Dosen pengampu:
Yefrizon,
Di susun oleh ;
Niko Pratama
Nim : 1810003261015
FAKULTAS EKONOMI
Jubriah paengko
Email: jubriah.paengko02@gmail.com
A. Latar belakang
D. Batasan Masalah
Untuk mengetahui peningkatan kompetensi profesional guru, maka guru sebagai
pengajar di sekolah dan mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada peserta didik
sebagai pengajar. Maka peneliti memfokuskan penelitiannya pada peningkatan
kompetensi profesional guru melalui supervise pendidikan.
E. Landasan Teori
a. Pengertian Kompetensi
Kompetensi dalam bahasa indonesia merupakan sarapan dari bahasa Ingris,
competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. (Echoldan Shadily), kompetensi
adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan ketrampilan yang harus dimiliki guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiridengan memanfaatkan sumber belajar.
Kompetensi dari sudut istilah mencakup beragam aspek, tidak saja terkait dengan
fisik dan mental tetapi juga aspek spritual.6 sepuluh kompetensi sebagai berikut:
1. memiliki kepribadian sebagai guru.
2. Menguasai landasan pendidikan.
3. Menguasai bahan pelajaran.
4. Menyusun program pelajaran.
5. Melaksanakan proses belajar mengajar.
6. melaksanakan penilaian pendidikan.
7. Melaksanakan bimbingan.
8. Melaksanakan administrasi sekolah.
6 Ibid, Peningkatan Kompetensi Guru; Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan
Praktik,Hlm. 1-11.
9. Menjalin Kerja sama dan interaksi dengan guru sejawat dan masyarakat.
10. Melaksanakan pendidikan sederhana.
Kesepuluh kompetensi tersebut diharapkan dapat dimiliki guru secara maksimal
agar prosess belajar mengajar yang dilaksanakan menjadi lebih efektif dan
menghasilkan peserta didik yang kompeten.7
Kompetensi menurut Usman adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi
atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Pengertian
ini mengandung makna bahwa kompetensi itu dapat digunakan dalam data konteks,
yakni pertama, Sebagai indikator kemampuan yang menunjukkan kepada perbuatan
yang diamati. Kedua, Sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif
dan perbuatan serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan sebaik-baiknya. Lebih lanjut Gordon dalam Mulyasa, merinci beberapa aspek
atau ranah yang ada dalam konsep kompetensi:
1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya
seorang guru mengetahui cara melakukan pembelajaran terhadap peserta didik
sesuai dengan kebutuhannya.
2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan
kondisi peserta didik agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif
dan efisien.
3. Kemampuan (skill) yaitu sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan tugas atau pelajaran yang diberikan kepadanya, misalnya
kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk
memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
4. Nilai yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku guru dalam
pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain).
5. Sikap yaitu perasaan (senang-tidak senan, suka-tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang dating dari luar, misalnya reaksi terhadap
krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan sebagainya.
7 Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Cet. I; Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005). Hlm. 89-90.
b. ProfesionalGuru
Istilah Profesional berasal dari kata sifat prifessio (pekerjaan) yang berarti
mampu melakukan pekerjaan. Profesional adalah lebih mengarah kepada orang yang
mampu memangku jabatan atau tugas dengan memenuhi persyaratan yang dicirikan
sebagai profesi. Sehingga kompetensi profesional diartikan sebagai kemampuan
dalam penguasaan akademik dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus
sehingga guru tersebut memiliki wibawah akademis.8
Dari pengertian tersebu, seorang guru profesional tidak hanya mampu atau
berkompetensi dalam bidang akademik, metode, tetapi harus ada keinginan untuk
selalu meningkatkan kemampuan profesional tersebut dan keinginan untuk selalu
mengembangkan strategi-strategi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar
sekali gus pendidik agar proses belajar mengajar dapat mencapai tingkat yang
optima.9
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.10 Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
yang melakukan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
pendidikan formal, tetapi bias juga di masjid, di surau/musala, di rumah dan
sebagainya.11
Tugas guru adalah mengajarkan pengetahuan kepada murid. Guru tidak sekedar
mengetahui materi yang diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan
mendalam.Menurut Badan Standar Nasional pendidikan kompetensi profesional
adalah:
a. Konsep, struktur,metode keilmuan, seniyang menaungidengan materi ajar.
b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
c. Hubungan konsep antara mata pelajaran terkait.
d. Penarapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan
nilai dan budaya Nasional.
12 Jejen Musfa, Peningkatan Kompetensi Guru; Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Cet. II; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Hlm. 54.
13 Suyanto, Menjadi Guru Profesional; Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas
Guru Di Era Glsobal, (Cet. I; Jakarta: Media Group, 2011). Hlm. 1-4.
3. Mengelolah kelas.
4. Menggunakan media/sumber.
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
6. Mengelolah interaksi belajar mengajar.
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
8. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di
sekolah.
9. Mengenal dan menyelenggarakan admitrasi sekolah.14
c. Pengertian Pembinaan
Dalam KBBI (Kamus Besar Inonesia) pembinaan berasal dari kata “bina” yang
berarti bombing, awasi, mengusahakan supaya lebih baik dan sempurna. Kata
“pembinaan” berarti proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berhasil
guna memperoleh hasil yang baik.15 Menurut Zakiyah Drajat pembinaan adalah upaya
pendidikan baik formal atau non formal yang dilaksanakan secara sadar,
d. Supervise pendidikan
Pengertian supervisi didefenisikan oleh para sarjana yaitu:
a. Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey yaitu supervisi adalah suatu program
yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.
b. Good Carter memberikan defenisi sebagai berikut: supervisi adalah segala
usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas
pendidikan lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
memperkembangkan pertumbuhan guru-guru, menyelesaikan dan merevisi
tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar dan
penilaian pengajaran.
14 Hamid, Kemampuan Dasar Mengajar; Landasan Konsep dan Implementasi, (Cet. II;
Bandung: Alfabeta CV, 2010). Hlm. 35.
15 Departemen dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya,
1992). Hlm. 36.
16 Zaskiyah Dradjat, Ilmu Jiwa Agam, (Jakarta: Bulan Bintang). Hlm. 36.
17 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Cet. III; Jakarta:
Bumi Aksara, 2006). Hlm. 36.
c. Menurut Alexander dan Saylor yaitu supervisi adalah suatu usaha
menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinu pertumbuhan
guru-guru sekolah, baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih
mengerti, dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsinya pengajaran,
sehingga dengan demikian mereka mampu dan lebih cakap berpartisipasi
dalam masyarakat.18
F. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian deskritif
kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu
fakta, gejala dan keadaan objektif yang terjadi di lapangan, yaitu untuk melihat
peningkatan kopetensi profesional guru melalui pembinaan supervisi pendidikan Di
Subjek penelitian adalah satu orang 2 guru pendidikan agama islam (PAI) yang
ada di MTS Negeri Batu Merah Ambon
d. Instrumen Penelitian
18 Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Cet. VIII; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014). Hlm.
169170.
19 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006).Hlm. 11.
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,
lembar wawancara, dilengkapi dengan kamera untuk mendokumentasikan foto tiap
penelitian.
pertanyaan secara lisan untuk di jawab secara lisan pula. metode ini yang
dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan kompetensi profesional guru melalui
pembinaan supervisi pendidikan, di smp 3 As-Salam f. Analisis Data analisi data
dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif debgan mengacu
mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, sehingga
memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Data yang
direduksi akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan
2. Penyajian data
Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. penyajian
data dilakukan dalam bentuk rangkaian singkat, teks yang bersifat naratif, bagan,
hubungan antar kategori, grafi, matriks, jejaring kerja, dan sejenisnya. Bila pola-pola
yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah
menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. pola tersebut selanjutnya disajikan
pada laporan akhir peneitian.20
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak akan ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data selanjutnya.21
DAFTAR PUSTAKA
Djamrah, Bahri, Syaiful, Guru dan Anak Didik; Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2010.
Drajat, Zaskia, Ilmu Jiwa Agam, Jakarta: Bulan Bintang, 1990
Getteng, Rahman, Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika, Yogyakarta: Penerbit
Grha Guru, 2011.