Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFESIONALITAS

MENGAJAR GURU PENDIDIKAN VOKASI DI INDONESIA

Saut Purba*)

Abstrak

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan, SMK telah melakukan beberapa upaya antara lain peningkatan mutu
proses belajar mengajar melalui strategi pembelajaran, penataan kurikulum, mengadakan fasilitas praktek,
fasilitas laboratorium dan peningkatan kualitas pengajaran, namun dalam kenyataan bahwa lulusan SMK
tidak dapat sepenuhnya dapat diterima di dunia kerja dikarenakan belum sesuainya harapan dari dunia
kerja baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Banyak yang dirasakan dapat mempengaruhi
kualitas pembelajaran, diantaranya adalah strategi pembelajaran. Salah satu jalan yang dapat ditempuh
oleh guru dalam usaha ke arah pencapaian/peningkatan hasil belajar adalah membenahi strategi
pembelajaran dengan memanfaatkan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kondisi yang ada.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran, di antaranya adalah peran guru sebagai
penggerak proses belajar-mengajar. Untuk itu dirasakan perlu untuk mencermati profesionalitas guru dalam
mengajar. Profesionalitas guru dalam mengajar menempati kedudukan sentral dalam pelaksanaan proses
pendidikan dan pengajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi profesionalitas mengajar guru khususnya
guru pendidikan vokasi, diantaranya adalah kepuasan kerja dan kecerdasan emosional.

Kata Kunci: Profesionalitas Mengajar, Kepuasan Kerja dan Kecerdasan Emosional.

Pendahuluan diterima di dunia kerja dikarenakan belum


Sekolah Menengah Kejuruan adalah sesuainya harapan dari dunia kerja baik dari
salah satu lembaga pendidikan formal yang segi pengetahuan maupun keterampilan.
memberikan bekal pengetahuan teknologi, Hal ini sesuai dengan pendapat Ketua
keterampilan, sikap dan etos kerja yang Kadin Sumatera Utara Irfan Mulyana
bertujuan mempersiapkan lulusan yang dalam Lomba Karya Siswa (LKS) SMK
kelak menjadi tenaga kerja tingkat yang diadakan di Universitas Sumatera
menengah. Berdasarkan Undang-undang Utara mengemukakan, belum adanya
Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem standar baku kurikulum pengajaran di
Pendidikan Nasional pasal 15, pendidikan sekolah yang mampu menciptakan dan
kejuruan merupakan pendidikan menengah mengembangkan kemandirian SDM,
yang mempersiapkan peserta didik akibatnya lulusan SMK belum siap ke pasar
terutama untuk bekerja pada bidang kerja (Harian Analisa 2 Desember 2009).
tertentu. Bila dilihat data angka
Untuk mewujudkan tujuan pengangguran terbuka di Indonesia per
pendidikan, SMK telah melakukan Agustus 2008 mencapai 9,39 juta jiwa atau
beberapa upaya antara lain peningkatan 8,39 persen dari total angkatan kerja.
mutu proses belajar mengajar melalui Angka pengangguran turun dibandingkan
strategi pembelajaran, penataan kurikulum, posisi Februari 2007 sebesar 9,43 juta jiwa
mengadakan fasilitas praktek, fasilitas (8,46 persen). Pengangguran terbuka
laboratorium dan peningkatan kualitas didominasi lulusan Sekolah Menengah
pengajaran, namun dalam kenyataan bahwa Kejuruan sebesar 17,26 persen dari jumlah
lulusan SMK tidak dapat sepenuhnya dapat penganggur. Kemudian disusul lulusan
*)Dr. Saut Purba,MPd adalah Dosen Jurusan Teknik Mesin FT Unimed

28
Majalah Ilmiah Bina Teknik Fakultas Teknik Unimed
Sekolah Menengah Atas (14,31 persen), Salah satu permasalahan yang
lulusan universitas 12,59 persen, diploma dihadapi dalam peningkatan mutu
11,21 persen, baru lulusan SMP 9,39 pendidikan adalah bagaimana menciptakan
persen dan SD ke bawah 4,57 persen guru yang profesional, yaitu guru yang
(Mahbub, 2009). mampu menjalankan fungsi pembelajaran
Permasalahan yang dihadapi dalam secara efektif dan efesien. Mutu lulusan
pelaksanaan pendidikan di SMK SMK secara umum dapat diindikasi
diidenfikasikan masih rendahnya tergantung pada tingkat profesionalitas
kompetensi lulusan, sehingga kurang guru dalam mengajar. Profesionalitas guru
mampu memenuhi tuntutan dunia kerja dalam mengajar sangat dituntut terlebih
dapat diindikasi karena kualitas dengan diberlakukannya Kurikulum
pembelajaran yang dilaksanakan selama ini Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum
masih kurang efektif, kurang efisien dan ini merupakan salah satu upaya yang
tidak mampu meningkatkan minat belajar dilakukan pemerintah saat ini agar lulusan
siswa. lembaga pendidikan di Indonesia dapat
Banyak yang dirasakan dapat memenuhi tuntutan dunia kerja.
mempengaruhi kualitas pembelajaran, Berdasarkan uraian di atas
diantaranya adalah strategi pembelajaran. dirasakan perlu untuk mencermati
Salah satu jalan yang dapat ditempuh oleh profesionalitas guru dalam mengajar.
guru dalam usaha ke arah Profesionalitas guru dalam mengajar
pencapaian/peningkatan hasil belajar menempati kedudukan sentral dalam
adalah membenahi strategi pembelajaran pelaksanaan proses pendidikan dan
dengan memanfaatkan sarana dan prasarana pengajaran. Menurut penulis diantara
pendidikan sesuai dengan kondisi yang ada. begitu banyak faktor yang mempengaruhi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi profesionalitas mengajar guru dalam rangka
kualitas pembelajaran, di antaranya adalah peran meningkatkan mutu lulusan SMK
guru sebagai penggerak proses belajar-mengajar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne (1979), ada
dintaranya kepuasan kerja dan kecerdasan
tiga fungsi yang dapat diperankan guru dalam emosional .
mengajar yakni sebagai perancang, pengelola, dan
sebagai evaluator pendidikan. Wardiman (1996) Permasalahan
mengemukakan bahwa masih banyak guru-guru
yang belum menguasai proses belajar mengajar. Uraian di atas secara umum
Muljani (2005:22) mengemukakan berdasarkan 11 menunjukkan adanya kesenjangan antara
penelitian di berbagai negara menunjukkan faktor lulusan pendidikan kejuruan dengan mutu
yang mempengaruhi mutu hasil pendidikan secara
signifikan adalah disebabkan antara lain guru, buku, pendidikan kejuruan yang diindikasi
laboratorium dan manajemen. Untuk itu diperlukan penyebabnya kurangnya profesionalitas
guru yang kreatif, profesional dan menyenangkan mengajar guru. Masalah yang dapat
sehingga mampu menciptakan iklim pembelajaran dikemukakan adalah” Faktor-faktor apakah
yang kondusif. Wardiman dalam Mulyasa (2005:5) yang mempengaruhi profesionalitas
juga menambahkan terdapat tiga syarat utama yang
harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan mengajar guru pendidikan vokasi? Makalah
agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan ini mengupayakan perlu mengetahui faktor-
kualitas sumber daya manusia (SDM), yakni: (1) faktor yang mempengaruhi profesionalitas
sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru mengajar guru pendidikan vokasi di
dan tenaga pendidikan yang profesional. Hal ini Indonesia.
sesuai dengan pendapat Mulyasa (2005)
mengemukakan bahwa kemampuan profesional Kajian Teori
guru dalam menciptakan pembelajaran yang Profesionalitas Mengajar Guru
berkualitas sangat menentukan keberhasilan Sesuai dengan Undang-undang Sistem
pendidikan secara keseluruhan.
29
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profesionalitas Mengajar Guru Pendidikan Vokasi Di Indonesia
Pendidikan Nasional dan Undang-undang (Nurdin, 2005:13). Dengan demikian
Guru dan Dosen pasal 1 menyebutkan pekerjaan profesional adalah gambaran
bahwa tugas utama guru adalah mengajar. tingkat keahlian dan pendidikan seseorang
Ini berarti mengajar merupakan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk unjuk kerja
yang dilandasi dengan aturan-aturan, etika berlandaskan kode etik tertentu.
dan standart sebagai gambaran seseorang Chandler dalam Sahertian (1992:17)
yang profesional. Pekerjaan mengajar guru mengemukakan profesi mengajar adalah
merupakan pekerjaan profesi karena guru suatu jabatan yang mempunyai kekhususan
memiliki kode etik profesi, tanggung jawab bahwa profesi itu memerlukan kelengkapan
yang syah secara hukum. Profesional mengajar atau keterampilan atau kedua-
adalah pekerjaan atau kegiatan yang keduanya yang menggambarkan bahwa
dilakukan oleh seseorang dan menjadi seseorang itu dalam hal melaksanakan
sumber penghasilan kehidupan yang tugasnya.
memerlukan keahlian, kemahiran atau Menurut Usman (1995) tugas guru sebagai
kecakapn yang memenuhi standar mutu atu profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
norma tertentu serta memerlukan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
pendidikan profesi (UU Nomor 14 Tahun mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2005 Tentang Guru dan Dosen). Sedangkan melatih berarti mengembangkan
Profesionalisasi ialah proses membuat keterampilan-keterampilan pada siswa. Untuk lebih
suatu badan organisasi menjadi profesional jelasnya dapat dijelaskan pada gambar berikut ini:

Meneruskan dan
mengembangkan
MENDIDIK
nilai-nilai hidup

Meneruskan dan
PROFESI MENGAJAR mengembangkan
ilmu pengetahuan
& teknologi

Mengembangkan
keterampilandanpener
MELATIH
apannya

Gambar 1. Jabaran profesi guru

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentng kompetensi guru dalam merancang,


Standar Nasinal Pendidikan pasal 28 ayat 3, menyampaikan, mengelola materi
guru yang profesional adalah guru yang pengajaran, menilai dan mendiagnosis hasil
memiliki; (1) kompetensi pedagogik, (2) pembelajaran, berkomunikasi dengan
kompetensi kepribadian, (3) kompetensi lingkungan, mengendalikan diri,
profesional dan (4) kompetensi sosial. menghargai dan mengembangkan diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat
dinyatakan profesionalitas mengajar guru
adalah gambaran

30
Majalah Ilmiah Bina Teknik Fakultas Teknik Unimed
Hakikat Kepuasan Kerja Guru pleasurable emotional state resulting from
Greenberg dan Baron memberikan the appresial of one‟ job experience. Hal
pengertian kepuasan ini merupakan suatu sikap dan emosi yang
kerjasecarakomprehensifyaitu : “ job merespon terhadap tugas pekerjaan yang
satisfaction as positive or negative attitude sama dan juga terjadi pada keadaan fisik
held by individuals toward their jobs. dan sosialnya di tempat kerja. Sebagai
(kepuasaan kerja adalah sikap positip dan kesimpulan dari pengertian ini, kepuasan
negative yang mempengaruhi individu kerja merupakan suatu pernyataan
dalam pekerjaannya). Colquitt, emosional yang menyenangkan atau positip
LepinedanWesson(2009) menyebutkan” dihasilkan dari suatu pencapaian kerja atau
job statisfaction is defenined as kegiatan seseorang.
bahwa dalam kepuasan kerja terdapat
perasaan dan
Pengertian ini memperkuat pendapat
penilaian terhadap pekerjaan yang
menyangkut lingkungan kerja secara Hakikat Kecerdasan Emosional
umum. Dengan demikian konsep Cooper (1998) mengemukakan
kepuasan kerja menjadi tidak mudah bahwa kecerdasan emosional adalah
karena berhubungan dengan perasaan dan kemampuan merasakan, memahami, dan
persepsi. Jadi kepuasan kerja adalah secara efektif menerapkan daya dan
persepsi guru bahwa harapannya telah kepekaan emosi sebagai sumber energi
terpenuhi atau terlampaui (Purba, 1995). dan informasi, koneksi dan pengaruh
Artinya bahwa jika seorang guru yang manusiawi.
melaksanakan suatu kegiatan, maka Iamembahaskecerdasanemosionaldari 4
orang tersebut akan berharap bahwa apa (empat) penjuruyaitu :
yang dilakukan akan mendapat imbalan a. Kesadaran emosi yakni kesadaran
yang sesuai dengan harapannya. Jika yang berasal dari hati manusia yang
imbalan yang diperoleh dari manajemen merupakan sumber energi yang nyata.
ternyata sesuai dengan keinginan, maka b. Kebugaran emosi yakni kebugaran
ia akan merasa puas, demikian juga yang membangun sifat-sifat yang
sebaliknya. berhubungan dengan hati.
Kepuasan kerja sebagai respons c. Kedalaman emosi yakni berhati-hati
afektif atau emosional pada suatu dalam berbicara, mendengarkan suara
pekerjaan (Dale, 2001). Dengan hati dan tidak ragu dalam bersifat.
demikian, kepuasan kerja memiliki d. Alkimia emosi adalah daya atau
banyak dimensi. Kepuasan kerja dapat proses yang mengubah emosi, yang
mewakili sikap secara menyeluruh atau semula dianggap tidak berharga
mengacu pada bagian pekerjaan, menjadi sesuatu yang lebih berharga.
misalnya pada isi pekerjaan dan pada Selanjutnya, Goleman (1977)
konteks pekerjaan. Sebagai sekumpulan menyatakan bahwa kecerdasan
perasaan, kepuasan kerja bersifat emosional adalah suatu bentuk
dinamik, artinya dapat naik dan turun kemampuan seperti kemampuan untuk
dengan cepat sesuai dengan kepentingan memotivasi diri dan bertahan
dan kebutuhan individu sehingga menghadapi frustasi, menghadapi
perasaan karyawan terhadap organisasi dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
perlu diperhatikan secara kesenangan, mengatur suasana hati dan
berkesinambungan. menjaga agar beban stress tidak

31
Strategi Penyusunan Instrumen Tes Kelompok Matakuliah Keteknikan
melumpuhkan kemampuan berpikir dan dengan apa yan dikerjakan pada saat-saat
berempati. jiwa dalam keadaan bersemangat. Jika
Iamengkategorikankecerdasanemosional secara emosional hati tidak terlibat, sikap
dalam 5 (lima) wilayahyakni : bisa cukup rasional tetapi jika nafsu
a. Mengenali emosi diri yakni kesadaran sedang menguasai diri, seringkali orang
diri mengenali perasaan sewaktu bersikp ceroboh dan melakukan
perasaan itu terjadi. tindakan-tindakan yang tidak rasional.
b. Mengelola suasana hati yakni Dari uraian di atas, kecerdasan
menangani perasaan agar perasaan emosional merupakan kemampuan untuk
dapat terungkap dan terkendali. menata emosi, mengelola suasana hati,
c. Memotivasi diri sendiri yakni menata bertahan menghadapi frustasi, menjaga
emosi dalam bentuk kendali emosi, agar beban pikiran tidak melumpuhkan
menahan diri terhadap kepuasan, kemampuan berpikir dan berempati.
mengendalikan dorongan hati.
d. Mengenali emosi orang lain yakni Pembahasan
berempati. Untuk menciptakan sosok
e. Membina hubungan yakni menunjang aparatur pendidikan yang profesional dan
popularitas, kepemimpinan dan mempunyai kompetensi yang tinggi
komunikasi antar pribadi. diperlukan pembinaan karier guru yang
Di sisi lain Patton (2002) jelas dan berkelanjutan. Di dalam
mengemukakan bahwa kecerdasan kegiatan proses belajar mengajar di kelas
emosional adalah kekuatan di balik guru harus didukung dengan
singgasana kemampuan intelektual. Ia terpenuhinya kebutuhan internal
merupakan dasar-dasar pembentukan eksternal. Situasi eksternal guru sering
emosi mencakup keterampilan- menjadikan kondisi internal menjadi
keterampilan untuk : tidak seimbang. Dalam hal ini kepuasan
a. Menunda kepuasan dan guru pada kondisi eksternal yaitu
mengendalikan impuls-impuls lingkungan sekolah, gaji yang tidak
b. Tetap optimis jika berhadapan dengan memadai, sistem pembinaan yang tidak
kemalangan dan ketidakpastian teratur dapat menyebabkan kondisi
c. Menyalurkan emosi-emosi kuat secara internal guru menjadi terganggu.
efektif Agar kondisi internal guru dapat
d. Mampu memotivasi dan menjaga terjaga dengan baik dibutuhkan
semangat disiplin diri dalam usaha kemampuan untuk mengontrol kondisi
mencapai tujuan-tujuan hati sehingga tidak menimbulkan stress.
e. Menangani kelemahan-kelemahan Kemampuan guru untuk memahami,
pribadi merasakan dan menerapkan daya serta
f. Membangun kesadaran diri dan kepekaan emosi terintegrasi dalam situasi
pemahaman pribadi. pembelajaran akan menyebabkan proses
Selanjutnya Patton, (1998) pembelajaran dapat berjalan efektif.
mencanangkan bahwa pemenang abad 21 Guru harus mampu mengelola
adalah orang yang menyeimbangkan emosi berdasarkan penilaian, pengalaman
intelektualnya dengan kecerdasan dan pendidikan formal yang diikuti
emosionalnya. Untuk itu, keseimbangan sebelum dibangku perkuliahan. Hal ini
kecerdasan emosional adalah paduan sangat berguna agar tidak melumpuhkan
keberhasilan tentang apa yang diketahui kemampuan berfikir, berempati dan

32
Majalah Ilmiah Bina Teknik Fakultas Teknik Unimed

bertindak logis. Untuk hal ini faktor 3. Kepuasan kerja dan kecerdasan
ketidakpuasan kerja seperti yang emosional diidentifikasi sebagai
dikemukakan Herzbeg dalam Purba faktor yang mempengaruhi
(1995) yaitu Kualitas supervisi, profesionalitas mengajar guru.
Penggajian, kebijakan sekolah, kondisi
fisik tempat kerja, hubungan dengan Daftar pustaka
rekan sekerja, keamanan kerja, dapat Coulquitt ,J, A.,Le Pine, J,A. and
ditoleransi. Untuk hal ini pekerjaan guru Wesson,M.J. Organizational
sebagai pekerjaan profesi bukan semata- Behavior. Improving Permormance
mata hanya untuk pemenuhan kebutuhan and Comitment in The Workplace.
material semata, namun merupakan tugas New York: McGraw-Hill
yang mulia. International Edition, 2009.
Uraian di atas dapat Gagne, Robert M., Leslie J. Briggs, and
menggambarkan upaya untuk Walter W. Wager.1989.Principles of
menciptakan guru yang profesional Instructional Design, New York:
diperlukan persyaratan yaitu menciptakan Harcourt Brace Jovanovich College
kepuasaan kerja yang berorientasi kepada Publishers.
tindakan pelayanan dan pengabdian serta Goleman., D. 1997. Emotional
didukung kemampuan untuk mengelola Intelligence. Ahli Bahasa Alex Tri
suasana hati dan melahirkan ketulusan Kancono Widodo. Jakarta: Gramedia
hati yang akhirnya mampu menciptakan Pustaka Utama.
hubungan yang efektif dengan Greenberg, J. and R. A. Baron. 1995.
lingkungan sosial. Behavior in Organizations :
Uraian di atas dapat Understanding & Managing The
menggambarkan upaya untuk Human Side Of Word Fith Editions
menciptakan guru yang profesional Englewood Clift, New Jersy :
diperlukan persyaratan yaitu menciptakan Prentice : Hall. Inc.
kepuasaan kerja yang berorientasi kepada Harian Analisa, Rabu, 2 Desember 2009.
tindakan pelayanan dan pengabdian serta http : // www.swa : 11/ 06 / 08.
didukung kemampuan untuk mengelola Jaffe. Dale. 2001. Organizational Theory.
suasana hati dan melahirkan ketulusan Singapore: Mc-Graw-Hill
hati yang akhirnya mampu menciptakan International Edition.
hubungan yang efektif dengan Mahbub H. 2009. Jumlah Pengangguran
lingkungan sosial. di Indonesia 9,43 Juta Orang.
http.www.tempo interaktif.com.
Penutup Muhammad Uzer Usman.1995. Menjadi
Berdasarkan uraian di atas dapat Guru Profesional. Bandung: Remaja
disimpulkan hal berikut ini: Rosda Karya.
1. Upaya peningkatan mutu pendidikan Mulyasa, E. 2004. Implementasi
vokasi dan dilakukan melalui Kurikulum 2004: Panduan
peningkatan profesionalitas mengajar Pembelajaran KBK. Bandung:
guru. Remaja Karya.
2. Guru yang profesional adlah guru -------------- .2005. Menjadi Guru Yang
yang mempunyai kompetensi Profesional: Bandung: Remaja
pedagogik, kompetensi kepribadian, Karya.
kompetensi profesional, dan Nurdin, Syafruddin .2005. Guru
kompetensi sosial. profesional dan Implementasi
Kurikulum. Jakarta: Quantum

33
Strategi Penyusunan Instrumen Tes Kelompok Matakuliah Keteknikan
Teaching. IKIP Malang.
Patton, Patricia. 1998. Emotional Sahertian, A.P. 1992. Supervisi
Intelligence di Tempat Kerja. Pendidikan dalam Rangka Program
Jakarta: Delapratasa. Inservice Education. Jakarta: Rineka
Patton, Patricia.2002. Kecerdasan Cipta.
Emosional: Pengembangan Sukses Sumantri, Mulyani. 1988. Kurikulum dan
Lebih Bermakna. Jakarta: Mitra Pengajaran. Jakarta: Proyek
Media. Pengembangan LPTK Dirjen Dikti.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun Undang-undang No. 20 Tahun 2003
2005. Tentang standar Nasional Tentang Sistem Pendidikan
Pendidikan. Jakarta: Nuansa Aulia. Nasional. Jakarta: Nuansa Aulia.
Purba, Saut, 1985. Hubungan Motivasi Wardiman, Djojonegoro. 1996. Banyak
Kerja, Pengalaman, dan Pendidikan Guru Belum Menguasai Proses
dengan Performansi Mengajar Guru. Belajar Mengajar. HarianKompas
Tesis. Tidak dipublikasikan. PPS Hal. 10, 2 September 1996.

34

Anda mungkin juga menyukai