Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR INTERNASIONAL

Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

MENYIAPKAN PENDIDIKAN GURU KEJURUAN MEMASUKI STANDAR


INTERNASIONAL

Oleh
Masriam Bukit *

ABSTRACT
Peningkatan mutu pendidikan kejuruan telah menempuh perjalanan panjang, menyerap
banyak sumber daya, diharapkan akan bermuara pada peningkatan mutu tenaga kerja
terutama dalam menghadapi tekanan persaingan ekonomi dunia. Untuk mendukung
upaya tersebut di atas sangat disadari bahwa peran guru sangat besar. Mutu dari tamatan
pendidikan kejuruan sangat terkait dengan mutu pendidikan gurunya.
Semakin tinggi harapan pemerintah dan masyarakat terhadap mutu pendidikan kejuruan,
semakin besar pula tuntutan bagi mutu guru kejuruan. Peningkatan mutu pendidikan guru
kejuruan menjadi agenda yang tidak dapat diabaikan. Peningkatan tersebut semakin perlu
setelah dikeluarkannya undang-undang guru dan dosen, serta peraturan pemerintah
tentang standard pendidikan.
Perlu dicari upaya-upaya terobosan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan guru
SMK. Menyiapkan pendidikan guru kejuruan untuk menghasilkan guru SMK berstandar
internasional menjadi pilihan penting dimasa mendatang. Makalah ini mencoba
mengetengahkan upaya menuju pendidikan guru berstandar internasiona,l sekaligus
mensosialisasikan “transnational standard for TVEt teacher education” yang tengah
dikembangkan oleh proyek Asia Link.

Keywords:

*)Catatan tentang penulis: Prof Dr Masriam Bukit MPd, Guru Besar Pendidikan Kejuruan
pada FPTK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), saat ini sebagai ketua proyek Asia
Link yang sedang mengembangkan standar guru lintas negara meliputi
Indonesia,Jerman,Malaysia, dan Sepanyol, sebagai pengurus wilayah Asia Tenggara
(South East Asia) pada Ikatan Pendidikan Kejuruan dunia atau United TVET Network on
Innovation and Professional Development (UNIP). Pernah menjabat sebagai Kepala
PPPGTeknologi Bandung dari tahun 1999 s/d tahun 2004, pernah menjadi ketua
sekaligus pendiri Program Studi Magister (S2)Pendidikan Teknologi Kejuruan pada
Sekolah Pasca Sarjana, UPI.

1.Pendahuluan kejuruan perlu sejalan dengan


Makalah ini berjudul Menyiapkan peningkatan mutu guru kejuruan.
Pendidikan Guru Kejuruan memasuki Kepincangan mutu guru kejuruan
Standar internasional. Pemilihan judul dibandingkan dengan perkembangan
ini sesuai dengan isu hangat yang pendidikan kejuruan yang terjadi selama
berkembang di dunia pendidikan dewasa ini telah ikut memperlambat laju
ini yaitu tentang standarisasi mutu peningkatan mutu pendidikan kejuruan.
pendidikan, penjaminan mutu pendidikan Kepincangan mutu guru SMK ikut
kejuruan, serta “trans-national standard mengurangi mutu sumber daya manusia
for TVET teacher education” yang lulusan SMK, dan pada gilirannya
sedang dikembangkan dewasa ini. mempengaruhi daya saing perusahaan-
perusahaan swasta Indonesia dalam
Upaya pembangunan berbagai persaingan internasional. Tantangan bagi
sarana fisik, termasuk reformasi LPTK dimasa depan menjadi lebih besar
kurikulum, pertambahan jumlah sekolah mengingat terbuka peluang bagi institusi di
dengan diversifikasi dan standar-standar luar LPTK mendidik calon guru kejuruan.
bidang keahlian pada pendidikan Banyak pihak menaruh harapan terhadap

919
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

LPTK, agar lulusan LPTK dapat bersaing berkisar 35 %, menjadi 70 % pada tahun
dengan lulusan diluar LPTK, terutama 2025, (Depdiknas, 2005) merupakan suatu
untuk mengisi pasar kerja pada SMK. terobosan dalam penataan pendidikan
kejuruan di Indonesia. Kita sebagai
2.Tantangan dan prospek akademisi dan warga negara Indonesia
pendidikan kejuruan menyambut gembira dicantumkannya
Pendidikan kejuruan di berbagai target populasi tersebut. Kita berharap
negara mulai diakui keberadaannya rencana strategis tersebut akan diikuti
sebagai salah satu pilar dari tiga pilar dengan perangkat peraturan perundang-
sistem pendidikan, diluar pendidikan undangan, yang mampu menggerakkan
umum (general school education), dan semua pemangku kepentingan (stake
pendidikan di universitas (university holders) dalam perencanaan dan
education). Upaya pemerintah untuk mengimplementasikannya secara
mengubah populasi lulusan pendidikan efektif,efisien dan dinamis.
kejuruan dari saat ini berkisar 35 %, Sejalan dengan rencana strategis
menjadi 70 % merupakan suatu bukti tersebut Depdiknas, (2007)
tentang pengakuan akan pentingnya mengetengahkan prioritas pembinaan
pilar pendidikan kejuruan, disamping Sekolah Menengah Kejuruan ke depan
pilar pendidikan umum dan pilar diarahkan pada: (1). perluasan dan
pendidikan universitas tersebut di pemerataan akses ke SMK dengan tetap
Indonesia. Pendidikan kejuruan berperan memperhatikan mutu; (2).
sangat sentral dalam mengorganisir mengembangkan mutu, relevansi, dan
serta mendisain transisi para pemuda daya saing SMK, serta membina sejumlah
dari sekolah ke lapangan kerja serta SMK yang bertaraf internasional; (3).
menyiapkan landasan penting untuk meningkatkan manajemen SMK dengan
mereka belajar sepanjang hayat. menerapkan prinsip Good Government.
Berbagai laporan serta literatur Pemerataan akses difokuskan kepada
menyebutkan bahwa lebih dari dua peningkatan jumlah lulusan SMP yang
pertiga dari tenaga kerja tingkat melanjutkan ke Sekolah Menengah
menengah (intermediate level) pada Kejuruan melalui berbagai program.
negara-negara maju berada pada Secara kuantitatif dilakukan dengan
gerbong pendidikan kejuruan (Hernes, memprogramkan peningkatan daya
2004; UNESCO, 2004). Pendidikan tampung siswa. Sedangkan upaya untuk
kejuruan di wilayah Asia termasuk mengembangkan mutu, relevansi, dan
Indonesia, berperan sebagai kunci dalam daya saing SMK diarahkan pada
menyiapkan keterampilan & peningkatan kualitas pembelajaran dan
pengetahuan bagi para pemuda agar kualitas lulusan. Lulusan tersebut
mereka berpeluang memasuki diharapkan dapat berwirausaha atau
pekerjaan-pekerjaan yang lebih baik bekerja didalam maupun diluar negeri. Hal
serta menerima gaji yang lebih baik ini dapat dilakukan dengan meningkatkan
pula. Pendidikan kejuruan harus mampu kualitas dan relevansi lulusan melalui
menyiapkan keterampilan & program pendidikan, mengusahakan lebih
pengetahuan para pemuda untuk terkaitnya kualitas lulusan dengan
memasuki lapangan kerja suatu kebutuhan industri.
ekonomi yang berbasis ilmu
pengetahuan (knowledge economy). 3. Tantangan standarisasi
Itulah sebabnya pendidikan kejuruan pendidikan guru kejuruan
perlu terus menerus mengalami Hampir semua kebijakan Direktorat
peningkatan mutu, sekaligus perlu Pengelolaan Sekolah Menengah Kejuruan
mengalami penataan. membutuhkan kehadiran guru yang
Rencana strategis Depdiknas profesional. Kebijakan proporsi pendidikan
tentang upaya mengubah populasi kejuruan (SMK) dan pendidikan umum
lulusan pendidikan kejuruan dari saat ini (SMU) tentu lebih lanjut menambah

920
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

kompleksitas penyiapan guru kejuruan evaluasinya. Standard-standard


baik menyangkut jumlah maupun mutu. pendidikan guru di rancang sedemikian
Semakin tinggi tuntutan terhadap mutu rupa sehingga berwujud sebagai
pendidikan kejuruan semakin tinggi kompetensi, dan berfungsi menjadi
tantangan yang dihadapi guru kejuruan pengaman kualitas pendidikan. Sekilas
dan pendidikan guru kejuruan. mari kita lihat manfaat dari standarisasi
Pendidikan kejuruan yang bermutu dalam konteks global.
menuntut standarisasi gurunya. Guru
yang berstandar membutuhkan 3.1 Standarisasi untuk peningkatan
pendidikan guru kejuruan yang daya saing
berstandar pula. Dunia sekarang telah berubah
Pendidikan calon guru kejuruan menjadi desa besar ( big village), setiap
produktif yang berkualitas tinggi sangat orang diakui sebagai warga penduduk
diperlukan untuk meningkatkan mutu dunia. Konsekuensi logisnya, baik dia
lulusan SMK. Tugas utama guru tidak sebagai individu, anggota suatu organisasi
lagi terbatas hanya mengajar, guru lokal, nasional, maupun internasional,
kejuruan harus mengembangkan dan dituntut untuk memiliki wawasan tentang
menyiapkan lingkungan belajar bagi aktivitas yang terjadi di dunia
siswa dan pemagangnya, bekerjasama internasional. Baik menyangkut kegiatan
dengan industri, menempatkan bisnis bagi pebisnis, sosial bagi pekerja
kebutuhan dunia kerja sebagai sasaran, sosial, politik bagi politikus, pendidikan
artinya meningkatkan mutu generasi bagi pendidik, budayawan, ilmuwan, ahli
muda untuk berpartisipasi dalam suatu hukum, bahkan penguasaan informasi
masyarakat yang bermartabat. dunia merupakan keniscayaan yang harus
Kehadiran standar guru produktif dikuasai. Dengan demikian adalah tidak
yang dikembangkan oleh Badan mungkin seseorang atau suatu organisasi
Nasional Standarisasi Pendidikan telah dan negara menutup diri dengan
menjadi aset nasional kualifikasi guru berpegang ketat pada paradigma lama
kejuruan. Standar guru produktif tersebut yang sudah tidak sesuai lagi dengan
juga menjadi acuan standarisasi guru paradigma baru yang berlaku, baik dalam
pada tingkat sekolah termasuk patokan pola pikir (mindset) maupun dalam pola
sertifikasi guru. Standar guru produktif perbuatan (action).
SMK hasil BNSP tersebut hendaknya Sebagai contoh, dalam berhubungan
mulai menarik perhatian LPTK dalam dengan negara lain di dunia internasional,
mengembangkan standar pendidikan banyak permasalahan yang dihadapi
guru kejuruan produktif. negara kita terutama dalam berbisnis.
Mari kita lihat selintas saling Kondisi kehidupan dunia bisnis Indonesia
keterkaitan antara model pendidikan belum kondusif, dan kesadaran akan
guru berstandar. Untuk menghasilkan pentingnya “standar mutu” dalam berbagai
output yang berstandar, diperlukan lapangan bisnis masih sangat kurang.
kurikulum yang berstandar, bahan ajar Seorang pengusaha dalam dunia usaha
yang berstandar, dengan proses yang dan industri bila ingin mengadakan kontak
berstandar pula. Kehadiran model bisnis, mau tidak mau dia harus mengikuti
pendidikan guru kejuruan produktif pola standarisasi yang berlaku. Untuk
mempengaruhi kurikulum dan proses mampu bersaing maka produk yang
pendidikan guru kejuruan. Pemilihan dihasilkan pengusaha harus dapat
model pendidikan guru kejuruan memenuhi standar nasional, dan atau
produktif menjadi penting dalam rangka internasional, (BSN, 2007).
standarisasi pendidikan guru kejuruan, Sama halnya dengan dunia bisnis,
karena model pendidikan guru kejuruan juga dalam dunia pendidikan, agar
akan membedakan standar desain lulusannya mampu bersaing pada tingkat
perolehan kompetensi profesional serta nasional, regional, apalagi internasional,
paedagogik, standar jumlah kredit, pelaksana pendidikan harus dapat
standar proses, serta standar
921
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

memenuhi dan menerapkan standar Poundsterling setiap tahun terhadap


nasional dan internasional. Agar lulusan perekonomian Inggris; BSI meningkatkan
pendidikan kejuruan mampu bersaing produktivitas buruh sebesar 13 %;
pada tingkat regional Asia, maka memudahkan transfer teknologi dan
pelaksana pendidikan terutama guru- inovasi; memberi kerangka bagi
gurunya harus dapat memenuhi standar keberlangsungan pertumbuhan dan
nasional, regional Asia, dan keuntungan melalui kegiatan bisnis.
internasional. Terkait dengan standar Selanjutnya mengenai keterkaitan antara
guru produktif Sekolah Menengah penguasaan standar dengan peluang
Kejuruan, maka pendidikan guru penguasaan pasar global, BSN ( 2007)
terutama pendidikan guru kejuruan mengemukakan bahwa negara yang
produktif tidak dapat lepas dari imbas menggunakan standar internasional dan
standarisasi tersebut. Untuk itu pihak standar Eropa mendapat peluang
yang berkepentingan (stake holders) penguasaan pasar global sebesar 84%;
pendidikan guru produktif SMK perlu yang menggunakan standar nasional
mempelajari standarisasi (knowledge of mendapat peluang penguasaan pasar
standarization) baik dalam lingkup global 32%; bagi yang memakai standar
nasional, regional, maupun internasional. negara pengimpor mendapat peluang 27
Pemenuhan standarisasi merupakan %; dan bagi yang mendirikan pabrik pada
salah salah satu aspek yang negara pengimpor mendapat peluang
mempengaruhi daya saing lulusan pasar global sebesar 13%.
pendidikan kejuruan.
4. Mempersiapkan pendidikan guru
3.2 Perspektif ekonomi dari SMK berstandar internasional
standarisasi Standarisasi dalam bidang pendidikan
Standarisasi telah lama memiliki corak dan tradisi yang berbeda
dilaksanakan di negara-negara maju, dari satu negara dengan negara lainnya.
masyarakatnya telah menjelma menjadi Namun berdasarkan analisis dari
masyarakat standarisasi. Mereka telah pengalaman-pengalaman internasional
menempatkan pentingnya standar menunjukkan bahwa standard-stndard
sebagai penjaminan mutu dan dalam bidang pendidikan pada dasarnya
perlindungan bagi pasar produknya. dikembangkan dari model kompetensi
Beberapa studi menunjukkan bahwa (competency models),(Spottl:2007).
kehadiran standar memberikan Standard-standard tersebut di rancang
kontribusi positif terhadap pertumbuhan sedemikian rupa sehingga berwujud
ekonomi. Badan Standarisasi Nasional kompetensi, dan pada dasarnya menjadi
(BSN,2007) mengemukakan hasil studi pengaman kualitas pendidikan. Oleh
yang dilakukan oleh pengusaha- karena itu standar pendidikan guru
pengusaha Jerman, yang dinamakan produktif sekurang-kurangnya berperan
“Deutch International Norms (DIN) untuk membantu tiga hal:1)
Study”pada tahun 2000 menunjukkan Pengembangan mutu pada pendidikan
bahwa : standar memberi stimulus positif guru produktif. Ini menyangkut
bagi inovasi; standar mempunyai pengembangan institusi, pengembangan
pengaruh positip terhadap perdagangan; staf pengajar, kurikulum serta peluang
standard meningkatkan daya saing belajar mahasiswa;2) Dibutuhkan sebagai
internasional; dalam perdagangan antar dasar bagi pengembangan program-
industri sejenis, standar internasional program pendidikan lintas negara
lebih penting dari standard nasional. (program internasional). Setiap institusi
Studi yang dilakukan oleh yang membuka program internasional
pengusaha-pengusaha Inggris, BSI perlu menyesuaikan standar dengan
Study, pada tahun 2005 menunjukkan standar institusi lain, seperti standar mutu,
bahwa British Standard International program, serta lingkungan belajar bagi
(BSI) memberikan kontribusi 2,5 milliar mahasiswanya.3) Dapat digunakan sebagi

922
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

dasar bagi saling pengakuan antar standar baku peraihan keahlian kejuruan
institusi yang membuka atau keteknikan calon guru. Dengan model
standarisasi.Dengan demikian standar concurrent mahasiswa calon guru juga
akan memandu berbagai aspek dalam tidak wajib memiliki standar keahlian
pendidikan guru kejuruan, termasuk kejuruan atau keteknikan dulu sebelum
kurikulum,bahan ajar, proses dan mempelajari keahlian mengajar atau yang
sebagainya. disebut kompetensi mengajar. Keadaan ini
Sejalan dengan penerapan diperkirakan ikut mendorong lembaga
Peraturan Pemerintah nomor 19 pendidikan calon guru kejuruan LPTK
tersebut, dan guna mendukung tidak memiliki fasilitas praktik yang
standarisasi guru kejuruan produktif, memadai. Terdapat korelasi antara model
upaya standarisasi pendidikan guru pendidikan yang dianut dengan kesiapan
kejuruan produktif menjadi suatu fasilitas serta sumber daya yang dimiliki.
keharusan. Upaya standarisasi Kesepakatan Bologna (Bologna
pendidikan guru kejuruan produktif Declaration) yang diadopsi di beberapa
secara umum diarahkan guna negara di Eropa (Bunning, F & Shilela,A.,
mendukung standarisasi calon guru 2006), memberi tiga pilihan model
kejuruan. Dalam perancangannya selain pendidikan guru kejuruan produktif, yaitu:
memperhatikan standar guru produktif pilihan pertama Consecutive model,
yang tengah dikembangkan, perlu pula pilihan kedua Top-Up model, dan pilihan
memperhatikan standar proses ketiga the Blended model. Ketiga model
pendidikan guru kejuruan serta model tersebut memiliki kelemahan dan
pendidikan guru kejuruan produktif pada kelebihan. Untuk menghasilkan guru
negara-negara yang telah maju produktif SMK sesuai tuntutan standar
industrinya. Berikut dikemukakan kompetensi di atas, pemilihan model perlu
beberapa aspek yang memerlukan disesuaikan dengan kesiapan fasilitas
penataan pada sistem pendidikan guru praktik, sumber daya manusia, serta
kejuruan. faktor-faktor lainnya. Namun mengingat
model Consecutive merupakan
4.1 Pemilihan model sistem penyempurnaan dari model con-current,
pendidikan guru kejuruan dimana dalam pelaksanaannya
Pemilihan model pendidikan guru penguasaan keahlian kejuruan
kejuruan produktif menjadi penting dalam mendahului keahlian Pedagogik,
rangka standarisasi pendidikan guru lulusannya sekaligus memiliki kompetensi
kejuruan, karena model-model Profesional dan Pedagogik, maka menurut
pendidikan guru kejuruan akan penulis model consecutive mungkin
membedakan standar desain perolehan merupakan model yang langsung dapat
kompetensi profesional serta diterapkan pada LPTK. Model consecutive
paedagogik, standar jumlah kredit, dalam Bologna merupakan
standar proses, serta standar penyempurnaan model concurrent yang
evaluasinya. Secara umum guru dikenal di Indonesia.
kejuruan harus kompeten dalam hal
praktik kejuruan. Kompetensi guru 4.2 Pengaturan kesinambungan
kejuruan dalam hal praktik diperoleh bidang keahlian S1, S2 dan S3 bagi
mahasiswa calon guru melalui guru SMK
pengalaman praktik di bengkel serta Standarisasi pendidikan guru
pengalaman di industri atau dunia usaha. kejuruan perlu pula meliputi pengaturan
Guru kejuruan harus memiliki bagi lulusan S1 melanjut ke S2, demikian
kompetensi atau standar untuk pula kelanjutan bagi lulusan S2 memasuki
menangani permasalahan pendidikan S3. Perlu pengaturan tentang opsi mana
produktif di SMK. pada jenjang S2 yang boleh dimasuki oleh
Pada “concurrent system” atau lulusan S1 pendidikan guru kejuruan.
model concurrent tidak ditetapkan Pengaturan ini selain memberi

923
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

kesempatan bagi peningkatan mutu bagi 4.3 Standarisasi Proses


guru dalam karir, sesuai dengan Dalam upaya memperoleh guru SMK
kesiapan individunya, juga menjamin yang berstandar, maka perlu pula
kesinambungan atau linieritas keilmuan dilakukan standarisasi proses pendidikan
dari program studi yang semula calon guru produktif SMK. Standarisasi
dipelajari, guna memperkuat kompetensi pendidikan guru produktif perlu disusun
sesuai dengan rumpun bidang studi yang sebagai panduan dalam proses
diampunya di sekolah. pendidikan guru produktif. Spottl dkk
Deklarasi Bologna (Bologna (2007) mengetengahkan standarisasi
Declaration) pada tahun 1999 yang pendidikan guru produktif, yang digunakan
menghasilkan komitmen 45 negara- sebagai panduan dalam proses
negara di Eropa untuk merestrukturisasi pendidikan guru produktif. Panduan-
sistem pendidikan tinggi, secara panduan tersebut berisi: (1). standar untuk
perlahan-lahan telah membawa Kegiatan Dosen (standar for lecturers
perubahan kepada sistem pendidikan activities); (2). standar untuk membantu
tinggi di Eropa, (F.Buning & mahasiswa dan Proses Pembelajaran
A.Shilela,2006 : 9). Ada sejumlah (learning processes) dalam bidang
kesepakatan yang dipakai sebagai pendidikan kejuruan; (3). standar evaluasi
persyaratan yang memberi manfaat kurikulum dan penilaian hasil belajar; (4).
untuk diadaptasi oleh LPTK, seperti: standar Pengembangan Kurikulum dan
peluang untuk transfer kredit Bahan Ajar; (5). standar Pengembangan
internasional, mendorong mobilitas antar Metoda-Metoda Pendidikan dan Pelatihan;
perguruan tinggi, pengaturan bagi serta (6) standar Pengembangan
lulusan S1 melanjut ke S2. Ada Kerangka Pengorganisasian Lingkungan
pengaturan bagi lulusan S1 melanjut ke Pembelajaran. Standar yang
S2, demikian pula bagi lulusan S2 dikembangkan tersebut perlu pengkajian
memasuki S3. Pengaturan ini dinamakan sejauh mana dapat diharmonikan dengan
the Two-Cycle System. Dalam The Two standar nasional pendidikan yang sudah
Cycle System ada pengaturan yang dikembangkan oleh Badan Standarisasi
ketat tentang opsi mana pada jenjang S2 Nasional.
yang boleh dimasuki oleh lulusan S1
pendidikan guru kejuruan. Program 4.4 Pengembangan standar
pendidikan di S2 digandengkan dengan pendidikan guru kejuruan lintas
program pendidikan pada level S1. negara
Dalam penggandengan tersebut, ada Dalam upaya mengembangkan
panduan bagi lulusan S1 pendidikan standar pendidikan guru kejuruan lintas
guru kejuruan untuk memasuki S2, negara , empat negara (Jerman, Spanyol,
demikian pula dari S2 ke S3. Pengaturan Malaysia, dan Indonesia) melalui proyek
ini selain memberi kesempatan bagi Asia Link sedang mengembangkan
peningkatan mutu bagi guru dalam karir standar lintas negara bagi pendidikan guru
sesuai dengan kesiapan individunya, kejuruan yang dinamakan Trans-national
juga menjamin kesinambungan atau Standards for TVET teacher Education
linieritas keilmuan dari program studi (UPI, 2006). Standar lintas negara
yang semula dipelajari, guna tersebut dimaksudkan menjembatani
memperkuat kompetensi sesuai dengan standar pendidikan guru di Asia, yang
rumpun bidang studi yang diampunya di diwakili oleh Indonesia dan Malaysia, serta
sekolah. The two cycle system selain standar di Eropa yang diwakili Jerman
membentuk standarisasi juga akan dan Spanyol. Trans-national Standards for
mengurangi para guru serta tenaga TVET Teacher Education tersebut
kependidikan lainnya mengikuti program diharapkan menjadi tambahan rujukan
S2dan S3 yang tidak berstandar. bagi pendidikan guru kejuruan di
Indonesia, terutama dalam
membandingkan standar pendidikan guru

924
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

kejuruan dengan negara lain. Standar (knowledge of standarization) baik dalam


tersebut juga menjadi tambahan lingkup nasional, regional, maupun
panduan dalam akreditasi kompetensi, internasional. Standarisasi telah lama
transfer kredit, antar lembaga pendidikan dilaksanakan di negara-negara maju,
guru kejuruan lintas negara. masyarakatnya telah menjelma menjadi
Standar tersebut menurut rencana masyarakat standarisasi. Untuk menjamin
akan diluncurkan pada akhir tahun ini. bertumbuhnya standar lulusan, perlu
Sebagai bagian dari sosialisasinya pada perubahan budaya, ke arah budaya
bulan 21-23 Juli 2008 di Universitas pembelajaran yang berorientasi kepada
Pendidikan Indonesia akan diadakan standarisasi.
Kongres Kesatu Dunia dalam bidang
pendidikan guru kejuruan (first world REFERENCE
congress on TVET teacher education) ).
Standar yang dikembangkan tersebut Badan Standarisasi Nasional, Economic
perlu pengkajian sejauh mana dapat Perspective of Standardization, Paper,
diharmonikan dengan standar nasional BSN 2007.
pendidikan guru kejuruan yang sedang Badan Nasional Standarisasi Pendidikan,
dikembangkan Depdiknas. Draft Standar Kompetensi Guru SMK
Mata Pelajaran Produktif, BNSP, 2007.
Penutup Bukit, Masriam, Building the Capacity of
Upaya pengembangan pendidikan TVET Teachers in Indonesia, paper
kejuruan semakin ditingkatkan, dengan presented
harapan supaya tenaga kerja lulusan in the UNEVOC Training Seminar,
SLTA yang memasuki pasar kerja, makin “International Approaches to TVET
banyak memiliki keterampilan. Untuk Development ” A Training Seminar
mendukung upaya tersebut di atas for Ministry of Education-Afghanistan,
disadari bahwa peran guru sangat besar. November 21-23, 2005, Kabul,
Upaya standarisasi guru produktif SMK Afghanistan.
merupakan satu langkah besar dalam ------Development and Implementation of
upaya meningkatkan mutu lulusan SMK, Master Degree Towards Standardizing
sekaligus meningkatkan daya saing TVET
tenaga kerja di pasar kerja. Teachers Competencies (Indonesian
Standarisasi pendidikan guru Experiences),paper presented at
produktif diperlukan untuk mendorong International
lembaga-lembaga pendidikan guru, conference on Development and
untuk menghasilkan guru produktif yang Implementation of a Master Degree
berstandar. Tantangan bagi LPTK Standard for
dimasa depan menjadi lebih besar, Teacher and trainer Education in TVET in
banyak pihak menaruh harapan, agar East and South East Asia, December
lulusan LPTK dapat bersaing dengan 8-
lulusan diluar LPTK untuk mengisi pasar 10, 2005, Tianjin, China.
kerja pada SMK. Perlu dicari upaya- Bunning, F & Shilela,A. The Bologna
upaya terobosan dalam rangka Declaration and Emerging Models of
peningkatan standar pendidikan guru TVET
produktif SMK. Harmonisasi antara Teacher Training in
standar guru nasional dengan standar Germany,UNESCO- UNEVOC, Bonn,
guru regional Asia, dan standar 2006.
pendidikan guru kejuruan lintas negara Carnoy, M. Globalization and Educational
yang sedang dikembangkan oleh proyek Reform: What Planners Need to Know.
Asia Link merupakan suatu kebutuhan. IIEP UNESCO, Paris, 1999.
Akhirnya kami menganggap bahwa Depdiknas, Peraturan pemerintah
para pemangku kepentingan (stake Republik Indonesia Nomor 19 tahun
holders) pendidikan guru produktif SMK 2005 Tentang
perlu mempelajari standarisasi
925
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

Standar Nasional Pendidikan, training for Technical and Vocational


Depdiknas, Jakarta 2005. Education and Training with A
Dikmenjur, Pembangunan Pendidikan Multidisciplinary and Industrial
Menengah Kejuruan di Indonesia, Orientation,Brosur, UPI (2006).
Dikmenjur, Depdiknas, Jakarta, Spottl, et al, , Quality Indicators and
2005. Shaping Measure as a Basis for
Hernes, Gudmund.. Exploring Vocational Standard- Setting in TVET Teacher
Education Reforms, Newsletter, Nol. Education, Paper, Asia Link Project,
XXII No.3, July-September 2004, 2007.
International Institute for Educ. UNESCO. Exploring Vocational Education
Planning, Paris,2004. Reforms, Newsletter,
PPS UPI, The Development of Vol.XXII, No, July- September
Transnational Standards for Teacher 2004,IIEP, UNESCO, Paris
.

926

Anda mungkin juga menyukai