Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merdeka belajar adalah kebijakan besar dalam rangka mewujudkan

transformasi pengelolaan pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan

menghapus Ujian Nasional (UN) diganti Asesmen Kompetensi. Asesmen

nasional sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar. Diterapkannya

kebijakan ini merupakan penanda perubahan paradigma evaluasi pendidikan

dan peningkatan sistem evaluasi pendidikan. Tujuan utamanya mendorong

perbaikan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.

Setelah Ujian Nasional (UN) ditiadakan pada Tahun Pelajaran 2020/2021

karena adanya pandemi COVID-19, pemerintah melalui kemendikbud kembali

meniadakan UN di tahun 2021 dan menggantinya dengan Asesmen Nasional

yang salah satu bagiannya adalah Asesmen Kompetensi Minimum. Asesmen

Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah,

dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan

pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi,

numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan

pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut

diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. AKM merupakan

penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk

mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada

masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM: literasi

1
membaca dan literasi matematika (numerasi).

AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks yang

diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi literasi

membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan untuk mengukur

kompetensi secara mendalam, tidak sekadar penguasaan konten. Literasi

membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan,

mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks tertulis. Tentu untuk

mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia,

juga untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat. Numerasi

adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat

matematika. Tentu untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai

jenis konteks yang relevan bagi individu sebagai warga negara Indonesia dan

dunia.

Realita yang terjadi di SMA Negeri 2 Nunukan adalah kompetensi guru

dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) masih rendah.

Hal ini di tunjukkan dengan beberapa data di lapangan yaitu kemampuan guru

menyusun soal berdasarkan materi pelajaran dan berusaha untuk memasukkan

unsur literasi, numerik dan karakter masih rendah, kemampuan guru

mengkaitkan dengan kasus yang sekarang terjadi masih rendah, kemampuan

mengevaluasi berdasarkan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) masih

rendah.

Oleh karenanya peneliti di sini hendak meningkatkan kompetensi guru

dalam melaksanakan Program pelatihan. Pelatihan dan pengembangan

karyawan adalah sebuah subsistem di dalam suatu perusahaan yang

menekankan pada perbaikan kinerja individu. Subsistem ini amat penting

2
karena perusahaan besar dan berkelanjutan akan membutuhkan karyawan

dengan kinerja yang luar biasa pula.

Ada banyak sekali pengertian pelatihan dan pengembangan karyawan

menurut para ahli. William G. Scott mendefinisikan pelatihan sebagai sebuah

kegiatan yang bertujuan mengembangkan pemimpin untuk mencapai

keefektifan pekerjaan individual yang lebih besar dan hubungan antarpribadi

dalam organisasi yang lebih baik, serta menyesuaikan pemimpin kepada

konteks seluruh lingkungannya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian yang akan dituangkan dalam sebuah bentuk tulisan PTS

dengan judul " Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Melalui Program Pelatihan di SMA

Negeri 2 Nunukan Tahun Pelajaran 2020/2021”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikatakan bahwa

identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan guru menyusun soal berdasarkan materi pelajaran dan

berusaha untuk memasukkan unsur literasi, numerik dan karakter masih

rendah,

2. Kemampuan guru mengkaitkan dengan kasus yang sekarang terjadi

masih rendah,

3. Kemampuan mengevaluasi berdasarkan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) masih rendah.

3
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas tersebut penulis membatasi hanya

pada “ Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Melalui Program Pelatihan di

SMAN 2 NUNUKAN Tahun Pelajaran 2020/2021”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan

Program pelatihan di SMA Negeri 2 Nunukan Tahun Pelajaran

2020/2021?

2. Apakah Program pelatihan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam

melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) di SMA Negeri 2

Nunukan Tahun Pelajaran 2020/2021?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa

tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana meningkatkan kompetensi guru dalam

melaksanakan Program pelatihan di SMA Negeri 2 Nunukan Tahun

Pelajaran 2020/2021.

2. Mengetahui bagaimana apakah Program pelatihan dapat meningkatkan

kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) di SMA Negeri 2 Nunukan Tahun Pelajaran 2020/2021.

4
F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat baik secara

praktis maupun teoritis yaitu sebagai berikut:

1. Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tentang

meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan Program pelatihan.

2. Teoretis

a. Memberikan kontribusi dan masukan-masukan untuk pengembangan

penelitian khususnya dalam bidang pendidikan.

b. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi ilmiah bagi penelitian yang

berkaitan dengan meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan

Program pelatihan.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa

Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.

Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan ketrampilan

yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan

pendidikan. Kompetensi di peroleh melalui pendidikan, pelatihan, dan

belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.

Menurut UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat

10, disebutkan: Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh

guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Kompetensi tidak hanya terkait dengan kesuksesan seseorang dalam

menjalankan tugasnya, tetapi apakah ia juga berhasil bekerja sama dalam

sebuah tim, sehingga tujuan lembaganya tercapai sesuai harapan.

Kompetensi adalah kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, tujuan

lembaga hanya munngkin tercapai ketika individu dalam lembaga itu

bekerja sebagai tim sesuai standar yang diterapkan.

Dari beberapa penjelasan mengenai kompetensi dapat ditarik

kesimpulan bahwa kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang

meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat diwujudkan

dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

6
Ketiga aspek kemampuan ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama

lain. Kondisi fisik dan mental serta spiritual seseorang besar pengaruhnya

terhadap produktivitas kerja seseorang, maka tiga aspek ini harus dijaga

pula sesuai standar yang disepakati.

Sedangkan guru, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

berarti seseorang yang memiliki profesi mengajar. Sedangkan di dalam

bahasa Arab guru bisa disebut dengan Al – Mudarris yang dapat diartikan

sebagai seseorang yang mengajar atau memberikan pengajaran atau juga

dapat disebut Ustadz yang berarti seseorang yang mengajar dalam bidang

Agama Islam.

Guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah.

Istilah guru biasa disebut dengan pendidik, kedua istilah ini artinya

sedikit berbeda. Istilah guru sering dipakai dalam lingkungan formal,

sedangkan pendidik dipakai di lingkungan formal, informal maupun

nonformal. Dengan demikian guru dapat disebut dengan pendidik dan

pendidik dapat disebut dengan guru.

Ahmad D. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang memikul

pertanggungjawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa karena hak

dan kewajibannya bertanggungjawab tentang pendidikan si terdidik.

Kemudian Undang-undang Sisdiknas menyebutkan bahwa pendidik

merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbing dan pelatihan serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat.

7
Dalam bahasa Jawa guru adalah menunjuk pada seseorang yang harus

digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakatnya. Harus

digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa

dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Seorang

guru harus ditiru, artinya seorang guru harus menjadi suri teladan

(panutan) bagi semua muridnya.

Undang-Undang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dinijalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa guru atau pendidik adalah, setiap

orang yang memiliki pengtahuan keguruan, memiliki ketrampilan yang

dengan sengaja mempengaruhi orang lain dan memikul

pertanggungjawaban untuk mendidik dengan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Dari kedua penjelasan mengenai kompetensi dan guru, dapat diartikan

kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk

kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,

pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,

pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Guru adalah profesi yang ditandai dengan dimilikinya suatu

kompetensi, guru yang berkompetensi adalah seorang yang memiliki

8
ketrampilan serta kemampuan sebagai guru dalam melaksanakan

tugasnya. Kompetensi guru merupakan suatu ukuran yang ditetapkan

atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku

perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan

fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang

pendidikan.

b. Kategori Kompetensi Guru

Kompetensi dikategorikan mulai dari tingkat sederhana atau dasar

hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan

dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar, yang

lazimnya terdiri dari:

a) penguasaan minimal kompetensi dasar.

b) praktik kompetensi dasar.

c) penambahan, penyempurnaan, atau pengembangan terhadap

kompetensi atau keterampilan.

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk

kompetensi dasar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,

pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,

pengembangan pribadi dan profesionalitas.

Kompetensi guru akan mengantarkannya menjadi guru profesional

yang diidamkan oleh anak didik. Seseorang memiliki bidang keahlian

jika ia memiliki kompetensi ilmu yang memadai dan mendalam.

Kompetensi ilmu akan melahirkan kompetensi moral karena ilmu dan

moral adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Mengingat sebuah

9
kalimat bijak, “Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah”, tidak ada

manfaatnya bagi diri sendiri. “Ilmu tanpa amal seperti lebah tanpa

madu”, selain tidak ada manfaatnya, juga berbahaya karena berpotensi

menyakiti orang lain dengan ilmunya.

Dapat ditarik kesimpulan, kompetensi guru adalah kemampuan yang

ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan kewajibannya memberikan

pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Kemampuan yang meliputi

yaitu kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual

yang secara kaffah membentuk kompetensi dasar profesi guru, yang

mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,

pengembangan pribadi dan profesionalitas.

2. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

a. Pengertian Asesmen Nasional

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap

sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan

menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar

murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas

proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung

pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen

utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter,

dan Survei Lingkungan Belajar.

Asesmen Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan. Asesmen ini dirancang untuk menghasilkan informasi akurat

10
untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan

meningkatkan hasil belajar murid.

Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau (a)

perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar

bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan:

antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri

dan swasta, antar daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan atribut

tertentu).

Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seha

rusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi

dan karakter murid. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang

karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan

utama tersebut.

Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan

untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

b. Apakah Asesmen Nasional menentukan kelulusan peserta didik?

Tidak, Asesmen Nasional tidak menentukan kelulusan. Asesmen

Nasional diberikan kepada murid bukan di akhir jenjang satuan

pendidikan. Asesmen Nasional juga tidak digunakan untuk menilai

peserta didik yang menjadi peserta asesmen. Hasil Asesmen Nasional

tidak akan memuat skor atau nilai peserta didik secara individual. Seperti

dijelaskan sebelumnya, hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi

dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Dengan demikian, Asesmen

Nasional tidak terkait dengan kelulusan peserta didik. Penilaian untuk

11
kelulusan peserta didik merupakan kewenangan pendidik dan satuan

pendidikan.

c. Siapa yang menjadi peserta Asesmen Nasional?

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat

dasar dan menengah di Indonesia, termasuk satuan pendidikan

kesetaraan. Pada tiap satuan pendidikan, asesmen akan dilakukan Di tiap

satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagianpeserta

didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah.

Untuk pendidikan kesetaraan, peserta Asesmen Nasional adalah peserta

didik yang pada akhir jenjang, yaitu kelas VI (program Paket A/Ula),

kelas IX (Program Paket B/Wustha), kelas XII (program Paket C/ Ulya)

yang telah memenuhi syarat. Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh

guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari

peserta didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi

yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan

pendidikan.

d. Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian murid?

Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen

Nasional tidak digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi

murid sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu

murid menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen

Nasional melakukan evaluasi sistem.

Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan

mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu,

tidak semua murid perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang

12
diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi murid

di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen

Nasional.

e. Mengapa yang menjadi sampel adalah murid kelas V, VIII dan XI?

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya

perbaikan pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI

dimaksudkan agar murid yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat

merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di

sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk

memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan.

Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di

sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada

hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.

f. Apakah Asesmen Nasional menggantikan UN?

Asesmen Nasional tidak menggantikan peran UN dalam mengevaluasi

prestasi atau hasil belajar murid secara individual. Namun Asesmen

Nasional menggantikan peran UN sebagai sumber informasi untuk

memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan. Sebagai alat

untuk mengevaluasi mutu sistem, Asesmen Nasional akan menghasilkan

potret yang lebih utuh tentang kualitas hasil belajar serta proses

pembelajaran di sekolah. Laporan hasil Asesmen Nasional akan

dirancang untuk menjadi “cermin” atau umpan balik yang berguna bagi

sekolah dan Dinas Pendidikan dalam proses evaluasi diri dan

perencanaan program.

g. Mengapa yang diukur adalah literasi dan numerasi?

13
Asesmen Nasional mengukur dua macam literasi, yaitu Literasi

Membaca dan Literasi Matematika (atau Numerasi). Keduanya dipilih

karena merupakan kemampuan atau kompetensi yang mendasar dan

diperlukan oleh semua murid, terlepas dari profesi dan cita-citanya di

masa depan. Literasi dan numerasi juga merupakan kompetensi yang

perlu dikembangkan secara lintas mata pelajaran. Kemampuan membaca

yang diukur melalui AKM Literasi sebaiknya dikembangkan tidak hanya

melalui pelajaran Bahasa Indonesia, tapi juga pelajaran agama, IPA, IPS,

dan pelajaran lainnya. Kemampuan berpikir logis-sistematis yang diukur

melalui AKM Numerasi juga sebaiknya dikembangkan melalui berbagai

pelajaran. Dengan mengukur literasi dan numerasi, Asesmen Nasional

mendorong guru semua mata pelajaran untuk berfokus pada

pengembangan kompetensi membaca dan berpikir logis-sistematis.

h. Mengapa Asesmen Nasional juga mengukur karakter murid?

Asesmen Nasional bertujuan tidak hanya memotret hasil belajar kognitif

murid namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Asesmen

nasional diharapkan dapat memotret sikap, nilai, keyakinan, serta

perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja murid di berbagai

konteks yang relevan. Hal ini penting untuk menyampaikan pesan bahwa

proses belajar-mengajar harus mengembangkan potensi murid secara

utuh baik kognitif maupun non kognitif.

Bagaimana kaitan antara Asesmen Nasional dengan kurikulum?

Asesmen Nasional mengukur kompetensi mendasar (general capabilities)

yang dapat diterapkan secara luas dalam segala situasi. Kompetensi

mendasar ini perlu dipelajari oleh semua murid dan sekolah, sehingga

14
dibangun melalui pembelajaran beragam materi kurikulum lintas mata

pelajaran.

Target asesmen yang sekedar mengukur penguasaan murid akan konten

atau materi kurikulum menjadi tidak relevan karena di era informasi saat

ini, pengetahuan faktual semakin mudah diperoleh dan diakses oleh

hampir setiap orang. Sekedar mengetahui menjadi tidak cukup dan

kurang relevan.

Asesmen Nasional berfokus mengukur pada kemampuan murid untuk

menggunakan dan mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dari

beragam materi kurikulum untuk merumuskan serta menyelesaikan

masalah. Asesmen Nasional menggeser fokus dari keluasan pengetahuan

menuju kedalaman kompetensi dari kurikulum.

i. Apa peran Asesmen Nasional dalam pendidikan jalur non-formal?

Seperti pada pendidikan formal, Asesmen Nasional pada pendidikan jalur

non-formal, berfungsi untuk memetakan dan mengevaluasi mutu

pendidikan. Namun, selain itu Asesmen Nasional, khsususnya AKM

berfungsi sebagai ujian penyetaraan. Seperti telah disampaikan pada

halaman 6, peserta Asemen Nasional pada pendidikan kesetaraan adalah

peserta didik yang berada pada tahap akhir program belajarnya, yaitu

kelas VI, kelas IX, dan kelas XII. Peserta Asesmen Nasional pendidikan

jalur non-formal adalah peserta didik yang memenuhi syarat dan

mendaftarkan diri untuk ujian kesetaraan. Hasil ujian kesetaraan tersebut

sekaligus digunakan sebagai Rapor satuan pendidikan kesetaraan.

15
3. Program Pelatihan

a. Pelatihan untuk Perubahan

Kegiatan pelatihan bagi guru pada dasarnya merupakan suatu bagian

yang integral dari manajemen dalam bidang ketenagaan di sekolah dan

merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

guru sehingga pada gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh

keunggulan kompetitif dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-

baiknya. Dengan kata lain, mereka dapat bekerja secara lebih produktif

dan mampu meningkatkan kualitas kinerjanya. Alan Cowling & Phillips

James (1996:110) memberikan rumusan pelatihan sebagai:

“perkembangan sikap/pengetahuan/keterampilan pola kelakuan yang

sistematis yang dituntut oleh seorang karyawan (baca : guru) untuk

melakukan tugas atau pekerjaan dengan memadai”

Dengan meminjam pemikiran Sondang Siagian (1997:183-185) ,di

bawah ini akan dikemukakan tentang manfaat penyelenggaraan program

pelatihan, baik untuk sekolah maupun guru itu sendiri.

Bagi sekolah setidaknya terdapat tujuh manfaat yang dapat dipetik,

yaitu: (1) peningkatan produktivitas kerja sekolah sebagai keseluruhan;

(2) terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan; (3)

terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat; (4)

meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam prganisasi

dengan komitmen organisasional yang lebih tinggi; (5) mendorong sikap

keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial yang

16
partisipatif; (6) memperlancar jalannya komunikasi yang efektif; dan (7)

penyelesaian konflik secara fungsional.

Sedangkan manfaat pelatihan bagi guru, diantaranya : (1) membantu

para guru membuat keputusan dengan lebih baik; (2) meningkatkan

kemampuan para guru menyelesaikan berbagai masalah yang

dihadapinya; (3) terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-

faktor motivasional; (4) timbulnya dorongan dalam diri guru untuk terus

meningkatkan kemampuan kerjanya; (5) peningkatan kemampuan guru

untuk mengatasi stress, frustasi dan konflik yang pada gilirannya

memperbesar rasa percaya pada diri sendiri; (6) tersedianya informasi

tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam

rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan intelektual; (7)

meningkatkan kepuasan kerja; (8) semakin besarnya pengakuan atas

kemampuan seseorang; (9) makin besarnya tekad guru untuk lebih

mandiri; dan (10) mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru di

masa depan.

Selanjutnya, pada bagian lain Alan Cowling & Phillips James

(1996:110) mengemukakan pula tentang apa yang disebut learning

orgazanizaton atau organisasi yang mau belajar. Dalam hal ini organisasi

diperlakukan sebagai sistem (suatu konsep yang akrab disebut systems

theory) yang perlu menanggapi lingkungannya agar tetap hidup dan

makmur. Menurut pandangan ini, sebuah organisasi akan

mengembangkan suatu kemampuan untuk menanggapi perubahan-

perubahan di dalam lingkungannya, yang memastikan bahwa trasformasi

internal terus-menerus terjadi.

17
Dengan demikian, suatu organisasi atau sekolah yang mau belajar

dapat dikatakan sebagai suatu organisasi yang memberikan kemudahan

kepada anggotanya untuk melakukan proses belajar dan terus-menerus

mengubah dirinya sendiri. Salah satu wujud sekolah sebagai learning

organization adalah adanya kemauan belajar dari para guru untuk

senantiasa meningkatkan kemampuannya, dan salah satunya melalui

kegiatan pelatihan. Dengan demikian, upaya belajar tidak hanya terjadi

pada kalangan siswa semata.

b.Langkah-Langkah Pelatihan

Agar kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh suatu sekolah

benar-benar dapat memberikan manfaat bagi kemajuan guru maupun

bagi organisasi itu sendiri, maka perlu ditempuh beberapa langkah dalam

suatu kegiatan pelatihan.

Alan Cowling & Phillips James (1996:110) mengemukakan tentang

pendekatan yang sistematis dalam pelatihan meliputi empat tahap, yang

mencakup : tahap I: mengenali kebutuhan-kebutuhaan, tahap II:

merencanakan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan itu, tahap III:

Pelaksanaan dan Tahap IV: evaluasi.

Sementara itu, Sondang Siagian (1997:185-203) memaparkan tujuh

langkah dalam kegiatan pelatihan, yaitu : (1) Penentuan kebutuhan; (2)

Penentuan sasaran; Penetapan Program; (3) Identifikasi isi program; (4)

Identifikasi prinsip-prinsip belajar; (5) Pelaksanaan program; (6)

Identifikasi manfaat; dan (7) Penilaian pelaksanaan program.

18
Dengan mengacu kepada kedua pemikiran di atas, berikut ini akan

diuraikan tentang tahapan-tahapan dalam kegiatan pelatihan, yang

mencakup: (1) penentuan kebutuhan; (2) penentuan sasaran; (3)

penentuan program; (4) penerapan prinsip-prinsip belajar; dan (5)

penilaian kegiatan

1) Penentuan Kebutuhan

Penentuan kebutuhan merupakan langkah awal yang amat penting

untuk dilakukan . Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kebutuhan

secara cermat. Dengan melalui analisis kebutuhan yang cermat dapat

diyakinkan bahwa kegiatan pelatihan memang benar-benar perlu

dilakukan, jadi tidak hanya sekedar proyek yang sifatnya diada-

adakan, tanpa hasil dan tujuan yang jelas. Dalam mengidentifikasi

kebutuhan akan pelatihan, terdapat tiga pihak yang perlu dilibatkan,

yaitu :

Satuan organisasi (sekolah atau dinas pendidikan) yang

mengelola sumber daya manusia yang bertugas mengidentifikasi

kebutuhan organisasi secara keseluruhan, baik untuk kepentingan

sekarang maupun dalam kerangka mempersiapkan organisasi

menghadapi tantangan masa depan;

Para kepala sekolah; karena bagaimanapun mereka merupakan

orang-orang yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan atau

kegagalan satuan-satuan kerja yang dipimpinnya. Dengan demikian,

mereka dianggap sebagai orang yang paling mengetahui jenis

kebutuhan pelatihan yang diperlukan.

19
guru yang bersangkutan; banyak sekolah yang memberikan

kesempatan kepada para gurunya untuk mencalonkan diri sendiri

mengikuti program pelatihan tertentu. Titik tolak pemberian

kesempatan ini ialah bahwa para guru yang sudah matang secara

intelektual memiliki kecenderungan untuk menyadari kelemahan-

kelemahan yang masih terdapat dalam dirinya, sehingga

membutuhkan adanya usaha pembelajaran.

Bagaimanapun kegiatan pelatihan merupakan beban anggaran

tersendiri yang harus dipikul oleh sekolah. Oleh karena itu, jika

kegiatan pelatihan dilakukan tanpa adanya analisis kebutuhan secara

cermat, pada akhirnya dikhawatirkan tidak akan memberikan manfaat

apa pun bagi guru atau pun bagi sekolah. Dengan sendirinya, yang

semula pelatihan dimaksudkan untuk kepentingan efektifvitas dan

efisiensi, malah terbalik menjadi kegiatan yang hanya pemborosan

saja.

2) Penentuan Sasaran

Berdasarkan analisis kebutuhan selanjutnya dapat ditetapkan

berbagai sasaran yang ingin dicapai dari suatu kegiatan pelatihan, baik

yang bersifat teknikal maupun behavioral. Bagi penyelenggara,

penentuan sasaran ini memiliki arti penting sebagai: (1) tolok ukur

kelak untuk menentukan berhasil tidaknya program pelatihan; (2)

bahan dalam usaha menentukan langkah selanjutnya, seperti

menentukan isi program dan metode pelatihan yang sesuai.

Sedangkan bagi peserta penentuan sasaran bermanfaat dalam

persiapan dan usaha apa yang seyogyanya mereka lakukan agar dapat

20
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan pelatihan

yang diikutinya.

3) Penentuan Program

Setelah dilakukan analisis kebutuhan dan ditetapkan sasaran yang

ingin dicapai, selanjutnya dapat ditetapkan program pelatihan. Dalam

penentuan program terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan

yakni berkenaan dengan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut:

Kemampuan apa yang hendak dicapai?

Materi apa yang perlu disiapkan?

Kapan waktu yang terbaik untuk dilaksanakan pelatihan?

Dimana tempat yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan

pelatihan?

Berapa biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pelatihan?

Siapa yang paling tepat untuk ditunjuk sebagai instruktur?, dan

Bagaimana pelatihan itu sebaiknya dilaksanakan?

Jawaban pertanyaan-pertanyan ini pada intinya merujuk kepada

efektivias dan efisiensi kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan.

4) Penerapan Prinsip-Prinsip Belajar

Agar pelatihan ini dapat mencapai sasaran atau tujuan yang

diharapkan, maka kegiatan pelatihan berlangsung seyogyanya dapat

memperhatikan dan menerapkan sejumlah prinsip belajar. Karena

peserta pelatihan adalah orang dewasa maka penerapan prinsip-prinsip

belajar orang dewasa penting diperhatikan. Informasi masih lebih

lanjut bisa dilihat dalam tautan ini (Prinsip-Prinsip Pendidikan Orang

Dewasa)

21
Sementara itu, Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan

tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :

 Agar-agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai

suatu tujuan.

 Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan

kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang

lain.

 Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam

kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan

yang berharga baginya.

 Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.

 Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula

hasil sambilan. Misalnya tidak hanya bertambah keterampilan

pekerjaannya saja, tetapi juga memperoleh minat yang lebih

besar dalam bidang yang ditekuninya.

 Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.

 Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek

intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis

dan sebagainya.

 Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.

 Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus

benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta

lepas secara verbalistis.

22
 Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang

sering mengejar tujuan-tujuan lain. Misalnya, disamping

memperoleh keterampilan dari apa yang diberikan dalam

pelatihan. Juga, seseorang memiliki tujuan lain, seperti promosi

jabatan, kepercayaan dari atasan dan sebagainya.

 Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang

menyenangkan.

 Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh

pemahaman.

 Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk

belajar.

Pelaksanaan suatu program dapat dikatakan berhasil jika dalam

diri peserta tersebut terjadi suatu proses transformasi. Proses

transformasi dapat dinyatakan berlangsung dengan baik apabila terjadi

paling sedikit dua hal, yaitu :

 peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas

 perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin, dan etos

kerja.

 Untuk mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut

dilakukan penilaian, baik yang berkenaan dengan aspek teknis

maupun behavioral. Dengan demikian, bahwa penilaian harus

diselenggarakan secara sistematis, dengan-langkah sebagai

berikut:

 penentuan kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelum

program pelatihan diselengggarakan

23
 penyelenggaraan pre-test untuk mengetahui tingkat

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan para guru

sekarang, guna memperoleh informasi tentang program

pelatihan apa yang tepat diselenggarakan.

 pelaksanaan ujian pasca pelatihan untuk melihat apakah

memang terjadi transformasi yang diharapkan atau tidak dan

apakah transformasi tersebut tercermin dalam pelaksanaan

pekerjaan masing-masing guru.

 tindak lanjut yang berkesinambungan. Salah satu ukuran tolok

ukur penting dalam menilai berhasil tidaknya suatu program

pelatihan ialah apabila transformasi yang diharapkan memang

terjadi untuk kurun waktu yang cukup panjang di masa depan,

tidak hanya segera setelah program tersebut selesai

diselenggarakan.

B. Kerangka Berfikir

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi guru, maka kerangka berfikir

pelaksanaan tindakan kelas sebagai berikut :

kompetensi guru
dalam melaksanakan
KEADAAN AWAL Asesmen
Kompetensi
Minimum (AKM)
masih rendah
TINDAKAN SEKOLAH

SIKLUS I SIKLUS II

1. Kemampuan guru menyusun soal berdasarkan materi pelajaran dan


berusaha untuk memasukkan unsur literasi, numerik dan
karaktermeningkat,
2. Kemampuan guru mengkaitkan dengan kasus yang sekarang terjadi
24
meningkat,
3. Kemampuan mengevaluasi berdasarkan Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) meningkat
Gambar 1 Kerangka Berfikir

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis diartikan sebagai dugaan sementara pada penelitian yang akan

dilakukan. Termasuk dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, hipotesis

dibutuhkan sebagai acuan peneliti, yang disebut dengan hipotesis tindakan.

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Program pelatihan dapat

meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM) di SMA Negeri 2 Nunukan Tahun Pelajaran 2020/2021.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (School Action

Research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah proses

pembelajaran di sekolah. Penelitian ini menggambarkan bagaimana suatu

teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat

dicapai. Penelitian ini mengambil bentuk penelitian tindakan sekolah (PTS)

yaitu peningkatan kinerja guru melalui kunjungan kelas dalam rangka

mengimplementasikan standar proses, yang terdiri dari 2 siklus dan masing-

masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu :

(1) tahap perencanaan program tindakan,

(2) pelaksanaan program tindakan,

(3) pengamatan program,

(4) refleksi. Untuk lebih jelas lihat di bawah ini :

a) Rancangan /rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

b) Tindakan dilakukan setelah rancangan disusun. Tindakan merupakan

bagian yang akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Sekolah dalam

penelitian.

c) Pengamatan dilakukan waktu guru mengajar di kelas. Data yang

26
dikumpulkan dapat berupa data pengelolaan sekolah/madrasah. Instrumen

yang umum dipakai adalah lembar observasi,dan cacatan lapangan yang

dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam

melalui lembar observasi, misalnya aktivitas siswa selama pemberian

tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang

dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

d) Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

PERUBAHAN Refleksi
(Reflecting)

SIKLUS III Pengamatan


Refleksi
(Planning)
Tindakan (Observing)
(Acting)

Refleksi
(Reflecting)

SIKLUS II
Pengamatan
e) Refleksi
(Planning) Tindakan
(Observing)
(Acting)

SIKLUS I

Refleksi
(Reflecting) Pengamatan
Refleksi
(Planning) (Observing)
Tindakan
(Acting)

Gambar 2 Siklus Penelitian Tindakan Model Hopkins dalam


Wiriatmadja (2005:145)

27
B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Nunukan.

Pemilihan tempat ini di mana penulis bertugas sebagai kepala sekolah di

sekolah tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada semester 2 tahun 2020/2021 di SMA Negeri

2 Nunukan. Berikut adalah jadwal kegiatan dan waktu penelitian:

Tabel 1 jadwal kegiatan dan waktu penelitian

No Kegiatan Januari Februari Maret


Minggu Minggu
ke ke Minggu
ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Observasi √ √
awal

2 Wawancara √
dengan
beberapa
guru

3 Berdiskusi √
dengan guru-
guru

4 Briefing √ √
dengan guru-
guru terkait
akan di
laksanakanny
a penelitian

5 Menyusun √
judul
penelitian

6 Mengumpulk √ √
an refrensi

28
7 Menyusun √ √
Proposal

8 Menyusun √
instrument

9 Pelaksanaan √
Siklus I

10 Pelaksanaan √
Siklus II

11 Analisis Hasil √

12 Menyusun √
Laporan

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Nunukan dengan subjek

penelitian adalah guru yang ada di sekolah ini, dan di ambil 25 guru. Berikut

adalah subjek penelitian ini:

Tabel 2 Subjek Penelitian

NO NAMA GURU
1 Drs. SURADI. L

2 Sutra, S.Pd

3 Neneng Handayani, S.Si

4 Sanili, S.Pd

5 Andi Yulianti, S.Pd

6 Dra. TAMMU PATULAK

7 Sabran, S.Ag

8 Tri Aprini Prihatin, S.Sos

9 Andi Rifai, S.Pd

10 Sukmawati, S.Pd

11 Lukman, S.Pd

29
12 Andi Arman Rosali, S.Pd

13 Sarismah, S.Pd

Linda Palayukan Singkali,


14 S.Pd.K

15 Marcelina Indriani, S.Pd

16 Sofyan,SE

17 Elia Banasip, S.Pd.K

18 Wahida, S.Pd

19 Widodo, S.Pd

20 Anita Ambas, S.Pd

21 Muhammad Taufik, S.Pd

22 Hasnainah, S.Pd

23 Istymaya Sari,S.Pd

24 Nur Diana, S.Pd

25 Rizal,S.Pd

D. Prosedur Penelitian

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merumuskan dan mempersiapkan: rencana

jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan Program pelatihan,

membuat lembar observasi, dan mempersiapkan kelengkapan lain yang

diperlukan dalam rangka analisis data.

b. Tahap Pelaksanaan

30
Pelaksanaan Program pelatihan Siklus I dilaksanakan selama 2 X

pertemuan dalam seminggu. Pelaksanaan tindakan pada dasarnya

disesuaikan dengan setting tindakan yang telah ditetapkan dalam rencana

pelaksanaan.

c. Pengamatan

Setelah proses Program pelatihan selesai maka dilakukan

pengamatan selama seminggu terhadap guru. Pengamatan dilakukan

untuk mengetahui peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau

informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan,

sehingga dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah

dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan.

2. Siklus 2

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merumuskan dan mempersiapkan

melakukan tindak lanjut siklus I, yaitu dalam siklus II dilakukan

perbaikan. Peneliti yang dalam hal ini adalah kepala sekolah mencari

kekurangan dan kelebihan Program pelatihan. Kelebihan yang ada pada

siklus I dipertahankan pada siklus II, sedangkan kekurangannya

diperbaiki. Peneliti menyiapkan lembar evaluasi (penilaian), lembar

observasi untuk mengetahui peningkatan kompetensi guru dalam

melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) .

31
b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan Siklus II juga dilaksanakan 2 kali selama seminggu.

Proses tindakan pada siklus II dengan melaksanakan Program pelatihan

berdasarkan pada pengalaman hasil dari siklus I. Dalam tahap ini peneliti

melaksanakan metode yang diterapkan berdasarkan Tindakan pada siklus

I, perbedaannya adalah pada siklus II dilaksanakan dengan pemberian

materi pada Program pelatihan yang lebih detail lagi.

c. Pengamatan

Setelah proses Program pelatihan selesai maka dilakukan

pengamatan selama seminggu terhadap guru. Pengamatan dilakukan

untuk mengetahui peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Adapun yang di amati pada

siklus II sama dengan yang diamati pada siklus 1.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau

informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan,

sehingga dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah

dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik yaitu :

1. Wawancara

Wawancara merupakan merupakan sebuah percakapan langsung antara si

peneliti dengan responden yang diteliti yang dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian inti peneliti

32
menggunakan pedoman wawancara yang sifatnya terbuka yang

dimaksudkan agar peneliti tidak keluar dari apa yang sedang diteliti.

Untuk lebih memantapkan hasil wawancara peneliti melakukan cross

check dengan melakukan wawancara selain dengan kepala sekolah juga

dengan guru.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala- gejala yan diteliti (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2001:

54). Dari pengertian tersebut sudah jelas bahwa observasi merupakan

pengamatan langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukan.

Sehingga, dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara

langsung terhadap kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan

data yang cermat dan faktual.

Obsevasi ini dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan

situasi dan kondisi yang terjadi di sekolah tersebut, sehingga akan diperoleh

informasi yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.

3. Studi dokumentasi

Penelitian kualitatif selain menggunakan observasi dan wawancara

dalam mencari sumber data, tetapi masih perlu dilakukan dengan studi

dokumentasi yang dilakukan dengan melihat, mengamati dan menganalisis

dokumen-dokumen agar mampu menguatkan hasil yang diperoleh dengan

melakukan obsevasi dan wawancara. Peneliti melakukan studi dokumentasi

untuk dimanfaatkan sebagai bahan triangulasi untuk pengecekan kesesuaian

data.

33
F. Instrumen Penelitian

Menurut Nurul Zuriah (2007: 168) dikatakan bahwa instrumen penelitian

merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam

melakukan penelitian, seorang peneliti harus mampu membuat instrumen

sendiri termasuk mengkaji indikator sejelas-jelasnya sehingga bisa diukur dan

menghasilkan data yang diinginkan. Instruman yang digunakan peneliti dalam

melakukan penelitian kualitatif adalah si peneliti itu sendiri sebab dibutuhkan

pengamatan langsung oleh peneliti untuk melihat objek di lapangan. Sehingga,

peneliti bisa melakukan pengamatan secara mendalam.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian dengan

wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Menurut Sugiyono (2009:246) kegiatan yang dilakukan yaitu data reduction,

data display dan conclusion drawing/ verification.

Data yang telah diperoleh dari lapangan, kemudian diolah agar lebih sederhana.

Kegiatan analisis data yang dilakukan yaitu :

1. Reduksi data

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

(Sugiyono, 2009:247). Mereduksi data akan mempermudah dan akan

memperjelas dalam memberikan gambaran yang telah diperoleh di

34
lapangan serta dapat mempermudah peneliti ketika melakukan

pengumpulan data berikutnya. Selain itu, peneliti dapat memilah-milah

mana yang relevan atau sesuai dengan fokus penelitian, sehingga akan

dapat menjawab pertanyaan peneliti.

2. Penyajian data

Langkah selanjutnya setelah reduksi data yaitu mendisplaykan data atau

penyajian data yang dimaksudkan agar mudah dipahami apa yang terjadi

sebenarnya di lapangan, dapat merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami (Sugiyono, 2009:249).

3. Penarikan kesimpulan

Langkah yang selanjutnya yaitu peneliti melakukan penarikan kesimpulan.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan dapat

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif akan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak

awal, tetapi mungkin juga tidak sebab rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian

di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan

baru yang belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang, sehingga

setelah diteliti menjadi jelas (Sugiyono, 2009:253).

H. Indikator Kinerja

Tujuan penelitian tindakan sekolah yang di lakukan pada guru di SMA

Negeri 1 Kota Agung adalah dalam meningkatkan kompetensi guru dalam

melaksanakan Program pelatihan. Maka yang menjadi indikator kinerja dalam

35
penelitian ini adalah Program pelatihan dapat menjadi pendekatan yang

efektif kepada guru dalam meningkatkan kompetensi guru dalam

melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Untuk mengukur

keberhasilan penelitian ini, maka indikator kinerja berikutnya apabila hasil

penelitian ini dengan valid dapat meningkatkan kompetensi guru dalam

melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang berupa:

1. Kemampuan guru menyusun soal berdasarkan materi pelajaran dan

berusaha untuk memasukkan unsur literasi, numerik dan karakter

meningkat,

2. Kemampuan guru mengkaitkan dengan kasus yang sekarang terjadi

meningkat,

3. Kemampuan mengevaluasi berdasarkan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) meningkat

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Pra Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Nunukan dengan subjek

penelitian adalah guru yang ada di sekolah ini, baik yang sudah pegawai

negeri sipil maupun yang  masih  wiyata bakti. Dalam hal ini di ambil 25

guru.

Adapun kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM) yang ada di SMA Negeri 2 Nunukan adalah sebagai

berikut:

36
Berikut adalah hasil penilaian pra tindakan tentang kompetensi guru

dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

Tabel 3

Hasil Penilaian Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM) Pra Tindakan

Petunjuk: Penilai memberi nilai dan isikan pula secara jelas hal-hal

penting/menarik pada saat penelitian

No Guru Aspek yang Jml Kategori


dinilai Skor
1 2 3 4
1 Drs. SURADI. L 1 2 1 1 5 B

2 Sutra, S.Pd 1 1 1 1 4 C

3 Neneng Handayani, S.Si 1 1 1 1 4 C

4 Sanili, S.Pd 1 1 1 1 4 C

5 Andi Yulianti, S.Pd 1 1 1 1 4 C

6 Dra. TAMMU PATULAK 1 1 1 1 4 C

7 Sabran, S.Ag 1 1 1 1 4 C

8 Tri Aprini Prihatin, S.Sos 1 1 1 1 4 C

9 Andi Rifai, S.Pd 1 2 1 1 5 B

10 Sukmawati, S.Pd 1 1 1 1 4 C

11 Lukman, S.Pd 1 2 1 1 5 B

12 Andi Arman Rosali, S.Pd 1 1 1 1 4 C

13 Sarismah, S.Pd 1 1 1 1 4 C

14 Linda Palayukan Singkali, 1 1 1 1 4 C


S.Pd.K

15 Marcelina Indriani, S.Pd 1 1 1 1 4 C

16 Sofyan,SE 1 1 1 1 4 C

37
17 Elia Banasip, S.Pd.K 1 1 1 1 4 C

18 Wahida, S.Pd 1 1 1 1 4 C

19 Widodo, S.Pd 1 2 1 1 5 B

20 Anita Ambas, S.Pd 1 1 1 1 4 C

21 Muhammad Taufik, S.Pd 1 2 1 1 5 B

22 Hasnainah, S.Pd 1 1 1 1 4 C

23 Istymaya Sari,S.Pd 1 1 1 1 4 C

24 Nur Diana, S.Pd 1 1 1 1 4 C

25 Rizal,S.Pd 1 1 1 1 4 C

Skor rata-rata 1 1.1 1 1 4.12


2

Keterangan:

No Aspek yang dinilai

1 Guru mampu menyusun soal berdasarkan


materi pelajaran dan berusaha untuk
memasukkan unsur literasi
2 Guru mampu Kemampuan guru menyusun soal
berdasarkan materi pelajaran dan berusaha
untuk memasukkan unsur numerik dan karakter
3 Guru mampu mengkaitkan dengan kasus yang
sekarang terjadi
4 Guru dapat mengevaluasi berdasarkan
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

A : Amat Baik (Skor 3)

B: Baik (Skor 2)

38
C: Cukup (Skor 1)

Skor Maksimal: 3X 4= 12

Kriteria Penilaian

A: 9-12 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Amat Baik

B:5-8 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Baik

C: ≤ 4 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Cukup

Diagram 1 Hasil Penilaian Pra Siklus

2. Pelaksanaan Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada perencanaan, peneliti melaksanakan program Program

pelatihan dalam meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).

Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan hal berikut:

39
 Rencana jadwal pelaksanaan tindakan,

 Rencana pelaksanaan Program pelatihan,

 Membuat lembar observasi, dan

 Mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka

analisis data.

b. Tahap Pelaksanaan

Adapun pelaksanannya adalah sebagai berikut:

Jadwal Program pelatihan Siklus I

Pelaksanaan : Jumat –Sabtu ( 16 dan 17 Februari 2021)

Lokasi :Ruang Kelas

Hari : Jum’at, 16 Februari 2021

Waktu Acara

Membuka pembicaraan dengan


guru melalui pembicaraan ringan
08.00 – 08.30
untuk membangun suasana yang
hangat

Kepala sekolah memberikan materi


tentang indikator kompetensi guru
08.30 – 10.00
dalam melaksanakan Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM)

Hari  :  Sabtu, 16 Februari 2021

Waktu Acara

08.00 – 08.30 Observasi kelas

Briefing tentang penilaian kompetensi


08.30 – 10.00 guru dalam melaksanakan Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM)

c. Pengamatan

40
Setelah kegiatan Program pelatihan berlangsung, peneliti bertindak

sebagai supervisor yang bertugas mengamati kompetensi guru dalam

melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dengan mengisi

lembar supervisi yang telah disusun sebelum melaksanakan kegiatan

penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kompetensi

guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).

Berikut adalah hasil penilaian siklus I:

Tabel 4

Hasil Penilaian Siklus I

Petunjuk: Penilai memberi nilai dan isikan pula secara jelas hal-hal

penting/menarik pada saat penelitian

Guru Aspek yang Jml Kategori


No dinilai Skor
1 2 3 4
1 Drs. SURADI. L 2 2 2 1 7 B

2 Sutra, S.Pd 2 2 1 1 6 C

3 Neneng Handayani, 2 2 2 1 7 C
S.Si

4 Sanili, S.Pd 2 2 2 1 7 C

5 Andi Yulianti, S.Pd 2 2 2 1 7 C

6 Dra. TAMMU 2 2 2 1 7 C
PATULAK

7 Sabran, S.Ag 2 2 2 1 7 C

8 Tri Aprini Prihatin, 2 2 1 1 6 C


S.Sos

9 Andi Rifai, S.Pd 2 2 2 1 7 B

10 Sukmawati, S.Pd 2 2 1 1 6 C

41
11 Lukman, S.Pd 2 2 2 1 7 B

12 Andi Arman Rosali, 2 2 1 1 6 C


S.Pd

13 Sarismah, S.Pd 2 2 2 1 7 C

14 Linda Palayukan 2 2 2 1 7 C
Singkali, S.Pd.K

15 Marcelina Indriani, 2 2 2 1 7 C
S.Pd

16 Sofyan,SE 2 2 2 1 7 C

17 Elia Banasip, S.Pd.K 2 2 2 1 7 C

18 Wahida, S.Pd 2 2 1 1 6 C

19 Widodo, S.Pd 2 2 2 1 7 B

20 Anita Ambas, S.Pd 2 2 1 1 6 C

21 Muhammad Taufik, 2 2 2 1 7 B
S.Pd

22 Hasnainah, S.Pd 2 2 1 1 6 C

23 Istymaya Sari,S.Pd 2 2 2 1 7 C

24 Nur Diana, S.Pd 2 2 2 1 7 C

25 Rizal,S.Pd 2 2 2 1 7 C

Skor rata-rata 2 2 1.75 1 6.75

Keterangan:

No Aspek yang dinilai

1 Guru mampu menyusun soal berdasarkan


materi pelajaran dan berusaha untuk
memasukkan unsur literasi
2 Guru mampu Kemampuan guru menyusun soal

42
berdasarkan materi pelajaran dan berusaha
untuk memasukkan unsur numerik dan karakter
3 Guru mampu mengkaitkan dengan kasus yang
sekarang terjadi
4 Guru dapat mengevaluasi berdasarkan
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

A : Amat Baik (Skor 3)

B: Baik (Skor 2)

C: Cukup (Skor 1)

Skor Maksimal: 3X 4= 12

Kriteria Penilaian

A: 9-12 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Amat Baik

B:5-8 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Baik

C: ≤ 4 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Cukup

Diagram 2 Hasil Penilaian Siklus I

43
c. Refleksi

Data penelitian tindakan sekolah yang diperoleh dari hasil observasi

kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) pada siklus I, hasilnya termasuk katagori “baik” dengan rata-rata

aspek 1 yakni 2, aspek 2 yakni 2, aspek 3 yakni 1, dan aspek 4 yakni 1. Hal

ini menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM) sudah baik, akan tetapi perlu peningkatan.

Dengan adanya hasil observasi dan penilaian pada kegiatan siklus I

maka peneliti melakukan refleksi. Dari refleksi terhadap seluruh kegiatan

pada siklus I, maka ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan

belum optimalnya kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM).

Adapun hambatan-hambatan tersebut, antara lain guru belum

sepenuhnya maksimal dalam memberikan soal berdasarkan materi pelajaran

dan berusaha untuk memasukkan unsur literasi kepada siswa, guru belum

membimbing secara maksilam dalam hal praktek berwirausaha bagi siswa.

44
Hal ini terlihat dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu guru belum

maksimal dalam memberikan soal berdasarkan materi pelajaran dan

berusaha untuk memasukkan unsur literasi.

3. Pelaksanaan Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada perencanaan, peneliti melaksanakan program Program

pelatihan dalam meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).

Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan hal berikut:

 Rencana jadwal pelaksanaan tindakan,

 Rencana pelaksanaan Program pelatihan,

 Membuat lembar observasi, dan

 Mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka

analisis data.

b. Tahap Pelaksanaan

Adapun pelaksanannya adalah sebagai berikut:

Jadwal Program pelatihan Siklus II

Pelaksanaan : Jumat –Sabtu ( 16 dan 17 Februari 2021)

Lokasi :Ruang Kelas

Hari : Jum’at, 23 Februari 2021

Waktu Acara

08.00 – 08.30 Membuka pembicaraan dengan


guru melalui pembicaraan ringan
untuk membangun suasana yang

45
hangat

Kepala sekolah memberikan materi


meningkatkan kompetensi guru
08.30 – 10.00
dalam melaksanakan Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM)

Hari  :  Sabtu, 24 Februari 2021

Waktu Acara

08.00 – 08.30 Observasi Program pelatihan

08.30 – 10.00 Control Program pelatihan

c. Pengamatan

Setelah kegiatan Program pelatihan berlangsung, peneliti bertindak

sebagai supervisor yang bertugas mengamati kompetensi guru dalam

melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dengan mengisi

lembar supervisi yang telah disusun sebelum melaksanakan kegiatan

penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kompetensi

guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).

Berikut adalah hasil penilaian siklus II:

Tabel 5

Hasil Penilaian Siklus II

Petunjuk: Penilai memberi nilai dan isikan pula secara jelas hal-hal

penting/menarik pada saat penelitian

Guru Aspek yang Jml Kategori


No dinilai Skor
1 2 3 4
1 Drs. SURADI. L 3 3 3 2 11 A

46
2 Sutra, S.Pd 3 3 2 2 10 A

3 Neneng Handayani, 3 3 3 2 11 A
S.Si

4 Sanili, S.Pd 3 3 3 2 11 A

5 Andi Yulianti, S.Pd 3 3 3 2 11 A

6 Dra. TAMMU 3 3 3 2 11 A
PATULAK

7 Sabran, S.Ag 3 3 3 2 11 A

8 Tri Aprini Prihatin, 3 3 2 2 10 A


S.Sos

9 Andi Rifai, S.Pd 3 3 3 2 11 A

10 Sukmawati, S.Pd 3 3 2 2 10 A

11 Lukman, S.Pd 3 3 3 2 11 A

12 Andi Arman Rosali, 3 3 2 2 10 A


S.Pd

13 Sarismah, S.Pd 3 3 3 2 11 A

14 Linda Palayukan 3 3 3 2 11 A
Singkali, S.Pd.K

15 Marcelina Indriani, 3 3 3 2 11 A
S.Pd

16 Sofyan,SE 3 3 3 2 11 A

17 Elia Banasip, S.Pd.K 3 3 3 2 11 A

18 Wahida, S.Pd 3 3 2 2 10 A

19 Widodo, S.Pd 3 3 3 2 11 A

20 Anita Ambas, S.Pd 3 3 2 2 10 A

21 Muhammad Taufik, 3 3 3 2 11 A
S.Pd

22 Hasnainah, S.Pd 3 3 2 2 10 A

47
23 Istymaya Sari,S.Pd 3 3 3 2 11 A

24 Nur Diana, S.Pd 3 3 3 2 11 A

25 Rizal,S.Pd 3 3 3 2 11 A

Skor rata-rata 3 3 2.75 2 10.75

Keterangan:

No Aspek yang dinilai

1 Guru mampu menyusun soal berdasarkan


materi pelajaran dan berusaha untuk
memasukkan unsur literasi
2 Guru mampu Kemampuan guru menyusun soal
berdasarkan materi pelajaran dan berusaha
untuk memasukkan unsur numerik dan karakter
3 Guru mampu mengkaitkan dengan kasus yang
sekarang terjadi
4 Guru dapat mengevaluasi berdasarkan
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

A : Amat Baik (Skor 3)

B: Baik (Skor 2)

C: Cukup (Skor 1)

Skor Maksimal: 3X 4= 12

Kriteria Penilaian

A: 9-12 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Amat Baik

48
B:5-8 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Baik

C: ≤ 4 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Cukup

Diagram 3 Hasil Penilaian Siklus II

c. Refleksi

Data yang diperoleh dari observasi guru pada siklus II, setelah

dianalisis ada peningkatan kearah perbaikan yaitu berada pada katagori

“sangat baik”, dengan rata-rata nilai pada aspek 1 yakni 3, pada aspek 2

yakni 3, pada aspek 3 yakni 2,5, pada aspek 4 yakni 2.

Sedangkan untuk kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM), masing-masing juga ada peningkatan yang

ke arah yang lebih baik yaitu: penilaian kompetensi guru dalam

melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) berada pada

katagori “sangat baik. Dengan melihat hasil pada siklus II, maka

refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada siklus II ini adalah

adanya peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM). Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata

49
yang diperoleh dalam memprogramkan pembelajaran serta dalam

implementasinya di kelas yang sudah menunjukkan adanya peningkatan

kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) yang lebih baik. Sedangkan dari jumlah guru, 100% sudah

mencapai kriteria yang ditetapkan.

B. Pembahasan

Realita yang terjadi di SMA Negeri 2 Nunukan adalah kompetensi guru

dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) masih rendah.

Hal ini di tunjukkan dengan beberapa data di lapangan yaitu kemampuan guru

menyusun soal berdasarkan materi pelajaran dan berusaha untuk memasukkan

unsur literasi, numerik dan karakter masih rendah, kemampuan guru

mengkaitkan dengan kasus yang sekarang terjadi masih rendah, kemampuan

mengevaluasi berdasarkan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) masih

rendah.

Oleh karenanya peneliti di sini hendak meningkatkan kompetensi guru

dalam melaksanakan Program pelatihan. Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan siklus I dan siklus II tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa: Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM).

Hasil penilaian pra tindakan tentang kompetensi guru dalam melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) di dapatkan data bahwa kompetensi

guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) masih

rendah.

50
Data penelitian tindakan sekolah yang diperoleh dari hasil observasi

sikap guru dalam kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM) pada siklus I, hasilnya termasuk katagori “baik” dengan

rata-rata aspek 1 yakni 2, aspek 2 yakni 2, aspek 3 yakni 1, dan aspek 4 yakni

1. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sudah baik, akan tetapi perlu

peningkatan.

Dengan adanya hasil observasi dan penilaian pada kegiatan siklus I

maka peneliti melakukan refleksi. Dari refleksi terhadap seluruh kegiatan pada

siklus I, maka ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan belum

optimalnya kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM).

Data yang diperoleh dari observasi guru pada siklus II, setelah dianalisis

ada peningkatan kearah perbaikan yaitu berada pada katagori “sangat baik”,

dengan rata-rata nilai pada aspek 1 yakni 3, pada aspek 2 yakni 3, pada aspek 3

yakni 2,5, pada aspek 4 yakni 2.

Sedangkan untuk kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM), masing-masing juga ada peningkatan yang ke

arah yang lebih baik yaitu: penilaian kompetensi guru dalam melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) berada pada katagori “sangat baik.

Dengan melihat hasil pada siklus II, maka refleksi terhadap hasil yang

diperoleh peneliti pada siklus II ini adalah adanya peningkatan

kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM). Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dalam

penilaian hasil kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi

51
Minimum (AKM). Sedangkan dari jumlah guru, 100% sudah mencapai

kriteria yang ditetapkan.

52
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Realita yang terjadi di SMA Negeri 2 Nunukan adalah kompetensi guru

dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) masih rendah.

Hal ini di tunjukkan dengan beberapa data di lapangan yaitu kemampuan guru

menyusun soal berdasarkan materi pelajaran dan berusaha untuk memasukkan

unsur literasi, numerik dan karakter masih rendah, kemampuan guru

mengkaitkan dengan kasus yang sekarang terjadi masih rendah, kemampuan

mengevaluasi berdasarkan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) masih

rendah.

Oleh karenanya peneliti di sini hendak meningkatkan kompetensi guru

dalam melaksanakan Program pelatihan. Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan siklus I dan siklus II tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa: Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM).

Hasil penilaian pra tindakan tentang kompetensi guru dalam melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) di dapatkan data bahwa kompetensi

guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) masih

rendah.

Data penelitian tindakan sekolah yang diperoleh dari hasil observasi

sikap guru dalam kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM) pada siklus I, hasilnya termasuk katagori “baik” dengan

rata-rata aspek 1 yakni 2, aspek 2 yakni 2, aspek 3 yakni 1, dan aspek 4 yakni

1. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam melaksanakan

53
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sudah baik, akan tetapi perlu

peningkatan.

Dengan adanya hasil observasi dan penilaian pada kegiatan siklus I

maka peneliti melakukan refleksi. Dari refleksi terhadap seluruh kegiatan pada

siklus I, maka ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan belum

optimalnya kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM).

Data yang diperoleh dari observasi guru pada siklus II, setelah dianalisis

ada peningkatan kearah perbaikan yaitu berada pada katagori “sangat baik”,

dengan rata-rata nilai pada aspek 1 yakni 3, pada aspek 2 yakni 3, pada aspek 3

yakni 2,5, pada aspek 4 yakni 2.

Sedangkan untuk kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen

Kompetensi Minimum (AKM), masing-masing juga ada peningkatan yang ke

arah yang lebih baik yaitu: penilaian kompetensi guru dalam melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) berada pada katagori “sangat baik.

Dengan melihat hasil pada siklus II, maka refleksi terhadap hasil yang

diperoleh peneliti pada siklus II ini adalah adanya peningkatan

kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM). Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dalam

penilaian hasil kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM). Sedangkan dari jumlah guru, 100% sudah mencapai

kriteria yang ditetapkan.

B. Saran

Peneliti membuat saran-saran berikut:

54
1. Untuk Guru

Dengan meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sudah tentu akan membawa

dampak positif baik bagi diri guru sendiri dan juga bagi para siswa.

2. Untuk Para Kepala sekolah

Bagi para Kepala sekolah teruslah mencari dan menerapkan

program-program yang pas dan cocok untuk memperbaiki kualitas

pengajar di sekolah. Hal ini akan menunjang sekali pada tercapainya

tujuan pembelajaran.

3. Bagi kalangan umum

Bagi kalangan umum bisa membaca dan menjadikan refrensi hasil

tulisan saya ini untuk memilih metode dalam meningkatkan Kompetensi

guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).

55
DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Pengenalan Teknologi Informasi , “Abdul kadir dan Terra Ch


Triwahyuni, Penerbit Andi

Sumber:http://id.shvoong.com/society-and-news/2012515-pengertian-teknologi-
informasi/#ixzz27wApJEYJ

Haryanto, Edy. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi: Konsep dan


Perkembangannya. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Sebagai Media Pembelajaran

Kasianto, I Wayan 2004 Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan


Pendekatan Diskusi Kelompok.Laporan Penelitian Kelas. Tidak
dipublikasikan

Rusyan Tabrani. 2001. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.


Bandung Remaja Rosdakarya.Sarman,

Samsuni S.Pd. 2005.Implementasi Pendekatan Works Based Learning pada


Sumber Belajar Masyarakat dalam Pembelajaran PS-Ekonomi.Laporan
Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.

Sutrisno Hadi, 2000. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Andi

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1994,

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2000, h. 27

Baharuddin Harahap, Supervisi Pendidikan, Jakarta: CV Damai Jaya, 1985,

Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung


Persada Press, 2009,

Arikunto, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 2009

Arikunto, Suharsimi, 2004, Dasar-dasar Supervisi, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Pandong, A. (2003). Jabatan Fungsional Pengawas. Badan Diklat Depdagri &


Diklat Depdiknas.

Muid, F. (2003). Standar Pelayanan Pendidikan. Badan Diklat Depdagri & Diklat
Depdiknas.

56
LAMPIRAN-LAMPIRAN

57
Lampiran 1

DAFTAR HADIR PROGRAM PELATIHAN

NO NAMA GURU TANDA TANDA


TANGAN TANGAN
SIKLUS I SIKLUS II
1 Drs. SURADI. L

2 Sutra, S.Pd

3 Neneng Handayani, S.Si

4 Sanili, S.Pd

5 Andi Yulianti, S.Pd

6 Dra. TAMMU PATULAK

7 Sabran, S.Ag

8 Tri Aprini Prihatin, S.Sos

9 Andi Rifai, S.Pd

10 Sukmawati, S.Pd

11 Lukman, S.Pd

12 Andi Arman Rosali, S.Pd

13 Sarismah, S.Pd

14 Linda Palayukan Singkali,


S.Pd.K

15 Marcelina Indriani, S.Pd

16 Sofyan,SE

17 Elia Banasip, S.Pd.K

18 Wahida, S.Pd

19 Widodo, S.Pd

20 Anita Ambas, S.Pd

21 Muhammad Taufik, S.Pd

58
22 Hasnainah, S.Pd

23 Istymaya Sari,S.Pd

24 Nur Diana, S.Pd

25 Rizal,S.Pd

Nunukan, Maret 2021

Kepala Sekolah

MARRYPADANG, S.Pd
NIP. 19621117 200012 1001

59
Lampiran 2

Lembar Penilaian Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM)

Petunjuk: Penilai memberi nilai dan isikan pula secara jelas hal-hal

penting/menarik pada saat penelitian

Guru Aspek yang Jml Kategori


No dinilai Skor
1 2 3 4
1 Drs. SURADI. L 3 3 3 2 11 A

2 Sutra, S.Pd 3 3 2 2 10 A

3 Neneng Handayani, 3 3 3 2 11 A
S.Si

4 Sanili, S.Pd 3 3 3 2 11 A

5 Andi Yulianti, S.Pd 3 3 3 2 11 A

6 Dra. TAMMU 3 3 3 2 11 A
PATULAK

7 Sabran, S.Ag 3 3 3 2 11 A

8 Tri Aprini Prihatin, 3 3 2 2 10 A


S.Sos

9 Andi Rifai, S.Pd 3 3 3 2 11 A

10 Sukmawati, S.Pd 3 3 2 2 10 A

11 Lukman, S.Pd 3 3 3 2 11 A

12 Andi Arman Rosali, 3 3 2 2 10 A


S.Pd

13 Sarismah, S.Pd 3 3 3 2 11 A

14 Linda Palayukan 3 3 3 2 11 A
Singkali, S.Pd.K

15 Marcelina Indriani, 3 3 3 2 11 A

60
S.Pd

16 Sofyan,SE 3 3 3 2 11 A

17 Elia Banasip, S.Pd.K 3 3 3 2 11 A

18 Wahida, S.Pd 3 3 2 2 10 A

19 Widodo, S.Pd 3 3 3 2 11 A

20 Anita Ambas, S.Pd 3 3 2 2 10 A

21 Muhammad Taufik, 3 3 3 2 11 A
S.Pd

22 Hasnainah, S.Pd 3 3 2 2 10 A

23 Istymaya Sari,S.Pd 3 3 3 2 11 A

24 Nur Diana, S.Pd 3 3 3 2 11 A

25 Rizal,S.Pd 3 3 3 2 11 A

Skor rata-rata 3 3 2.75 2 10.75

Keterangan:

No Aspek yang dinilai

1 Guru mampu menyusun soal berdasarkan


materi pelajaran dan berusaha untuk
memasukkan unsur literasi
2 Guru mampu Kemampuan guru menyusun soal
berdasarkan materi pelajaran dan berusaha
untuk memasukkan unsur numerik dan karakter
3 Guru mampu mengkaitkan dengan kasus yang
sekarang terjadi
4 Guru dapat mengevaluasi berdasarkan
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

A : Amat Baik (Skor 3)

61
B: Baik (Skor 2)

C: Cukup (Skor 1)

Skor Maksimal: 3X 4= 12

Kriteria Penilaian

A: 9-12 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Amat Baik

B:5-8 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Baik

C: ≤ 4 : Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) Cukup

62
Lampiran 3

Pedoman wawancara kepada guru

1. Apakah anda senang dengan program Program pelatihan yang di terapkan

kepala sekolah?

2. Apa dampak bagi anda setelah Program pelatihan yang di laksanakan oleh

kepala sekolah?

3. Sebelum kepala sekolah melaksanakan Program pelatihan, bagaimana

kompetensi anda dalam melaksanakan asesmen kompetensi minimum (AKM)

menurut anda sendiri?

4. Apakah Kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM) itu penting?

5. Menurut anda, apakah Program pelatihan benar-benar dapat meningkatkan

kompetensi guru dalam melaksanakan Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM)?

63
Lampiran 4

DOKUMENTASI PENELITIAN

64

Anda mungkin juga menyukai