Anda di halaman 1dari 163

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mengingat pentingnya Pendidikan, Pemerintah terus berupaya untuk

mengoptimalkan kegiatan Pendidikan dengan menyediakan dana APBN

sekurang-kurangnya 20% dari anggaran keseluruhan. Anggaran dana Pendidikan

yang berlimpah selayaknya diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya

yang terlibat dalam lembaga pendidikan.

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tidak bisa terlepas dari peran

penting guru (Rizali, 2009:12-13). Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

Guru sebagai pelaksana di setiap satuan pendidikan didorong untuk

mengembangkan diri dengan sejumlah keterampilan abad 21 sebagai penyesuaian

terhadap perkembangan zaman (Makiyah, 2019). Guru perlu mengembangkan

diri untuk menjadi profesional dalam memberikan layanan pendidikan kepada

siswa baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor serta melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya dengan sukses (Norlander, 2009).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 telah

memaparkan bahwa guru harus professional ,selain itu Peraturan Pemerintah (PP)

nomor 74 tahun 2008 tentang guru dinyatakan bahwa kompetensi yang harus

dimiliki guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,


2

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi ini perlu

bersinergi satu dengan yang lain sehingga menjadi bagian yang terintegrasi pada

diri seorang Guru. Kompetensi guru wajib dimiliki oleh guru agar tujuan dari

pendidikan dapat tercapai sebab dalam praktiknya kompetensi yang dimiliki oleh

seorang guru akan sangat menentukan perkembangan sekolah dan peserta didik

serta lulusan yang dihasilkan oleh sekolah serta dapat mempengaruhi lingkungan

intelektual dan sosial kehidupan sekolah. Secara global, kondisi kompetensi guru

secara profesional masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

Rekapitulasi Nasional hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015 yang

mengukur kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional menunjukkan nilai

rata-rata 53,02. Nilai ini masih belum memenuhi Standar Kompetensi Minimum

(SKM) yang telah ditetapkan yaitu 5,50. (Kemendikbud, 2015).Para guru belum

siap untuk dapat menerapkan kurikulum 2013 pada setiap kegiatan pembelajaran

(Susanti dkk., 2015). Padahal kompetensi dalam memberikan pembelajaran

merupakan kompetensi pedagogik yang harus sudah dikuasai oleh guru

profesional dimana guru harus mampu menyelenggarakan pembelajaran yang

bermakna agar siswa dapat mengonstruksi pengetahuannya sendiri dengan

keterampilan yang sudah dimiliki (Mahmudah, 2019).

Untuk mengatasi permasalahan kompetensi guru seperti yang telah

dipaparkan maka dibutuhkan pelatihan, peningkatan, dan pengembangan (Rizal

dkk, 2020). LPTK, P4TK, dan lembaga pendidikan lainnya menginisiasi untuk

mengadakan sejumlah pendidikan dan pelatihan dengan konten dan durasi

bervariatif untuk membekali para guru dengan kompetensi yang dibutuhkan agar
3

menjadi guru profesional (Budiman, 2018). Namun, pada umumnya kegiatan

pendidikan dan pelatihan ini belum dievaluasi secara sistematis dan menyeluruh

sehingga diperlukan evaluasi Program Pendidikan dan pelatihan Guru SMK

Profesional secara komprehensif.

Guru memiliki peran besar dalam peningkatan mutu pendidikan dan posisi

berada pada titik sentral dari setiap usaha perbaikan pendidikan yang diarahkan

pada perubahan seluruh aspek pendidikan. Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal (8) mengatur bahwa guru

wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat (3) bahwa guru diharuskan

memiliki empat kompetensi, yakni kompetensi kepribadian, pedagogi, sosial, dan

profesional.

Berdasarkan Undang-undang dan peraturan pemerintah ini, maka kualitas

guru SMK perlu ditingkatkan.Dalam upaya meningkatkan kualitas kompetensi

guru SMK, yaitu melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat). Yang

secara umum tujuannnya adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap serta meningkatkan kualitas dan produktivitas guru secara keseluruhan.

Upaya ini dilakukan melalui sistem diklat yang bervariasi dan berjenjang yang

bertujuan untuk mempercepat tercapainya standar mutu guru, sehingga harus

dilakukan secara terencana. intensif, efektif dan efesien. Pada kenyataannya,

tidak semua guru-guru di daerah seluruh Indonesia bisa merasakan menjadi


4

peserta diklat khususnya di Pusdiklat BBPPMPV Bidang Bangunan dan Listrik.

Keterbatasan kuota peserta diklat pada setiap angkatan diklat menjadi kendala

untuk dapat mengikuti kegiatan diklat. Setiap provinsi hanya dapat diwakilkan

beberapa orang saja.

Guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas

pendidikan,karena gurulah yang beriteraksi langsung dengan peserta didik dalam

pembelajaran di ruang kelas. Guru sebagai pelaksana di setiap satuan pendidikan

didorong untuk mengembangkan diri dengan sejumlah keterampilan abad 21

sebagai penyesuaian terhadap perkembangan zaman (Makiyah, 2019). Sejalan

dengan hal tersebut,Cooper(1982) mengemukakan guru merupakan kunci

keberhasilan pendidikan,dengan tugas profesionalnya,guru berfungsi membantu

peserta didik untuk belajar dan berkembang,personal dan sosial warga masyarakat

yang memasuki sekolah.

Dengan demikian guru memiliki peran yang dominan dalam pembaharuan

maupun perbaikan mutu/kualitas lulusan pendidikan. Selanjutnya (SAUD

2000:35) menegaskan bahwa kompetensi guru penting untuk dikembangkan dan

dikuasai sepenuhnya sebab guru merupakan front line dalam pendidikan.

Selain ke empat kompetensi diatas yang wajib dimiliki oleh guru,Makagiansar

dalam Syakur (2012) menawarkan empat kompetensi yang harus dimiliki guru

guna menghadapi era global yaitu :

1.Kemampuan antisipasi

2.Kemampuan mengenali dan mengatasi masalah

3.Kemampuan mengakomodasi
5

4.Kemampuan melakukan reorientasi. Selain itu guru juga perlu memiliki

kompetensi Generic (generic competences) yang terdiri dari :

1.Ketrampilan mengatur diri {managing self skills)

2.Ketrampilan berkomunikasi ( commucation Skills)

3.Kemampuan mengelola orang dan tugas(mobilizing innovation and

Change )

Padahal kompetensi dalam memberikan pembelajaran merupakan

kompetensi pedagogik yang harus sudah dikuasai oleh guru profesional dimana

guru harus mampu menyelenggarakan pembelajaran yang bermakna agar siswa

dapat mengonstruksi pengetahuannya sendiri dengan keterampilan yang sudah

dimiliki (Mahmudah, 2019).

Pendidikan dan pelatihan atau diklat merupakan salah satu upaya

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Negara-negara maju sangat

mementingkan kualitas sumber daya manusia, sehingga diklat pun menjadi

program pokok yang diprioritaskan. Dalam banyak hal, diklat sudah dianggap

sebagai human capital yang akan memberikan kontribusi bagi peningkatan

kualitas organisasi.

Pada sisi inilah, kemudian banyak ahli sumber daya manusia menganggap

perlu adanya suatu evaluasi diklat sebagai bagian dari quality control dalam

proses penjaminan mutu. Salah satu bentuk quality control pada kegiatan diklat

adalah mengukur tingkat keberhasilan diklat.Kontrol pada pelaksanaan diklat

dimaksudkan untuk mengetahui ketercapaian program yang telah

diselenggarakan. Pelaksanaan diklat pada dasarnya merupakan suatu proses


6

pengalihan pengetahuan melalui pendidikan dan pelatihan yang memerlukan

evaluasi untuk melihat apakah tujuan pendidikan dan pelatihan telah tercapai.

Noe (2002) mengatakan bahwa untuk sementara waktu produktivitas kerja

pun menjadi hilang karena pelatihan.Untuk meyakinkan bahwa program pelatihan

yang diselenggarakan tidak sia-sia, maka perlu dilakukan evaluasi program

pelatihan.Secara khusus, Kirkpatrick (1996) mengemukakan alasan mengapa

suatu pelatihan perlu dievaluasi.Pertama, evaluasi dilakukan untuk mengetahui

apakah pelatihan dapat memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan-tujuan

organisasi atau tidak.

Tidak hanya itu, pelatihan juga perlu dievaluasi untuk memutuskan apakah

program pelatihan tersebut perlu dilanjutkan atau tidak.Yang terakhir adalah

evaluasi pelatihan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana

meningkatkan dan mengembangkan program pelatihan yang akan datang.

Evaluasi pelatihan merujuk pada proses pengkonfirmasian bahwa seseorang telah

mencapai kompetensi.

Kompetensi menurut Sofo (2003) dapat didefinisikan sebagai apa yang

diharapkan di tempat kerja merujuk pada proses pengkonfirmasian bahwa

seseorang telah mencapai kompetensi. Kompetensi menurut Sofo (2003) dapat

didefinisikan sebagai apa yang diharapkan di tempat kerja dan merujuk pada

pengetahuan, keahlian dan sikap yang dipersyaratkan bagi pegawai untuk

mengerjakan pekerjaannya.

Dalam penelitian Evi Sopacua dan Didik Budijanto (2007:371) vol.10

pada buletin Penelitian Sistem Kesehatan, evaluasi pelatihan menurut Kirkpatrick


7

(1994) adalah untuk menentukan efektifitas suatu program pelatihan.Bukan

hanya melakukan perbandingan kemampuan peserta sebelum dan sesudah

pelatihan (pre dan pos tes).Berkaitan dengan hal tersebut efektifitas pelatihan

menurut Newby (Irianto, 2001) berkaitan dengan sejauhmana program pelatihan

yang diselenggarakan mampu mencapai apa yang dicapai.

Menurut Tovey sebagaimana yang dikutip Irianto (2001), evaluasi

pelatihan secara komprehensif adalah pengumpulan informasi tentang program

pelatihan, peserta pelatihan, pelatih atau fasilitator atau widyaiswara, desain

kurikulum, metode, sumberdaya dan sarana yang digunakan serta dampak dari

pelatihan.

Menurut Harris (2000: 127) Hasil nyata yakni terkait dengan kompetensi,

pengetahuan dan keterampilan baru yang diperoleh peserta dari program

pelatihan. Hasil nyata merupakan ukuran konkrit akan perbaikan hasil-hasil

pekerjaan dari guru yang menunjang tercapainya tujuan instansi. Hasil nyata

diukur dalam aktivitas program diklat daring guru SMK Hebat angkatan ke 2.

Menurut Arikunto & Jabar (2014, p. 59) penelitian evaluasi (evaluatif)

adalah penelitian yang mengetahui akhir dari sebuah kebijakan, dalam rangka

menentukan rekomendasi atas kebijakan yang lalu, yang pada tujuan akhirnya

adalah untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Program evaluation aims to

know the achievement of program objectives that have been implemented.

Furthermore, the results of the program evaluation are used as the basis for

carrying out follow-up activities or for subsequent decision making (Arthur,

2015, pp. 964–965)


8

Berdasarkan Wexley dan Yukl dalam Prabu (2009), istilah pelatihan dan

pengembangan sumber daya manusia mengacu pada upaya terencana yang

dirancang dalam upaya memfasilitasi keterampilan, pengetahuan dan sikap yang

relevan oleh anggota organisasi sedangkan pengembangan lebih fokus pada

peningkatan keterampilan pengambilan keputusan dan hubungan manusia

manajemen tingkat menengah dan atas, sementara pelatihan melibatkan

karyawan tingkat bawah dan presentasi materi pelajaran yang lebih factual dan

sempit.

Istilah tersebut selaras dengan Andrew E. Sikula (1981) bahwa pelatihan

dan pengembangan adalah suatu proses pendidikan dengan waktu yang singkat

yang terstruktur dan terorganisir untuk karyawan non manajerial dalam

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam tujuan yang terbatas,

sedangkan pengembangan adalah proses pendidikan yang dilakukan dalam

waktu yang lebih lama dengan prosesdur yang sistematis dan terorganisir yang

karyawannya mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk mecapai

tujuan umum.

Dalam setiap program pelatihan ada tiga tujuan bagi peserta pelatihan

menurut Kirkpatrick, D., L. & Kirkpatrick J.D. (2006) yaitu untuk memperoleh

pengetahuan terkait pekerjaan mereka; untuk mempelajari keterampilan baru

dan/ atau meningkatkan keterampilan mereka dan untuk mengubah sikap

mereka.

Adapun fungsi dari pelatihan dinyatakan oleh Noe, Hollenback, Gerhart,

& Wright dalam Ikramina & Gustomo dalam Ramadhon (2014) adalah :
9

a.untuk mengembangkan pengetahuan dari pegawai tentang budaya perusahaan

b.untuk membantu pekerja yang mempunyai keterampilan dalam bekerja

dengan menggunakan teknologi baru;

c.untuk membantu pegawai dalam mamahami bagaimana bekerja secara efisien

dan efektif dalam sebuah tim yang bertujuan.

d.untuk produk dan pelayanan yang berkualitas; untuk menjamin budaya

perusahaan yang menekankan pada inovasi, kreativitas, dan pengetahuan;.

e.untuk menjamin keselamatan dengan memberikan ide-ide tentang

bagaimana pekerja dapat berkontribusi kepada perusahaan dalam jam kerja yang

aman; dan ketika para pegawai tersebut membutuhkan perubahan atau ketika

suatu keterampilan baru dianggap wajib;

f.serta untuk menyiapkan pegawai dalam menerima dan bekerja secara efektif

antar sesama, khusus.

g.untuk mengidentifikasi keunggulan dalam program pelatihan perlu dilakukan

evaluasi untuk memperbaiki kelemahan yang dimiliki program tersebut, (Rouse,

D. 2011).

Hal tersebut sesuai dengan tujuan evaluasi yang dikemukakan Wirawan

(2011) yaitu untuk mengukur dan menilai apakah pelatihan mencapai tujuannya

dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu program.

Menurut Vendung (2004) evaluasi adalah untuk melihat kebelakang,

agar dapat menyetir kedepan untuk memonitor, mensistematikan, dan

meningkatkan aktivitas pemerintah dan hasil-hasilnya, sehingga pejabat publik

dalam pekerjaannya dimasa yang akan datang dapat bertindak serta bertanggung
10

jawab, kreatif, dan seefisien mungkin. Sedangkan kegiatan evaluasi menurut

Kirkpatrick (2006) adalah untuk mengukur keefektifitasan program pelatihan,

apakah sesuai dengan yang direncanakan, sehingga menjadi dasar bagi tim

evaluator dalam membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.

Definisi dan tujuan evaluasi tersebut secara implisit sesuai dengan

definisi evaluasi dibidang pendidikan menurut Undang- Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu kegiatan pengendalian,

penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen

pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk

pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Ketika melakukan

kegiatan evaluasi tersebut, hendaknya diperlukan suatu model evaluasi sebagai

acuan yang mampu melakukan penilaian terhadap kualitas dan efektifitas

pelaksanaan dari suatu program diklat.

Model evaluasi empat level yang dikembangkan oleh Kirckpatrick

merupakan kerangka konseptual untuk membantu menentukan data apa yang

harus dijaring dalam evaluasi pengembangan sumber daya manusia khususnya

Guru SMK. Lin & Chuang (2011) mengatakan model evaluasi empat level

Kirkpatrick merupakan model evaluasi yang level evaluasinya mencakup

keseluruhan program untuk menilai apa yang kita butuhkan.

Sedangkan Salvatore V. Falletta (1998) model evaluasi Kirckpatrick

yaitu:

a) untuk membenarkan keberadaan fungsi pelatihan dengan menunjukkan

bagaimana kontribusi untuk tujuan dan sasaran organisasi,


11

b) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan program pelatihan, dan

c) meningkatkan pelatihan.

Penyelenggaraan diklat Guru SMK yang dilaksanakan BBPPMPV

BIDANG BANGUNAN DAN LISTRIK MEDAN ini diarahkan untuk dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sumberdaya Guru SMK

secara inovatif, kreatif, profesional dan berwawasan global. Melalui kegiatan

evaluasi, diharapkan diperoleh informasi mengenai penerapan diklat, relevansi

diklat, kebermanfaatan diklat serta implementasinya di lapangan dan dapat

pula dijadikan umpan balik bagi penyempurnaan program dan penyelenggaraan

diklat yang akan datang.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kirkpatrick .

Model Kirkpatrick disebut juga empat level model evaluasi (four levels of

evaluation model). Model ini dimulai dari level reaksi (reaction), lalu

dilanjutkan ke level pembelajaran (learning), level perilaku (behavior) dan

terakhir level hasil (result) (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2006, pp. 21-25).

Four levels of evaluation that progress from minimal to comprehensive:

(1) positive reactions to training,( Mengukur bagaimana peserta pelatihan

bereaksi terhadap program pelatihan.

(2) achievement of learning objectives(Mengukur bagaimana peserta

pelatihan menerima kegiatan pembelajaran,apakah peserta telah berubah

pengetahuan,keterampilan.
12

(3) transfer of learning into behavior change,( mengukur bagaimana peserta

pelatihan telah berubah prilakunya akibat dari program pelatihan yang

diikutinya.) and

(4) explicit identification of results.( mengukur apa hasil yang

diperoleh,karena peserta pelatihan mengikuti program pelatihan ) (Prywes,

2012, p. 43).

Ilustrasi model Kirkpatrick dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Evaluasi Program Model Kirkpatrick


Sumber: (Prywes, 2012, p. 43)

Untuk itu penulisan Disertasi ini ingin mengetahui keberhasilan diklat

melalui pendapat Peserta Diklat dan pendapat dari Penyelenggara Diklat dan

Rekan kerja peserta yang telah mengikuti diklat di tempat tugasnya masing-

masing, yang salah satunya dilaksanakan pada diklat di BBPPMPV BBLdari

Program Keahlian Pengajaran Umum dan Sumber Belajar (PUSB) dengan judul

Diklat “Mengembangkan Pembelajaran Berdasarkan Teori Belajar ,” dan juga

dari Program Keahlian Tehnik Konstruksi dan Properti dengan Judul diklat
13

“Menggambar Bangunan Gedung (DPIB),Mengerjakan Dokumen

tender,Pekerjaan Pondasi

1.2 Identifikasi Masalah

1. Penelitian yang dilakukan adalah:

Pendidikan dan pelatihan atau diklat merupakan salah satu upaya

peningkatan kualitas sumber daya Guru SMK dari Provinsi Sumatera

Utara dibawah naungan BBPPMPV Bidang Bangunan dan Listrik.

a. Program diklat disesuaikan dengan kebutuhan peserta diklat

khususnya Materi diklat untuk program keahlian pengajaran umum

dan sumber belajar (PUSB).

b. Penjadwalan diklat belum efektif dan harus menyesuaikan dengan

tenaga pengajar.

c. Saran dan prasarana pembelajaran dalam pelaksanaan diklat.

d. Evaluasi program diklat Guru SMK dengan model kirckpatrik

Keterbatasan penelitian yang dilakukan adalah:

Pembelajaran diklat dilakukan selama 14 hari setiap tatap muka

berdurasi 45 menit melalui video conferensi secara daring dan

pembimbingan terstruktur.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat beragamnya program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang

diselenggarakan di BBPPMPV BIDANG BANGUNAN DAN LISTRIK


14

MEDAN, supaya penelitian lebih terarah maka permasalahan yang akan

diteliti dibatasi yaitu dengan evaluasi program model kirkpatrik empat

level : Reaction (reaksi ), Learning (pembelajaran ), Behavior (perilaku )

dan Result (hasil ) pada program diklat Guru SMK tahun 2020 di

BBPPMPV BBL MEDAN.

1.4 Rumusan masalah

Berdasarkan pada indentifikasi masalah dan batasan masalah, permasalahan-

permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana bentuk reaksi peserta program diklat daring guru SMK di

BBPPMPV BBL.Medan

2. Bagaimana proses pembelajaraan peserta pada program diklat guru

SMK BBPPMPV BBL Medan

BBPPMPV BBL Medan

3. Bagaimana perilaku peserta program diklat guru SMK di

BBPPMPV BBL Medan.

4. Bagaimana dampak/hasil evaluasi program pada diklat daring guru SMK

BBPPMPV BBL Medan


15

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam pnelitian ini antara lain adalah untuk

menjabarkan :

1. Reaksi ( reaction) Program Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Guru

SMK BBPPMPV BBL Medan. Mengetahui reaksi peserta terhadap

pelaksanaan program diklat. Kegiatan evaluasi yang meliputi ;

a. Reaksi Peserta terhadap Panitia Penyelenggara.dan

b. Reaksi Peserta terhadap Nara sumber.

2. Pembelajaran(learning) Program Pendidikan dan Pelatihan (diklat)

Guru SMK BBPPMPV BBL Medan..Mengetahui pencapaian hasil

belajar peserta berupa peningkatan sikap,pengetahuan dan ketrampilan

selama/setelah mengikuti pelaksanaan diklat Guru SMK tersebut.

3. Perilaku (behavior )Program Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Guru

SMK BBPPMPV BBL Medan.

Mengetahui perubahan pada tahap perilaku peserta diklat selama

mengikuti diklat dan setelah sampe dilingkungan tempat peserta

bertugas.

4. Dampak/Hasil Program Pendidikan dan Pelatihan Guru SMK

BBPPMPV BBL Medan.


16

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian mengenai evaluasi program pendidikan dan

Pelatihan Guru SMK di BBPPMPV BIDANG BANGUNAN DAN LISTRIK

Medan.diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya :

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan,

keterampilan dan pemikiran yang bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dan pendidikan terutama bagi peserta diklat,

program diklat dan evaluasi program diklat.

2. Secara Peraktis

a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan, pengalaman dan

pengetahuan khusus dalam segi evaluasi program pendidikan dan

pelatihan guru SMK.

b. Bagi pihak penyelenggara diklat dapat dijadikan bahan informasi

dan pertimbangan untuk lebih meningkatkan kualitas dan

mengoptimalkan program-program pendidikan dan pelatihan dari

segi reaksi, proses pembelajaran,proses prilaku, dan hasil.

c. Bagi pengelola program diklat Guru SMK dapat menjadikan

sebagai bahan masukkan untuk meningkatkan pengelolahan

program dan pengembangan program pendidikan dan pelatihan

dibalai diklat Pelatihan Guru SMK di BBPPMPV BIDANG

BANGUNAN DAN LISTRIK Medan.


17

d. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

mengembangan penelitian sejenis dalam bidang evaluasi program

diklat.
18

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

Secara teoritis evaluasi adalah suatu usaha sistemis dan sistematis untuk

mengumpulkan, menyusun dan mengolah data, fakta dan informasi dengan tujuan

menyimpulkan nilai, makna, kegunaan, prestasi dari suatu program, dan hasil

kesimpulan tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan,

perencanaan, maupun perbaikan dari suatu program. Dalam upaya modifikasi,

inovasi, dan improvisasi materi pelajaran sejarah yang efektif, maka diperlukan

suatu model evaluasi yang tepat terhadap efektifitas materi pelajaran sejarah.

Ada tiga konsep yang sering dipakai dalam melakukan evaluasi, yakni tes,

pengukuran, dan penilaian (test, measurement,and assessment). Tes adalah suatu

metode untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang secara tidak langsung,

yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari

Mardapi, 1999: 2). Tes adalah alat untuk melakukan pengukuran, misalnya

mengkur tingkat kemampuan peserta didik, seperti mengenai sikap, minat,

motivasi, persepsi, dan lain sebagainya. Respons peserta tes pada sejumlah item

pertanyaan menunjukkan kemampuan seseorang dalam bidang tertentu.

Dengan demikian, tes merupakan bagian dari evaluasi. Pengukuran

(measurement), didefinisikan oleh Allen & Yen sebagai penetapan angka secara

sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Djemari Mardapi, 2000: 1).

Pengukuran merupakan kuantifikasi tentang keadaan individu baik berupa

kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Konsep pengukuran lebih luas


19

ketimbang konsep tes. Untuk mengukur suatu karakateristik individu, dapat tanpa

menggunakan tes, misalnya melalui pengamatan, rating scale, atau cara lain untuk

mendapatkan informasi dalam bentuk kuantitatif.

Penilaian (assessment) menurut Popham (1995: 3) merupakan usaha formal

untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan

pendidikan. Asesment merupakan proses menyediakan informasi tentang individu

siswa, kurikulum, institusi atau segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem

kelembagaan. “processes that provide information about individual students,

about curricula or programs, about institutions, or about entire systems of

institutions” (Stark & Thomas,1994: 46). Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan bahwa assessment merupakan kegiatan menafsirkan data hasil

pengukuran secara sistemik dan sistematik. Evaluasi memiliki makna yang

berbeda dengan istilah penilaian, pengukuran maupun tes.

Hopkins & Stanley mengatakan bahwa “evaluations is a process of summing

up the results of measurements or tests, giving them some meaning based on value

judgement” atau proses menyimpulkan hasil pengukuran atau test dengan

memberi makna berdasarkan penetapan nilai (Oriondo,1998: 3). Dalam konsepsi

ini, evaluasi dimaknai sebagai penentuan nilai terhadap sesuatu hal, yang meliputi

pengumpulan informasi yang digunakan untuk menentukan nilai keberhasilan

suatu program, produk, prosedur, tujuan atau manfaat potensi pada desain

alternatif pendekatan, untuk mempertahankan pendekatan yang khusus.

Sementara Cizek (2000: 16) menyatakan bahwa evaluasi merupakan “the

process of ascribing merit or worth to the results of on observation or data


20

collection”. Evaluasi merupakan suatu proses penentuan nilai dengan

mempertimbangkan hasil observasi atau koleksi data yang diperoleh. Menurut

Griffin & Nix dalam Widoyoko (2007), pengukuran, asesmen, dan evaluasi

merupakan hirarki. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan

kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi

merupakan penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku. Jadi menurut definisi ini

kegiatan evaluasi didahului dengan penilaian, sedang penilaian pada umumnya

didahului dengan kegiatan pengukuran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses

menghimpun informasi secara sistematis melalui pengukuran, penilaian dan

diakhiri dengan evaluasi. Penilaian dimaksudkan sebagai proses menafsirkan data

hasil pengukuran. Oleh karena itu, evaluasi merupakan suatu proses yang

kompleks dan terus menerus untuk menemukan manfaat suatu kegiatan sebagai

pertimbangan dalam menetapkan suatu keputusan akhir.

Menurut Djemari Mardapi (2000:2), ditinjau dari sasarannya evaluasi ada

yang bersifat makro dan ada yang bersifat mikro. Evaluasi yang bersifat makro

subyeknya adalah program pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk

memperbaiki sektor pendidikan. Sedangkan evaluasi mikro sering diterapkan di

tingkat kelas. Oleh karena itu sasaran evaluasi mikro adalah program

pembelajaran di kelas dan yang bertanggungjawab adalah guru. Guru memiliki

tanggung jawab merumuskan dan melaksanakan program pembelajaran di kelas,

sedangkan pimpinan sekolah bertanggung untuk mengevaluasi program


21

pembelajaran di tingkat makro termasuk program yang direncanakan dan

dilaksanakan oleh guru.

Gardner dalam Stark (1994:8) memberikan definisi evaluasi pendidikan

adalah

(1) evaluasi sebagai pertimbangan atau keputusan profesional,

(2) evaluasi sebagai pengukuran, dan

(3) evaluasi sebagai penilaian dari kesesuaian antara prestasi atau hasil dan

tujuan,

(4) keputusan yang berorientasi pada evaluasi, dan

(5) tujuan yang dihadapkan pada evaluasi.

Departement Pendidikan Amerika (2002) memberikan batasan bahwa

evaluasi mempunyai tiga maksud, yaitu

(1) menyediakan informasi diagnostik (evaluasi formatif),

(2) menilai kemajuan siswa (evaluasi sumatif), dan

(3) menilai secara menyeluruh prestasi dari sesuatu yang sungguh ada (seperti:

kelas, program, negara).

Menurut Scriven dalam Fernandes (1984) bahwa dua fungsi dasar evaluasi

yaitu bahwa evaluasi formatif digunakan untuk memperbaiki dan

mengembangkan dari sebuah program, sedangkan fungsi dari evaluasi sumatif

adalah digunakan untuk tanggung jawab, memilih dan sertifikasi. Sedangkan

standar dari evaluasi ada empat, yaitu (1) utility atau kegunaan, (2) accuracy atau

ketepatan, (3) feasibility atau kelayakan dan (4) propriety atau kebenaran. Tujuan

dan kegunaan penilaian pendidikan termasuk perencanaan, pengelolaan, proses


22

dan tindak lanjut pendidikan baik yang menyangkut perorangan, kelompok

maupun kelembagaan.

Menurut Thorndike dan Hagen (1977) tujuan dan kegunaan penilaian

pendidikan dapat diarahkan kepada keputusan-keputusan yang menyangkut (1)

pengajaran, (2) hasil belajar, (3) diagnosis dan usaha perbaikan, (4) penempatan,

(5) seleksi, (6) bimbingan dan konseling, (7) kurikulum, dan (8) penilaian

kelembagaan.

Menurut Sukardi dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Program

Pendidikan dan Pelatihan,mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses

mencari data atau informasi tentang objek atau subjek yang dilaksanakan untuk

tujuan pengambilan keputusan terhadap objek atau subjek tersebut.

MenurutLincolin seperti dikutip Zainal arifin,mengemukakan bahwa

evaluasi adalah “ a process for describing an evaluand and judging its merit and

word”.Jadi evaluasi adalah suatu proses untuk menggambarkan peserta didik dan

menimbangnya dari segi nilai dan arti.

2.2 Konsep Pendidikan dan Pelatihan

2.2.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian yang tak terpisahkan, karena

sering disebut dengan istilah diklat (pendidikan dan pelatihan). Menurut Oemar

Hamalik (2007: 10) menjelaskan bahwa pelatihan merupakan proses yang

meliputi serangkaian upaya yang dilakukan oleh tenaga professional dalam satuan

waktu, untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam bidang pekerjaan tertentu

guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.


23

Sementara itu, Kaswan (2011: 2) menyatakan bahwa pelatihan adalah proses

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan dimaksudkan

sebagai proses pengajaran terhadap seseorang dalam bidang pekerjaan tertentu

yang berupa cara-cara mengerjakan suatu tugas, misalnya mengoperasikan mesin

komputer.

Menurut B. Suryosubroto (2004: 6) diklat merupakan kegiatan pendidikan

pegawai atau calon pegawai yang berkaitan dengan usaha peningkatan

pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam rangka pencapaian tujuan organisasi

yang efektif dan efisien. Lebih lanjut dijelaskan Bella dalam Hasibuan (2001: 70)

bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan proses peningkatan keterampilan

kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pada teori,

dilakukan dalam kelas, berlangsung lama dan biasanya menjawab why.

Sedangkan pelatihan berorientasi di lapangan, berlangsung singkat dan biasanya

menjawab how. Dari beberapa pendapat, diperoleh pengertian bahwa pelatihan

atau yang sering dikenal dengan istilah diklat merupakan usaha meningkatkan

pengetahuan, keterampilan kerja dan sikap pada sumber daya manusia atau

pegawai sesuai dengan bidang pekerjaannya agar lebih profesional dalam

menjalankan aktivitas kerjanya dalam suatu lembaga atau instansi.

2.2.2 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

Suatu badan usaha atau intansi yang menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pendidikan dan pelatihan atau diklat

berisi pedoman yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan program,

pelaksanaan, dan pengawasan. Menurut Marihot (2006: 69) tujuan utama setiap
24

latihan adalah agar masing-masing pengikut latihan dapat melakukan

pekerjaannya kelak lebih efisien. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam

menentukan tujuan diklat antara lain peserta, organisasi diklat, materi/bahan

pelajaran dan perubahan pelaksanaan tugas yang diharapkan (B. Suryosubroto,

2004: 90).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 101 Pasal 1 Tahun 2000 tentang

pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), disebutkan bahwa

pendidikan dan pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut

diklat adalah proses penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka meningkatkan

kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, tujuan

diadakannya diklat bagi PNS antara lain untuk:

1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat

melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi

kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan

institusi.

2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaru dan perekat

persatuan dan kesatuan bangsa.]

3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada

pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat.

4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksankan

tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya

kepemerintahan yang baik.


25

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan dan pelatihan (diklat) pada

dasarnya yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi

kepentingan individual yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan dalam

rangka untuk pengembangan pribadinya guna membantu penyelesaian

pekerjaan.

5. Disamping itu untuk mewujudkan tujuan diklat diperluan persiapan yang

matang mengenai antara lain:

a. Analisis kebutuhan peserta, yaitu merencanakan peserta sesuai dengan

jenis diklat yang diselenggarakan. Dengan memperkirakan jumlah

peserta yang dibutuhkan dan persyaratan bagi peserta diklat.

b. Organisasi diklat merupakan unsur yang berpengaruh terhadap

kelangsungan lembaga diklat. Dengan adanya perencanaan dalam

penyusunan struktur organisasi maka akan diperoleh pembagian kerja

yang jelas dan terarah bagi unit kerja yang adadi lembaga diklat.

c. Materi/bahan pelajaran diklat, yaitu dengan merencanakan bahan

pelajaran sebaik mungkin yang sesuai dengan jenis diklat dan

kebutuhan peserta diklat agar tepat sasaran.

d. Penetapan tenaga pengajar, yaitu mempersiapkan tenaga pengajar yang

benar-benar berkompeten/ahli di bidang diklat yang diselenggarakan.

Sebaiknya ada kriteria-kriteria tertentu yang digunakan dalam

menetapkan tenaga pengajar.

Berdasarkan pendapat tentang tujuan diklat di atas, jika dikaitkan

dengan tujuan diklat yang tercantum dalam PP No. 101 pasal 1 tahun
26

2000, maka tujuan diklat adalah untuk mewujudkan produktivitas kerja

di lingkungan pemerintahan. Oleh karena itu, organisasi memerlukan

orang-orang yang handal dan berkompeten/ahli dalam menjalankan

dan menyelesaikan tugas-tugasnya secara cepat dan tepat.

Dengan melalui diklat, seseorang memperoleh kesempatan untuk

memahami kekurangan-kekurangannya dan memenuhi kebutuhan akan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat dipergunakan

nantinya dalam melaksanakaan tugas dan pekerjaannya.

2.2.3 Fungsi Pendidikan dan Pelatihan

Seorang Pegawai (guru ) akan berkembang lebih cepat dan lebih baik dalam

bekerja apabila sebelum atau saat bekerja menerima pendidikan dan pelatihan

(diklat) terlebih dahulu yang diawasi oleh instruktur ahli. Menurut Omear

Hamalik (2007: 13) pelatihan memiliki tiga fungsi yaitu fungsi edukatif,

administratif, dan personal. Selanjutnya untuk lebih rinci mengenai ketiga fungsi

pelatihan tersebut penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki perilaku (performance) kerja peserta pelatihan. Perbaikan

dan peningkatan perilaku kerja bagi tenaga kerja sangat diperlukan, agar

tenaga kerja lebih mampu melaksanakan tugas-tugasnya dan lebih

berhasil dalam melaksanakan program organisasi.

2. Mempersiapkan promosi ketenagaan untuk jabatan yang lebih sulit dan

rumit. Persiapan promosi tenaga kerja pada jabatan yang lebih sulit

diperlukan sehubungan dengan perkembangan organisasi, munculya


27

permasalahan, tantangan penggunaan teknologi yang canggih, dan

tuntutan lingkungan kerja.

3. Mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih tinggi yakni

jabatan kepengawasan dan manajemen. Persiapan tenaga pengawas dan

manajemen memerlukan program pelatihan secara khusus mengingat

peran, fungsi, dan tanggung jawab yang lebih besar untuk mencapai

keberhasilan program organisasi. Lebih lanjut Proctor dan Thorton yang

dikutip oleh Marihot Manullang (2006:68) menjelaskan tentang faedah

nyata dari latihan sebagai berikut:

a. Menaikkan rasa puas pegawai.

b. Pengurangan pemborosan.

c. Mengurangi ketidakhadiran dan turn over pegawai.

d. Memperbaiki metode dan sistem kerja.

e. Menaikkan tingkat penghasilan.

f. Mengurangi biaya-biaya lembur.

g. Mengurangi biaya pemeliharaan mesin-mesin.

h. Mengurangi keluhan-keluhan pegawai.

i. Mengurangi kecelakaan-kecelakaan.

j. Memperbaiki komunikasi.

k. Meningkatkan pengetahuan serbaguna pegawai.

l. Memperbaiki moral pegawai.

m. Menimbulkan kerja sama yang lebih baik.


28

Berdasarkan pendapat tentang fungsi diklat, diperoleh kesimpulan bahwa

diklat mempunyai fungsi untuk mempersiapkan pegawai/tenaga kerja terkait

perilaku bekerja (working of behavior), pengembangan dalam penempatan

kedudukan jabatannya (development of position), dan memperbaiki kemampuan

personal (toimprove the ability of personal). Dengan adanya ketiga fungsi

tersebut, pegawai dapat lebih terarah dalam menempatkan dirinya dalam bidang

pekerjaannya.

2.2.4. Jenis -jenis Pendidikan dan Pelatihan

Jenis-jenis pendidikan dan pelatihan pegawai Negeri dibedakan berdasarkan

bidang tugas/pekerjaan, kepangkatan peserta, dan karier peserta. Jenis

Pendidikan .

2.3. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang diangkat oleh

penulis, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian dari Wahyu Tri Widodo pada tahun 2012 mengenai

Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Operator Komputer di Balai

Latihan Kerja Siraman Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Penelitiannya

memberikan penjelasan mengenai gambaran tentang komponen dalam

evaluasi yang selanjutnya dengan mencari prosentase jawaban dari tiap-

tiap sub variabel. Hasil penelitian terhadap lima kategori penilaian yang

meliputi keterlaksanaan kurikulum, kualitas proses belajar mengajar,

kualitas kinerja pendidik, kualitas sarana prasarana dan kualitas kinerja

pengelola. Disisi lain hasil penelitian menunjukan indikasi bahwa


29

komunikasi bisa berjalan dua arah karena hamper semua peserta

termotivasi untuk mengikuti program pendidikan dan pelatihan.

2. Eko Rachmat Suprabowo pada tahun 2012 mengenai Evaluasi program

pelatihan komputer di Balai Latihan Kerja Kabupaten Kulon Progo. Hasil

penelitian ini mengarah pada evaluasi konteks, masukan, proses dan hasil

program pelatihan komputer. Dari hasil evaluasi program pelatihan

dijelaskan bahwa program dapat dilanjutkan dengan beberapa pembenahan

dan perbaikan guna menghasilkan pelayanan program pelatihan yang

maksimal dan menghasilkan kualitas serta kuantitas lulusan yang benar-

benar memiliki kompetensi dan profesional di bidang komputer.

3. Yasri Widyaiswara ahli Madya Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga

Teknis Pendidikan Dan Keagamaan.

4. Riyan Anbur..Jurnal Pendidikan dan Evaluasi Pendidikan Volume 22,NO

1 ,Juni 2018(35-48). Evaluasi Program Diklat Karya Tulis Ilmiah untuk

Widyasaiswara Pusbangtendik Kemdikbud. Tujuan penelitian ini adalah

mengevaluasi program Pendidikan dan Pelatihan karya tulis ilmiah (Diklat

KTI)untuk widyaiswara yang diselenggarakan Pusbangtendik Kemdikbud.

5. Azwar Iskandar.2019.Evaluasi Diklat ASN Model Kirkpatrik (Studi Kasus

Pelatihan Effective Negotiation Skill Balai Diklat Keuangan Makassar )

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kepuasan peserta diklat

terhadap pengajar dan penyelenggaraan diklat. Mengevaluasi

implementasi hasil diklat setelah kembali ke unit kerja, mengevaluasi

dampak hasil diklat dalam meningkatkan alumni diklat dan /atau unit
30

kerja. Mengindenfitifakasi kendala yang menghambat penerapan hasil

pelatihan.

Keempat level dapat dirinci sebagai berikut:

1. Reaksi dilakukan untuk mengukur tingkat reaksi yang didisain agar

mengetahui opini dari para peserta pelatihan mengenai program pelatihan.

2. Pembelajaran mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan

pada materi pelatihan yang telah diberikan.

3. Perilaku diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah

laku peserta (karyawan) dalam melakukan pekerjaan.

4. Hasil untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau

organisasi secara keseluruhan.

Penerapan model evaluasi empat level dari Kirkpatrick dalam pelatihan

dapat diuraikan dengan persyaratan yang diperlukan sebagai berikut.

a. Level 1: Reaksi

Evaluasi reaksi ini sama halnya dengan mengukur tingkat kepuasan peserta

pelatihan. Komponen-komponen yang termasuk dalam level reaksi ini yang

merupakan acua

1. Jadwal pelatihan. Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen ini

adalah ketepatan waktu dan kesesuaian waktu dengan peserta pelatihan,

atasan para peserta dan kondisi belajar.

2. Media pelatihan. Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah

kesesuaian media dengan bidang materi yang akan diajarkan yang mampu
31

berkomunikasi dengan peserta dan menyokong instruktur/ pelatihan

dalam memberikan materi pelatihan.

3. Materi Pelatihan. Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah

kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan, kesesuaian materi dengan

topik pelatihan yang diselenggarakan.

4. Konsumsi selama pelatihan berlangsung. Yang termasuk indikator di

dalamnya adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.

5. Pemberian latihan atau tugas. Indikatornya adalah peserta diberikan soal.

6. Studi kasus. Indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk

dipecahkan.

7. Handouts. Dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah

handouts yang diperoleh, apakah membantu atau tidak.

b. Level 2: Pembelajaran

Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta

program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat

mengetahui dampak dari program pelatihan yang diikuti para peserta dalam hal

peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal yang dipelajari

dalam pelatihan. Pandangan yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa evaluasi

pembelajaran ini untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang diperoleh dari materi pelatihan. Oleh karena itu diperlukan wawancara

dengan peserta pelatihan untuk mengetahui kesungguhan apakah para peserta

megikuti dan memperhatikan materi pelatihan yang diberikan. Dan biasanya data

evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum


32

pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah pelatihan atau tes akhir (post-test)

dari setiap peserta. Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga

mencakup semua isi materi dari pelatihan.

c. Level 3: Perilaku

Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan

tingkah laku peserta (guru ) dalam melakukan pekerjaan. Dan juga untuk

mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap yang baru sebagai dampak

dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan di dalam

perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan

kinerja/ kompetensi di unit kerjanya masing-masing.

d. Level 4: Hasil

Hasil akhir tersebut meliputi, peningkatan kompetensi guru yang

berkualitas.Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk

menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara

keseluruhan. Sasaran pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang nyata yang

akan diterapkan kepada siswa diunit kerjanya masing masing. Walaupun tidak

memberikan hasil yang nyata bagi sekolah dalam jangka pendek, bukan berarti

program pelatihan tersebut tidak berhasil. Ada kemungkinan berbagai faktor yang

mempengaruhi hal tersebut, dan sesungguhnya hal tersebut dapat dengan segera

diketahui penyebabnya, sehingga dapat pula sesegera mungkin diperbaiki. .

Proses pengukuran dan pengumpulan data evaluasi yang lebih rinci dapat dilihat

dari tabel 1 berikut:

Tabel 1
33

Proses Pengukuran dan Pengumpulan Data

Level Evaluasi Deskripsi Metode Pengumpulan Data

1. Reaksi Mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap program

pelatihan yang diikuti. Survai dengan skala pengukuran yaitu skala Likert.

2. Pembelajaran Mengukur tingkat pembelajaran yang dialami oleh peserta

pelatihan. Formal tes (tertulis)

3. Perilaku Mengukur implementasi hasil pelatihan di tempat kerja. Action Plan,

observasi

4. Hasil Mengukur keberhasilan pelatihan dari sudut pandang adanya peningkatan

kinerja/komtenesi peserta pelatihan. Evaluasi action plan dan data laporan hasil

kerja.

Pengukuran dan evaluasi adalah instrumen yang berguna untuk membantu

menginternalisasi hasil pelatihan. Uraian secara rinci tentang bidang kerja

evaluasi yang mencakup level data, fokus data dan kegunaan data dapat dilihat

pada tabel-2 berikut ini.

Tabel 2 Bidang Kerja Evaluasi

Bidang Evaluasi Level Data Fokus Data Kegunaan Data

Level1:

Reaksi dan atau kepuasan dan rencana tindakan Fokus pada program

pelatihan, fasilitator dan bagaimana aplikasinya. Untuk mengungkap apa yang

dipikirkan peserta terhadap program – kepuasan terhadap program pelatihan dan

pelatih. Mengukur dimensi lain: rencana tindakan peserta sebagai hasil pelatihan,

bagaimana implementasi kebutuhan, program, atau proses yang baru, bagaimana


34

menggunakan kapabilitas baru. Digunakan untuk menyesuaikan atau

memperbaharui isi, desain, atau pelaksanaan pelatihan. Proses dari pengembangan

rencana tindakan, mempertinggi transfer dari pelatihan tempat kerja. Data rencana

tindakan dapat digunakan untuk menentukan poin fokus untuk tindak lanjut

evaluasi serta membandingkan hasil yang ada dengan standar. Temuan ini dapat

ditujukan untuk peningkatan mutu program.

Level 2:

Belajar Fokusnya adalah pada partisipan serta berbagai dukungan mekanik

untuk belajar. Mengukur pengetahuan, fakta, proses, prosedur, teknik atau

keterampilan yang telah diperoleh dari pelatihan. Mengukur hasil belajar harus

objektif, dengan indikator kuantitatif mengenai pengetahuan serta pengertian yang

telah dimiliki. Data ini digunakan untuk membuat pengaturan program, isi, desain

dan pelaksanaan.

Level 3:

Aplikasi dan atau implementasi pekerjaan Fokusnya adalah pada partisipan,

tempat kerja, dan dukungan mekanis untuk mengaplikasikan hasil belajar.

Mengukur perubahan perilaku pada pekerjaan. Ini juga meliputi aplikasi spesifik

dari keterampil an, pengetahuan khusus yang telah dipelajari dalam pelatihan. Ini

diukur setelah hasil pelatihan di implementasi kan di tempat kerja. Menghasilkan

data yang mengindikasikan frekuensi dan efektifitas aplikasi pekerjaan. Jika

berhasil perlu diketahui kenapa, agar dapat adaptasi pengaruh yang mendukung

dalam situasi lain. Jika tidak berhasil, perlu diketahui penyebabnya, agar dapat
35

mengkoreksi situasi untuk memfasilitasi implementasi yang lain.

Level 4:

Dampak Fokus pada akibat dari proses pelatihan dalam hasil spesifik

organisasi. Menentukan pengaruh Diklat dalam meningkatkan kinerja Guru SMK.

2.4.Konsep evaluasi program

Menurut suharsimi (2004: 3) program didefinisikan sebagai suatu unit atau

kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu

kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam

suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Dalam kosepsi ini, terdapat tiga pengertian penting yang perlu ditekankan

dalam menentukan suatu program, yakni:

1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan,

2) terjadi dalam waktu yang relative lama, bukan kegiatan tunggal tetap

jamak berkesinambungan, dan

3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan orang banyak.

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal, melainkan kegiatan yang

berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Program merupakan

sebuah system dimana system itu sendiri merupakan satu kesatuan dari beberapa

bagian atau komponen program yang saling kait mengkait dan bekerja satu

dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam system.

Dengan demikian program terdiri dari komponen yang saling kait mengkait dan

saling menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan.


36

Menurut Cronbach dan Stufflebeam evaluasi program merupakan upaya

menyediakan informasi untuk disampaikan pada pengambil keputusan (Suharsimi

Arikunto, 2004: 4). Dalam bidang pendidikan, Tyler mengemukakan bahwa

evaluasi program merupakan proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan

dapat terealisasikan (Suharsimi Arikunto, 2004: 4). Dengan demikian evaluasi

program pendidikan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara cermat

untuk mengetahui mengetahi efektivitas masing-masing komponennya.

Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil

dalam pelaksanaan sebuah program keputusan yaitu menghentikan program,

merevisi program, melanjutkan program, atau menyebarluaskan program.

Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan

keputusan dan kebijakan lanjutan dari program, karena dari masukan hasil

evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut

dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.

Melalui metode tertentu secara cermat dan sistematis akan diperoleh data

yang handal dan reliabel sehingga penentuan kebijakan selanjutnya akan tepat,

dengan catatan data yang digunakan sebagai dasar pertimbangan tersebut adalah

data yang tepat, baik dari segi isi, cakupan, format maupun tepat dari segi waktu

penyampaian (Widoyoko, 2007).

Untuk dapat menjadi evaluator program, seseorang harus memiliki

kemampuan dalam melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan

kemampuan praktik, cermat, obyektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan
37

bertanggung jawab. C. Evaluasi Program 1. Pengertian Evaluasi Program Evaluasi

memiliki berbagai macam pengertian. Menurut wayan Nurkancana

(Zaini, 2009: 142) evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk

menentukan nilai dari sesuatu. Sedangkan menurut Cross (Sukardi, 2012: 1)

Evaluation is a process which determines the extent to which objectivies have

been achieved. Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana

suatu tujuan telah dapat dicapai. Sementara itu, Farida Yusuf Tayibnapis (2008:

13) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses pertimbangan

mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu tersebut dapat

berupa benda, orang, kegiatan atau kesatuan. Evaluasi diartikan sebagai proses

untuk mengetahui nilai guna dari sasaran yang dijadikan evaluasi.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah

proses mengumpulkan informasi penting dengan cara mengukur keberhasilan atau

tingkat ketercapaian suatu kegiatan untuk diambil keputusan. Evaluasi juga

merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang bekerjanya sesuatu

yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang

tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Menurut Tyler yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin

(2010:5) mengemukakan bahwa evaluasi program adalah proses untuk

mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan. Evaluasi

terhadap pendidikan merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara sistematis

dan continue. Dengan adanya evaluasi maka akan diperoleh gambaran yang

terjadi pada waktu tersebut dan untuk selanjutnya perlu diperbaiki dengan
38

mempertimbangkan hal-hal yang penting dalam melaksanakan kegiatan

pendidikan.

Sementara Stake dalam Farida Yusuf Tayibnapis (2008: 21) mendefinisikan

bahwa evaluasi program adalah kegiatan untuk merespon suatu program yang

telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Stake menekankan adanya dasar kegiatan

dalam evaluasi yaitu descriptions dan judgment. Serta membedakan adanya tiga

tahap dalam program pendidikan atendent (context), transactions (process) dan

outcomes (output).

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen

program dalam mendukung pencapaian tujuan program. Untuk mengetahui

seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana

yang belum tercapai serta apa penyebabnya, sehingga perlu adanya evaluasi

program. Tanpa ada kegiatan evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak

dapat diketahui.

2.4.1.Tujuan Evaluasi

Program Evaluasi dapat sebagai pelengkap dalam penilaian program, secara

luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor penting suatu

program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan dan perkembangan tujuan

(Sukardi, 2012: 9).

Dari berbagai macam informasi yang telah di evaluasi nantinya dapat

digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Menurut Wirawan


39

(2011: 22), evaluasi dilaksanakan untuk mencapai tujuan sesuai dengan obyek

evaluasinya. Tujuan melakukan evaluasi antara lain:

a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat

b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.

c. Mengukur apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan standar.

d. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana dimensi

program yang jalan, mana yang tidak jalan.

e. Pengembangan staf program. f. Memenuhi ketentuan undang-undang.

g. Akreditasi program. h. Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency.

i. Mengambil keputusan mengenai program.

j. Akuntabilitas.

k. Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program.

l. Memperkuat situasi politik. m. Mengembangkan ilmu teori evaluasi atau riset

evaluasi.

Selanjutnya, Endang Mulyatiningsih (2011: 114-115) mengemukakan

evaluasi .Program dilakukan dengan tujuan untuk:

1) Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi.

2) Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama di

tempat lain.

3) Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah

program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan evaluasi program memiliki

tujuan yaitu untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu
40

program. Informasi yang dihasilkan tersebut antara lain dapat berupa proses

pelaksanaan program, dampak atau hasil yang dicapai dan pemanfaatan yang

diperoleh dari evaluasi program itu sendiri, yaitu pertimbangan mengenai program

akan dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Evaluasi program juga bertujuan

untuk digunakan untuk kepentingan penyusunan program selanjutnya atau dapat

dipakai untuk program yang sejenis.

2.5.Pengertian Diklat

Dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu yang asing, maka perlu

mempelajari dahulu cara mengerjakan pekerjaan itu. Tidak ada seseorang yang

mampu melaksanakan suatu tugas dengan baik apabila tidak mempelajari terlebih

dahulu, bahkan apabila pekerjaan itu nampak mudah, misalnya mengetik surat.

Orang yang belum memiliki pengalaman akan mengalami kesukaran dalam

melaksanakannya. Jadi, pendidikan dan pelatihan sangat perlu.

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan merupakan salah salah satu

upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan. Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia pada

setiap unit kerja juga akan berhubungan dengan hakikat pendidikan dan pelatihan.

Menurut Sumarsono (2009:93) pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu

faktor yang penting dalam pengembangan SDM.

Pendidikan dan pelatihan tidak hanya menambah pengetahuan, akan tetapi

juga meningkatkan ketrampilan bekerja, dengan demikian dapat meningkatkan


41

produktivitas kerja. Pelatihan menurut Dessler (2009:263) adalah proses

mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang

mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Pelatihan merupakan

salah satu usaha dalam dunia kerja. Pegawai, baik yang baru ataupun yang sudah

bekerja perlu mengikuti pelatihan.

Karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan

lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya. Menurut Rivai (2009) pelatihan

merupakan bagian yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan

meningkatkan ketrampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu

relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek daripada

teori. Pendidikan dan pelatihan merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana

para pegawai dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian,

pengetahuan dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan

pekerjaan.Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat dinyatakan bahwa pendidikan

dan pelatihan memang tidak dapat dipisahkan.

Pendidikan dan pelatihan adalah penciptaan suatu lingkungan dimana

pegawai dapat meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan sikap untuk

membantu organisasi mencapai sasaran. Dengan pengertian seperti diatas

pelatihan sering disama artikan dengan pendidikan karena memiliki suatu konsep

yang sama yaitu memberi bantuan pada pegawai untuk berkembang.

Beberapa hal yang menunjang kearah keberhasilan pelatihan menurut Rivai

(2004:240), yaitu antara lain :


42

1) Materi yang Dibutuhkan Materi disusun dari estimasi kebutuhan tujuan latihan,

kebutuhan dalam bentuk pengajaran keahlian khusus, menyajikan pengetahuan

yang dibutuhkan.

2)Metode yang Digunakan Metode yang dipilih hendak disesuaikan dengan jenis

pelatihan yang akan dilaksanakan.

3) Kemampuan Instruktur Pelatihan Mencari sumber-sumber informasi yang lain

yang mungkin berguna dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.

4) Sarana atau Prinsip-Prinsip Pembelajaran Pedoman dimana proses belajar akan

berjalan lebih efektif.

5) Peserta Pelatihan sangat penting untuk memperhitungkan tipe pekerja dan jenis

pekerja yang akan dilatih.

6) Evaluasi Pelatihan Setelah mengadakan pelatihan hendaknya di evaluasi hasil

yang didapat dalam pelatihan, dengan memperhitungkan tingkat reaksi, tingkat

belajar, tingkat tingkah laku kerja, tingkat organisasi dan nilai akhir.

2.6 Kerangka Konseptual

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru

sebagai pelaksana di setiap satuan pendidikan didorong untuk mengembangkan

diri dengan sejumlah keterampilan abad 21 sebagai penyesuaian terhadap

perkembangan zaman (Makiyah, 2019). Guru perlu mengembangkan diri untuk

menjadi profesional dalam memberikan layanan pendidikan kepada siswa baik


43

secara kognitif, afektif, dan psikomotor serta melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya dengan sukses (Norlander, 2009).

Ada empat jenis kompetensi guru yang meliputi kompetensi kepribadian,

kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Keempat

kompetensi ini perlu bersinergi satu dengan yang lain sehingga menjadi bagian

yang terintegrasi pada diri seorang Guru.

Padahal kompetensi dalam memberikan pembelajaran merupakan

kompetensi pedagogik yang harus sudah dikuasai oleh guru profesional dimana

guru harus mampu menyelenggarakan pembelajaran yang bermakna agar siswa

dapat mengonstruksi pengetahuannya sendiri dengan keterampilan yang sudah

dimiliki (Mahmudah, 2019).

Untuk mengatasi permasalahan kompetensi guru seperti yang telah

dipaparkan maka dibutuhkan pelatihan, peningkatan, dan pengembangan (Rizal

dkk, 2020). LPTK, P4TK, dan lembaga pendidikan lainnya menginisiasi untuk

mengadakan sejumlah pelatihan dengan konten dan durasi bervariatif untuk

membekali para guru dengan kompetensi yang dibutuhkan agar menjadi guru

profesional (Budiman, 2018). Namun, pada umumnya kegiatan pelatihan ini

belum dievaluasi secara sistematis dan menyeluruh sehingga diperlukan desain

evaluasi pelatihan Guru Guru SMK Profesional secara komprehensif.

Definisi dan tujuan evaluasi tersebut secara implisit sesuai dengan definisi

evaluasi dibidang pendidikan menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu kegiatan pengendalian, penjaminan,

dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada


44

setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban

penyelenggaraan pendidikan.

Ketika melakukan kegiatan evaluasi tersebut, hendaknya diperlukan suatu

model evaluasi sebagai acuan yang mampu melakukan penilaian terhadap kualitas

dan efektifitas pelaksanaan dari suatu program diklat. Model evaluasi empat level

yang dikembangkan oleh Kirkpatrick merupakan kerangka konseptual untuk

membantu menentukan data apa yang harus dijaring dalam evaluasi

pengembangan sumber daya manusia.

Lin & Chuang (2011) mengatakan model evaluasi empat level Kirkpatrick

merupakan model evaluasi yang level evaluasinya mencakup keseluruhan

program untuk menilai apa yang kita butuhkan. Sedangkan Salvatore V. Falletta

(1998) model evaluasi Kirkpatrick yaitu :

1. untuk membenarkan keberadaan fungsi pelatihan dengan menunjukkan

bagaimana kontribusi untuk tujuan dan sasaran organisasi, untuk

memutuskan apakah akan melanjutkan program pelatihan, dan

meningkatkan pelatihan. Penyelenggaraan diklat Guru SMK yang

dilaksanakan BBPPMPV BIDANG BANGUNAN DAN LISTRIK

MEDAN ini diarahkan untuk dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan sumberdaya Guru SMK secara inovatif, kreatif, profesional

dan berwawasan global.

2. Melalui kegiatan evaluasi, diharapkan diperoleh informasi mengenai

penerapan diklat, relevansi diklat, kebermanfaatan diklat serta

implementasi GURU SMK di lapangan dan dapat pula dijadikan umpan


45

balik bagi penyempurnaan program dan penyelenggaraan diklat yang akan

datang. Guru SMK dari Provinsi Sumatera Utara dibawah naungan

BBPPMPV Bidang Bangunan dan Listrik.

Dari uraian di atas, maka dapat dilihat pada gambar 1, dimana dalam gambar ini

telah mewakilkan penjelasan mengenai penelitian tentang evaluasi program

pendidikan dan pelatihan (diklat) guru SMK di Balai Besar Pengembangan

Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Bangunan dan Listrik (BBPPMPV

BBL) medan.

BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENJAMINAN


MUTU PENDIDIKAN VOKASI BIDANG BANGUNAN
ISTRIK MEDAN

DIKLAT GURU SMK

PROGRAM DIKLAT GURU SMK

EVALUASI PROGRAM DIKLAT

REAKSI

PEMBEAJARAAN PRILAKU HASIL


46

GAMBAR I. Evaluasi Program Pendidikan Dan Pelatihan Guru SMK diBalai


Besar Pemgembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Bangunan
Dan Listrik (BBPPMPV BBL)Medan
47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu

Pendidikn Vokasi bidang Bangunan dan lstrik(BBPPMPV BBL) Medan.

Dilaksankan Pada Bulan Agustus 2020 sampe dengan desember 2020. Metode

Penelitian ini adalah metode evaluative. Menurut Arikunto & Jabar (2014,p.59 )

penelitian evaluasi (evaluative) adalah penelitian yang mengetahui akhir dari

sebuah kebijakan,dalam rangka menentukan rekomendasi atas kebijakan yang

lalu,yang pada tujuan akhirnya adalah untuk menentukan kebijakan selanjutnya..

Program evaluation aims to know the achievement of program objectives

that have implemented. Furthermore,the results of the program evaluation are

used as the basis for carrying out follow-up activities of for subseguent decision

making (Arthur 2015,pp 964-965 ).

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kirck Patrik.

Model Kirck Patrik disebut juga empat level model evaluasi (four levels of

evaluation model ). Model ini dimulai dari level Reaksi (Reaction) lalu

dilanjutkan ke level pembelajaran ( learning ),level perilaku (behavior ) dan

terakhir level hasi ( result ) KirckPatrik,2006,pp21-25). Seperti yang telah


48

diuraikan diatas bahwa metode yang digunakan metode penelitian evaluasi

(evaluation research) dengan pendekatan mix methods(campuran).

Peneliti menggunakan pendekatan kombinasi kualitatif dan kuantitatif agar

diperoleh data dan analisa yang mendalam terhadap penelitian evaluasi ini, baik

dari data kuantitatif maupun data kualitatif.

3.2.Tempat dan waktu Penelitian

3.2.1.Tempat Penelitian.

Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu

Pendidikan Vokasi Bidang Bangunan Dan Listrik (BBPPMPV BBL)

Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian.

Penelitian dilaksanakan Mulai Bulan Agustus sampe dengan Bulan

Desember 2020.

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Peserta Diklat

Pada periode ini populasi peserta diklat berjumlah 4 kelas yang terdiri

dari Program keahlian pengajaran umum dan sumber belajar ( PUSB) 1 kelas

dengan judul diklat Mengmbangkan Pembelajaran berdasarkan teori belajar,

dan juga dari Program dari Keahlian Tehnik konstruksi dan Properti ( 3
49

Kelas ) dengan judul Diklat Menggambar Bangunan Gedung

(DPIB),mengerjakan Dokumen Tender,Pekerjaan Fondasi. dan yang menjadi

sampel dalam penelitian ini 1 kelas yang berjumlah 30 peserta.

3.3.2 Penyelenggara

Penyelenggara diklat Guru SMK dipilih sebagai informan yang

mengetahui segala kegiatan mengenai program diklat guru SMK, dalam

penelitian ini terdapat 1 (satu) orang yang menjadi informan.

3.3.3.Pengajar/Instruktur

Pengajar sebagai informan yang dipilih guna memperoleh informasi

mengenai diklat guru SMK dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) orang

pengajar/instruktur yang menjadi informan

3.3.4.Sampel/Peserta

Peserta yang telah mengikuti diklat guru SMK Tahun 2020 sejumlah 4

kelas dan dalam penelitian ini terdapat 3 peserta yang menjadi informan.

Ada pun yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut:

a. level Reaksi

level reaksi yang akan dijadikan objek penelitian yaitu mengukur tingkat

kepuasan peserta pelatihan yang mana indikatornya adalah instruktur/pelatih,

fasilitas pelatihan,jadwal pelatihan,media pelatihan,materi pelatihan,

konsumsi selama pelatihan berlangsung,pemberian pelatihan atau tugas studi

kasus dan handouts

b. Level Pembelajaraan
50

Evauasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum

diklat (tes awal) dan setelah diklat ( tes akhir dari setiap peserta).

c. Level Perilaku\

Diharapkan setelah mengikuti diklat terjadi perubahan tingkah laku guru

dalam melakukan pekerjaan.

d. Level Hasil

Hasil akhir meliputi peningkatan potensi guru yang berkualitas, sasaran

pelaksanaan program diklat adalah hasil yang nyata yang akan diterapkan

pada siswa diunit kerja masing-masing

3.4.Prosedur dan Rancangan Penelitian.

Pelaksanaan Penelitian Evaluasi Langkah-langkah yang diambil oleh

peneliti dalam melaksanakan penelitian evaluasi program terhadap proses

Program Diklat dengan empat level model Kirck Patrik. Evaluasi program

ditujukan supaya fleksibel dan spesifik unuk kondisi tertentu dalam arti untuk

menjawab petanyaan ,menguji hipotesis atau menjelaskan proses program.

Evaluasi difokuskan untuk memperoleh informasi yang dapat menurunkan

ketidakpastian mengenai masalah yang dihadapi selama evaluasi program.

Salah satu permasalahan ketika kita hendak melakukan evaluasi adalah

pemilihan model yang dianggap paling sesuai terhadap program yang hendak

dievaluasi. Pemilihan model evaluasi ini menjadi penting dikarenakan setiap

program memiliki karateristik yang berbeda dan setiap model evaluasi


51

asumsi,Pendekatan,terminology dan logika berpikir yang berbeda pula. Oleh

karenanya penggunaan lebih dari satu model dalam evaluasi sangat tidak

disarankan karena justru akan memunculkan kerancuan dan benturan logika

Antara model.

Meskipun setiap model evaluasi tetap memiliki keterbatasan,namun

pemilihan model yang tepat akan berimplikasi langsung terhadap kualitas

informasi yang dihasilkan oleh suatu evaluasi. Kualitas informasi dalam suatu

evaluasi bisa menjadi ukuran keberhasilan suatu evaluasi.Sebab tujuan utama

evaluasi adalah menyediakan informasi bagi pengambi keputusan mengenai suatu

program untuk menentukan apakah suatu program dihentikan,diteruskan dengan

perbaikan,atau diteruskan dengan pengembangan.

Disisi lain ada evaluasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat

kesenjangan suatu program,tingkat efektifitas suatu program,ada pula evaluasi

yang direncanakan..Program ini adalah program diklat,salah seorang tokoh adalah

Kirkpatrick.

Kirkpatrick memperkenalkan model evaluasinya pertama kali pada tahun

1975. Model ini diakui memiliki kelebihan karena sifatnya yang

menyelurh,sederhana dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi

pelatihan.Menyeluruh dalam arti model evalualsi ini mampu menjangkau semua

sisi dari suatu program pelatihan.


52

Dikatakan sederhana karena model ini memiliki alur logika yang sederhana

dan mudah dipahami serta kategorisasi yang jelas dan tidak berbelit belit.

Sementara dari sisi lain penggunaan model ini bisa digunakan untuk mengevaluasi

berbagai macam jenis pelatihan dengan berbagai macam situasi menurut

Kirkpatrick. Evaluasi didenefenisikan sebagai kegiatan untuk menentukan tingkat

efektifitas uatu program pelatihan.

Dalam model Kirkpatrick,evaluasi dilakukan melalui empat tahap evaluasi

atau kategori. level 1: Reaction.level 2.Learning,level 3.Behavior dan level

4.Result.Langkah Langkah model empat level Kirckpatrick ini dalam Diklat Guru

SMK dapat diuraikan dengan pesryaratan yang diperlukan sbb :

1. Instruktur/Pelatih,indikatornya adalah kesesuaian keahlian pelatih dengan

Bidang materi,kemampuan komunikasi dan keterampilan pelatih dalam

Mengikutsertakan peserta pelatihan untuk berpartisipasi.

2. Fasilitas Pelatihan,indikatornya adalah ruang kelas,pengaturan suatu di

dalam ruangan,alat dan bahan digunakan.

3. Jadwal pelatihan,indikatornya adalah ketepatan waktu dan kesesuaian

waktu dengan peserta pelatihan,atasan para peserta dan kondisi belajar.

4. Materi yang akan diajarkan yang mampu berkomunikasi dengan peserta

dan menyokong indstruktur/pelatih dalam memberikan materi pelatihan.


53

5. Materi Pelatihan,indikatornya adalah kesesuaian materi dengan tujuan

Pelatihan dan kesusaian materi dengan topic pelatihan yang

diselenggarakan.

6. Konsumsi selama pelatihan berlangsung,indikatornya adalah jumlah Dan

kualitas dari makanan yang disajikan selama pelatihan.

7. Pemberian latihan atau tugas,indikatornya adalah peserta diberikan

Soal/tes.

8. Studi kasus,indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk

dipecahkan.

9. Handouts dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah

handouts yang diperoleh ,apakah membantu atau tidak.

Penyelenggaraan Diklat (Pendidikan dan Pelatihan ) pada umumnya

menyiapkan 2 bentuk evaluasi yaitu evaluasi terhadap Nara sumber

(pengajar ) dan evaluasi terhadap penyelenggara.

a. Evaluasi terhadap Nara Sumber meliputi :Penguasaan materi,Sistematika

penyajian, Kemampuan menyajikan Materi.Penguasaan metode dan sarana

Ketepatan waktu Sikap dan perilaku. Cara menjawab pertanyaan,

Penguasaan Bahasa, Dan Pemberian motivasi terhadap peserta.


54

b. Evaluasi terhadap Penyelenggara meliputi unsur : unsur Kepersertaan

unsur kapinitiaaan Kurikulum Pengadaan Pelatih (Nara Sumber )

Akomodasi Konsumsi dan Sarana pelatihan.

Dengan demikian dengan kepuasan pserta atau reaksi peserta terhadap

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan dapat dibaca dari

hasil evaluasi. Model evaluasi pelatihan yang dikembangkan pertama kali oleh

Donald. L. Kirkpatrick (1959) dengan menggunakan empat level dalam

mengkategorikan hasil-hasil pelatihan. Empat level tersebut adalah level

reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil.

Keempat level dapat dirinci sebagai Penerapan model empat level dari

Kirkpatrick dalam pelatihan dapat diuraikan dengan persyaratan yang

diperlukan sebagai berikut.

a. Level 1: Reaksi

Evaluasi reaksi ini sama halnya dengan mengukur tingkat kepuasan peserta

pelatihan. Komponen-komponen yang termasuk dalam level reaksi ini yang

merupakan acuan untuk dijadikan ukuran. Komponen-komponen tersebut

berikut indikator-indikatornya adalah:

Instruktur/ pelatih.

Dalam komponen ini terdapat hal yang lebih spesifik lagi yang dapat diukur

yang disebut juga dengan indikator. Indikator-indikatornya adalah


55

1. Kesesuaian keahlian pelatih dengan bidang materi, kemampuan komunikasi dan

ketermapilan pelatih dalam mengikut sertakan peserta pelatihan untuk

berpartisipasi.

2.Fasilitas pelatihan. Dalam komponen ini, yang termasuk dalam indikator-

indikatornya adalah ruang kelas, pengaturan suhu di dalam ruangan dan bahan dan

alat yang digunakan.

3.Jadwal pelatihan. Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen ini

adalah ketepatan waktu dan kesesuaian waktu dengan peserta pelatihan, atasan

para peserta dan kondisi belajar.

4.Media pelatihan. Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah

kesesuaian media dengan bidang materi yang akan diajarkan yang mampu

berkomunikasi dengan peserta dan menyokong instruktur/ pelatihan dalam

memberikan materi pelatihan.

5.Materi Pelatihan. Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah

kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan, kesesuaian materi dengan topik

pelatihan yang diselenggarakan.

6.Konsumsi selama pelatihan berlangsung. Yang termasuk indikator di dalamnya

adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.

7.Pemberian latihan atau tugas. Indikatornya adalah peserta diberikan soal.

8.Studi kasus. Indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk

dipecahkan.

9.Handouts. Dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah handouts

yang diperoleh, apakah membantu atau tidak.


56

b. Level 2: Pembelajaran

Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta

program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat

mengetahui dampak dari program pelatihan yang diikuti para peserta dalam hal

peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal yang dipelajari

dalam pelatihan. Pandangan yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa evaluasi

pembelajaran ini untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang diperoleh dari materi pelatihan. Oleh karena itu diperlukan wawancara

dengan peserta pelatihan untuk mengetahui kesungguhan apakah para peserta

megikuti dan memperhatikan materi pelatihan yang diberikan. Dan biasanya data

evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum

pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah pelatihan atau tes akhir (post-test)

dari setiap peserta. Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga

mencakup semua isi materi dari pelatihan.

c. Level 3: Perilaku

Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan

tingkah laku peserta (guru ) dalam melakukan pekerjaan. Dan juga untuk

mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap yang baru sebagai dampak

dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan di dalam

perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan

kinerja/ kompetensi di unit kerjanya masing-masing.


57

d. Level 4: Hasil

Hasil akhir tersebut meliputi, peningkatan kompetensi guru yang

berkualitas.Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk

menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara

keseluruhan. Sasaran pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang nyata yang

akan diterapkan kepada siswa diunit kerjanya masing masing. Walaupun tidak

memberikan hasil yang nyata bagi sekolah dalam jangka pendek, bukan berarti

program pelatihan tersebut tidak berhasil. Ada kemungkinan berbagai faktor yang

mempengaruhi hal tersebut, dan sesungguhnya hal tersebut dapat dengan segera

diketahui penyebabnya, sehingga dapat pula sesegera mungkin diperbaiki. .

Proses pengukuran dan pengumpulan data evaluasi yang lebih rinci dapat

dilihat dari tabel 1 berikut:

Tabel 3.1
Proses Pengukuran dan Pengumpulan Data

Level Indikator Metode


Reaksi tingkat kepuasan peserta pelatihan skala Likert.
Pembelajaran tingkat pembelajaran yang dialami Formal tes (tertulis)
oleh peserta pelatihan.
Perilaku hasil pelatihan di tempat kerja Action Plan, observasi
Hasil keberhasilan pelatihan sudut pandang adanya
peningkatan
kinerja/komtenesi peserta
pelatihan

Keterangan Tabel 3.1


58

Level Evaluasi Deskripsi Metode Pengumpulan Data

1. Reaksi Mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap program

pelatihan yang diikuti. Survai dengan skala pengukuran yaitu skala Likert.

2. Pembelajaran Mengukur tingkat pembelajaran yang dialami oleh peserta

pelatihan. Formal tes (tertulis)

3. Perilaku Mengukur implementasi hasil pelatihan di tempat kerja. Action Plan,

observasi

4. Hasil Mengukur keberhasilan pelatihan dari sudut pandang adanya peningkatan

kinerja/komtenesi peserta pelatihan. Evaluasi action plan dan data laporan hasil

kerja.Pengukuran dan evaluasi adalah instrumen yang berguna untuk membantu

menginternalisasi hasil pelatihan.

Uraian secara rinci tentang bidang kerja evaluasi yang mencakup level data,

fokus data dan kegunaan data dapat dilihat pada tabel-2 berikut ini.

Tabel 3.2 Bidang Kerja Evaluasi


Bidang Evaluasi Level Data Fokus Data Kegunaan Data

Level Aspek yang dievaluasi Indikator


Level 1 (Reaksi) Rencana tindakan Fokus Mengukur rencana
pada program pelatihan, tindakan peserta sebagai
fasilitator dan bagaimana hasil pelatihan,
aplikasinya. bagaimana implementasi
kebutuhan, program, atau
proses yang baru,
bagaimana menggunakan
kapabilitas baru
Level 2 (Proses Partisipan serta berbagai Mengukur pengetahuan,
Pembelajaran) dukungan mekanik untuk fakta, proses, prosedur,
belajar teknik atau keterampilan
yang telah diperoleh dari
pelatihan. Mengukur
hasil belajar harus
objektif, dengan indikator
59

kuantitatif mengenai
pengetahuan serta
pengertian yang telah
dimiliki.
Level 3 (Perilaku) Partisipan, tempat kerja, Mengukur perubahan
dan dukungan mekanis perilaku pada pekerjaan
untuk mengaplikasikan
hasil belajar
Level 4 (Hasil) Hasil keikutsertaan Pengaruh Diklat dalam
peserta dalam diklat guru meningkatkan kinerja
smk terhadap lembaga Guru SMK setelah
akan meningkat kembali dilingkungan
tergantung motivasi tempat peserta bertugas
internal dan eksternal
serta kreativitas individu
peserta diklat. Pada
proses diklat dilihat dari
segi kinerja peserta
( lulusan).
Level1 (Reaksi):

Reaksi dan atau kepuasan dan rencana tindakan Fokus pada program

pelatihan, fasilitator dan bagaimana aplikasinya. Untuk mengungkap apa yang

dipikirkan peserta terhadap program – kepuasan terhadap program pelatihan dan

pelatih. Mengukur dimensi lain: rencana tindakan peserta sebagai hasil pelatihan,

bagaimana implementasi kebutuhan, program, atau proses yang baru, bagaimana

menggunakan kapabilitas baru. Digunakan untuk menyesuaikan atau

memperbaharui isi, desain, atau pelaksanaan pelatihan.

Proses dari pengembangan rencana tindakan, mempertinggi transfer dari

pelatihan tempat kerja. Data rencana tindakan dapat digunakan untuk menentukan

poin fokus untuk tindak lanjut evaluasi serta membandingkan hasil yang ada

dengan standar. Temuan ini dapat ditujukan untuk peningkatan mutu program.

Level 2 (Proses Pembelajaran):


60

Belajar Fokusnya adalah pada partisipan serta berbagai dukungan mekanik

untuk belajar. Mengukur pengetahuan, fakta, proses, prosedur, teknik atau

keterampilan yang telah diperoleh dari pelatihan. Mengukur hasil belajar harus

objektif, dengan indikator kuantitatif mengenai pengetahuan serta pengertian yang

telah dimiliki. Data ini digunakan untuk membuat pengaturan program, isi, desain

dan pelaksanaan.

Level 3 (Perilaku):

Aplikasi dan atau implementasi pekerjaan Fokusnya adalah pada

partisipan, tempat kerja, dan dukungan mekanis untuk mengaplikasikan hasil

belajar. Mengukur perubahan perilaku pada pekerjaan. Ini juga meliputi aplikasi

spesifik dari keterampilan, pengetahuan khusus yang telah dipelajari dalam

pelatihan.

Ini diukur setelah hasil pelatihan di implementasi kan di tempat kerja.

Menghasilkan data yang mengindikasikan frekuensi dan efektifitas aplikasi

pekerjaan. Jika berhasil perlu diketahui kenapa, agar dapat adaptasi pengaruh

yang mendukung dalam situasi lain. Jika tidak berhasil, perlu diketahui

penyebabnya, agar dapat mengkoreksi situasi untuk memfasilitasi implementasi

yang lain.

Level 4 (Hasil):

Dampak/ hasil keikutsertaan peserta dalam diklat guru smk terhadap

lembaga akan meningkat tergantung motivasi internal dan eksternal serta


61

kreativitas individu peserta diklat. Pada proses diklat dilihat dari segi kinerja

peserta ( lulusan). Menentukan pengaruh Diklat dalam meningkatkan kinerja Guru

SMK setelah kembali dilingkungan tempat peserta bertugas.

Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta

Diklat pada materi pelatihan yang telh diberikan dan dapat juga mengetahui

dampak dari pogram pelatihan yang diikuti peserta dalam hal peningkatan

Pengetahuan ( KNOWLEDGE) ketrampilan (SKILL) dan kecakapan (Attitude )

mengenai suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan.Pandangan yang sama

menurut Kirkpatrik bahwa evaluasi pembelajaan ini untuk mengetahui

peningkatan,pengetahuan,keterampilan,dan sikap yang diperoleh dalam materi

pelatihan.

Oleh karena itu diperlukan tes guna mengetahui kesungguhan apakah para

peserta mengikuti dan memperhatikan materi pelatihan,yang telah diberikan.Dan

biasanya data evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran

sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan.Pertnyaan –pertanyaan disusun

sedemikian rupa sehingga mencakup semua isi materi dan program pelatihan.

Pelatihan bukan hanya sekedar pre test dan post tes tetapi suatu rangkaian

penilaian yang komprehensif yang diikuti secara berkesinambungan mulai dari

level satu sampai dengan level ke empat.Hasil evaluasi dari seluruh tahap

merupakan informasi bagai organisasi penyelenggara . Diklat apakah tujuan diklat

sudah tercapai dengan catatan bahwa pelaksanaan evaluasi dilakukan

sistematis,berkesinambungan dan tidak terputus.


62

3.5 Variabel Penelitian

Ada pun yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut:

a. level Reaksi

level reaksi yang akan dijadikan objek penelitian yaitu mengukur

tingkat kepuasan peserta pelatihan yang mana indikatornya adalah

instruktur/pelatih, fasilitas pelatihan,jadwal pelatihan,media

pelatihan,materi pelatihan, konsumsi selama pelatihan

berlangsung,pemberian pelatihan atau tugas studi kasus dan handouts

b. Level Pembelajaraan

Evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum

diklat (tes awal) dan setelah diklat ( tes akhir dari setiap peserta). Model evaluasi

pelatihan yang dikembangkan pertama kali oleh Donald. L. Kirkpatrick (1959)

dengan menggunakan empat level dalam mengkategorikan hasil-hasil pelatihan.

Empat level tersebut adalah level reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil.

Keempat level dapat dirinci sebagai berikut:

Reaksi dilakukan untuk mengukur tingkat reaksi yang didisain agar

mengetahui opini dari para peserta pelatihan mengenai program pelatihan.

Pembelajaran mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan

pada materi pelatihan yang telah diberikan.

Perilaku diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku

peserta (karyawan) dalam melakukan pekerjaan.

Hasil untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi

secara keseluruha.
63

Penerapan model evaluasi empat level dari Kirkpatrick dalam pelatihan

dapat diuraikan dengan persyaratan yang diperlukan sebagai berikut.

a. Level 1: Reaksi

Evaluasi reaksi ini sama halnya dengan mengukur tingkat kepuasan peserta

pelatihan. Komponen-komponen yang termasuk dalam level reaksi ini yang

merupakan acuan untuk dijadikan ukuran. Komponen-komponen tersebut berikut

indikator-indikatornya adalah:

.a.Instruktur/ pelatih.

Dalam komponen ini terdapat hal yang lebih spesifik lagi yang dapat diukur

yang disebut juga dengan indikator. Indikator-indikatornya adalah :

a. kesesuaian keahlian pelatih dengan bidang materi, kemampuan komunikasi

dan ketermapilan pelatih dalam mengikut sertakan peserta pelatihan untuk

berpartisipasi.

b.Fasilitas pelatihan.

Dalam komponen ini, yang termasuk dalam indikator- indikatornya adalah

ruang kelas, pengaturan suhu di dalam ruangan dan bahan dan alat yang

digunakan.

c.Jadwal pelatihan.

Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen ini adalah ketepatan

waktu dan kesesuaian waktu dengan peserta pelatihan, atasan para peserta dan

kondisi belajar.

d.Media pelatihan.
64

Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah kesesuaian media

dengan bidang materi yang akan diajarkan yang mampu berkomunikasi

dengan peserta dan menyokong instruktur/ pelatihan dalam memberikan

materi pelatihan.

e.Materi Pelatihan.

Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah kesesuaian materi

dengan tujuan pelatihan, kesesuaian materi dengan topik pelatihan yang

diselenggarakan.

f.Konsumsi selama pelatihan berlangsung.

Yang termasuk indikator di dalamnya adalah jumlah dan kualitas dari

makanan tersebut.

g.Pemberian latihan atau tugas.

Indikatornya adalah peserta diberikan soal.

h.Studi kasus.

Indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk dipecahkan.

i.Handouts.

Dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah handouts yang

diperoleh, apakah membantu atau tidak.

b. Level 2: Pembelajaran

Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta

program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat

mengetahui dampak dari program pelatihan yang diikuti para peserta dalam hal

peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal yang dipelajari
65

dalam pelatihan. Pandangan yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa evaluasi

pembelajaran ini untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang diperoleh dari materi pelatihan.

Oleh karena itu diperlukan wawancara dengan peserta pelatihan untuk

mengetahui kesungguhan apakah para peserta megikuti dan memperhatikan

materi pelatihan yang diberikan. Dan biasanya data evaluasi diperoleh dengan

membandingkan hasil dari pengukuran sebelum pelatihan atau tes awal (pre-test)

dan sesudah pelatihan atau tes akhir (post-test) dari setiap peserta. Pertanyaan-

pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga mencakup semua isi materi dari

pelatihan.

c. Level 3: Perilaku

Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan

tingkah laku peserta (guru ) dalam melakukan pekerjaan. Dan juga untuk

mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap yang baru sebagai dampak

dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan di dalam

perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan

kinerja/ kompetensi di unit kerjanya masing-masing.

d. Level 4: Hasil

Hasil akhir tersebut meliputi, peningkatan kompetensi guru yang

berkualitas.Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk

menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara

keseluruhan. Sasaran pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang nyata yang

akan diterapkan kepada siswa diunit kerjanya masing masing. Walaupun tidak
66

memberikan hasil yang nyata bagi sekolah dalam jangka pendek, bukan berarti

program pelatihan tersebut tidak berhasil.

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Menyusun Instrumen Penelitian

Sugiyono (2010:193) berpendapat bahwa,

“Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data

hasil penelitian, yaitu, kualitas instrument penelitian dan

kualitas pengumpulan data”.

Selanjutnya, bila dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan cara interview (wawancara), kuesioner

(angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis

lakukan adalah dengan menggunakan angket.

Kuesioner atau angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono

2010:198).
67

Senada dengan pernyataan di atas, Nana Syaodih S

(2004:219) menyatakan bahwa, angket berisi sejumlah

pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau

direspon oleh responden. Sama dengan pedoman

wawancara, bentuk pertanyaan bisa bermacam-macam,

yaitu pertanyaan terbuka, pertanyaan terstruktur dan

pertanyaan tertutup.

Selanjutnya, Sugiyono (2010:200) menyatakan

bahwa penulisan angket mempunyai prinsip yang

menyangkut beberapa faktor : isi dan tujuan, pertanyaan,

bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka

– negative positif, pertanyaan tidak mendua, tidak

menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak

mengarahkan, tidak terlalu panjang, dan urutan pertanyaan.


68

Dengan memperhatikan kaidah-kaidah di atas, maka

penulis menyusun kisi-kisi, kemudian dirumuskan menjadi

butir-butir pernyataan. Kisi-kisi skala sikap dapat dilihat

pada tabel-tabel berikut :

Tabel 3.3
penilaian skor

Respon Pernyataan
Positif Negatif
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
69

Tabel 3.4
Rancangan Instrumen Penelitian untuk Kelompok Eksperimen
Nomor
Variabel Yang Diteliti Responden Keterangan
Pertanyaan

Reaksi peserta pelatihan terhadap

 Materi Peserta pelatihan 1,2,19

 Metode Peserta pelatihan 3

Level 1  Fasilitas Peserta pelatihan 10,11


Studi
Reaction  Fasilitator Peserta pelatihan 4,5,6,7,8,9
Dokumentasi
 Jadwal kegiatan Peserta pelatihan 16,17,18

 Akomoda
si dan Peserta pelatihan 12,13,14,15
Konsumsi

Hasil Pendidikan dan pelatihan, terhadap :


Level 2

Learning  Keterampilan Peserta pelatihan Pre dan Post Studi


test
dalam dokumentasi

menerima

pembelajaran
Outcomes / Implementasi hasil pelatihan, terhadap :

Level 3  Disiplin Peserta pelatihan 1,2,3


Pengambilan
Behaviour
4,5,6
 Jujur data dari
Peserta pelatihan
lapangan
70

 Inovatif Peserta pelatihan 7,8

 Kerjasama Peserta Pelatihan 9,10


71

Nomor
Variabel Yang Diteliti Responden Keterangan
Pertanyaan

negative)

7,9,11

 Penggunaan program (No 7 merupakan


Peserta pelatihan
Aplikasi lembar kerja pertanyaan

negative)

10,12,13,14,15

 Penggunaan program (No 10 merupakan


Peserta pelatihan
Diklat Guru SMK pertanyaan

negative)

Studi Dokumen
Level 4
(hasil Pengambilan
Results  Hasil Pembelajaran  Peserta
Diklat Guru SMK Pelatihan pembelajaran data dari

diklat peserta ) lapangan


72

Tabel 3.5. Rancangan Instrumen Penelitian untuk Kelas Kontrol

Variabel Yang Diteliti Responden Nomor Pertanyaan Keterangan

peserta pelatihan Pengambilan


Level 2  Peningkatan Pre dan Post test data dari
pengetahuan ( lapangan
Learning increase in
knowledge)

peserta pelatihan

1,2,4
 Keterampilan (Skill)

peserta pelatihan 3,5,6,8


 Sikap (Attitude) (no 3 merupakan
pertanyaan negative)
Pengambilan
data dari
lapangan
peserta pelatihan 7,9,11
 jujur (No 7 merupakan
pertanyaan negative)

peserta pelatihan 10,12,13,14,15


Level 3  disiplin (No 10 merupakan
pertanyaan negative)
Behaviour

peserta pelatihan Studi Dokumen Pengambilan


Level 4 (hasil belajar data dari
peserta diklat) lapangan
Results  Hasil belajar guru SMK
73

Selain itu, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

telah disusun, maka dibuat pula angket untuk peserta diklat, rekan

sejawat peserta diklat, kepala sekolah peserta diklat

Tabel 3.6.
Rancangan Instrumen Penelitian untuk peserta diklat, rekan sejawat
peserta diklat, kepala sekolah peserta diklat

Nomor
No Pertanyaan penelitian Aspek Responden
Pertanyaan
1 Terdapat peningkatan  Keterampilan alumni 1 Peserta diklat
keterampilan peserta diklat guru 2 Rekan sejawat
SMK
5 Kepala sekolah

2 Terdapat peningkatan Keterampilan dan disiplin 6 Peserta diklat


keterampilan guru guru semakin meningkat
7 Kepala sekolah
ditempat kerjanya
setelah selesai
mengikuti diklat

Study Daftar hadir


Dokumen guru SMK

3 Peserta diklat merasa Pembelajaran mudah 3 Peserta diklat


puas terhadap dipahami
pembelajaran yang guru selalu memberikan 4
dilaksanakan oleh materi
nara sumber selama
yang baru dan menarik
pendidikan dan
pelatihan pembelajaran di 2,6 (no 2
kelas pertanyaan
berlangsung negative)
74

dengan
menyenangkan
75

a. Menentukan Skor Butir Pernyataan

Penskoran setiap butir pernyataan menggunakan skala Likert. Pemilihan

skala Likert didasarkan atas asumsi seperti yang dituturkan Khan (2007):

1) pernyataan dapat dengan mudah disusun,

2) tanggapan katagori mudah diidentifikasi,

3) analisis butir pernyataan mudah dilakukan,

4) merupakan uni- dimensi skala.

Menurut Silalahi (2006: 277), untuk variabel dengan tingkat pengukuran ordinal,

katagori respon disusun dalam satu urutan katagori, yaitu:

bisa 3 (setuju, netral, tidak setuju),

bisa 4 ( sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju),

bisa 5 (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju).

Banyaknya katagori menentukan tingkat pengukuran presisi. Oleh karena

itu, dalam instrumen ini skala yang digunakan adalah skala likert dengan 4

kategori. Skala Likert, pada awalnya skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1.

Tetapi, dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih

jawaban pada kategori 3. Hal ini disebabkan kategori 3 memiliki arti netral atau

ragu-ragu terhadap pernyataan. Untuk menghindari hal tersebut skala Likert

dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas sikap

responden. Dengan demikian jawaban untuk setiap butir pernyataan telah

ditentukan dengan rentang 1 sampai 4. Responden cukup memberikan tanda

ceklis () pada kolom jawaban sesuai dengan pendapat responden. Butir

pernyataan tersebut adalah sebagai berikut;


77

1) Skor butir pernyataan untuk Level 1

Skor butir pernyataan untuk level 1 ini terdiri dari pernyataan positif

dengan tujuan untuk mengetahui reaksi peserta terhadap

penyelenggaraan pelatihan atau untuk mengetahui tingkat kepuasan

peserta pelatihan. Skor butir pernyataan tersebut adalah;

 Sangat Baik =4

 Baik =3

 Buruk =2

 Buruk Sekali = 1

2) Skor butir pernyataan untuk Level 3

Skor butir pernyataan untuk level 3 terdiri dari pernyataan positif dan

negatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah peserta pelatihan

mengimplementasikan keterampilannya atau tidak. Skor butir

pernyataan tersebut adalah;


78

Butir pernyataan positif:

 Tidak Pernah = 1

 Jarang Sekali = 2

 Sering = 3

 Selalu = 4

Butir pernyataan negatif:

 Tidak Pernah = 4

 Jarang Sekali = 3

 Sering = 2

 Selalu = 1

b. Mengkonsultasikan Angket Skala Sikap Kepada Pembimbing.

Sebelum angket dipergunakan dalam pengumpulan data, terlebih dahulu

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mengkaji isi dan konstruk.

Melalui konsultasi, maka dihasilkan angket sebagai berikut ;

1) Angket skala sikap untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

berjumlah 12 pernyataan positif, dan 3 pernyataan negatif. Butir

pernyataan skala sikap dapat dilihat pada lampiran 3.3.

2) Untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengkonfirmasi pernyataan

dari kelompok eksperimen, dibuat pula angket sebagai berikut;

 Angket untuk kepala sekolah dan atau pengawas sekolah berjumlah

22 butir pertanyaan.

 Angket untuk guru sejawat berjumlah 19 butir pertanyaan.

 Angket untuk siswa berjumlah 10 butir pertanyaan.


79

2. Tahap Pelaksanaan

Untuk kelompok eksperimen, penelitian ini dilakukan di Provinsi

Sumatera Utara tepatnya di daerah terpencil yang diantaranya meliputi wilayah :

wilayah Kabupaten Karo,Kabupaten Pakpak Barat,Kabupaten Dairi,Kabupaten

Tobasa, dan Kabupaten Humbahas. Sedangkan untuk kelas kontrol penelitian ini

dilaksanakan di kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Deliserdang tepatnya di

wilayah Kecamatan Kutalimbaru dan,Kecamatan Pancurbatu

Selain itu, untuk studi dokumentasi akan dilaksanakan di BBPPMPV BBL

Medan, dengan pertimbangan bahwa data-data yang terkait terutama yang terkait

dengan level 1 dan level 2 terdapat dan terdokumentasikan di BBPPMPV BBL

Medan.

Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 5 bulan mulai dari bulan

Agustus sampai dengan bulan Desember 2020, yang dilakukan dalam 2 tahap,

yaitu, tahap pengambilan data kelompok eksperimen dan tahap pengambilan data

kelompok kontrol.

a. Pengambilan Data Kelompok Eksperimen

1) Studi Dokumentasi

Nana Syaodih S (2004:220) menyatakan, studi dokumenter merupakan

suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-

dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Dengan memperhatikan pernyataan di atas, maka studi dokumentasi

merupakan salah satu teknik yang diperbolehkan dalam pengambilan data.


80

Selanjutnya, dokumen-dokumen dihimpun dan dipilih sesuai dengan

tujuan dan fokus penelitian, kemudian diurutkan sesuai dengan kekuatan dan

kesesuaian isinya dengan tujuan penelitian. Isinya dianalisis, dibandingkan, dan

dipadukan sehingga membentuk suatu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.

2) Angket

a) Angket Terhadap Kualitas Pelatihan (Level 1/Reaction)

(1) Validitas Angket Kualitas Pelatihan

Menurut, Tedjo N.Reksoatmojo (2006:193) validitas suatu tes

menggambarkan sejauh mana tes tersebut mengukur apa yang ingin diukur.

Didalam penelitian setelah studi dokumentasi terhadap angket yang ada di

BBPPMPV BBL Medan, kemudian angket diukur validitas dan reliabilitas butir

pernyataan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment .

Validitas dapat diperhitungkan menggunakan pearson product momen

(Tedjo N. Reksoatmojo, 2006:193) dengan rumus :

∑ sy ƒ∑ s 2 ∑ y2
r=
81

Dengan x adalah selisih data ke i dengan rata-rata data variabel x dan y

adalah selisih data ke i dengan rata-rata data variabel.

diperoleh hasil yang ditunjukan pada tabel 1 yang diperhitungkan dengan

menggunakan persamaan korelasi spearmean berikut ini. Nilai r tabel diperoleh

berdasarkan tabel nilai korelasi spearman pada nilai kepercayaan 95% (α = 5%)

dengan nilai sampel uji yang ditetapkan.


82

Hasil perhitungan pada validasi aspek kualitas pelatihan memberikan

informasi bahwa seluruh item memiliki nilai korelasi hitung (rhitung) yang lebih

besar dari korelasi tabel (rtabel) dengan mengacu nilai r tabel saat nilai kepercayaan

95% (α = 5%) dan n sebesar jumlah peseta diklat ( ....orang ), berdasarkan tabel r

tabel diperoleh nilai r tabel......... Hasil perhitungan seperti yang ditampilkan tabel

1 menunjukan bahwa seluruh item dalam kualitas pelatihan valid.

Tabel 3.6
Uji Validitas Instrumen Reaksi Peserta Terhadap Kualitas Diklat

Item rhitung rtabel Keterangan

(2) Reliabilitas Angket Kualitas Diklat

Realibilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat ukur

atau instrument penelitian dapat dipercaya atau diandalkan dalam kegiatan

penelitian data . Jika suatu alat ukur atau instrument penelitian dapat digunakan

dua kali untuk mengukur gejala yang sama dengan hasil pengukuran relative

konsisten, maka alat ukur atau instrument tersebut reliabel.


83

Untuk menguji konsistensi instrument penelitian, reliable atau tidaknya

dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua (split half), (Tedjo

N Reksoatmojo, 2006:192). Butir-butir pertanyaan instrumen pada masing-masing

variable dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrument ganjil dan

kelompok instrument genap, selanjutnya disusun skor data tiap kelompok ganjil

dan genap, masing-masing kelompok skor butrinya dijumlahkan sehingga

menghasilkan skor total tiap-tiap variable. Kemudian skor total antara kedua

kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya, setelah didapat nilai atau harga

koefisien korelasi dimasukan ke dalam rumus Sperman Brown sebagai berikut:

2.rb
rc= (Tedjo N. Reksoatmojo, 2006:192) 3.02
1+ rb

Keterangan :

rc = Realibilitas internal seluruh instrument.

rb = Korelasi produk moment antara belahan (ganjil-genap) atau (awal

akhir).

Jika r1 lebih besar dari table rho maka instrument dinyatakan reliable dan

sebaliknya.

Berdasarkan data kualitas pelatihan yang diperoleh atas 36 responden

diperoleh data sebagai berikut

b) Tes (Level 2/Learning)

Tes dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pre test dan pos test. Pre test dilakukan

sebelum peserta mengikuti pelatihan, dimaksudkan untuk mengetahui

kemampuan awal peserta pelatihan, sedangkan post test digunakan untuk

mengumpulkan data hasil belajar peserta setelah mengikuti pelatihan. Dari kedua
84

tes ini diharapkan dapat diketahui seberapa besar peningkatan kemampuan peserta

setelah mengikuti pelatihan, dengan membandingkan antara pre dan pos test. Tes

yang digunakan dalam penelitian ini adalah performance test (unjuk kerja) yang

dibuat dan di standrarisasi oleh Intel.


85

Dalam penelitian sampel yang diambil diasumsikan berdistribusi normal,

maka sebelum pengolahan data terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian

normalitas sebaran data yang diperoleh dari sampel tersebut karena merupakan

konsekuensi logis dari metode sampling adalah untuk mengestimasi atau

menyimpulkan karakteristik dari populasi (Tedjo N Reksoatmojo, 2006:45).

Pengujian normalitas data pre dan post dilakukan pengujian χ2. Adapun langkah-

langkah pengujian normalitas menggunakan χ2 menurut Tedjo N Reksoatmojo,

(2006:46) adalah sebagai berikut :

a. Menghitung rerata dan simpangan baku menggunakan persamaan :

∑ si fi
x̅ = ∑(si – s̅ ) fi 3.03
∑ fi dan s̅ = J n–1

b. Mengkonversikan batas-batas interval kelas kedalam bilangan baku (Skor z)

dan menyusunnya dalam bentuk tabel yang juga memuat interval kelas,

batas kelas dalam skala kontinu.

c. Menyusun skor z yang dihitung dengan menggunakan persamaan :

si–s
zi = c (Tedjo N. Reksoatmojo, 2006:29) 3.04

d. Menentukan luas kurva yang dibatasi oleh nilai z yang bersangkutan.

e. Menghitung selisih luas diantara dua nilai z yang bersangkutan (kecuali

untuk nilai z yang berbeda tandanya merupakan penjumlahan.

f. Menghitung nilai fe yang merupakan perkalian selisih luas dan jumlah sample
86

g. Menguji normalitas berdasarkan tabel distribusi χ2 dengan menggunakan

persamaan :

(fo– fi)2
32 = ∑ fe (Tedjo N. Reksoatmojo, 2006:43) 3.05

h. Membandingkan nilai χ2 hasil perhitungan dengan χ2 tabel dan keputusan

distribusi disebut normal apabila χ2hitung ≤ χ2tabel

c) Instrumen Prilaku Guru (level 3/Behavior)

(1) Validitas Instrumen Perilaku Guru (level 3/Behavior)

Berdasarkan tabel korelasi untuk 36 responden dengan tingkat

kepercayaan 95% (α=5%) diperoleh nilai r tabel sebesar 0,334, maka hasil

perhitungan menunjukan nilai rhitung > rtabel, dengan demikian seluruh butir

instrument dapat dikatakan valid.

Tabel 3.6 Uji Validitas Instrumen Perilaku

Item r hitung r tabel Keterangan


87

(2) Reliabilitas Instrumen Perilaku Guru (level 3/Behavior)

Pengujian reliabilitas instrumen prilaku guru eksperimen yang diperoleh atas 36

responden diperhitungkan sebagai berikut :

Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Perilaku


Ganjil Genap x y x2 y2 xy
Data
Pengukuran

Jumlah
rerata
88

Perhitungan reliabilitas instrument variabel prilaku guru menggunakan

korelasi produk moment dengan rumus :

∑ xy
r=
ƒ∑ x 2 ∑ y 2

rxy = 0,785

Menghitung reliabilitas seluruh tes dengan rumus Spearman Brown ;

r11 2. rxy
= 1 + rxy

r11 = 0,880

Selanjutnya harga r11 diatas dibandingkan dengan harta table rho dengan n

= 36, signifikan 0,05 diperoleh rho table sebesar 0,334. Berdasarkan hasil

perhitungan menunjukan bahwa instrument prilaku guru memenuhi syarat

(reliable) untuk digunakan pada penelitian karena r11 lebih besar dari rtabel.

d) Instrumen Kepala Sekolah dan atau Pengawas

(1) Uji Validitas Instrumen Kepala Sekolah

Berdasarkan tabel korelasi untuk 10 responden diperoleh nilai r tabel saat

tingkat kepercayaan sebesar 95% sebesar 0,632, maka hasil perhitungan SPSS

menunjukan nilai rhitung > rtabel, dengan demikian seluruh butir instrumen dapat

dikatakan valid.
89

Tabel 3.8 Uji Validitas Instrumen Kepala Sekolah

Item r hitung r tabel Keterangan

(2) Uji Reliabilitas Instrumen Kepala Sekolah

Pengujian reliabilitas instrumen kepala sekolah yang diperoleh atas 9

responden diperhitungkan sebagai berikut :

Tabel 3.9 Uji reliabilitas Kepala Sekolah

Ganjil Genap x y x2 y2 xy
Data
Pengukuran

Jumlah
rerata
90

Perhitungan reliabilitas instrument vaiabel kepala sekolah menggunakan

korelasi produk moment dengan rumus ;

∑ xy
r=
ƒ∑ x 2 ∑ y 2

Diperoleh : rxy = 0,997

Menghitung reliabilitas seluruh tes dengan rumus Spearmen Brown ;

r11 2. rxy
= 1 + rxy

r11 = 0,999

Selanjutnya harga r11 diatas dibandingkan dengan harta table rho dengan n =

36, signifikan 0,05 diperoleh rho table sebesar 0,632. Berdasarkan hasil

perhitungan menunjukan bahwa instrument kepala sekolah memenuhi syarat

(reliable) untuk digunakan pada penelitian karena r11 lebih besar dari rtabel.

e) Instrumen Guru Sejawat

(1) Validitas Instrumen Guru Sejawat

Berdasarkan tabel korelasi untuk 56 responden diperoleh nilai r tabel

sebesar 0,336, maka hasil perhitungan SPSS menunjukan nilai rhitung > rtabel, dengan

demikian seluruh butir instrumen dapat dikatakan valid.


91

Tabel 3.10 Uji Validitas Instrument Guru Sejawat

Item r hitung r tabel Keterangan

(2) Reliabilitas Instrumen Guru Sejawat

Pengolahan pada instrument guru sejawat memberikan hasil yang

ditunjukan pada tabel 3.11.

Tabel 3.11 Uji Reliabilitas Instrumen Guru Sejawat

X Y
(Jumla (Jumlah
x y x2 y2 xy
h item item
Ganjil) Genap)
Data
Pengukuran
92

X Y
(Jumla (Jumlah
x y x2 y2 xy
h item item
Ganjil) Genap)

Jumlah
Rerata

Perhitungan reliabilitas instrument teman sejawat menggunakan korelasi

produk moment adalah sebagai berikut :

∑ xy
r=
ƒ∑ x 2 ∑ y 2

Diperoleh :rxy =

Menghitung reliabilitas seluruh tes dengan rumus Spearman Brown

r11
2.rxy sehingga r11 =
= 1+
rxy
93

Selanjutnya harga r11 diatas dibandingkan dengan harta table rho dengan

n = 36, signifikan 0,05 diperoleh rho table sebesar 0,336. Berdasarkan

hasil perhitungan menunjukan bahwa instrument kepala sekolah

memenuhi syarat (reliable) untuk digunakan pada penelitian karena r11

lebih besar dari rtabel.

3.6.2.Instrument Penelitian.

Alat bantu yang dipakai peneliti dalam mengumpulkan data di sebut

instrument penelitian. Evaluasi sebaiknya melibatkan system yang mengumpulkan

veriabel pada suatu program dan menunjukkan fakta dari hasil . Tujuan adanya

untuk menghasilkan data yang kreadibel. Objektif dan berguna secara berkala

untuk alokasi sumber daya,perbaikan dan akuntabilitas program..pembelajaran

sama dengan langkah-langkah yang digunakan dalam suatu penelitian.

Menurt Gulo (2000),instrument penelitian adalah pedoman tertulis tentang

wawancara,pengamatan,atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk

mendapatkan informasi. Instrumen itu disebut pedoman pengamatan atau

pedoman wawancara,kuisioner,atau pedoman documenter sesuai dengan metode

yang dikunakan.

Arikunto(2006),instrument adalah alat atau fasilitas yang digunakan

penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik sehingga data yang diperoleh mudah diolah.


94

a.lembar Kuesioner

Nilai skor yang digunakan untuk mengisi kuesioner pada penelitian adalah

mengacu pada skala Likert. Menurut sugiyono(2006) Skala Likert digunakan

untuk mengukur sikap,pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena social. Dalam pemberian skor pada setiap pernyataan positif

(SS,S,TS,STS )diberi bobot yang lebih tinggi,sedangkan dengan pernyataan

negative (STS,TS,S,SS ) diberi skornya yang bobotnya lebih rendah.

Rentang skala Linkert yang digunakan untuk pernyataan yang positif yaitu :

4=Sangat setuju , 3=Setuju , 2=Tidak Setuju, 1=Sangat tidak Setuju.

Sedangkan untuk pernyataan negative yaitu : 1=Sangat Setuju,(SS).,2=Setuju.(S),

3=Tidakk Setuju(TS) ,4=Sangat tidak setuju.(STS)

Tabel 3.1. Penilaian Skor.

Respon Pernyataan Positif Pernyataan Negatif


Sangat Setuju(SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju(TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju(STS) 1 4

Sumber :Azwar Skor.

Berikut ini adalah kisi kisi instrument untuk Alumni Pesrta (Guru SMK).

Tabel 3.2. Kisi Kisi Lembar Kuesioner

Level Indikator Butir Soal


Reaction Kepuasan terhadap program diklat
Partisipasi peserta dalam program
95

diklat
Relevansi dengan kebutuhan

peserta diklat
Learning

3.6.3. Instrumen danTeknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian evaluasi ini, alat yang mendukung dalam penelitian ini yaitu

menggunakan instrumen non test. Instrumen non test meliputi metode kuesioner,

metode wawancara, dan metode dokumentasi dapat dilihat pada Tabel . Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner Pada penelitian ini, kuesioner diajukan kepada alumni program

Pendidikan dan Pelatihan Guru SMK. Tujuan dari pengumpulan data

menggunakan kuesioner adalah untuk mengukur sikap dan pendapat dari

responden pada 4 level model evaluasi Kirkpatrick, yaitu reaction, learning,

behavior, dan result. Bentuk kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner tertutup. Kuesioner diberikan secara langsung kepada 3 orang

responden dan melalui google form kepada 17 responden lainnya. Di bagian akhir

kuesioner disertakan isian untuk saran dan komentar alumni mengenai program

Diklap Guru SMK BBPPMPV BBL Medan.

b. Wawancara Pada penelitian ini, dilakukan kepada peserta program diklai Guru

SMK BBPPMPV BBL Medan. Tujuan dari pengumpulan data menggunakan

wawancara adalah untuk melengkapi respon dari pengumpulan data kuesioner


96

pada 4 level model evaluasi Kirkpatrick, yaitu reaction, learning, behavior, dan

result.

c. Dokumentasi Dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah daftar

peserta, modul selama pelaksanaan Diklat, dan pedoman tentang program diklat..

Dokumentasi dalam penelitian kualitatif dilakukan sebagai penunjang dalam

pengumpulan data dengan menghimpun dokumen-dokumen yang dapat

mendukung data penelitian. Dengan kata lain, dokumentasi merupakan pelengkap

dari penggunaan metode wawancara dan kuesioner.

b. Lembar Wawancara.

Lembar wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai pelaksanaan program sebagai pelengkap dari

instrument lainnya. Narasumber wawancara yang dipilih dalam penelitian

ini adalah Nara Sumber pada saat Diklat dilaksanakan.. Pada instrumen

lembar wawancara disajikan pertanyaan yang menyangkut 4 level model

evaluasi Kirkpatrick, yaitu reaction, learning, behaviour, dan result. Kisi-

kisi dari lembar wawancara yang diajukan kepada narasumber dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.4. Kisi-kisi Lembar Wawancara

Level Indikator Butir Soal


Reaction Partisipasi peserta 1,2
dalam program
97

Relevansi dengan 3, 4
kebutuhan Peserta

Learning Keterampilan 5,6


Pengetahuan
Behavior Disiplin 7
Inovatif 8
Kerja Sama 9
Result Keterampilan yang 10
diterapkan di tempat
kerja

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian evaluasi yang

bertujuan untuk mengetahui efektifitas penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan guru SMK BBPPMPV BBL

Medan yang telah dilaksanakan, baik terhadap reaksi

peserta pelatihan terhadap kualitas penyelenggaran

pelatihan, keterampilan peserta pelatihan setelah mengikuti

pelatihan, implementasi dari keterampilannya, serta

dampak dari implementasi keterampilannya tersebut.

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah model evaluasi Kirkpatrick. Dalam model

evaluasi Kirkpatrick, terdapat 4 level evaluasi, yaitu

reaction, learning, behavior dan result. Pada level reaction,

pertanyaan yang ingin dijawab adalah bagaimanakah reaksi


98

peserta terhadap kualitas pelatihan ? apakah peserta

pelatihan merasa puas terhadap penyelenggaraan pelatihan?

Puas atau tidaknya peserta pelatihan dalam mengikuti

pelatihan, menurut Kirkpatrick akan berpengaruh terhadap

level ke 2 yaitu learning. Pada level 2 ini juga akan

menjawab pertanyaan seberapa besar peserta pelatihan

memperoleh keterampilan setelah mengikuti pelatihan.

Besar kecilnya keterampilan yang diperoleh selama

pelatihan, dapat diketahui dengan membandingkan hasil

pre dan post test. Selanjutnya, hasil dari level 2 ini akan

berpengaruh terhadap level 3, yaitu behavior. Dalam level

3 ini, selain ingin menjawab hubungan antara level 2

terhadap level 3, juga dapat menjawab apakah peserta

pelatihan
99

mengimplementasikan keterampilan yang telah dimilikinya ketika kembali ke unit

kerjanya masing-masing, dalam hal ini adalah mengimplementasikan

keterampilan ICT. Selanjutnya, pada level 4 (result), pertanyaan yang ingin

dijawab adalah seberapa besar dampak dari implementasi keterampilan tersebut

terhadap hasil belajar siswa. Berdampak atau tidaknya hasil dari implementasi

keterampilan yang dimiliki setelah mengikuti pelatihan dapat dilihat dengan

membandingkan antara nilai siswa sebelum guru tersebut mengikuti pelatihan

dengan setelah mengikuti pelatihan. Dalam membandingkan nilai belajar siswa ini

penulis membandingkan nilai siswa pada semester ganjil (sebelum guru mengikuti

pelatihan) terhadap nilai siswa pada semester genap (setelah guru mengikuti

pelatihan).

Untuk meyakinkan bahwa keterampilan, implementasi dan dampak dari

implementasi tersebut adalah benar – benar hasil dari sebuah pelatihan, maka

penulis membuat sebuah kelompok control, yaitu kelompok yang didalamnya

adalah guru – guru yang mempunyai karakteristik sama dengan kelompok

eksperimen sebelum mengikuti pelatihan, yaitu tidak mempunyai keterampilan

dalam bidang ICT, berada di daerah terpencil dan atau perbatasan, berjumlah 36

orang serta belum mendapatkan Pendidikan dan pelatihan guru SMK BBPPMPV

BBL Medan

Sebagai langkah untuk mempermudah penulis dalam melaksanakan

penelitian ini, penulis menggunakan paradigma sederhana berurutan. Hal ini

didasarkan atas pernyataan dari Soegiyono (2006:48), yang mengatakan bahwa

dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variable, tetapi hubungan masing-

masing variable masih sederhana. Selanjutnya Soegiyono (2006:48),mengatakan


100

bahwa Paradigma sederhana berurutan menunjukkan hubungan antara satu

variable independen dengan satu variable dependen secara berurutan. Untuk

mencari hubungan antar variable (X1 dengan X2, X2 dengan X3 dan X3 dengan Y)

tersebut digunakan korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi

melalui persamaan regresi Y atas X3, dengan persamaan Y = a + b X3.

Dengan mencermati pernyataan-pernyataan di atas dan kesesuaian dari

paradigma tersebut dengan model evaluasi Kirkpatrick, maka penulis menetapkan

paradigma penelitian evaluasi ini sebagai berikut;

Experimental group
Fokus penelitian

X1 X2 X3 Y

Komparasi Komparasi Komparasi


Control group

X2 X3 Y

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian

X1 = Level 1 (Reaction); Reaksi peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan.

X2 = Level 2 (Learning); Keterampilan setelah mengikuti pelatihan.

X3 = Level 3 (Behaviour); Implementasi dari keterampilan yang dimiliki.

Y = Level 4 (Result); Dampak implementasi, berupa nilai siswa.


102

Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam melaksanakan kegiatan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Study literature tentang Kirkpatrick’s Evaluation Model

2. Melakukan pemetaan rumusan dokumentasi manakah yang termasuk pada

evaluasi level 1 (Evaluating Reaction), Level 2 (Evaluating Learning), Level 3

(Evaluating Behavior), dan Level 4 (Evaluating Result).

3. Melakukan study dokumentasi dan survey awal terhadap data-data yang ada

di BBPPMPV BBL Medan, terutama untuk data-data pada level 1 (Evaluating

Reaction) dan Level 2 (Evaluating Learning).

4. Menetapkan experimental group dan control group. experimental group

adalah guru-guru yang telah mendapatkan pelatihan, sedangkan control

group adalah guru-guru yang tidak mendapatkan pelatihan.

5. Menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian tersebut untuk

mengukur apa yang sebenarnya terjadi pada Level 3 (Evaluating Behavior)

dan Level 4 (Evaluating Result).

6. Melakukan pengumpulan data untuk mengukur apa yang sebenarnya terjadi

pada level 1, level 2, level 3 dan level 4 terhadap alumni pelatihan dan level 2,

level 3 dan level 4 terhadap control group.

7. Melakukan pengolahan data yang terkumpul terkait dengan ke empat level

evaluasi terhadap experimental group, yaitu; reaksi peserta terhadap

penyelenggaraan pelatihan (level 1), peningkatan keterampilan peserta

pelatihan (level 2), implementasi hasil dari pelatihan (level 3) dan dampak
103

dari implementasi tersebut (level 4).


103

8. Melakukan pengolahan data yang terkumpul terkait dengan ke tiga level

evaluasi terhadap control group, yaitu;, keterampilan Guru (level 2), Kinerja

Guru (level 3) dan dampak dari kinerja tersebut (level 4).

9. Membandingkan hasil pengolahan data level 2 antara experimental group

dengan control group, untuk mengetahui perbedaan keterampilan peserta

pelatihan.

10. Membandingkan hasil pengolahan data level 3 antara experimental group

dengan control group, yang tujuannya adalah untuk mengetahui apakah

alumni pelatihan mengaplikasikan keterampilannya atau tidak.

11. Membandingkan hasil pengolahan data level 4 antara experimental group

dengan control group, yang tujuannya adalah untuk mengetahui berdampak

atau tidaknya aplikasi dari keterampilan alumni pelatihan terhadap nilai

siswa.

12. Tujuan dari tahap membandingkan ini adalah untuk mengetahui seberapa

besar perbedaan yang terjadi antara experimental group dengan control

group dan memastikan bahwa perubahan yang terjadi terhadap experimental

group adalah disebabkan oleh penyelenggaraan pelatihan tersebut.

13. Menyusun dan melaporkan hasil pengolahan data.

B. Populasi dan Sampel

Populasi sasaran dalam penelitian ini telah ditetapkan adalah guru-guru

SMK seprovinsi Sumatera Utara sebanyak 36 orang yang telah mengikuti


104

pelatihan sebagai experimental group, dengan alasan bahwa Peserta pelatihan di

Provinsi Sumatera Utara selain berada di


105

wilayah yang berdekatan, juga pada saat pelatihan

dilaksanakan, diobservasi langsung oleh penulis sehingga

data yang tersedia, terutama data tentang level 1 dan level 2

merupakan data yang benar-benar diambil langsung dari

para peserta pelatihan.

Untuk menjawab dan mengkonfirmasikan

pertanyaan penelitian, diambil juga data dari responden

yaitu data dari narasumber, penyelenggara diklat, peserta

diklat, dan program diklat.

3.4 Prosedur dan rancangan penelitian


Pelaksanaan Penelitian Evaluasi Langkah-langkah yang diambil oleh peneliti

dalam melaksanakan penelitian evaluasi program terhadap proses Program

Diklat dengan empat level model Kirck Patrik. Evaluasi program ditujukan

supaya fleksibel dan spesifik unuk kondisi tertentu dalam arti untuk menjawab

petanyaan ,menguji hipotesis atau menjelaskan proses program. Evaluasi

difokuskan untuk memperoleh informasi yang dapat menurunkan ketidakpastian

mengenai masalah yang dihadapi selama evaluasi program.

Salah satu permasalahan ketika kita hendak melakukan evaluasi adalah

pemilihan model yang dianggap paling sesuai terhadap program yang hendak

dievaluasi. Pemilihan model evaluasi ini menjadi penting dikarenakan setiap

program memiliki karateristik yang berbeda dan setiap model evaluasi

asumsi,Pendekatan,terminology dan logika berpikir yang berbeda pula. Oleh


106

karenanya penggunaan lebih dari satu model dalam evaluasi sangat tidak

disarankan karena justru akan memunculkan kerancuan dan benturan logika

Antara model.

Meskipun setiap model evaluasi tetap memiliki keterbatasan,namun

pemilihan model yang tepat akan berimplikasi langsung terhadap kualitas

informasi yang dihasilkan oleh suatu evaluasi. Kualitas informasi dalam suatu

evaluasi bisa menjadi ukuran keberhasilan suatu evaluasi.Sebab tujuan utama

evaluasi adalah menyediakan informasi bagi pengambi keputusan mengenai suatu

program untuk menentukan apakah suatu program dihentikan,diteruskan dengan

perbaikan,atau diteruskan dengan pengembangan.

Disisi lain ada evaluasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat

kesenjangan suatu program,tingkat efektifitas suatu program,ada pula evaluasi

yang direncanakan..Program ini adalah program diklat,salah seorang tokoh adalah

Kirkpatrick.

Kirkpatrick memperkenalkan model evaluasinya pertama kali pada tahun

1975. Model ini diakui memiliki kelebihan karena sifatnya yang

menyelurh,sederhana dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi

pelatihan.Menyeluruh dalam arti model evalualsi ini mampu menjangkau semua

sisi dari suatu program pelatihan.

Dikatakan sederhana karena model ini memiliki alur logika yang sederhana

dan mudah dipahami serta kategorisasi yang jelas dan tidak berbelit belit.
107

Sementara dari sisi lain penggunaan model ini bisa digunakan untuk mengevaluasi

berbagai macam jenis pelatihan dengan berbagai macam situasi menurut

Kirkpatrick. Evaluasi didenefenisikan sebagai kegiatan untuk menentukan tingkat

efektifitas uatu program pelatihan.

Dalam model Kirkpatrick,evaluasi dilakukan melalui empat tahap evaluasi

atau kategori. level 1: Reaction.level 2.Learning,level 3.Behavior dan level

4.Result.Langkah Langkah model empat level Kirckpatrick ini dalam Diklat Guru

SMK dapat diuraikan dengan pesryaratan yang diperlukan sbb :

10. Instruktur/Pelatih,indikatornya adalah kesesuaian keahlian pelatih dengan

Bidang materi,kemampuan komunikasi dan keterampilan pelatih dalam

Mengikutsertakan peserta pelatihan untuk berpartisipasi.

11. Fasilitas Pelatihan,indikatornya adalah ruang kelas,pengaturan suatu di

dalam ruangan,alat dan bahan digunakan.

12. Jadwal pelatihan,indikatornya adalah ketepatan waktu dan kesesuaian

waktu dengan peserta pelatihan,atasan para peserta dan kondisi belajar.

13. Materi yang akan diajarkan yang mampu berkomunikasi dengan peserta

dan menyokong indstruktur/pelatih dalam memberikan materi pelatihan.

14. Materi Pelatihan,indikatornya adalah kesesuaian materi dengan tujuan

Pelatihan dan kesusaian materi dengan topic pelatihan yang

diselenggarakan.
108

15. Konsumsi selama pelatihan berlangsung,indikatornya adalah jumlah Dan

kualitas dari makanan yang disajikan selama pelatihan.

16. Pemberian latihan atau tugas,indikatornya adalah peserta diberikan

Soal/tes.

17. Studi kasus,indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk

dipecahkan.

18. Handouts dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah

handouts yang diperoleh ,apakah membantu atau tidak.

Penyelenggaraan Diklat (Pendidikan dan Pelatihan ) pada umumnya

menyiapkan 2 bentuk evaluasi yaitu evaluasi terhadap Nara sumber

(pengajar ) dan evaluasi terhadap penyelenggara.

c. Evaluasi terhadap Nara Sumber meliputi :Penguasaan materi,Sistematika

penyajian, Kemampuan menyajikan Materi.Penguasaan metode dan sarana

Ketepatan waktu Sikap dan perilaku. Cara menjawab pertanyaan,

Penguasaan Bahasa, Dan Pemberian motivasi terhadap peserta.

d. Evaluasi terhadap Penyelenggara meliputi unsur : unsur Kepersertaan

unsur kapinitiaaan Kurikulum Pengadaan Pelatih (Nara Sumber )

Akomodasi Konsumsi dan Sarana pelatihan.

Dengan demikian dengan kepuasan pserta atau reaksi peserta terhadap

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan dapat dibaca dari


109

hasil evaluasi. Model evaluasi pelatihan yang dikembangkan pertama kali oleh

Donald. L. Kirkpatrick (1959) dengan menggunakan empat level dalam

mengkategorikan hasil-hasil pelatihan. Empat level tersebut adalah level

reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil.

Keempat level dapat dirinci sebagai Penerapan model empat level dari

Kirkpatrick dalam pelatihan dapat diuraikan dengan persyaratan yang

diperlukan sebagai berikut.

a. Level 1: Reaksi

Evaluasi reaksi ini sama halnya dengan mengukur tingkat kepuasan peserta

pelatihan. Komponen-komponen yang termasuk dalam level reaksi ini yang

merupakan acuan untuk dijadikan ukuran. Komponen-komponen tersebut

berikut indikator-indikatornya adalah:

Instruktur/ pelatih.

Dalam komponen ini terdapat hal yang lebih spesifik lagi yang dapat diukur

yang disebut juga dengan indikator. Indikator-indikatornya adalah

1. Kesesuaian keahlian pelatih dengan bidang materi, kemampuan komunikasi dan

ketermapilan pelatih dalam mengikut sertakan peserta pelatihan untuk

berpartisipasi.

2.Fasilitas pelatihan. Dalam komponen ini, yang termasuk dalam indikator-

indikatornya adalah ruang kelas, pengaturan suhu di dalam ruangan dan bahan dan

alat yang digunakan.


110

3.Jadwal pelatihan. Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen ini

adalah ketepatan waktu dan kesesuaian waktu dengan peserta pelatihan, atasan

para peserta dan kondisi belajar.

4.Media pelatihan. Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah

kesesuaian media dengan bidang materi yang akan diajarkan yang mampu

berkomunikasi dengan peserta dan menyokong instruktur/ pelatihan dalam

memberikan materi pelatihan.

5.Materi Pelatihan. Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah

kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan, kesesuaian materi dengan topik

pelatihan yang diselenggarakan.

6.Konsumsi selama pelatihan berlangsung. Yang termasuk indikator di dalamnya

adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.

7.Pemberian latihan atau tugas. Indikatornya adalah peserta diberikan soal.

8.Studi kasus. Indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk

dipecahkan.

9.Handouts. Dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah handouts

yang diperoleh, apakah membantu atau tidak.

b. Level 2: Pembelajaran

Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta

program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat

mengetahui dampak dari program pelatihan yang diikuti para peserta dalam hal

peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal yang dipelajari
111

dalam pelatihan. Pandangan yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa evaluasi

pembelajaran ini untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang diperoleh dari materi pelatihan. Oleh karena itu diperlukan wawancara

dengan peserta pelatihan untuk mengetahui kesungguhan apakah para peserta

megikuti dan memperhatikan materi pelatihan yang diberikan. Dan biasanya data

evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum

pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah pelatihan atau tes akhir (post-test)

dari setiap peserta. Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga

mencakup semua isi materi dari pelatihan.

c. Level 3: Perilaku

Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan

tingkah laku peserta (guru ) dalam melakukan pekerjaan. Dan juga untuk

mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap yang baru sebagai dampak

dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan di dalam

perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan

kinerja/ kompetensi di unit kerjanya masing-masing.

d. Level 4: Hasil

Hasil akhir tersebut meliputi, peningkatan kompetensi guru yang

berkualitas.Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk

menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara

keseluruhan. Sasaran pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang nyata yang
112

akan diterapkan kepada siswa diunit kerjanya masing masing. Walaupun tidak

memberikan hasil yang nyata bagi sekolah dalam jangka pendek, bukan berarti

program pelatihan tersebut tidak berhasil. Ada kemungkinan berbagai faktor yang

mempengaruhi hal tersebut, dan sesungguhnya hal tersebut dapat dengan segera

diketahui penyebabnya, sehingga dapat pula sesegera mungkin diperbaiki. .

Proses pengukuran dan pengumpulan data evaluasi yang lebih rinci dapat

dilihat dari tabel 1 berikut:

Tabel 1

Proses Pengukuran dan Pengumpulan Data

Level Evaluasi Deskripsi Metode Pengumpulan Data

1. Reaksi Mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap program

pelatihan yang diikuti. Survai dengan skala pengukuran yaitu skala Likert.

2. Pembelajaran Mengukur tingkat pembelajaran yang dialami oleh peserta

pelatihan. Formal tes (tertulis)

3. Perilaku Mengukur implementasi hasil pelatihan di tempat kerja. Action Plan,

observasi

4. Hasil Mengukur keberhasilan pelatihan dari sudut pandang adanya peningkatan

kinerja/komtenesi peserta pelatihan. Evaluasi action plan dan data laporan hasil

kerja.Pengukuran dan evaluasi adalah instrumen yang berguna untuk membantu

menginternalisasi hasil pelatihan.

Uraian secara rinci tentang bidang kerja evaluasi yang mencakup level data,

fokus data dan kegunaan data dapat dilihat pada tabel-2 berikut ini.
113

Tabel 2 Bidang Kerja Evaluasi

Bidang Evaluasi Level Data Fokus Data Kegunaan Data

Level1:

Reaksi dan atau kepuasan dan rencana tindakan Fokus pada program

pelatihan, fasilitator dan bagaimana aplikasinya. Untuk mengungkap apa yang

dipikirkan peserta terhadap program – kepuasan terhadap program pelatihan dan

pelatih. Mengukur dimensi lain: rencana tindakan peserta sebagai hasil pelatihan,

bagaimana implementasi kebutuhan, program, atau proses yang baru, bagaimana

menggunakan kapabilitas baru. Digunakan untuk menyesuaikan atau

memperbaharui isi, desain, atau pelaksanaan pelatihan.

Proses dari pengembangan rencana tindakan, mempertinggi transfer dari

pelatihan tempat kerja. Data rencana tindakan dapat digunakan untuk menentukan

poin fokus untuk tindak lanjut evaluasi serta membandingkan hasil yang ada

dengan standar. Temuan ini dapat ditujukan untuk peningkatan mutu program.

Level 2:

Belajar Fokusnya adalah pada partisipan serta berbagai dukungan mekanik

untuk belajar. Mengukur pengetahuan, fakta, proses, prosedur, teknik atau

keterampilan yang telah diperoleh dari pelatihan. Mengukur hasil belajar harus

objektif, dengan indikator kuantitatif mengenai pengetahuan serta pengertian yang

telah dimiliki. Data ini digunakan untuk membuat pengaturan program, isi, desain

dan pelaksanaan.
114

Level 3:

Aplikasi dan atau implementasi pekerjaan Fokusnya adalah pada

partisipan, tempat kerja, dan dukungan mekanis untuk mengaplikasikan hasil

belajar. Mengukur perubahan perilaku pada pekerjaan. Ini juga meliputi aplikasi

spesifik dari keterampilan, pengetahuan khusus yang telah dipelajari dalam

pelatihan.

Ini diukur setelah hasil pelatihan di implementasi kan di tempat kerja.

Menghasilkan data yang mengindikasikan frekuensi dan efektifitas aplikasi

pekerjaan. Jika berhasil perlu diketahui kenapa, agar dapat adaptasi pengaruh

yang mendukung dalam situasi lain. Jika tidak berhasil, perlu diketahui

penyebabnya, agar dapat mengkoreksi situasi untuk memfasilitasi implementasi

yang lain.

Level 4:

Dampak/ hasil keikutsertaan peserta dalam diklat guru smk terhadap

lembaga akan meningkat tergantung motivasi internal dan eksternal serta

kreativitas individu peserta diklat. Pada proses diklat dilihat dari segi kinerja

peserta ( lulusan). Menentukan pengaruh Diklat dalam meningkatkan kinerja Guru

SMK setelah kembali dilingkungan tempat peserta bertugas.

b. .Level ke2. Pembelajaran ( Learning )


115

Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta

Diklat pada materi pelatihan yang telh diberikan dan dapat juga mengetahui

dampak dari pogram pelatihan yang diikuti peserta dalam hal peningkatan

Pengetahuan ( KNOWLEDGE) ketrampilan (SKILL) dan kecakapan (Attitude )

mengenai suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan.Pandangan yang sama

menurut Kirkpatrik bahwa evaluasi pembelajaan ini untuk mengetahui

peningkatan,pengetahuan,keterampilan,dan sikap yang diperoleh dalam materi

pelatihan.

Oleh karena itu diperlukan tes guna mengetahui kesungguhan apakah para

peserta mengikuti dan memperhatikan materi pelatihan,yang telah diberikan.Dan

biasanya data evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran

sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan.Pertnyaan –pertanyaan disusun

sedemikian rupa sehingga mencakup semua isi materi dan program pelatihan.

c..Level yang ke 3.Perilaku (Behavior )

Pada level ini diharapkan setelah mengikuti Diklat terjadi perubahan

tingkah laku peserta dalam melakukan pekerjaannya. Dan juga untuk mengetahui

apakah pengetahuan ,keahlian,dan sikap yang baru sebagai dampak dari program

pelatihan,benar benar dimanfaatkan dan diterapkan didalam perilaku kerja sehari

hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja/kompetensi

di unit kerja masing masing.


116

Rencana aksi adalah salah satu bentuk evaluasi pada level ini untuk

mengetahui apa yang akan peserta lakukan setelah mendapatkan materi materi

pelatihan atau apa yang akan peserta rencanakan di tempat kerja/tugas masing

masing setelah mengikuti program Diklat

d.. Level ke 4 : Hasil (Result )

Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji

dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara

keseluruhan.Sasaran pelaksanaan diklat adalah hasil yang nyata yang akan

disumbangkan kepada organisasi sebagai pihak yang berkepentingan. Evaluasi

level ke empat ini dapat digunakan sebagai instrument untuk mengukur tujuan

yang ingin dicapai baik saat pelatihan maupun pasca pelatihan.

Pelatihan bukan hanya sekedar pre test dan post tes tetapi suatu rangkaian

penilaian yang komprehensif yang diikuti secara berkesinambungan mulai dari

level satu sampai dengan level ke empat.Hasil evaluasi dari seluruh tahap

merupakan informasi bagai organisasi penyelenggara . Diklat apakah tujuan diklat

sudah tercapai dengan catatan bahwa pelaksanaan evaluasi dilakukan

sistematis,berkesinambungan dan tidak terputus.

a. Persiapan Teknis

4. Studi Dokumentasi Awal

Studi dokumentasi dilakukan di BBPPMPV BBL

Medan sebagai langkah awal untuk melihat data dan


117

informasi yang akan dijadikan sebagai bahan analisis data,

terutama yang terkait dengan evaluasi level 1 (reaction)

dan level 2 (learning).

a) Data level 1 adalah data yang berhubungan dengan penilaian peserta

terhadap penyelenggaraan pelatihan. Adapun indikator dari penilaian terhadap

pelatihan tersebut adalah : materi, metode, fasilitator/penyaji, fasilitas, jadwal

kegiatan serta akomodasi dan komsumsi.

b) Data level 2 adalah hasil dari pre test dan post test. Pre test dilakukan untuk

mengetahui kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Sedangkan post test dilakukan setelah kelompok eksperimen mendapatkan

pelatihan. Untuk kelompok kontrol, pelaksanaan dilakukan 7 hari setelah tes

awal dilaksanakan. Post test ini menggunakan perangkat tes yang digunakan

pada tes awal. Pengukuran ini dilaksanakan untuk mengetahui keterampilan

peserta setelah mendapat pelatihan, dan berapa besar gap antara nilai kelompok

eksperimen jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.


118

f) Instrumen fasilitator

(1) Uji Validitas Instrumen fasilitator

Berdasarkan tabel korelasi untuk 36 responden siswa diperoleh nilai r tabel

sebesar 0,155, maka hasil perhitungan SPSS menunjukan nilai rhitung > rtabel, dengan

demikian seluruh butir instrumen dapat dikatakan valid.

Tabel 3.12 Uji Validitas Instrumen fasilitator

Item r hitung r tabel Keterangan


119

(2) Uji Reliabilitas Instrumen Fasilitator

Uji reliabel instrumen fasilitator memberikan diperhitungkan sebagai berikut;

Tabel 3.13. Uji Reliabilitas Instrumen Fasilitator

Ganjil Genap x y x2 y2 xy
120

Perhitungan reliabilitas instrument teman sejawat menggunakan korelasi

produk moment adalah sebagai berikut :

∑ xy
r=
ƒ∑ x 2 ∑ y 2

Diperoleh rxy =

Menghitung reliabilitas seluruh tes dengan rumus Spearmen Brown ;

r11 2. rxy
= 1 + rxy

r11 =

Selanjutnya harga r11 diatas dibandingkan dengan harta table rho dengan n

= 36, signifikan 0,05 diperoleh rho table sebesar....Berdasarkan hasil perhitungan

menunjukan bahwa instrument kepala sekolah memenuhi syarat (reliable) untuk

digunakan pada penelitian karena r11 lebih besar dari rtabel.

b. Pengambilan Data Kelompok Kontrol

Tahapan pengambilan data kelompok control pada dasarnya sama dengan

tahapan pengambilan data pada kelompok eksperimen, perbedaannya hanya

terdapat pada pengambilan data untuk kualitas diklat (level 1 / reaction), karena

kelompok kontrol tidak mengikuti diklat, maka tidak dilakukan pengambilan data.
121

C. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Analisis data yang dimaksud adalah agar dapat mendeskripsikan atau

memberikan gambaran tentang langkah yang ditempuh dalam mengolah data,

yaitu;

1. Pengorganisasian Data

Data yang terkumpul melalui angket, test dan studi dokumentasi diklasifikasikan

sesuai dengan model evaluasi yang diterapkan. Selanjutnya jika terdapat data yang

kurang sesuai dan kurang bermakna, maka dilakukan reduksi

Dan 3.07

a = y¯ − bx̅

Dengan x = xi − x¯ dan y= yi − y¯

Dengan menyederhanakan dan mesubsitusikan nilai

2. Pengolahan Data

a. Analisis Regresi Dan Korelasi

Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk mendeskripsikan data sampel

dengan mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis regresi dan

korelasi sederhana.

Model Regresi sederhana ( Tedjo N. Reksoatmojo, 2006:131) adalah;

ya
3.06
bx

di mana, y adalah variabel tak bebas (terikat), x adalah variabel bebas, a adalah

penduga bagi intersap, b adalah penduga bagi koefisien regresi .

Nilai a dan b diperoleh dari persamaan (Tedjo N. Reksoatmojo, 2006:131):

b = ∑ xy
∑ x2
122
122

∑ xi
¯x =
n
Dan
∑ yi
y¯ =
n
Maka nilai a dan b menjadi


 y    x  y  bx
n

n. xy  x y

.n. x   x 2
2

Keterangan:
xi = Rata-rata skor variabel x
yi = Rata-rata skor variabel y

b. Analisis Varian

Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linearitas. Oleh karena itu, sebelum

melakukan analisis regresi maka terlebih dahulu harus di uji linearitas regresi

dengan menggunanakan rumus-rumus; ( Sugiyono, 2006:265).

(1) Menghitung jumlah kuadrat regresi (JK reg (a)) dengan rumus:

 Y 2
JKreg (a ) 
n

(2) Menghitung jumlah kuadrat regresi b|a (JK reg b|a), dengan rumus:
123

JKreg(b / a)  b. XY 
  X .Y 
 n 
 

(3) Menghitung jumlah kuadrat residu (JK res) dengan rumus:

 Y  JK
2
JK res Re g (b / a)  JK Re g (a)

(4) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJK reg (a)) dengan

rumus:

RJKreg (a)  JKRe g (a)

(5) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJK reg (a)) dengan

rumus:

RJKreg (b / a)  JK Re g (b / a)

(6) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJK res) dengan rumus:

JK Re s
RJK re 
s
n2

(7) Mengitung F, dengan rumus:

RJKRe g (b / a)
F
RJKRe s

Untuk melihat apakah kedua kelompok berasal dari varian yang sama (homogen)

maka hasil F dibandingkan dengan F table.


124

c. Uji t

Menurut Sugiono (2009:138), untuk menguji hipotesis komparatif dua

sampel independen, dilakukan uji t dengan menggunakan rumus ;

s̅ 1–s̅ 2
t= c2 c 2 3.09
J( 1 + 1 )
n1 n2

Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih rumus tersebut, diantaranya:

1) Apakah dua rata-rata itu berasal dari dua sampel yang jumlahnya

sama atau tidak.

2) Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak.

Selanjutnya, bila anggota sampel n1 = n2 dan varians tidak homogen maka dapat

digunakan rumus uji t dengan derajat kebebasan (df) = n1 – 1 atau df) = n2 – 1.

d. Analisis Jalur (Path Analysis)

Hubungan jalur antar variabel dalam diagram alur adalah hubungan

korelasi, oleh karena itu perhitungan angka koefisien jalur menggunakan standar

skor z. pada setiap variabel eksogen tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel yang

lain dalam diagram, sehingga yang ada hanyalah suku residualnya yang diberi

notasi e. (Sugiyono, 2009 : 302).

Dengan memperhatikan model hubungan antar variabel yang telah

dirumuskan seperti pada gambar 3.1,


125

Experimental group

Fokus penelitian

X1 p21 X2 p32 X3 py3 Y

Komparasi Komparasi Komparasi


Control group
X2 X3 Y
p32 py3

maka untuk mengetahui pengaruh yang timbul antar variabel pada kelompok

eksperimen dan kelompok control, dapat disusun persamaan berikut:

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Z2E = P2E-1E .Z1E + e2E Z3K = P3K-2K .Z2K + e3K Z4K =

Z3E = P3E-2E .Z2E + e3E Z4E P4K-3K . Z3K + e4K

= P4E-3E . Z3E + e4E

Selanjutnya untuk menghitung harga-harga P dapat dilakukan dengan

menggungakan hubungan korelasional. Karena harga-harga variable dinyatakan

dalam angka baku Z maka untuk n pengamatan persamaan menghitung koefisien

jalur dapat menggunakan persamaan (Sugiyono, 2009 : 304) :

r = 1 Σ ZZ 3.10
ij i j
n
126

Untuk hubungan antara Z2E digunakan persamaan berikut :


127

1
r = ∑Z Z
dengan Z2E = P2E-1E .Z1E + ε2E
2E−1E n 1E 2E

r2E−1E = 1
Σ Z1E( P2E−1E . Z1E + ε2E)
n
r = P .1 Σ Z 2 + 1 Σ Z . ε
2E−1E 2E−1E 1E 1E 2E
n n

2
Karena 1
n
∑ = 1 Dan ∑ Z1E . ε2E = 0 maka diperoleh r2E-1E = P2E-1E .
Z1E

Persamaan-persamaan koefisien jalur yang lain diturunkan analog seperti diatas

sehingga diperoleh hubungan-hubungan berikut ;

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

r2E-1E = P2E-1E r3KC-2K = P3K-2KE

r3E-2E = P3E-2E r4K-3K= P4K-3K

r4E-3E= P4E-3E

e. Komparasi Data

Selain itu, analisis data kuantitatif dilakukan dengan

membandingkan/komparasi antara data yang terkumpul pada tahap level 2, level 3

dan level 4 pada experimental group dengan control group. Persamaan yang

digunakan dalam menghitung gap ini adalah sebagai berikut:

Gap = Nilai Responden Setiap Indikator x 100% 3.11


Nilai Ideal
128

Kondisi ideal terjadi pada saat skor maksimum 4 dan diperhitungkan

terhadap jumlah responden sebanyak 36 responden. Sehingga nilai maksimum

yang timbul adalah 4 x 36 = 144.


129

f. Transformasi Dari Skala Ordinal ke Interval

Dalam analisis statistik khususnya dalam analisa statistik parametik

berlaku kebiasaan bahwa skala pengukuran sekurang-kurangnya data dalam

bentuk interval, sedangkan data yang didapat dilapangan masih berbentuk data

ordinal. Oleh karena itu, data tersebut terlebih dahulu dilakukan konversi untuk

menaikkan dari skala ordinal ke skala interval. Teknik yang digunakan adalah

method of successive interval dari Hays dalam Harun Al-Rasyid (1994) dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Hitung frekuensi (f) setiap skor (1 sampai dengan 5) dari responden yang

memberikan respon.

(2) Hitung proporsi dengan membagi setiap jumlah f (frekuensi) dengan

jumlah n sampel.

(3) Tentukan proporsi kumulatif dengan menjumlahkan proporsi secara

berurutan setiap respon.

(4) Proporsi kumulatif dianggap mengikuti distribusi normal baku.

Selanjutnya hitung nilai Z berdasarkan pada proporsi kumulatif tadi

(menggunakan normal invers).

(5) Dari nilai Z tersebut, tentukan nilai density-nya (Ordinates (Y) the

Normal Curve at Z).

(6) Menghitung SV untuk masing-masing pilihan dengan rumus:

SV  densit at lower limit  density at limit 


upper
y
area under upper limit   area
130

under lower limit 3.12



Keterangan:
(Density at lower limit) =
kepadatan batas bawah.
(Density at upper limit) =
kepadatan batas atas. (Area
under upper limit) = daerah di
bawah batas atas.
(Area under lower limit) = Daerah di bawah batas bawah.

(7) Mengubah SV terkecil menjadi dengan 1 dan

mentransformasikan masing- masing skala menurut

perubahan skala terkecil sehingga diperoleh

Transformed Scale Value (TSV).

3. Penyajian Data

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

dengan menggunakan Kirkpatrick’s Model ini adalah

analisis data secara kuantitatif deskriptif maka dalam

penyajian, berupa deskriptif dan dalam bentuk tabulasi dan

grafik.

4. Pembahasan dan Intrepretasi data

Setelah data terkumpul dan disajikan dalam bentuk deskripsi, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan pembahasan dan intrepretasi data, dengan maksud


agar kebermaknaan data yang diperoleh dari hasil penelitian lebih jelas dan

tajam.

G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan pengolahan data dengan

menggunakan rumus atau aturan yang sesuai dengan pendekatan penelitian.

Analisis ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis evaluatif.

1. Validasi Instrumen Analisis uji coba teoritik atau validitas instrumen

menggunakan teknik CVR (Content Validity Rasio). Validitas isi dilakukan untuk

memperoleh informasi tentang kecocokan antara item tes dengan indikator yang

telah dikonstruksi, validitas isi dilaksanakan oleh para pakar atau subject metter

expert (SME) (Lawshe, 1975). Instrumen yang divalidasi adalah instrument

angket dan instrument wawancara. Validasi instrument dilakukan terhadap lima

orang validator. Validator yang terpilih adalah entrepreneur di bidang training

consultant, entrepreneur di bidang pangan, Kepala Program Studi APHP SMK PP

Negeri Lembang, panitia Program diklat Polbangtan Bogor, dan ahli bahasa.

Formula CVR yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut:

𝐶𝑉𝑅 =

𝑀𝑝 −

𝑀2
𝑀2

2𝑀𝑝 𝑀

−1

Keterangan: Mp = Jumlah ahli yang menyatakan valid M = Jumlah ahli yang

memvalidasi Dengan indeks rasio -1 ≤ CVR ≤ +1, dan mempunyai kriteria

sebagai berikut: Mp < ½M maka CVR < 0 Mp = ½M maka CVR = 0 Mp > ½M

maka CVR > 0 Pemberian nilai pada keseluruhan item menggunakan CVI. CVI

secara sederhana merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk item yang dijawab ya

adalah:

𝐶𝑉𝐼 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝑅 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa angka

0 – 1 kategori nilai tersebut sebagai berikut: Tabel 3.5. Kategori Nilai CVR dan

CVI

Kriteria Keterangan 0 – 0,33 Tidak Valid 0,34 – 1 Valid Sumber: Lawshe (1975)

a. Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Validasi dilakukan oleh entrepreneur di

bidang training consultant, entrepreneur di bidang pangan, Kepala Program Studi

APHP di SMK PP Negeri Lembang, panitia Program diklat Polbangtan Bogor,


dan ahli bahasa. Hasil validasi instrumen kuesioner responden alumni peserta

Program diklat dapat dilihat pada Tabel 3.6., Tabel 3.7., Tabel 3.8., dan Tabel 3.6

Tabel 3.6. Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Level 1 - Reaction

No. Pernyataan Level 1 - Reaction M Mp Nilai CVR Ket

1 Saya puas dengan materi yang diberikan dalam programDiklat Guru SMK

BBPPMPV BBL Medan.

5 5 1 Valid

2 Saya merasa fasilitas yang tersedia dari sekolah kurang mendukung program

Diklat Guru SMK BBPPMPV BBL Medan.

5 3 0,2 Tidak Valid

3 Saya puas dengan Paparan materi dari Nara sumber di Program Diklat Guru

SMK BBPPMPV BBL Medan.

5 5 1 Valid

4 Saya puas dengan ketersediaan waktu Nara Sumber memberi paparan saat

Diklat dilakukan BBPPMPV BBL Medan.

5 4 0,6 Valid

5 Saya tidak mengikuti setiap rangkaian program Diklat Guru SMK BBPPMPV

BBL Medan
5 5 1 Valid

6 Nara Sumber selalu mendorong saya untuk berpartisipasi dalam program Diklat

Guru SMK di BBPPMPV BBL

5 5 1 Valid

7 Rangkaian program Diklat kurang sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

5 5 1 Valid

𝐶𝑉𝐼 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝑅 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚

5,6 6

= 0,93

Tabel 3.7. Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Level 2 - Learning

No. Pernyataan Level 2 - Learning M Mp Nilai CVR Ket

8 Setelah mengikuti program diklat Guru SMK, saya paham hal-hal yang

dibutuhkan untuk menjalankan Tugas saya sebagai Guru SMK.

5 5 1 Valid
9 Setelah mengikuti program diklat Guru SMK , saya mengerti bahwa tidak

semua materi yang lebih di utamakan untuk siswa di lapangan.

No. Pernyataan Level 2 - Learning M Mp Nilai CVR Ket

11 Setelah mengikuti Program diklat, saya sanggup menyusun business plan

5 5 1 Valid

12 Setelah mengikuti Program diklat, saya masih kesulitan menentukan business

goals

5 5 1 Valid

13 Saya masih merasa kesulitan membagi tugas kelompok dalam materi diklat

meskipun telah mengikuti Program diklat

5 5 1 Valid

14 Saya masih kesulitan menemukan cara baru dalam meningkatkan kualitas

produk yang saya jual meskipun telah mengikuti Program diklat

5 5 1 Valid

15 Dalam Program diklat, saya diajarkan cara berpikir kreatif dalam membangun

materi diklat
5 5 1 Valid

16

Setelah mengikuti Program diklat saya dapat melihat kesempatan di tengah suatu

masalah dalam menjalankan materi diklat

5 5 1 Valid

17

Setelah mengikuti Program diklat, saya sanggup membaca dan interpretasikan

catatan keuangan dasar

5 5 1 Valid

18

Setelah mengikuti Program diklat, saya sanggup membuat rancangan keuangan

dalam bermateri diklat

5 5 1 Valid

19

Saya masih merasa kesulitan mengontrol keuangan materi diklat meskipun telah

mengikuti Program diklat

5 5 1 Valid
20

Setelah mengikuti Program diklat, saya paham cara membangun jaringan dengan

materi diklat lain

5 5 1 Valid

𝐶𝑉𝐼 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝑅 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚

12,6 13

= 0,97

Tabel 3.8. Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Level 3 - Behavior

No. Pernyataan Level 3 - Behavior M Mp Nilai CVR Ket

21

Setelah mengikuti Program diklat, saya ingin menjalankan materi diklat dengan

ide saya sendiri

5 5 1 Valid

No. Pernyataan Level 3 - Behavior M Mp Nilai CVR Ket


22

Selama mengikuti Program diklat, saya kurang inisiatif dalam menjalankan tugas

saya sendiri

5 5 1 Valid

23

Setelah mengikuti Program diklat, saya berani mengambil risiko akan usaha yang

dijalani 5 5 1 Valid

24

Setelah mengikuti Program diklat, saya sering menjadi yang pertama

menyarankan solusi untuk menghadapi masalah dalam bermateri diklat

5 5 1 Valid

25

Saya masih merasa kesulitan mewujudkan sebuah ide materi diklat baru menjadi

nyata meskipun telah mengikuti Program diklat

5 4 0,6 Valid

26
Selama mengikuti Program diklat, saya selalu memperlihatkan kepercayaan diri di

depan anggota kelompok yang lain

5 5 1 Valid

27

Selama mengikuti Program diklat, saya mengutamakan kepentingan yang

mendukung materi diklat saya

5 5 1 Valid

28

Setelah mengikuti Program diklat, saya mampu mengakui kesalahan yang saya

lakukan baik yang disengaja maupun tidak

5 5 1 Valid

29

Selama mengikuti Program diklat, saya selalu mengumpulkan laporan tepat waktu

5 4 0,6 Valid

30

Setelah mengikuti Program diklat, saya sering mencoba cara baru untuk

mengembangkan produk yang dijual


5 5 1 Valid

31

Selama mengikuti Program diklat, saya kurang aktif berpartisipasi dalam kerja tim

5 5 1 Valid

32

Selama mengikuti Program diklat, saya ikut berdiskusi memecahkan masalah

bersama-sama

5 5 1 Valid

33

Selama mengikuti Program diklat, saya terus berusaha memecahkan suatu

masalah sampai saya menemukan solusi yang tepat

5 5 1 Valid

No. Pernyataan Level 3 - Behavior M Mp Nilai CVR Ket

34

Saya mudah merasa putus asa ketika terjadi kesalahan dalam bermateri diklat

meskipun telah mengikuti Program diklat

5 3 0,2 Tidak Valid


35

Setelah mengikuti Program diklat, saya tetap bertekad untuk menjalankan materi

diklat meskipun menghadapi banyak hambatan

5 5 1 Valid

36

Setelah mengikuti Program diklat, saya selalu ingin mempelajari cara baru dalam

bermateri diklat

5 5 1 Valid

37

Selama mengikuti Program diklat, saya selalu berbagi ide baru dalam bermateri

diklat kepada teman-teman saya

5 5 1 Valid

38

Setelah mengikuti Program diklat, saya selalu berusaha untuk menyelesaikan

tugas yang kurang saya pahami

5 4 0,6 Valid

39
Setelah mengikuti Program diklat, saya memiliki keinginan yang kuat untuk

sukses

5 5 1 Valid

𝐶𝑉𝐼 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝑅 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚

16,8 18

= 0,93

Tabel 3.9. Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Level 4 - Result

No. Pernyataan Level 4 – Result M Mp Nilai CVR Ket

40

Saya sedang menjalankan materi diklat sebagai owner atau founder

5 5 1 Valid

41

Saya sedang menjalankan materi diklat sebagai CEO

5 4 0,6 Valid
42

Saya sedang menjalankan materi diklat sebagai atasan sebuah divisi

5 5 1 Valid

43

Saya sedang menjalankan materi diklat sebagai pembantu penyalur dana

5 5 1 Valid

44

Menurut saya, memulai materi diklat itu bermanfaat

5 5 1 Valid

45

Menurut saya, memulai materi diklat itu tidak menyenangkan

5 5 1 Valid

46

Menurut saya, memulai materi diklat itu merupakan suatu hal yang positif

5 5 1 Valid
Qonitah Aliyah, 2020 IMPLEMENTASI MODEL EVALUASI KIRKPATRICK

PADA PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHAWAN MUDA

PERTANIAN DI SMK PPN LEMBANG Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

𝐶𝑉𝐼 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝑅 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚

6,6 7

= 0,94

b. Hasil Validasi Instrumen Wawancara Berikut merupakan hasil validasi

instrumen kuesioner responden alumni peserta Program diklat. Validasi dilakukan

oleh entrepreneur di bidang training consultant, entrepreneur di bidang pangan,

Kepala Program Studi APHP di SMK PP Negeri Lembang, panitia Program diklat

Polbangtan Bogor, dan ahli bahasa. Tabel 3.10. Hasil Validasi Instrumen

Wawancara Level 1 - Reaction

No. Pernyataan Level 1 - Reaction M Mp Nilai CVR Ket 1 Apakah terdapat

absensi siswa selama keberlangsungan kegiatan PWMP? 5 5 1 Valid

2
Apakah fasilitas yang diberikan sekolah sudah mendukung keberjalanan Program

diklat?

5 5 1 Valid

Fasilitas apa saja yang disediakan oleh sekolah untuk keberjalanan Program

diklat?

5 5 1 Valid

Apakah tujuan Program diklat sudah relevan dengan kebutuhan sekolah?

5 5 1 Valid

𝐶𝑉𝐼 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝑅 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚

44

=1

Tabel 3.11. Hasil Validasi Instrumen Wawancara Level 2 - Learning


No. Pernyataan Level 2 - Learning M Mp Nilai CVR Ket

Apa saja persyaratan siswa untuk mendaftarkan diri dalam Program diklat?

5 4 0,6 Valid

Sebelum mengikuti Program diklat, seleksi apa yang harus dilalui oleh calon

peserta PWMP?

5 5 1 Valid

Bagaimana penilaian yang dilakukan selama proses seleksi calon peserta?

5 5 1 Valid

Keterampilan apa yang dinilai selama proses seleksi calon peserta?

5 5 1 Valid

Qonitah Aliyah, 2020 IMPLEMENTASI MODEL EVALUASI KIRKPATRICK

PADA PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHAWAN MUDA


PERTANIAN DI SMK PPN LEMBANG Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Pernyataan Level 2 - Learning M Mp Nilai CVR Ket

Apakah rangkaian magang pada Program diklat sudah membantu siswa dalam

menjalankan materi diklatnya?

5 5 1 Valid

10

Apa saja aspek yang dinilai selama rangkaian magang pada Program diklat?

5 5 1 Valid

11

Dalam bentuk apa siswa menyusun business plan?

5 5 1 Valid

12

Dalam menyusun business plan, apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan dan

disusun oleh siswa?

5 5 1 Valid
13

Apakah business plan yang disusun oleh siswa sudah mencakup semua kebutuhan

dalam bermateri diklat?

5 5 1 Valid

14

Selama menjalani Program diklat, apakah siswa menyusun struktur tugas dalam

menjalankan materi diklat?

5 5 1 Valid

15

Struktur tugas seperti apa yang disusun oleh siswa?

5 5 1 Valid

16

Setelah mengikuti Program diklat, apakah siswa dapat mengontrol keuangan

dengan baik?

5 5 1 Valid

17
Setelah mengikuti Program diklat, sejauh mana siswa dapat menyusun rancangan

keuangan?

5 5 1 Valid

18

Apakah rancangan keuangan yang disusun oleh siswa sudah mencakup semua

kebutuhan dalam bermateri diklat?

5 5 1 Valid

19

Selama mengikuti Program diklat, apakah siswa sudah dapat membangun jaringan

dengan materi diklat lain?

5 5 1 Valid

20

Selama mengikuti Program diklat, apakah siswa sudah dapat membangun

kemitraan dengan materi diklat lain?

5 5 1 Valid

𝐶𝑉𝐼 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝑅 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚


=

15,6 16

= 0,98

Tabel 3.12. Hasil Validasi Instrumen Wawancara Level 3 - Behavior

No. Pernyataan Level 3 - Behavior M Mp Nilai CVR Ket

21

Apa saja aspek-aspek yang dinilai oleh pembimbing dalam lembar monitoring

peserta PWMP?

5 5 1 Valid

Qonitah Aliyah, 2020 IMPLEMENTASI MODEL EVALUASI KIRKPATRICK

PADA PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHAWAN MUDA

PERTANIAN DI SMK PPN LEMBANG Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Pernyataan Level 3 - Behavior M Mp Nilai CVR Ket 22 Apa saja tugas ketua

kelompok dalam Program diklat? 5 5 1 Valid

23

Selama mengikuti Program diklat, apakah siswa pernah terlambat mengumpulkan

laporan?
5 5 1 Valid

24

Apa yang terjadi jika siswa terlambat mengumpulkan laporan?

5 5 1 Valid

25

Apakah terdapat penilaian terhadap proses pembuatan produk yang dipasarkan

oleh siswa?

5 5 1 Valid

26

Apakah terdapat penilaian terhadap produk yang dipasarkan peserta?

5 5 1 Valid

27

Apakah terdapat produk inovatif yang dipasarkan oleh siswa?

5 5 1 Valid

28
Selama mengikuti Program diklat, sejauh mana siswa aktif berpartisipasi dalam

kerja tim?

5 5 1 Valid

𝐶𝑉𝐼 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝑅 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚

88

=1

Tabel 3.13. Hasil Validasi Instrumen Wawancara Level 4 - Result

No. Pernyataan Level 4 – Result M Mp Nilai CVR Ket

29

Setelah mengikuti Program diklat, apakah siswa tetap menjalankan materi

diklatnya di luar Program diklat?

5 5 1 Valid

𝐶𝑉𝐼 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝑅 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚


=

11

=1

2. Analisis Data Hasil Penelitian Data penelitian yang diperoleh selanjutnya

dilakukan coding data dan dianalisa secara deskriptif. Data pengukuran level 1, 2,

3, dan 4 dihitung dengan menggunakan rumus pembobotan dari Kirkpatrick. Dari

penelitian Rukmi, et al. (2009), rumus pembobotan item adalah sebagai berikut:

Bobot item =

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

𝑥 100%

Qonitah Aliyah, 2020 IMPLEMENTASI MODEL EVALUASI KIRKPATRICK

PADA PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHAWAN MUDA

PERTANIAN DI SMK PPN LEMBANG Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan: Bobot item = Tingkat keberhasilan Skor perolehan = Skor yang

dicapai dari seluruh responden Skor tertinggi = Skala tertinggi pada soal Untuk

melihat tingkat keberhasilan peserta dalam melaksanakan program, digunakan tiga

kategori menurut Ratnasari & Manaf (2015), yaitu: Tabel 3.14. Kriteria

Keberhasilan Program
No. Bobot Item Predikat Keberhasilan 1. > 66,7% – 100% Berhasil 2. > 33,3% –

66,7% Kurang Berhasil 3. 0% – 33,3% Tidak Berhasil

Gall,et.al (2003:543) mengemukakan: “An evaluation study follows essentially

the same steps as those involved in doing a research study. Several additional

factors must be considered, however, depending upon the evaluation model that is

used”. Karena penelitian evaluasi ini menggunakan model evaluasi 94 95Stake’s

Countenance maka tentu saja pola evaluasinya menyesuaikan model tersebut.

Gall et.al dan Sukmadinata (2009:132-136) selanjutnya menyebutkan

delapan langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian evaluasi proses

pembelajaran, seperti:

a) Menjelaskan alasan melakukan evaluasi (clarifying reasons for doing an

evaluation);

b) Memilih model evaluasi (selecting an evaluation model);

c) Mengidentifikasi stakeholder (pihak-pihak terkait) (identifying stakeholder;

d) Menentukan apa yang akan dievaluasi (deciding what is to evaluated);

e) Mengidentifikasi pertanyaan evaluasi (identifying evaluation questions);

f) Mengembangkan desain dan jadual evaluasi (developing an evaluation

design and time line);


g) Mengumpulkan dan menganalisis data evaluasi (collecting and analyzing

evaluation data);

h) Melaporkan hasil evaluasi (reporting evaluation results).

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap bagaimana delapan

langkah evaluasi proses diklat tersebut dijalankan, peneliti menjelaskan secara

singkat hal-hal yang akan dilakukannya, sebagai berikut: 961. Menjelaskan alasan

melakukan evaluasi (clarifying reasons for doing an evaluation) Menurut Hasan

(2008:50-52) mengemukakan bahwa salah satu cara membedakan jenis evaluasi

kurikulum adalah didasarkan pada posisi evaluator terhadap evaluasinya.

Berdasarkan posisi ini maka dikenal ada dua jenis evaluasi kurikulum yaitu

evaluasi internal dan evaluasi eksternal. Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator

yang menjadi anggota tim pengembang kurikulum atau anggota dari peneliti yang

menjadi evaluan. Dia ditugaskan untuk melakukan evaluasi karena kedudukannya

tersebut. Dalam evaluasi internal, terkadang disebut juga sebagai evaluasi

informal, evaluator memiliki berbagai keunggulan.

Sedangkan evaluasi eksternal dilakukan oleh evaluator yang tidak memiliki

keterkaitan dengan evaluan baik secara administratif maupun secara akademik.

Evaluasi eksternal dapat dilakukan pada fase pengembangan ide dan dokumen

kurikulum, bahkan ketika pengembangan kurikulum berada pada tahap

implementasi, maka evaluasi eksternal banyak dilakukan. Evaluasi eksternal

disebut sebagai evaluasi formal (formal evaluation) (Hasan, 2008:151).


.Memilih model evaluasi (selecting an evaluation model) Gall et al

(2003:544) dengan jelas mengatakan:” Clarifying the reasons for an evaluation

request is useful in selecting an appropriate model. This task requires careful

deliberation,as there are many models from which to choose”.

Mengidentifikasi stakeholder (pihak-pihak yang terkait) (identifying stake

holders) Setelah menemukan alasan mengevaluasi proses pembelajaran muatan

lokal Bahasa Bali dan memilih model evaluasi yang sesuai dengan alasan yang

dilakukannya evaluasi, langkah penting selanjutnya adalah menentukan

stakeholder dari proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali yang dievaluasi.

Gall et.al. 98(2003:547) memberikan jelas tentang stakeholder, yaitu:”Anyone

who is involved in the program being evaluated or who might be affected by or

interested in the findings of the evaluation”.

Peran stakeholder begitu penting karena membantu:1) memperkuat alasan

dilakukannya evaluasi; 2) menjawab pertanyaan-pertanyaan evaluasi; 3)

menentukan desain penelitian; 4) menginterpretasi hasil penelitian; dan 5)

menyusun laporan hasil-hasil penelitian tersebut kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Dalam penelitian evaluasi ini, terdapat tiga kelompok stakeholder yang

diidentifikasi dan bersinggungan langsung dengan program pembelajaran muatan

lokal Bahasa Bali yakni siswa, guru, serta kepala madrasah. Siswa merupakan

subyek dari proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali, guru merupakan

pelaksana, serta kepala madrasah merupakan pengontrol sekaligus fasilitator dari


pelaksanaan pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali. Ketiga stakeholder tersebut

memberikan kontribusi yang berbeda terhadap evaluasi yang dilakukan. 4.

Menentukan apa yang akan dievaluasi (deciding what is to be evaluated) Langkah

selanjutnya setelah mengidentifikasi stakeholder adalah menentukan komponen-

komponen proses pembelajaran yang dievaluasi atau Gall et.al (2003:546)

menyebutnya dengan program delineation, yaitu:”the process of identifying the

most important characteristics of the program to be evaluated”. Seperti disebutkan

sebelumnya bahwa dalam penelitian evaluasi ini yang akan dievaluasi adalah

antara hasil yang diharapkan (intended outcomes) dengan hasil yang teramati

(observed outcomes);

Sejauh manakah kesesuaian antara perencanaan yang teramati (observed

transactions) dengan pelaksanaan yang teramati (observed transactions) Sebelum

mengembangkan desain evaluasi, peneliti terlebih dahulu harus menentukan

posisinya sebagai evaluator, apakah sebagai evaluator internal atau evaluator

eksternal. Dalam penelitian evaluasi ini, peneliti memposisikan dirinya sebagai

evaluator eksternal karena evaluator tidak ada keterkaitan dengan evaluan baik

secara administratif maupun secara lembaga.

Karena posisinya sebagai evaluator eksternal tersebut, evaluator memperoleh

beberapa keuntungan dalam melakukan evaluasi seperti yang disebutkan Hasan

(2008:51); keuntungan evaluator eksternal yaitu:1) tingkat objektivitas lebih

tinggi; 2) evaluator tidak memiliki keterkaitan dan keuntungan pribadi jika

evaluan yang dievaluasinya tidak memenuhi berbagai kriteria dan juga tidak
memiliki keuntungan pribadi jika evaluan tersebut memenuhi berbagai kriteria.

Setelah menentukan posisinya, peneliti selanjutnya mengembangkan desain

evaluasi, termasuk di dalamnya mengembangkan instrumen evaluasi yang

digunakan untuk mengumpulkan data/informasi yang diinginkan dari para

stakeholders. Instrumen evaluasi yang yang dikembangkan meliputi analisis

dokumen, observasi, kuesioner, dan wawancara jika diperlukan.

1017.Mengumpulkan dan menganalisis data evaluasi (collecting and analyzing

evaluation data) Instrumen evaluasi/penelitian yang dikembangkan di atas,

selanjutnya digunakan dalam tahap ini, yaitu mengumpulkan data/informasi yang

diperlukan untuk menunjang evaluasi.

Gall et.al (2003:550) mengemukakan:” Data collection and analysis in both

evaluation studies and research studies are similar”. 8. Melaporkan hasil evaluasi

(reporting evaluation results) Laporan yang dihasilkan dari penelitian evaluasi ini

berupa master’s thesisyang di dalamnya berisikan keseluruhan langkah di atas

serta kesimpulan-kesimpulan yang bersumber dari hasil evaluasi.

Berdasarkan hasil evaluasi itu pula evaluator memberikan beberapa

rekomendasi kepada para stakeholders ataupun pihak-pihak yang berkepentingan

dengan laporan evaluasi ini. Data kulitatif dan kuantitatif yang di peroleh dari

berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-

macam (triangulasi) dilakukan secara terus-menerus.

3.5 Teknik Pemeriksaan Data


Dalam penelitian ini uji keabsahan data yang digunakan peneliti adalah

dengan trianggulasi. Trianggulasi merupakan pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu untuk menguji kredibilitas data.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi metode dan trianggulasi

sumber data. Trianggulasi metode yaitu mengecek data yang didapat ke lapangan

menggunakan tiga metode yang berbeda yaitu wawancara, observasi serta

dokumentasi. Data yang telah didapat dari wawancara dibandingkan dengan data

hasil observasi dan catatan hasil studi dokumen. Disamping trianggulasi metode

juga menggunakan jenis trianggulasi sumber data. Data yang diperoleh dari satu

informan akan dikonfirmasikan ke informan lain yang juga terlibat dalam program

diklat guru smk di bbppmbv medan. Dalam hal ini data yang diperoleh dari

panitia penyelenggara dibandingkan dan dicari lebih mendalam dengan

wawancara peserta dan pengajar diklat guru smk di bbppmbv medan.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis data model Miles and

Huberman meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2013: 337). Secara lebih jelas dijelaskan

sebagai berikut:

3.8.1 Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh sumber data. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan

melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Setelah data terkumpul


disajikan dalam bentuk hasil wawancara, hasil studi dokumentasi dan deskripsi

hasil pengamatan.

3.8.2 Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data alam penelitian dimaksudkan untuk merangkum data yang telah

dipilah yang berupa hal-hal yang pokok dan penting.

3.8.3 Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan hasil dari reduksi data, yang disajikan dalam

bentuk laporan secara sistematis yang mudah dibaca atau dipahami baik secara

keseluruhan maupun bagian-bagiannya dalam konteks sebagai pernyataan.

Penyajian data ini bisa berbentuk grafik, tabel, matrik atau bagan informasi.

3.8.4 Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Selanjutnya langkah verifikasi yang merupakan upaya untuk mencari makna data

yang dikumpulkan. Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan terhadap data

yang telah direduksi ke dalam laporan secara sistematis dengan cara

membandingkan, menghubungkan, dan memilih data yang mengarah kepada

pemecahan masalah. Langkah-langkah verifikasi data sebagai berikut:

a. Membandingkan antara hasil studi dokumenter dengan hasil informasi dari

hasil wawancara ataupun observasi.

b. Mengidentifikasi data-data yang terkait dengan fokus penelitian.

c. Menarik simpulan serta saran-saran terhadap masalah yang telah diteliti.

Anda mungkin juga menyukai