Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam


penyelenggaraan program pendidikan bagi calon guru yang profesional mendapat
tantangan. Salah satu tantangan tersebut adalah dimungkinkannya lulusan non-
LPTK menjadi guru sebagaimana tersirat dalam Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa “setiap orang yang memiliki
sertifikat pendidik memiliki kesempatan untuk diangkat menjadi guru pada satuan
pendidikan tertentu”.

Dari sudut pandang profesi, hal tersebut menunjukkan bahwa profesi guru
menjadi lebih terbuka, artinya mereka yang diterima menjadi guru tidak harus
lulusan LPTK. Di pihak lain, peluang lulusan LPTK menjadi berkurang sebab
harus bersaing dengan lulusan non-LPTK. Kondisi tersebut lebih lanjut menuntut
LPTK untuk senantiasa meningkatkan peranannya agar dapat mewujudkan guru
yang profesional. Sehubungan dengan tantangan dan tuntutan akan peranan LPTK
tersebut maka pengembangan kurikulum LPTK menjadi sangat srategik terutama
sebagai rujukan dan arahan proses pendidikan untuk mempersiapkan calon guru
profesional di satu pihak, dan merespons tantangan globalisasi pendidikan di
pihak lain.

Salah satu upaya akomodatif pengembangan kurikulum LPTK digariskan


dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan
Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang antara lain mengamanatkan perubahan
kurikulum pendidikan tinggi. Meskipun demikian, implementasi pengembangan
kurikulum LPTK masih menghadapi kendala, baik dalam konteks penetapan
perumusan kompetensi utama dan pendukungnya maupun dalam praktik
pencapaian learning outcome-ny.
Sekolah/madrasah sebagai user LPTK menghendaki agar guru-guru yang
dihasilkan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), adalah guru-guru
profesional yang sesuai dengan pasal 10 ayat 1 UU No. 14 tahun 2005, bahwa
guru harus memiliki empat (4) kompetensi, meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Inilah standar minimal seorang guru di
Indonesia, khususnya guru-guru sekolah/madrasah formal, untuk menghantarkan
anak didik menjadi warga negara menjadi warga yang cerdas berdaya saing (smat
and competituve citizenship 2025) , sesuai renstra kemendikbud

Era industri 4.0 mejadi tantangan besar bagi para pendidik, mata pelajaran
apa saja yang mereka ampu, demikian pula bagi para dosen, karena mereka harus
dipersiapkan untuk memasuki industri yang sangat efisien, tidak padat karya, dan
juga tidak padat modal, tapi efisiensi yang didukung oleh kekuatan sains dan
teknologi informasi yang kuat. Industri 4.0 sebagai era CPS, IoT, dan IoS, Sudah
sangat sistemik, dan setiap industri sudah tidak butuh banyak orang, kecuali
operator komputer, pengawas jaringna produksi dan semua yang terkait dengan
kontrol kerja komputer. Dengan demikian, mereka harus menjadi orang-orang
kreatif untuk mengembangkan layanan jasa yang banyak orang memerlukannya..
Oleh sebab itu, guru harus mendidik para sisawanya, dan para dosen juga
mengarahkan para mahasiswanya untuk realistis dan menjadi orang-orang kreatif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah
pada makalah ini yaitu:
1. Bagaimana strategi LPTK-PTK dalam peningkatan Daya saing ?
2. Apakah strategi yang dilakukan oleh LPTK-PTK dalam mengembangkan
kurkulum di era RI 4.0/5.0?
3. Bagaimmana strategi LPTK-PTK dalam penerapan kurikulum di era
4.0/5.0?
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, Adapun tujuan


dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui strategi yang digunakan LPTK-PTK dalam


peningkatan daya saing.
2. Untuk menganalisis strategi yang dilakukan oleh LPTK-PTK dalam
pengembangan kurikulum di era RI 4.0/5.0.
3. Untuk mengetahui strategi LPTK-PTK dalam penerapan kurikulum di era
4.0/5.0?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi LPTK-PTK Dalam Peningkatan Daya Saing

Berbagai riset dan analisis (Trilling & Hood, 1999: 5-6; Wen, 2003b: 21-94),
pada dasarnya sepakat bahwa dalam era global tersebut ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kualitas sumberdaya manusia (SDM) merupakan faktor kunci
dalam menentukan daya saing suatu bangsa. Penelitian yang dilakukan Bank
Dunia (Muchlas Samani, 2008: 3) menunjukkan bahwa kekuatan suatu negara
dalam era global ditentukan oleh faktorfaktor : (1) inovasi dan kreatifitas (45 %),
jaringan kerjasama/networking (25 %), teknologi/technology (20%), dan
sumberdaya alam/natural resources (10 %). Suatu bangsa yang memiliki
keunggulan komparatif dalam sumberdaya alam, akan tidak banyak berbuat dalam
kancah persaingan global tanpa didukung oleh keunggulan sumberdaya manusia.
Pendidikan mempunyai peran signifikan dan bahkan merupakan pranata utama
dalam penyiapan SDM. Pendidikan pada dasarnya menyiapkan peserta didik
untuk hidup pada era mendatang yang akan ditandai dengan perubahan dalam
segala aspek termasuk teknologi yang begitu cepat. Lembaga pendidikan harus
merubah orientasinya dengan tidak hanya melatih peserta didiknya menguasai
suatu ketrampilan, tetapi lebih dari itu juga harus menyiapkan mereka untuk
memiliki daya adaptasi yang baik, disamping harus memiliki komitmen moral
yang baik, mau hidup berdampingan dengan baik dalam masyarakat yang
multikultur, multireligi, dan multi etnis. Dengan demikian peran dan fungsi yang
tepat dari pendidikan adalah membangkitkan potensi peserta didik untuk menjadi
kritis dan kemampuan berpikir yang tinggi di samping memberikan ketrampilan
teknis untuk bekerja. Pendidikan tidak lagi dilihat sebagai upaya menyiapkan anak
untuk memasuki masa depan, tetapi sebagai suatu proses agar seseorang bisa
“hidup” kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun.

pendidikan kejuruan yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk


bekerja dalam bidang tertentu (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003) memiliki
peran strategis dalam menyiapkan SDM khususnya tenaga kerja tingkat
menengah. Pengalaman di lapangan maupun data proyeksi perencanaan
pembangunan menunjukkan bahwa ditinjau dari prospek kebutuhan maupun
kelayakan ekonomisnya pendidikan kejuruan masih merupakan investasi yang
cukup baik dalam mempersiapkan tenaga terampil tingkat menengah (Sukamto,
1998:110). Hasil analisis biaya-manfaat yang dilakukan Abbas Ghozali (2000: 57-
85, 2004) menunjukkan bahwa secara keseluruhan investasi di sekolah lanjutan
tingkat atas baik SMU maupun SMK adalah menguntungkan. Selain itu
ditemukan bahwa investasi di SMK terutama SMK Teknologi adalah investasi
yang paling menguntungkan. Analisis yang dilakukan Widarto, et.al. (2007:67-85)
menunjukkan bahwa terdapat peran positif SMK Kelompok Teknologi terhadap
pertumbuhan industri manufaktur secara nasional. Dalam lingkup nasional,
permasalahan pendidikan kejuruan terutama menyangkut relevansi dan kolaborasi
antara sekolah dengan dunia usaha/indusri. Hasil kajian yang dilakukan Widarto,
at.al. (2007 :86-90) menunjukkan bahwa salahsatu kelemahan utama lulusan SMK
dalam memasuki dunia kerja adalah aspek soft skills seperti percaya diri,
kemampuan adaptasi, komunikasi, disiplin, etos kerja, hingga kemampuan
kerjasama.

Salah satu faktor mendasar yang menentukan ketercapaian tujuan


pendidikan kejuruan adalah guru. Peran guru amat signifikan bagi setiap
keberhasilan proses pembelajaran (Jones, Jenkin & Lord, 2006:1). Guru dituntut
mampu memfasilitasi proses pembelajaran aktif yang mampu membangkitkan
minat dan kemauan siswa dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Dalam
konteks ini menjadi penting bagi seorang guru untuk memiliki kompetensi dan
bertindak efektif sebagai salahsatu kunci keberhasilan pembelajaran. Studi di
negara-negara berkembang menunjukkan bahwa faktor guru memberikan
sumbangan dalam prestasi belajar siswa sebesar 36%, diikuti dnegan faktor
manajemen sebesar 23%, faktor waktu belajar sebesar 22%, dan faktor sarana
fisik sebesar 19% (Indra Djati Sidi, 2000).

Berbagai upaya pembangunan sarana fisik, reformasi kurikulum,


pertambahan jumlah sekolah dan pengembangan standar-standar bidang keahlian
perlu selaras dengan upaya peningkatan mutu guru kejuruan. Kepincangan mutu
guru dengan perkembangan pendidikan kejuruan telah ikut memperlambat laju
peningkatan mutu pendidikan kejuruan. Kepincangan mutu guru SMK ikut
mengurangi mutu sumber daya manusia lulusan SMK, dan pada gilirannya
mempengaruhi daya saing perusahaan-perusahaan dalam negeri dalam kancah
internasional. Adanya peluang bagi institusi di luar LPTK mendidik calon guru
kejuruan menjadikan tantangan LPTK dimasa depan menjadi lebih besar. Oleh
karenanya lulusan LPTK harus dapat bersaing dengan lulusan diluar LPTK,
terutama untuk mengisi pasar kerja pada pendidikan kejuruan. Pemahaman
tentang pengembangan pendidikan kejuruan secara holistik sangat diperlukan
guna merumuskan paya-upaya strategis dan antisipatif untuk menghasilkan guru
kejuruan yang profesional dan berdaya saing.

Pengembangan Pendidikan Kejuruan secara Holistik dan Implikasi Peran


LPTK dalam Menyiapkan Guru Kejuruan Profesional dan Berdaya Saing. Dalam
memaknai pendidikan kejuruan secara holistik, paling tidak terdapat sembilan
prinsip dasar yang harus diperhatikan. Kesembilan prinsip dasar tersebut antara
lain: (1) pendidikan kejuruan sebagai pemandu pertumbuhan ekonomi, (2)
pendidikan kejuruan sebagai pelestari nilai-nilai dan norma serta agen perubahan,
(3) pendidikan kejuruan untuk meningkatkan daya saing bangsa, (4) Pendidikan
kejuruan sejak dini, (5) Pendidikan kejuruan berbasis mutu, (6) Pendidikan
kejuruan mengembangkan potensi peserta didik secara menyeluruh, (7)
pendidikan kejuruan tidak sebatas pendidikan dalam lingkup formal, (8)
kurikulum pendidikan kejuruan yang dinamis, adaftif, prediktif, dan fleksibel
terhadap perubahan, dinamika sosial dan IPTEKS, (9) kolaborasi terpadu dan 8
saling menguntungkan antara pesaling menguntungkan antara peserta didik
(lulusan), dunia usaha/dunia industri (Du/Di), pemerintah, dan masyarakat
(Wagiran, 2008: 1828-1833).

1. menempatkan penyiapan guru kejuruan dalam kerangka besar ”pendidikan


kejuruan sebagai pemandu pertumbuhan ekonomi”.
Paradigma yang menyatakan bahwa pendidikan kejuruan harus sesuai
dengan kebutuhan lapangan kerja sebagai akibat pertumbuhan ekonomi
seyogyanya diubah menjadi pendidikan semestinya mampu menjadi pemandu
pertumbuhan ekonomi bangsa. Hal ini berarti bahwa pendidikanlah yang
menentukan laju pertumbuhan ekonomi. Pendidikan semestinya menjadi
institusi pusat pembaharuan baik pada tingkat mikro maupun pada tingkat
makro. Pada tingkat mikro pendidikan harus mampu menciptakan iklim
berkembangnya kreativitas dan kemandirian sedangkan pada pada tingkat
mikro menuntut sistem majemen yang unggul. Calon guru kejuruan perlu
dibekali dengan kemampuankemampuan kreatif, kemandirian, kewirausahaan
dan memahami keterkaitan antara pendidikan kejuruan dan pertumbuhan
ekonomi.
2. Menyiapkan guru kejuruan sebagai pelestari nilai-nilai dan norma serta agen
perubahan.
Dalam hal ini pendidikan kejuruan tidak semata-mata menjadi agen
perubahan namun juga perlu berperan dalam melestarikan nilai-nilai dan
norma-norma yang layak dilestarikan dan diwariskan kepada generasi
selanjutnya. Calon guru kejuruan perlu dibekali dengan kemampuan untuk
menggali, melestarikan dan mewariskan nilainilai dan norma tersebut dalam
upaya menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi serta memiliki
sikap dan moralitas yang unggul.
3. Menyiapkan guru kejuruan sebagai pionir dalam menghasilkan SDM untuk
meningkatkan daya saing bangsa
Pengembangan pendidikan kejuruan haruslah diarahkan pada upaya
meningkatkan daya saing suatu bangsa dalam menghadapi kehidupan di era
global. Dengan persaingan yang begitu terbuka di era global, maka kekuatan
utama suatu bangsa akan ditentukan oleh kemampuan manajemen, teknologi
9 dan sumberdaya manusia. Aset paling penting dalam era ini adalah human
capital atau intelectual capital. Dengan demikian pendidikan kejuruan
memiliki peran strategis dalam mengembangkan SDM dan teknologi sebagai
penentu daya saing bangsa. Persaingan dalam hal ini hendaklah tidak
dianggap sebagai suatu yang merugikan, namun sebagai suatu hal yang sangat
berguna dalam memacu peningkatan kapasitas, produktivitas dan kemampuan
teknologi. Calon guru kejuruan perlu dibekali dengan kemampuan untuk
melakukan pembelajaran yang mendorong penguatan sumberdaya manusia
agar mampu bersaing secara kompetitif dalam konteks global.
4. Menyiapkan guru kejuruan yang memiliki pola pikir holistik dan menyadari
pentingnya pendidikan vokasi sejak dini.
Pada dasarnya setiap orang memerlukan pekerjaan sebagai langkah untuk
mempertahankan serta memenuhi kebutuhan hidup dan aktualisasi diri. Karir
seseorang tidaklah didapatkan secara tiba-tiba dengan waktu yang singkat,
namun diperoleh dengan rangkaian proses sehingga menjadi pilihan yang
mantap. Oleh karenanya seseorang perlu disiapkan dan menyiapkan diri sejak
dini agar nantinya memperoleh pilihan karir yang betul-betul diinginkannya.
Calon guru kejuruan perlu dibekali dengan pemahaman tahap-tahap
perkembangan vokasional manusia mulai dari tahap pertumbuhan (4 – 14 th),
tahap eksplorasi karir (15 – 24 th), tahap pemantapan karir (25 – 30 th), tahap
pelestarian (45 – 64 th) dan tahap penyurutan (65 th ke atas), sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan sebetulnya diperlukan sepanjang
hayat mulai usia dini hingga usia lanjut.
5. Menyiapkan guru kejuruan untuk memahami dan mampu menyelenggarakan
pendidikan kejuruan berbasis mutu.
Penyelenggaraan pendidikan berbasis mutu mutlak diperlukan apabila
pendidikan kejuruan ingin menghasilkan kualitas input, proses, output
maupun outcome yang dapat dipertanggungjawabkan. Dimensi mutu dalam
penyelenggaraan pendidikan kejuruan meliputi: fokus pada konsumen,
keterlibatan total, pengukuran, komitmen dan perbaikan berkelanjutan. Calon
guru kejuruan perlu dibekali kemampuan memadukan aspek-aspek mutu
dalam pengelolaan pendidikan kejuruan.
6. Menyiapkan guru kejuruan mampu mengembangkan potensi peserta didik
secara menyeluruh.
Tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak lagi
berjalan secara linier membutuhkan seseorang yang tidak lagi hanya
mengandalkan kemampuan teknis dalam suatu bidang, namun diperlukan
pengembangan aspek lain secara terpadu seperti daya adaptasi, etika, moral,
kemampuan Information technology, komputer dan sebagainya. Oleh karena
itu sudah saatnya pembelajaran lebih diarahkan pada upaya pengembangan
potensi siswa secara menyeluruh dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotoriknya. Konsep-konsep multiple inteligent, life skills, soft skills,
broad based education perlu diterapkan sesuai konteks masing-masing.
Perubahan yang begitu cepat dalam berbagai aspek kehidupan maupun ilmu
pengetahuan dan teknologi memerlukan seseorang yang tidak hanya memiliki
kemampuan dalam bekerja saja namun juga memiliki daya suai terhadap
berbagi perubahan, kemandirian dan kemampuan untuk berkembang. Calon
guru kejuruan perlu dibekali dengan kemampuan menciptakan pembelajaran
yang mampu menumbuhkan kemandirian serta memaknai pendidikan sebagai
proses humanisasi (membantu peserta didik/manusia muda menjadi manusia
seutuhnya yang menyangkut semua unsur kehidupan seperti spiritualitas,
moralitas, sosialitas, rasa, dan rasionalitas).
7. Menyiapkan guru kejuruan yang mampu mengintegrasikan pendidikan
kejuruan baik lingkup formal maupun non formal.
Perndidikan kejuruan lebih dari sekedar pendidikan formal. Hal ini
mengingat masih banyaknya penduduk yang kurang beruntung yaitu yang
tidak sempat mengenyam pendidikan formal, angka putus sekolah, dan
lulusan yang masih belum mendapatkan pekerjaan. Orang-orang yang putus
sekolah, tidak melanjutkan dan penganggur yang jumlahnya cukup besar
perlu mendapat perhatian yang memadai. Lembaga-lembaga kursus maupun
pelatihan-pelatihan dapat berperan secara sinergis dalam memberikan bekal
kepada mereka untuk siap memasuki dunia kerja. Calon guru kejuruan perlu
dibekali dengan kemampuan-kemampuan merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi pendidikan kejuruan dalam lingkup formal maupun non formal.
8. Menyiapkan guru kejuruan untuk mampu mengembangkan kurikulum
pendidikan kejuruan yang dinamis, adaptif, prediktif, dan fleksibel terhadap
perubahan, dinamika sosial dan ipteks.
Merencanakan kurikulum merupakan upaya untuk menghasilkan lulusan
yang siap hidup di masa mendatang. Oleh karenanya desain kurikulum
haruslah peka dengan kondisi masa depan. Dalam menyusun kurikulum
diperlukan pemikiran holistik dan bukan parsial. Beberapa karakteristik
minimal yang perlu diperttimbangkan dalam pengembangan kurikulum antara
lain: (a) berorientasi pada kebutuhan SDM era global, (b) berorientasi pada
filosofi pengembangan pendidikan, (c) berorientasi pada tujuan dan kondisi
pendidikan nasional, (d) berorientasi pada perkembangan iptek, (e)
berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan masyarakat, (f) berorientasi
pada karakteristik daerah setempat, (g) berorientasi pada karakteristik peserta
didik, (h) berorientasi hasil evaluasi dan perbaikan berkelanjutan. Calon guru
kejuruan perlu dibekali dengan kemampuan mengembangkan, menjabarkan
dan mengevaluasi kurikulum yang dinamis, adaftif, prediktif, dan fleksibel
terhadap perubahan, dinamika sosial dan iptek
9. Menyiapkan guru kejuruan mampu mewujudkan kolaborasi terpadu dan
saling menguntungkan antara siswa (lulusan), dunia usaha/dunia industri
(Du/Di), pemerintah, dan masyarakat.
Kolaborasi sinergis antar elemen yang terkait merupakan syarat mutlak
dalam pelaksanaan pendidikan kejuruan yang lebih bermakna. Kolaborasi
yang dimaksudkan adalah kolaborasi model win-win solution, sehingga setiap
pihak merasa diuntungkan. Oleh karenanya perlu dibangun kesepahaman,
keyakinan dan kesediaan masing-masing elemen terkait dalam pelaksanaan
pendidikan kejuruan. Caon guru kejuruan perlu dibekali dengan kemampuan
menjalin kerjasama sinegis antar berbagi kalangan dan stakeholders untuk
mengembangkan pendidikan kejuruan yang handal. Sembilan butir peran
LPTK tersebut di atas merupakan pijakan yang perlu diperhatikan
dalamupaya menyiapkan guru kejuruan yang profesional dan handal. Hal ini
selaras dengan peran strategis pendidikan kejuruan untuk menyiapkan lulusan
yang handal dan berdaya saing tinggi di era global.

B. Startegi LPTK-PTK dalam mengembangkan kurikulum di era 4.0/5.0

Pengembangan Mutu LPTK LPTK memiliki tanggung jawab


mempersiapkan calon sarjana yang siap pakai, memiliki kompetensi yang
diperlukan di lapangan pekerjaan. Selain itu kurikulum LPTK juga harus
dirancang sesuai kebutuhan pasar. Untuk meningkatkan kualitas LPTK, Perlu
kajian serius dan mendalam tentang reposisi, penataan dan penguatan
kelembagaan LPTK. Disamping pula diperlukan landasan hukum untuk
memperkuat jati diri LPTK. Untuk menentukan kelayakan secara kelembagaan,
standar kelembagaan digunakan untuk sebagai tolak ukur dalam proses evaluasi
kelembagaan tersebut. Lembaga yang telah memenuhi standar tersebut disebut
lembaga yang terakreditasi atau accredited in teacher education institution.
Berikutnya Slamet (dalam Azhar (2011:79) mengatakan bahwa ada empat usaha
mendasar yang harus dilakukan untuk menghasilkan mutu yang baik, yaitu:
1. Menciptakan situasi win-win solution, bukan kalah-menang diantara pihak
yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan (stakeholder). Terutama
antara pimpinan lembaga dengan staf lembaga harus terjadi kondisi yang
saling menguntungkan satu sama lain dalam meraih mutu produk /jasa yang
dihasilkan oleh lembaga pendidikan.
2. Perlu dikembangkan motivasi instrinsik pada setiap orang yang terlibat dalam
proses meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga pendidikan harus tumbuh
motivasi bahwa hasil kegiatannya mencapai mutu tertentu yang meningkat
terus menerus terutama sesuai kebutuhan dan harapan pengguna.
3. Setiap pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang.
Penerapan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu proses
perubahan jangka pendek.
4. Dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk
mencapai mutu yang ditetapkan, haruslah dikembangkan adanya kerjasama
antar unsur-unsur pelaku proses mencapai hasil mutu. Semuanya harus
bekerjasama dantidak dapat dipisahkan satu sama lain untuk menghasilkan
mutu sesuai yang diharapkan.
a. Era revolusi industri 4.0
Era revolusi industri 4.0 ditandai oleh tingginya tingkat digitalisasi
manufaktur yang dipelopori oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:
kemampuan, analisis, kecerdasan bisnis, meningkatnya volume data,
komputerisasi, konektifitas, robotika, 3D printing, dan interaksi antara
manusia dengan mesin (Munadi:2020). Setidaknya terdapat “7 K”skill yang
harus dipersiapkan guru SMK : 1) Komunikasi, 2) Kolaborasi, 3)
Kemampuan Berfikir kritis, 4) Kemampuan penggunaan TIK, 5) Kecepatan
Memahami informasi dan media, 6) Kreativitas dan inovasi, 7) Kemampuan
memecahkan masalah.Dari ketujuh variabel tersebut memiliki hibungan
positif dengan kesiapan guru vokasi dalam menghadapi era revolusi industri
4.0 sehingga hal tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi kesiapan guru
vokasi, namun tidak hanya itu saja yang perlu dikuasai oleh guru
vokasi.
Perlunya menguasai pengetahuan tentang data, pengetahuan tentang
teknologi dan pengetahuan tentang manusia. Ini dirasa penting dalam
upaya mempersiapkan diri untuk seorang guru vokasi memberikan
suatu pengajaran terhadap muridnya.Untuk itu perlu diperhatikan oleh
guru dalam pelaksanaan pembelajaran di era 4.0.
1) Cooperation/interaction/team work(kerjasama/berinteraksi dengan tim
kerja) Guru kejuruan harus memiliki kerja secara tim, karena
pekerjaan-pekerjaan di bidang teknik dan kejuruan tidak dapat
dikerjakan secara sendirian tetapi dikerjakan secara tim. Selain itu
guru kejuruan juga harus mampu membangun kerjasama dengan
pemerintah, dunia kerja dan dunia industry (DUDI), semua
lapisan masyarakat agar pembelajaran dalam pendidikan
kejuruan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
2) Project and development work(mengembangkan proyek dan
pekerjaan)Guru harus memiliki kompetensi untuk mengerjakan
pekerjaan proyek dan mampu mengembangkan dan menciptakan
pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan teknik dan kejuruan di bidang
pemerintahan, dunia kerja dan dunia industri cukup banyak,
sehingga guru kejuruan diharapkan mampu membantu
mengerjakan proyekyang ada di kelompok masyarakat
tersebut. Guru kejuruan diharapkan mampu mengerjakan
proyek-proyek seperti membuat kincir angin untuk pembangkit listrik
di pedesaan, membuat kendaraan dan alat-alat pertanian yang
cocok di pedasaan, melayani pemasangan jaringan listrik, melayani
pembuatan makanan, pembuatan baju seragam, melayanai barang dan
jasa dan lain-lain.Guru kejuruan juga diharapkan mampu
mengembangkan dan menciptakan pekerjaan dengan cara
merancang dan membuat produk-produk baru yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Dengan cara demikian, maka akan ada peluang
kerja yang dapat dikerjakan oleh murid-murid sekolah dan lulusan
SMK.
3) Creation of learning environment for individuals and groups and
facilitating learning process(Menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif serta memfasilitasi proses pembelajaran)Guru kejuruan
harus memiliki kompetensi untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang dapat menumbuhkan murid untuk belajar
secara aktif, kreatif dan inovatif dalam melihat potensi dan
permasalahan yang dihadapi. Guru harus memperhatikan adanya
perbedaan murid dalam hal potensi, bakat, dan minat , sehingga
setiap murid memperoleh perlakuan yang sesuai dengan bakat
dan minatnya. Setiap murid akan dapat mencapai tujuan pembelajaran
dengan cara yang berbeda, oleh karena itu maka guru harus dapat
memfasilitasi cara-cara belajara mereka. Guru harus juga dapat
memfasilitasi pembelajaran pada anak yang memiliki kebutuhan
khusus.
4) Expert in ICT(Information and Communication Technology)Teknologi
infornasi dan komunikasi sudah berkembanagn pesat dan masyarakat
dan sudah menjadi bagian dari kehidupan amsyarakat. Oleh karena
itu guru kejuruan juga harus memiliki kompetensi dalam
menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi untuk
pembelajaran. Guru harus mahir dalam menggunakan berbagai
program komputer seperti World, Exel, Power Point, Internet, Email
untuk mendukung pembejaran teori maupun praktik. Selain itu
guru kejuruan juga diharapkan dapat membuat berbagai program
komputer untuk pembuatan media pembelajaran dan progam
komputer dalam mesin-mesin perkakas yang berbasis komputer
seperti mesin CNC (Computer Numerical Control).
5) School administration(Administrasi Sekolah)Guru kejuruan
diharapkan untuk mengetahui sistem administrasi sekolah missal
seperti penyusunan RPP yang sesuai dengan kebutuhan DUDI,
peraturan-peraturan dan perundangan yang berlaku yang terkait dengan
pendidikan kejuruan, sehingga dalam melaksanakan pekerjaan sebagai
guru tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku di
suatu negeri
6) Personal characteristics of teachers(Karakterpribadiguru)Guru sebagai
profesi harus memiliki kompetensi pribadi tertentu, yang berbeda
dengan profesi lain. Guru kejuruan harus memiliki otonomi, percaya
diri sebagai ahli,dan proaktif dalam dunia pendidikan. Guru
juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik kepada
murid dan lingkungan, melakukan dialog dengan teman sebaya
dan ilmuwan guna meningkatkan profesionalisme sebagai guru
kejuruan (penguasaan bahasa asing/global). Guru juga harus
memiliki integirtas moral, etika dan tanggungjawab, kematangan
pribadi, dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya.
7) Competences of school community and management/Andragogy
Competences(kompetensi dalam komunitas sekolah dan Kompetensi
Andragogi)Guru sebagai anggota dari komunitas sekolah harus
mampu mendorong fihak manajemen sekolah untuk menerapkan
learning organization (organisasi sekolah sebagai pembelajar),
sehingga sekolah mampu menciptakan iklim dan budaya sekolah
yang dapat memotivasi setiap anggota komunitas (guru dan
tenaga kependidikan lainnya) untuk berkembang lebih profesional.
b. Society 5.0
Society 5.0 menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi canggih seperti
kecerdasan buatan (AI), robotika, IoT (Internet of Things), dan Big Data
untuk memecahkan masalah sosial dan lingkungan yang kompleks dan
menuntut kolaborasi yang lebih luas dan holistik. Pembelajaran era teknologi
5.0 juga mencakup pengembangan keterampilan generasi muda untuk dapat
berinovasi dan menghadapi perubahan dengan cepat, termasuk keterampilan
sosial dan emosional, keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan
kemampuan berkolaborasi. Pembelajaran era teknologi 5.0 menekankan pada
penggunaan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan memberikan solusi yang lebih baik bagi Masyarakat. Untuk
mempersiapkan diri menghadapi era Society 5.0, ada beberapa hal yang perlu
dilakukan, antara lain:
1) Mengasah keterampilan teknologi: Kemampuan dalam mengoperasikan
teknologi menjadi hal yang sangat penting di era Society 5.0. Oleh
karena itu, seseorang perlu mengasah keterampilan teknologi agar
mampu bersaing dalam dunia kerja yang semakin tergantung pada
teknologi.
2) Meningkatkan kreativitas: Era Society 5.0 menuntut kreativitas yang
lebih tinggi dalam menciptakan solusi bagi permasalahan yang
kompleks. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
kreativitas dalam menyelesaikan masalah.
3) Mengembangkan keterampilan sosial: Sementara teknologi semakin
berkembang, kemampuan dalam berinteraksi dengan sesama manusia
masih menjadi hal yang sangat penting. Maka dari itu, perlu dilakukan
pengembangan keterampilan sosial seperti kemampuan berkomunikasi,
bekerja dalam tim, dan berempati.
4) Mengikuti perkembangan teknologi: Teknologi terus berkembang
dengan cepat, sehingga sangat penting untuk mengikuti perkembangan
teknologi tersebut. Hal ini dilakukan agar bisa memanfaatkan teknologi
dengan maksimal dan terus mengembangkan keterampilan teknologi
yang dimiliki. Dan
5) Menjadi seorang pembelajar seumur hidup: Era Society 5.0 menuntut
seseorang untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilannya.
Oleh karena itu, menjadi seorang pembelajar seumur hidup menjadi hal
yang sangat penting untuk bisa menghadapi perubahan yang terus
terjadi di masa depan.
Pembelajaran Society 5.0 adalah konsep pembelajaran yang muncul di era
teknologi 5.0 yang fokus pada pengembangan karakter manusia yang
berkelanjutan, bukan hanya sekedar menghasilkan tenaga kerja yang produktif.
Konsep ini menekankan pada pengembangan kreativitas, keterampilan sosial,
kepemimpinan, dan empati pada siswa. Pembelajaran Society 5.0 juga
memperhatikan keanekaragaman individu dan menyesuaikan pembelajaran
dengan kebutuhan masing-masing siswa, sehingga menciptakan lingkungan
pembelajaran yang inklusif dan menyenangkan. Selain itu, pembelajaran Society
5.0 juga menerapkan teknologi sebagai alat bantu dalam pembelajaran, sehingga
memudahkan siswa dalam mendapatkan akses informasi dan meningkatkan
efektivitas pembelajaran. Dalam pembelajaran Society 5.0, guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator, bukan sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Dengan konsep ini diharapkan dapat menghasilkan generasi yang memiliki nilai-
nilai kemanusiaan yang tinggi dan mampu beradaptasi dengan cepat dalam
menghadapi perubahan dunia yang semakin kompleks. Terdapat skema untuk
terlaksananya proses pembelajaran era teknologi 5.0. Berikut adalah skema
pembelajaran era teknologi 5.0 :
a) Pembelajaran kolaboratif: Pembelajaran tidak lagi dilakukan
secara individu, melainkan dalam kelompok atau tim yang saling
bekerja sama dan berkolaborasi dalam memecahkan masalah.
b) Pembelajaran berbasis proyek: Pembelajaran lebih fokus pada
proyek atau tugas yang melibatkan siswa untuk menciptakan
solusi bagi masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
c) Pembelajaran berbasis teknologi: Teknologi menjadi bagian
penting dalam pembelajaran, baik sebagai sarana pengumpulan
informasi, penyampaian materi, hingga evaluasi.
d) Pembelajaran berbasis keterampilan: Pembelajaran tidak hanya
berfokus pada pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan
keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata, seperti
keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan berkomunikasi.
e) Pembelajaran seumur hidup: Pembelajaran tidak hanya terjadi di
dalam kelas, melainkan juga berlangsung sepanjang hidup, di
mana siswa terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
untuk mengikuti perubahan zaman.
f) Pembelajaran adaptif: Pembelajaran disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa, sehingga dapat
membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran secara lebih
efektif dan efisien. dan
g) Pembelajaran interdisipliner: Pembelajaran tidak hanya berfokus
pada satu bidang ilmu saja, melainkan melibatkan banyak disiplin
ilmu yang berbeda, sehingga siswa dapat melihat hubungan antara
satu bidang ilmu dengan bidang ilmu yang lain.

Anda mungkin juga menyukai