masalah tersebut.

c) Tahapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Proses PBI akan dapat dijalankan jika pengajar siap dengan segala

perangkat yang telah diperlukan (masalah, formulir pelengkap, dll).

Pembelajar pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk


kelompok-kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menajalankan

prosesnya sebagai berikut :

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas. Memastikan setiap

anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.

Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta

berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep

yang ada dalam masalah

2) Merumuskan masalah. Fenomena yang ada dalam masalah menuntut

penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara fenomena itu.

Hubungan antar fenomena harus jelas sehingga sub-sub masalah harus

diperjelas terlebih dahulu

3) Menganalisis masalah. Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa

yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang

membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah) dan juga

informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan)

dilakukan dalam tahap ini. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan

melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang

terkait dengan masalah.

4) Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya. Bagian yang

sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan,

mana yang saling menunjang dan mana yang bertentangan dan

sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi

bagian-bagian yang membentuknya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran. Kelompok dapat merumuskan

tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang


masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran

akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Inilah yang akan

menjadi dasar gagasan yang akan dibuat di laporan.

6) Mencari informasi tambahan dari sumber lain di luar diskusi kelompok).

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang telah dimiliki, dan sudah

punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya siswa mencari informasi

tambahan itu, dan menentukan di mana hendak dicarinya. Siswa harus

mengatur jadwal, menentukan sumber informasi. Setiap anggota harus

mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini, agar

mendapatkan informasi yang relevan, seperti misalnya menentukan kata

kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik. penulis, publikasi dari

sumber pembelajaran.

7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat

laporan untuk dosen atau kelas. Dari laporan-laporan individu atau

subkelompok, yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain,

kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Anggota yang

mendengar laporan haruslah kritis tentang laporan yang disajikan (laporan

diketik, dan diserahkan ke setiap kelompok).

d) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Problem Based Learning

Beberapa kelebihan dari pembelajaran berbasis masalah antara lain:

1) Siswa menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi

ajar. Ketika pengetahuan didapatkan lebih dekat dengan konteks

praktiknya, maka akan lebih mudah diingat. Dengan konteks yang dekat

dan sekaligus melakukan deep learning (banyak mengajukan pertanyaan


menyelidik) bukan surface learning (sekedar hafalan saja) maka materi

akan lebih mudah diserap.

2) Meningkatkan fokus siswa pada pengetahuan yang relevan. Kritikan

bagi dunia pendidikan adalah apa yang diajarkan di kelas sama sekali

jauh dari apa yang terjadi di dunia praktik. PBL yang baik mencoba

untuk mengatasi kritikan itu. Dengan kemampuan pendidik membangun

masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, siswa bisa merasakan

lebih baik konteks operasinya di lapangan.

3) Mendorong siswa untuk berpikir. Pembelajaran ini melatih siswa untuk

bertanya, berpikir kritis dan reflektif. Siswa tidak dianjurkan untuk

terburu- buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas

argumennya, dan fakta-fakta yang mendukung alasan. Daya nalar siswa

dilatih dan kemampuan berpikir ditingkatkan sehingga ia tidak hanya

sekedar tahu.

4) Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial. Karena

kegiatan pemecahan masalah dilakukan secara berkelompok, maka PBL

yang baik dapat meningkatkan kecakapan kerja tim dan kecakapan

sosial. Siswa diharapkan memahami perannya dalam kelompok,

menerima pandangan orang lain, dan bisa memberikan pengertian

bahkan untuk orang-orang yang mungkin tidak disenangi.

5) Membangun kecakapan belajar siswa (life-long learning skills). Ilmu dan

keterampilan yang siswa butuhkan nantinya akan terus berkembang.

Struktur masalah di dunia kerja bersifat mengambang bahkan open-

ended sehingga siswa harus terbiasa belajar untuk mengembangkan

bagaimana kemampuan untuk belajar.


6) Memotivasi pembelajar. Tantangan yang sesungguhnya bagi seorang

guru adalah bagaiana memotivasi siswa, terlepas dari apapun metode

yang digunakan. PBL memberikan peluang kepada guru untuk

membangkitkan minat belajar siswa guru dan siswa saling menciptakan

masalah dengan

konteks pekerjaan. Memang tidak semua siswa semangat ketika

melakukan pemecahan masalah yang menantang. Mungkin beberapa

diantara siswa ada yang justru merasa kebingungan. Disini peran

pendidik menjadi sangat menentukan.

Pembelajaran PBL memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu:20

1) Apabila siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan


bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa akan
merasa enggan untuk mencoba.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3) Pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang
dipecahkan maka siswa kurang termotivasi untuk belajar.

e) Pembelajaran IPA Berbasis Problem Based Learning (PBL)


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

makhluk hidup beserta lingkungannya. IPA merupakan ilmu yang

berkembang melalui serangkaian kegiatan observasi, perumusan masalah

penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan

kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.21 Pembelajaran IPA sangat

erat kaitannya dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Model

pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran IPA salah satunya adalah


model Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran PBL dinilai

sesuai dengan pembelajaran IPA karena siswa harus memecahkan suatu

permasalahan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Objek pada proses

pembelajaran IPA mampu dicapai dengan model pembelajaran PBL.

Hubungan pendekatan ini dengan objek pembelajaran IPA adalah

proses pemahaman peserta didik terhadap produk IPA (fakta, konsep, prinsip,

hukum dan teori) dapat diperoleh dengan proses penemuan yang dilaksanakan

oleh peserta didik sendiri. Proses penemuan tersebut berawal dari sesuatu yang

menarik siswa untuk dipelajari atau permasalahan yang siswa temui.22

Masalah yang dipecahkan dalam kegiatan pemecahan masalah, adalah

permasalahan yang tidak hanya mempunyai satu macam solusi, persoalan

yang melibatkan berbagai disiplin ilmu atau kajian, dan juga yang berupa

persoalan, yang memancing pemikiran untuk menemukan alternatif-alternatif

rumusan dan juga solusinya.23 Permasalahan dalam mata pelajaran Biologi

dapat melibatkan banyak disiplin ilmu contohnya bioteknologi, pangan,

lingkungan dan ekosistem. Materi tersebut merupakan materi yang

kontekkstual dengan khidupan sehari-hari siswa.

Proses belajar IPA ditandai dengan adanya perubahan pada individu

yang beajar, baik berupa sikap dan perilaku, pengetahuan, pola pikir, dan

konsep nilai yang dianut.24 Belajar IPA khususnya Biologi tidak hanya

dituntut untuk bisa teori dan konsep saja, melainkan siswa diharapkan dapat

mengapikasikannya, maka dari itu perlu model PBL yang membantu siswa
menemukan masaah dan mencari solusinya dengan strategi belajar sendiri

dengan bimbingan guru. Pembelajaran berbasis masalah diharapkan mampu

memberdayakan siswa untuk menjadi individu yang mandiri dan mampu

menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya. Siswa dituntut untuk

terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

a) Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis menurut Richard Paul dalam buku Alec fisher adalah

metode berpikir mengenai hal substansi atau masalah apa saja, dimana si

pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan mengenai secara

terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan

standar-standar intelektual padanya. Scriven dan Paul mendefinisikan berpikir

kritis sebagai:

“critical thinking is the intellectually disciplined process of


actively and skillfully conseptualizing, applying, synthesizing, and or
evaluating information gathered from, or generated by observation,
experinces, reflection, reasoning, or communication, as aguide to belief
and action. In its exemplary form, it is based on universal intellectual
values that transcend subject matter divisions: clarity, accuaracy,
precision, consintency, relevance, sound evidence, good reasons,
depth, breadth, and fairness”.

Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis

adalah proses disiplin yang secara intelektual aktif dan terampil

mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan atau

mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari atau dihasilkan oleh


pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai

panduan untuk kepercayaan dan tindakan. Dalam bentuk contoh, didasarkan

pada nilai-nilai intelektual universal yang melampaui bagian-bagian subjek,

seperti: kejelasan, ketepatan, presisi, konsistensi, relevansi, pembuktian,

alasan-alasan yang baik, kedalam, luas, dan kewajaran.

Keterampilan berpikir kritis tergantung pada prilaku berkarakter yang

dimiliki peserta didik. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian

yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang

diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pnadang, bepikir,

bersikap, dan bertindak. Kebijakan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan

norma seperti: relegius, jujur, disiplin dan lain sebagainya. Keterampilan

berpikir kritis tergantung juga pada faktor nature dan nurture. Faktor nature

berdasarkan daya nalar, logika dan analisis. Sedangkan faktor nurture berasal

dari lingkungan yang memfasilitasi pengembangan dan pengungkapan

pikiran termasuk kemampuan mempertahankan dan menerima argumen yang

berbeda. Jika kedua poin tersebut terpenuhi maka akan memberikan hasil

yang luar biasa. Karena berpikir kritis merupakan kemampuan dan kebiasaan

yang sangat perlu dilatih sedini dan sesering mungkin.

Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir dengan memberi alasan

secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis

serta memutuskan keyakinan. Menurut Ennis, berpikir kritis adalah suatu

proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang
diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu.

Dengan demikian berpikir kritis mempertimbangkan dan mengevaluasi

informasi yang pada akhirnya memungkinkan siswa secara aktif membuat

keputusan.

Mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis

dipandang sebagai sesuatuyang sangat penting untuk dikembangkan di

sekolah agar peserta didik mampu dan terbiasa menghadapi berbagai

permasalahan di sekitarnya. Berpikir kritis tidak cukup dijadikan sebagai

tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang

memungkinkan siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan masa

mendatang di lingkungannya.

b) Tujuan Berpikir Kritis

Tujuan berpikir kritis diantaranya adalah untuk :

1) Mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita

mengerti maksud dibalik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari.

Pemahaman mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian.

2) Menentukan jawaban. Pemikiran kritis meneliti proses berpikir

mereka sendiri dan proses berpikir orang lain untuk mengetahui

apakah proses berpikir mereka masuk akal

3) Meneliti proses berpikir mereka sendiri pada saat menulis,

memcahkan masalah, membuat keputusan, atau mengambangkan

sebuah proyek.
4) Mengevaluasi pemikiran tersirat dari apa yang telah mereka dengar

dan baca.

5) Mengabalisis tingkat mental untuk menguji tingkat keandalannya.

c) Indikator Berpikir Kritis

Menurut Ennis terdapat lima tahap berpikir kritis dengan masing masing

indikatornya sebagai berikut:

1) Memberikan penjelasan sederhana (elementari clarification).

2) Membangun keterampilan dasar (basic support).

3) Membuat inferensi atau menyimpulkan (inferring).

4) Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).

5) Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics).

3. Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan

Materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan diajarkan kepada siswa

pada kelas XI SMA kelas MIA, disemester pertama kurikulum 2013. Kompetensi

Dasar (KD) materi ini ialah KD 3.3 dan KD 4.3. KD 3.3 berisi menerapkan

konsep tentang keterkaitan hubungan antara struktur sel pada jaringan tumbuhan

dengan fungsi organ pada tumbuhan berdasarkan hasil pengamatan. Isi KD 4.3

yaitu menyajikan data tentang struktur anatomi jaringan pada tumbuhan

berdasarkan hasil pengamatan untuk menunjukkan pemahaman hubungan antara

struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan terhadap bioproses yang berlangsung

pada tumbuhan.

Tumbuhan darat menempati dua lingkungan yang sangat berbeda, yaitu

tanah dan udara, pada waktu bersamaan harus mengambil sumberdaya dari
keduanya. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber CO2

namun cahaya tidak mampu menembus tanah sehingga harus melalui beberapa

proses kimia terlebih dahulu.39 Jaringan pada tumbuhan berdasarkan aktivitas

pembelahan sel yang terjadi selama masa pertumbuhan dan perkembangan

dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan meristem atau embrional dan jaringan

dewasa atau permanen.

Jaringan meristem adalah jaringan yang sel-selnya masih aktif melakukan

pembelahan mitosis. Jaringan ini disusun oleh sel-sel muda yang terus aktif

membelah sehingga tumbuhan mampu mengalami pertambahan tinggi dan

volume. Jaringan meristem sering dimanfaatkan dalam proses kultur jaringan

karena mampu memperoleh sel anakan dalam jumlah besar secara cepat.

Berdasarkan asal terbentuknya jaringan meristem dibagi menjadi dua macam,

yaitu jaringan meristem primer dan meristem sekunder. Jaringan meristem primer

adalah jaringan yang terdapat pada jaringan dewasa yang sel-selnya aktif

membelah. Jaringan meristem sekunder berasal dari sel-sel dewasa yang berubah

sifatnya menjadi sel-sel meristematik, contohnya kambium.

Jaringan permanen adalah jaringan yang berasal dari pembelahan sel-sel

primer atau sekunder, yang telah mengalami diferensiasi. Sifat jaringan permanen

ialah terdiri dari sel-sel yang sudah mati sehingga tidak melakukan aktivitas

perbanyakan diri. Berdasarkan fungsinya, jaringan dewasa dibedakan menjadi

empat macam, yaitu jaringan pelindung (epidermis), jaringan dasar (parenkim),

jaringan penyokong, dan jaringan pengangkut (vaskuler).


Jaringan pelindung (epidermis) adalah lapisan tunggal sel-sel yang

menutupi dan melindungi semua bagian kulit tumbuhan. Fungsinya adalah untuk

perlindungan, epidermis mampu membentuk derivat epidermis yang

terspesialisasi dengan fungsi organ tertentu. Derivat epidermis contohnya ialah,

kutikula, rambut akar, stoma, trikoma dan sel kipas.40 Jaringan parenkim

merupakan jaringan yang terbentuk dari sel-sel hidup dengan struktur morfologi

yang bervariasi. Ciri-ciri jaringan parenkim adalah terdiri dari sel hidup dengan

ukuran besar, memiliki inti sel dan banyak vakuola, memiliki ruang antar sel.

Jaringan penyokong adalah jaringan yang berfungsi untuk menunjang bentuk

tubuh tumbuhan. Ciri-ciri jaringan penyokong, yaitu mempunyai dinding sel yang

tebal dan kuat, serta telah mengalami spesialisasi pada sel-selnya. Jaringan

pengangkut adalah jaringan pada tumbuhan tingkat tinggi yang berfungsi

mengangkut air dan garam-garam mineral, serta zat makanan hasil fotosintesis.

Jaringan pengangkut pada tumuhan ialah xilem dan floem.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa”. Tujuan

penelitian ini adalah: (1) menganalisis perbedaan pemahaman konsep dan

keterampilan proses sains antara siswa yang mengikuti model pembelajaran

berbasis masalah dengan konvensional, (2) menganalisis perbedaan

pemahaman konsep antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis

masalah dengan konvensional, dan (3) menganalisis perbedaan keterampilan

proses sains antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis

masalah dengan konvensional. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen


dengan rancangan desain penelitian posttest only control group design. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kuta

tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 86 orang siswa. Pengambilan kelas

penelitian berdasarkan teknik random sampling. Data yang diperoleh

dianalisis dengan statistik deskriptif dan MANOVA. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran

terhadap variabel-variabel pemahaman konsep dan keterampilan proses sains

(F=8,843; p<0,05). Artinya, pemahaman konsep dan keterampilan proses sains

secara bersama-sama menunjukkan perbedaan signifikan antar model

pembelajaran.

2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Problem Based Learning Dipadu Strategi

Numbered Heads Together Terhadap Kemampuan Metakognitif, Berpikir

Kritis, dan Kognitif Biologi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh Problem Based Learning (PBL) yang dipadu dengan strategi

Numbered Heads Together (NHT) terhadap kemampuan metakognitif,

kognitif, dan berpikir kritis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen

semu (quasi experimental design) dengan menggunakan rancangan

Nonrandomized Control Group Pretest-Postest. Penelitian ini melibatkan

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Malang semester I tahun ajaran 2012/2013.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian ini

sebagai berikut: 1) ada perbedaan rata rata skor kemampuan metakognitif

siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL dipadu strategi NHT dengan yang

menggunakan pembelajaran konvensional, 2) ada perbedaan rata-rata skor

kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan menggunakan PBL dipadu

strategi NHT dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional, dan 3)


ada perbedaan rata-rata skor kemampuan kognitif siswa yang dibelajarkan

menggunakan PBL dipadu strategi NHT dengan yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

3. Penelitian yang berjudul “Validity and Problem-Based Learning Research: A

Review of Instruments Used to Assess Intended Learning Outcomes”. PBL

menyebar dari sekolah kedokteran ke universitas lain dan K-12 konteks

karena, sebagian, untuk janji menyatakan bahwa PBL menghasilkan hasil

target pembelajaran konten dalam, meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah, dan meningkatkan pembelajaran diri diarahkan. Tetapi, hasil

penelitian telah jelas. Makalah ini membahas bagaimana tiga hasil target PBL

diukur dalam 33 studi empiris. Hasil menunjukkan bahwa beberapa studi

termasuk 1) kerangka teoritis untuk variabel yang dinilai dan membangun 2)

alasan-alasan untuk bagaimana pemilihan penilaian sesuai dengan konstruksi

diukur atau 3) informasi lain yang diperlukan bagi pembaca untuk menilai

keabsahan interpretasi penulis.

4. Selaras dengan dengan judul peleitian Sri Handayani dan Sapir bahwa (1)

Penerapan pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) dan

pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Jigsaw dapat

meningkatkan aktivitas belajar, (2) Penerapan pembelajaran Problem-Based

Learning dan Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan berpikir

kritis siswa, (3) Penerapan Problem- Based Learning dan Cooperative

Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan respon siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran ekonomi di kelas. Siswa yang menyatakan sangat setuju

(SS) dengan penerapan model ini yaitu sebesar 21,15 %. Siswa yang

menyatakan setuju (S) sebesar 54 %.


5. Selaras dengan judul penelitian Sudarman bahwa pembelajaran berbasis

masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan sendiri, yang memungkinkan

siswa menginteprestasikan dunia nyata dan membangun pemahaman tentang

fenomena sendiri.

6. Selaras dengan judul penelitian Devi Diyas Sari, yang berjudul Penerapan

Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pembelajaran IPA Kelas VII SMP N 5

Sleman, menunjukan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA kelas VIII

SMP Negeri 5 Sleman.

7. Selaras dengan judul penelitian Eka Triyuningsih, yang berjudul Pengaruh

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa, menunjukan bahwa model

pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian-penelitian tersebut di atas sangat mendukung penelitian ini. tetapi,

materi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh model PBL terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa adalah jaringan tumbuhan.


C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran masih berpusat kepada guru, Penyampaian materi dikelas


seringkali diajarkan dengan metode ceramah dan tugas. Sehingga siswa kurang
berperan aktif dalam proses pembelajaran serta minimnya stimulus yang diberikan
oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

 Meningkatkan Penguasaan konsep


 Mendorong melakukan pembelajaran yang reflektif, kritis, dan aktif

Penggunaan model pembelaran Problem Based Learning (PBL) melatih


kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah : “Pengaruh Model Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Pada Konsep Jaringan

Tumbuhan Siswa SMA N 3 Payakumbuh”.

Anda mungkin juga menyukai