Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR INTERNASIONAL

Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

PROFESIONALISME GURU Vs GURU BERSERTIFIKASI : TINJAUAN KRITIS


TERHADAP PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU

Oleh
Mutaqin *

ABSTRACT
Profesionalisme guru merupakan tuntutan kerja seiring dengan perkembangan sains
teknologi dan merebaknya globalisme dalam berbagai sektor kehidupan. Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan sebuah perjuangan sekaligus
komitmen untuk meningakatkan kualitas guru yaitu kualifikasi akademik dan kompetensi
profesi pendidik sebagai agen pembelajaran. Sertifikasi guru merupakan salah satu
upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah
menjadi semakin berkualitas.Dalam praktiknya, pelaksanaan sertifikasi guru ada
kecenderungan berorientasi memisahkan antara guru yang “profesional” dan belum
(amatir). Demikian pula dalam pelaksanaan sertifikasi masih banyak ditemukan adanya
beberapa penyimpangan dari semestinya. Belum lagi sertifikasi ini juga masih membuka
peluang sekadar meningkatkan pendapatan daripada kualitas mengajar. Uji Sertifikasi
bagi guru mesti dipahami sebagai sebuah sarana untuk mencapai tujuan yaitu kualitas
guru, bukan sekedar menjadi guru yang bersertifikat. Sertifikasi bukan tujuan itu sendiri.
Kesadaran dan pemahaman yang benar tentang hakekat sertifikasi akan melahirkan
aktivitas yang benar dan elegan, bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai
kualitas.

Keyword: profesionalisme, guru, dan sertifikasi,


* Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY Yogyakarta

Pendahuluan pendidikan belum memadai untuk


digunakan secara mandiri, karena yang
Pembicaraan tentang profesionalisme
terjadi di lembaga pendidikan hanya
guru saat ini menjadi sesuatu yang
transfer of knowledge semata yang
mengemuka ke ruang publik seiring
mengakibatkan anak didik tidak inovatif,
dengan tuntutan untuk meningkatkan
dan tidak kreatif, bahkan tidak pandai
mutu pendidikan di Indonesia. Oleh
dalam menyiasati persoalan-persoalan di
banyak kalangan, mutu pendidikan
seputar lingkungannya.
Indonesia dianggap masih rendah karena
Kedua, Peringkat indeks
beberapa indikator antara lain: Pertama,
pengembangan manusia (Human
lulusan dari sekolah dan perguruan tinggi
Development Index) masih sangat rendah,
yang belum siap memasuki dunia kerja
demikian pula mutu akademik sekolah di
karena minimnya kompetensi yang
Idonesia. Menurut data tahun 2004, dari
dimiliki. Dalam sebuah surat kabar, dikata-
117 negara yang disurvei Indonesia
kan bahwa kaum industriawan merasa
berada pada peringkat 111 dan pada
kegerahan harus mendidik kembali
tahun 2005 peringkat 110 dibawah
lulusan yang diterimanya, usahawan yang
Vietnam yang berada di peringkat 108.
kecewa atas bekal keterampilan para
Mutu akademik di bidang IPA, Matematika
tenaga kerja baru yang minim dengan
dan Kemampuan Membaca sesuai hasil
kompetensi rendah (Suara Merdeka,
penelitian Programme for International
Senin, 20 Februari 2006). Bekal
Student Assesment (PISA) tahun 2003
kecakapan yang diperoleh di lembaga
1011
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

menunjukan bahwa dari 41 negara yang diperoleh setelah melalui uji sertifikasi
disurvei untuk bidang IPA Indonesia lewat penilaian portofolio (rekaman
berada pada peringkat 38, untuk kinerja) guru, maka seorang guru berhak
Matematika dan kemampuan membaca mendapat tunjangan profesi sebesar 1
menempati peringkat 39 (Octavianus S, bulan gaji pokok (Dirjen PMPTK, 2007).
200…….). Keempat, sebagai konsekuensi Intinya, Undang-Undang Guru dan Dosen
logis dari indikator-indikator diatas adalah adalah upaya meningkatkan kualitas
penguasaan terhadap IPTEK dimana kita kompetensi guru seiring dengan
masih tertinggal dari negara-negara peningkatan kesejahteraan mereka.
seperti Malaysia, Singapura, dan
Persoalannya sekarang, bagaimana
Thailand.
persepsi guru terhadap uji sertifikasi?
Dengan tetangga dekat Malaysia yang Bagaimana pula kesiapan guru untuk
pernah berguru pada kita sebagai menghadapi pelaksanaan sertifikasi
''saudara tua'', beberapa institusi tersebut ? dan adakah suatu garansi
pendidikan tingginya ternyata mampu bahwa dengan memiliki sertifikasi, guru
mengungguli beberapa tingkat di atas akan lebih bermutu? Bagaimana agar
perguruan tinggi ternama kita. Kejutan ini sertifikasi bisa meningkatkan kualitas
menyadarkan bahwa dunia pendidikan kompetensi guru?" Analisa terhadap
Indonesia ternyata hanya jalan di tempat. pertanyaan-pertanyaan ini mesti dikritisi
Catatan panjang ini memberi warning sebagai sebuah feed back untuk
betapa terpuruknya keberadaan dunia pencapaian tujuan dan hakekat
pendidikan kita, dan itu butuh solusi pelaksanaan uji sertifikasi itu sendiri.
segera kalau tidak mau dianggap
tertinggal. Ketertinggalan, keterpurukan
kualitas pendidikan seringkali dialamatkan Kritisi terhadap Pelaksanaan Sertifikasi
pada kualitas guru yang dimiliki, tak Guru
terkecuali dosen, dan tenaga 1. Profesionalisme Guru
kependidikan lainnya.
Profesionalisme guru merupakan
Guru (dosen) akhirnya menjadi salah tuntutan kerja seiring dengan per-
satu faktor yang menentukan dalam kembangan sains teknologi dan merebak-
konteks meningkatkan mutu pendidikan nya globalisme dalam berbagai sektor
dan menciptakan sumber daya manusia kehidupan. Suatu pola kerja yang di-
yang berkualitas, karena guru adalah proyeksikan untuk terciptanya pembelajar-
garda terdepan yang berhadapan an yang kondusif dengan memperhatikan
langsung dan berinteraksi dengan siswa keberagaman sebagai sumber inspirasi
dalam proses belajar mengajar. Mutu untuk melakukan perbaikan dan
pendidikan yang baik dapat dicapai peningkatan mutu pendidikan. Guru
dengan guru yang profesional dengan sebagai tenaga pendidikan secara
segala kompetensi yang dimiliki. substantif memegang peranan tidak hanya
Undang-Undang Nomor 14 Tahun melakukan pengajaran atau transfer ilmu
2005 tentang Guru dan Dosen merupakan pengetahuan (kognitif), tetapi juga dituntut
sebuah perjuangan sekaligus komitmen untuk mampu memberikan bimbingan dan
untuk meningakatkan kualitas guru yaitu pelatihan. Di dalam Undang-Undang No.
kualifikasi akademik dan kompetensi 20 Tahun 2003 ditegaskan pada pasal 39
profesi pendidik sebagai agen pem- bahwa: ”Tenaga pendidikan selain
belajaran. Kualifikasi akademik diperoleh bertugas melaksanakan administrasi,
melalui pendidikan tinggi program sarjana pengelolaan, pengembangan, pelayanan
(S1) atau D4. Sedangkan kompetensi dalam satuan pendidikan, juga sebagai
profesi pendidik meliputi kompetensi tenaga profesional yang bertugas
pedagogik, kompetensi kepribadian, merencanakan dan melaksanakan proses
kompetensi profesional dan kompetensi serta menilai hasil pembelajaran,
sosial. Dengan sertifikat profesi, yang bimbingan dan pelatihan.

1012
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

Sebagaimana pengertian profesional pembelajaran yang bermutu, serta menilai


yang terdapat dalam UU Guru dan Dosen dan mengevaluasi hasil pembelajaran
dapat diartikan sebagai berikut: yang bermutu, serta menilai dan meng-
”Profesional adalah pekerjaan atau evaluasi hasil pembelajaran; 2) Me-
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang ningkatkan dan mengembangkan kualifi-
dan menjadi sumber penghasilan kasi akademik dan kompetensi secara
kehidupan yang memerlukan keahlian, berkelanjutan sejalan dengan per-
kemahiran, atau kecakapan yang kembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
memenuhi standar mutu atau norma dan seni; 3) Bertindak obyektif dan tidak
tertentu serta memerlukan pendidikan diskriminatif atas dasar pertimbangan
profesi” (Depdiknas,2005:2). jenis kelamin, agama, suku, ras, dan
kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
Sementara prinsip profesionalitas guru
keluarga, dan status social ekonomi
dan dosen UU No.14 tahun 2005 pasal 7
perserta didik dalam pembelajaran; 4)
ayat 1, merupakan bidang pekerjaan
Menjunjung tinggi peraturan perundang-
khusus yang dilaksanakan berdasarkan
undangan, hukum, dan kode etik guru,
prinsip sebagai berikut; 1) Memiliki bakat,
serta nilai-nilai agama dan etika; dan 5)
minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
Memelihara dan memupuk persatuan dan
memiliki komitmen untuk meningkatkan
kesatuan bangsa.
mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia; 2) Memiliki kualifikasi Tuntutan terhadap guru untuk
akademik atau latar belakang pendidikan senantiasa mengikuti perkembangan
sesuai dengan bidang tugas; 3) Memiliki sains, teknologi dan seni merupakan
kompetensi yang diperlukan sesuai tuntutan profesi, sehingga guru dapat
dengan bidang tugas; 4) memiliki senantiasa menempatkan diri dalam
tanggungjawab atas pelaksanaan tugas perkembangannya. Guru tidak lagi
keprofesionalan; 5) Memperoleh peng- menjadi satu-satunya sumber informasi
hasilan yang ditentukan sesuai dengan akibat kemajuan teknologi yang
prestasi kerja; 6) Memiliki kesempatan memberikan banyak peluang untuk setiap
untuk mengembangkan keprofesionalan orang menjadi guru bagi dirinya sendiri,
secara berkelanjutan dengan belajar artinya ia bisa mengakess aneka jenis
sepanjang hayat; 7) Memiliki jaminan informasi sebagai pengetahuan baru.
perlindungan hukum dalam melaksanakan Guru lebih diposisikian sebagai partner
tugas keprofesionalan; dan 8) Memiliki belajar, memfasilitasi belajar siswa sesuai
organisasi profesi yang mempunyai dengan kondisi setempat secara kondusif.
kewenangan mengatur hal-hal yang ber-
Dalam kerja profesional, guru dituntut
kaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
untuk bisa melayani siswa sebagai subyek
Secara akademis, seorang guru belajar dan memperlakukannya secara
profesional ia memiliki keahlian atau adil, melihat keberbedaan sebagai
kecakapan akademis atau dalam bidang keberagaman pribadi dengan aneka
ilmu tertentu; cakap mempersiapkan potensi yang harus dikembangkan. Maka
penyajian materi (pembuatan silabus; hubungan antara guru dengan siswa
program tahunan, program semester) merupakan pola hubungan yang fleksibel,
yang akan menjadi acuan penyajian; me- ada kalanya guru menempatkan diri
laksanakan penyajian materi; melaksana- sebagai patner belajar siswa, saat yang
kan evaluasi atas pelaksanaan yang lain sebagai pembimbing, dan berposisi
dilakukan; serta mampu memperlakukan sebagai penerima informasi yang belum
siswa secara adil dan secara manusiawi. diketahuinya. Di inilah pembelajaran
berlangsung dalam sebuah orkestrasi
Berdasarkan berbagai kajian di atas,
pembelajaran yang melihat segala
ada beberapa kewajiban yang harus
sesuatu di sekitar guru sebagai
dilaksanakan oleh seorang guru
pembelajar potensi untuk mencapai
profesional, yaitu : 1) Merencanakan
kesuksesan belajar .
pembelajaran, melaksanakan proses

1013
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

Ukuran kesuksesan kerja profesional Selanjutnya dikatakan bahwa manfaat


bagi seorang guru dapat dilihat dari target sertifikasi guru adalah : 1) Melindungi
yang ingin dicapai dalam pembelajaran, profesi guru dari praktik-praktik yang tidak
serta kemampuan mengoptimalkan kompeten, yang dapat merusak citra
fasilitas belajar dan kondisi setempat. profesi guru; 2) Melindungi masyarakat
Persiapan pembelajaran menjadi sesuatu dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
yang wajib dikerjakan, dan pelaksanaan berkualitas dan tidak profesional; 3)
aplikasi dalam kelas berpijak kepada Menjaga lembaga penyelenggara
persiapan yang telah dibuat dengan pendidikan tenaga kependidikan (LPTK)
menyesuaikan terhadap kondisi setempat dari keinginan internal dan tekanan
atau kelas yang berbeda. Kepedulian eksternal yang menyimpang dari
untuk mengembangkan kemampuan ketentuan-ketentuan yang berlaku; 4)
afektif, emosional, sosial dan spiritual Meningkatkan kesejahateraan guru.
siswa, sesuatu yang vital untuk bisa
Sertifikasi guru adalah proses
melihat kelebihan atau keunggulan yang
perolehan sertifikat pendidik bagi guru.
terdapat dalam diri anak. Peserta didik
Sertifikat pendidik yang diperoleh guru
diberi kesempatan untuk mengembangkan
berlaku sepanjang yang bersangkutan
diri dan menemukan aktualisasi sehingga
melaksanakan tugas sebagai guru sesuai
tumbuh rasa percaya diri.
dengan peraturan perundang-undangan.
Secara implikatif sikap profesionalis- Sertifikat pendidik ditandai dengan satu
me, guru dibutuhkan dalam upaya nomor registrasi guru yang dikeluarkan
strategis untuk terlaksana dan tercapainya oleh Departemen Pendidikan Nasional.
tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Sertifikat diperoleh melalui pendidikan
yang dimulai dari implikasi dalam kelas.
profesi yang diakhiri dengan uji
Lebih jauh lagi akan berpengaruh
kompetensi. Kompetensi yang harus
terhadap sistem pendidikan yang
dikuasai oleh guru meliputi kompetensi
berlangsung dalam sekolah. Suatu sistem
pedagogik, kepribadian, sosial, dan
yang mencerminkan amanat Undang-
profesional. Berdasarkan panduan ter-
Undang untuk memanusiakan manusia,
sebut dikemukakan bahwa prinsip
terciptanya pendidikan yang demokratis
sertifikasi guru : a) Dilaksanakan secara
dan berwawasan kebangsaan. Ber-
Objektif, Transparan, dan Akuntabel, b)
kembangnya potensi manusia Indoensia
Berujung pada peningkatan mutu
yang bertakwa terhadap Tuhan Yang
pendidikan nasional melalui peningkatan
Maha Esa, tanpa lupa mengembangkan
mutu guru dan kesejahteraan guru, 3)
kecerdasan kognitif, afektif dan
Dilaksanakan sesuai dengan peraturan
psikomotriknya.
dan perundang-undangan, 4) Dilaksana-
kan secara terencana dan sistematis, 4)
Menghargai pengalaman kerja guru, 5)
2. Sertifikasi Guru
Jumlah Peserta Sertifikasi Guru Ditetap-
Sertifikasi guru merupakan salah satu kan oleh Pemerintah
upaya pemerintah dalam meningkatkan
Dikatakan bahwa sertifikasi guru
kualitas guru sehingga pembelajaran di
melalui uji kompetensi memperhitungkan
sekolah menjadi semakin berkualitas.
pengalaman profesionalitas guru, melalui
Dalam buku panduan Sertifikasi Guru
penilaian portofolio guru. Sepuluh
yang dikeluarkan oleh Direktorat Profesi
komponen portofolio guru akan dinilai oleh
Pendidik, dirjen PMPTK, Depdiknas 2007,
perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi
dikatakan bahwa Sertifikasi guru bertuju-
guru. Ada dua macam pelaksanaan uji
an untuk: 1) menentukan kelayakan guru
sertifikasi: 1) Sebagai bagian dari
dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pendidikan profesi, bagi mereka calon
pembelajaran dan mewujudkan tujuan
pendidik, dan 2) Berdiri sendiri untuk
pendidikan nasional, 2) peningkatan
mereka yang saat diundangkannya UUGD
proses dan mutu hasil pendidikan, dan 3)
sudah berstatus pendidik.
peningkatan profesionalitas guru.
1014
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

Sertifikasi pendidik atau guru dalam diatasi maka akan merambat pada konflik
jabatan akan dilaksanakan dalam bentuk yang berkepanjangan, oleh karena itu
penilaian portofolio. Penilaian portofolio butuh solusi segera.
merupakan pengakuan atas pengalaman
Pada awal tahun 2007 seretifikasi
profesional guru dalam bentuk kumpulan
guru telah terimplementasi, dan menurut
dokumen yang mendeskripsikan: kualifi-
pengamatan Penulis (sebagai salah satu
kasi akademik; pendidikan dan pelatihan;
asesor sertifikasi guru di Rayon 11 DIY
pengalaman mengajar; perencanaan dan
dan Jawa Tengan Bag. Selatan), telah
pelaksanaan pembelajaran; penilaian dari
ada sinyal pada sebagian guru, yakni
atasan dan pengawas; prestasi akademik;
kekecewaan manakala tunjangan profesi
karya pengembangan profesi; keikut-
tak jadi diterimakan, karena masuk
sertaan dalam forum ilmiah; pengalaman
kelompok ''amatir''. Sebaliknya, senyum
organisasi di bidang kependidikan dan
simpul tersungging bagi penerima yang
sosial; dan penghargaan yang relevan
memenuhi syarat profesional.
dengan bidang pendidikan.
Persoalannya, dari mana batasan
Guru yang memenuhi penilaian profesionalitas guru diukur, belum ada
portofolio dinyatakan lulus dan mendapat batasan pasti. Sertifikasi guru cenderung
sertifikat pendidik. Sedangkan guru yang menjebak guru pada kultur formalistik.
tidak lulus penilaian portofolio dapat: Dalam upaya memenuhi persyaratan
melakukan kegiatan-kegiatan untuk penilaian portofolio, guru lebih suka
melengkapi portofolio agar mencapai nilai memburu dan mengoleksi lembar-lembar
lulus, atau mengikuti pendidikan dan sertifikat dan piagam forum ilmiah
pelatihan profesi guru yang diakhiri ketimbang memahami esensi
dengan evaluasi/penilaian sesuai profesionalisme sebagai pendidik.
persyaratan yang ditentukan oleh
Kesenjangan pelaksanaan sertifikasi
perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.
guru antara pegawai negeri sipil atau PNS
dan honorer terlalu jauh. Selain itu,
sertifikasi ini juga masih membuka
3. Pelaksanaan Sertifikasi Guru
peluang sekadar meningkatkan
Menurut salah satu anggota Komisi X pendapatan daripada kualitas mengajar.
DPR RI Angelina Sondakh yang dikutip Kekhawatiran itu muncul ketika terbuka
oleh Suara Merdeka (2007), dikatakan kemungkinan tindakan tidak terpuji dalam
bahwa proses sertifikasi guru sampai saat sertifikasi. Dalam sebuah seminar ”Guru
ini belum bejalan dengan baik, hal itu Menggugat Sertifikasi” di Makassar,
dikarenakan mekanismenya belum sesuai (Suara Merdeka, 6 april 2007), di hadapan
dengan harapan, sehingga masih perlu sekitar 500 guru, Suparman
perbaikan. Selain itu, pemberian intensif mengingatkan, pelaksanaan sertifikasi
guru juga belum berjalan sesuai harapan. cenderung melenceng dari niat semula
Ketakutan dan pesimisme peserta mewujudkan sosok guru profesional.
sertifikasi guru dalam jabatan, ternyata Sekarang di kalangan guru muncul kultur
bukan isapan jempol belaka. Ada dan kegemaran baru, yakni sebagai
sebagian kalangan mengatakan bahwa kolektor piagam dan sertifikat dari forum
sertifikasi guru ada kecenderungan ilmiah dan pelatihan. Disampaikan pula
berorientasi memisahkan antara guru oleh Aris Munandar sebagai salah satu
yang “profesional” dan belum (amatir). pembicara pada seminar tersebut,
Dengan kata lain ada guru yang mendapat dikatakan “Apalah arti sebuah predikat
tunjangan profesi dan ada yang tidak profesional yang hanya didasarkan pada
mendapatkannya. Hal ini sudah menjadi lembaran formalistik tanpa memahami
kenyataan, di beberapa tempat terjadi esensinya. Bila hal itu terjadi, tentu
adaanya kecemburuan secara horisontal sajapelaksanaan sertifikasi jauh dari
antar guru yang berhasil lolos sertifikasi tujuan sebenarnya yaitu meningkatkan
dan yang belum . Jika hal ini tidak segera kompetensi dalam kegiatan belajar-
mengajar, predikat profesional hanya
1015
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

didasarkan pada lembaran formalistik antara dokumen itu tidak tersimpan


tanpa memahami esensinya. dengan baik.
Menurut pengalaman seorang guru Ke depan, Dinas Pendidikan di tiap
dari salah satu sekolah di Makasar, kabupaten dan kota perlu memperketat
mereka mengkisahkan bahwa: pemberkasan dokumen sertifikasi. Jangan
“Pengalaman 30 tahun mengajar, dengan sampai peserta gagal (meraih poin sedikit)
beberapa kali ikut pendidikan dan latihan akibat ketidaklengkapan portofolio. Untuk
di tingkat kota, provinsi, maupun nasional, dokumen karya ilmiah (penelitian, buku
banyak menulis (buku, modul, artikel dan modul), portofolio harus lengkap dan
koran, jurnal, dan majalah), sering terlibat diketahui atasan langsung. Hanya saja
seminar (tingkat kota dan nasional), tidak semua sertifikat mesti dilampirkan
penguji ujian nasional (UN), dan aktif di karena untuk komponen tertentu (seperti
berbagai organisasi sosial maupun pengalaman organisasi, dan keterlibatan
pendidikan, aktif sebagai ketua MGMP dalam forum ilmiah) skornya dibatasi
(musyawarah guru mata pelajaran) lebih maksimal 100. Karena khawatir guru
dari 12 tahun, si Guru tadi toh hanya bisa sering meninggalkan kelas untuk
lulus dengan skor di bawah 860. Hal ini mengikuti berbagai forum seminar dan
cukup memprihatinkan, tambahnya. sebagainya, sehingga murid jadi terlantar.
Dikatakan sebagai guru biasa, ia merasa
Belum lagi pasca sertifikasi pada akhir
bangga berkesempatan ikut sertifikasi.
tahun 2007, sejumlah ratusan guru belum
Dengan portofolio sejumlah sertifikat yang
menerima tunjangan meskipun telah
ada, ia mengira akan lulus dengan skor
menyelesaikan program sertifikasi sejak
tinggi. Tapi saat pengumuman keluar,
akhir tahun lalu (Suara Merdeka, 20 Mei
hasilnya amat sangat mengejutkan.
2008). Mereka resah karena tunjangan
Skornya boleh dikata hanya "sekadar
yang besarannya mencapai sekitar satu
lulus", (Rosid, 2007).
kali gaji pokok itu masih belum jelas
Kasus di atas menggambarkan bahwa pembayarannya. Sementara itu, ber-
masih banyak guru yang ternyata belum dasarkan perjanjian, seharusnya tunjang-
faham akan pelaksanaan sertifikasi guru. an sertifikasi itu dapat diterimakan satu
Banyak hal yang mesti dicermati oleh guru bulan kemudian, namun kenyataannya
peserta sertifikasi. Karena itu, sosialisasi belum jelas kabarnya.
dari pihak Dinas Pendidikan sungguh
Pengalaman di lapangan, menunjukan
diperlukan. Kurangnya sosialisasi,
bahwa di mata guru, uji sertifikasi adalah
terutama menyangkut cara pengisian dan
sebuah ” revolusi” untuk peningkatan gaji
penyusunan portofolio, mengakibatkan
guru. Di sisi lain sertifikasi guru adalah
banyak terjadi kesalahan. Celakanya,
suatu political will pemerintah dalam
kesalahan pengisian portofolio karena
rangka meningkatkan kualitas guru yang
ketidaktahuan itulah yang acapkali
sangat besar kontribusinya bagi
menjadi faktor penyebab ketidaklulusan.
peningkatan mutu pendidikan di
Sebagai gambaran, untuk kuota 2007
Indonesia. Miskonsepsi semacam ini,
kelulusan para guru peserta sertifikasi di
membuat para guru dapat menghalalkan
Rayon 12 Jateng baru mencapai 59,4
segala cara dalam membuat portofolionya
persen dari sekitar 12.000 peserta (Suara
dengan memalsukan dokumen prestasi
Merdeka, Senin, 21 Januari 2008).
atau kinerjanya, seperti yang terjadi di
Kendala utama yang cukup berat
beberapa tempat (pengalaman Penulis
menyangkut singkatnya waktu. Untuk
sebagai asesor). Dalam konteks ini
menyiapkan dokumen portofolio, biasanya
diperlukan kejelian dari tim penilai
peserta menerima informasi dua minggu
portofolio untuk melakukan identifikasi dan
sebelumnya. Andai sudah tahu dokumen
justifikasi. Semua penyimpangan harus
apa saja yang diperlukan, mungkin jauh
diungkap atas nama kualitas, dengan
lebih mudah. Nyatanya, banyak guru tidak
melakukan cross check di lapangan.
paham dokumen apa saja yang mesti
disiapkan. Sialnya, setelah tahu, banyak di
1016
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

Uji Sertifikasi bagi guru mesti annya untuk memajukan proses belajar
dipahami sebagai sebuah sarana untuk mengajar di kelas.
mencapai tujuan yaitu kualitas guru.
Sertifikasi guru adalah amanat
Sertifikasi bukan tujuan itu sendiri.
Undang-undang bagi semua guru di
Kesadaran dan pemahaman yang benar
Indonesia yang jumlahnya sekitar 2,8 juta
tentang hakekat sertifikasi akan
baik negeri maupun swasta, jadi bukan
melahirkan aktivitas yang benar dan
sesuatu yang mesti diperebutkan oleh
elegan, bahwa apapun yang dilakukan
guru. Semua akan kebagian, asalkan
adalah untuk mencapai kualitas. Kalau
telah memenuhi persyaratan. Marilah kita
seorang guru kembali masuk kampus
terus tingkatkan kompetensi dan
untuk kualifikasi, maka proses belajar
profesionalisme kita, sehingga dapat
kembali mesti dimaknai dalam konteks
meraih prestasi dan prestise dibidang
peningkatan kualifikasi akademik yaitu
pendidikan, untuk selanjutnya dapat
mendapatkan tambahan ilmu dan
berdiri sejajar dan bersaing dengan
ketrampilan baru, sehingga mendapatkan
negara-negara lain. Semoga.
ijazah S1 / D4.
Ijazah S1 bukan tujuan yang harus
dicapai dengan segala cara, termasuk Kesimpulan
cara yang tidak benar seperti jual-beli Sertifikasi merupakan sarana atau
ijazah, melainkan konsekuensi dari telah instrumen untuk meningkatkan kualitas
belajar dan telah mendapat tambahan kompetensi guru. Sertifikasi bukan tujuan,
ilmu dan ketrampilan baru. Demikian pula melainkan sarana untuk mencapai suatu
kalau guru yang mengikuti uji sertifikasi, tujuan, yakni keberadaan guru yang
tujuan utama bukan untuk mendapatkan berkualitas. Oleh karenanya, semenjak
tunjangan profesi, melainkan untuk dapat awal harus ditekankan khususnya di
menunjukkan bahwa yang bersangkutan kalangan pendidik, guru, dan dosen,
telah memiliki kompetensi sebagaimana bahwa tujuan utama adalah kualitas,
diisyaratkan dalam standard kemampuan sedangkan kualifikasi dan sertifikasi
guru. Tunjangan profesi adalah merupakan sarana untuk mencapai
konsekuensi logis yang menyertai adanya kualitas tersebut.
kemampuan dimaksud. Dengan
menyadari hal ini maka guru tidak akan Sertifikasi sudah semestinya harus
mencari jalan pintas guna memperoleh mampu memicu guru untuk berkarya lebih
sertifikat profesi kecuali dengan optimal. Guru profesioanl adalah guru
mempersiapkan diri dengan belajar yang yang mampu melaksanakan tugas
benar dan tekun berkinerja menyongsong profesinya dengan baik, yakni memiliki
sertifikasi. kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial.
Idealisme, semangat dan kinerja tinggi
disertai rasa tanggung jawab mesti Pelaksanaan sertifikasi guru demi
menjadi ciri guru yang profesional. tercapainya tujuan utama, yakni
Dengan kompetensi profesional, guru perbaikan kulitas, menciptakan guru yang
akan tampil sebagai pembimbing profesional, maka upaya perbaikan dan
(councelor), pelatih (coach) dan manejer sosialisasi pelaskaanaan uji serertifikasi
pembelajaran ( learning manager) yang dan peningkatan kompetensi guru harus
mampu berinteraksi dengan siswa dalam dilakukan secara baik, terencana dan
proses transfer pengetahuan, ketrampilan berkelanjutan dan bersinergis.
dan nilai-nilai yang baik. Semangat untuk
tetap belajar (bukan hanya mengajar)
akan membantu guru untuk meng-
upgrade pengetahuannya, sehingga dapat
menyiasati kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta peluang pemanfaat-

1017
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

REFERENCE ---------
http://www.suaramerdeka.com/beta1/i
Rosid, (2007). Sertifikasi Guru
ndex.php?fuseaction
http://www.suaramerdeka.com/harian/
0801/21/opi03.htm ---------UU No. 14 Tahun 2005 , Tentang
UU Guru dan Dosen
………….www.wikipedia.org.id/wiki/guru
---------UU N0. 20 Th. 2003 Tentang
............. (2007). Sertifikasi Guru. Jakarta:
Sisdiknas
Direktur Jenderal PMPTK.
...........http://www.suaramerdeka.com/beta
1/index.php

1018

Anda mungkin juga menyukai