Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PROGRAM REVITALISAS PENDIDIKAN VOKASI

Dosen Pengampu:

Dr. Anas Arfandi, M.pd.

Di susun oleh: kelompok E

1. Alfina Listia (220201502017)


2. Musdalifah (220201500004)
3. Fuji Indri Amalia (220201501017)
4. Muh Fadhil Ramadhan (220201502002)

PTB

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022/2023
BAB 1

PENDAHULUAN

Dengan berkembangnya informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi yang merambah


dalam segala aspek kehidupan manusia di semua belahan dunia, Hal ini tentunya berdampak
pada pendidikan, dimana dalam proses pembelajarannya hendaknya disesuaikan dengan
kemajuan dan tuntutan zaman. Dunia kerja menuntut perubahan kompetensi yang harus
dimiliki peserta didik. Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, berkomunikasi dan
berkolaborasi menjadi kompetensi penting dalam memasuki kehidupan abad 21.
Pembentukan kompetensi di sekolah mengandalkan kurikulum yang diselaraskan dengan
tuntutan dunia masa depan anak yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri, agar
dapat terserap di dunia kerja. Kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah dituntut untuk
merubah pendekatan pembelajaran dan sistem penilaiannya yang berpusat pada
guru/pendidik (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa
depan anak yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning
skills). Oleh karena itu, model pembelajaran dan sistem penilaiannya di abad 21 hendaknya
diarahkan untuk mendorongpeserta didik agar mampu: (1) mencari tahu dari berbagai sumber
observasi, bukan diberi tahu, (2) merumuskan masalah (menanya), bukan hanya
menyelesaikan masalah (menjawab), (3) berpikir analitis (mengambil keputusan) bukan
berpikir mekanistis (rutin), dan (4) menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam
menyelesaikan masalah (Kemdikbud, 2013).
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

1. Pendidikan Vokasi

Pendidikan vokasi merupakan jenjang pendidikan yang selalu dinamis dalam melakukan
perubahan kurikulum pendidikan sesuai dengan pertumbuhan pasar kerja dan beradaptasi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini berarti pendidikan vokasi
akan selalu mengalami pergeseran paradigma. Menurut Pavlova (2009) dengan pertimbangan
bahwa aktivitas ekonomi sangat ditentukan adanya perubahan teknologi yang cepat pada
masa mendatang, maka orientasi pendidikan vokasi diarahkan menjadi pendidikan bekerja
(work education) atau pendidikan teknologi (technology education).Selanjutnya, menurut
Pavlova (2009) pendidikan bekerja merupakan program pendidikan dengan tiga komponen
yang saling terkait, yaitu: pembelajaran untuk bekerja (learning for work), pembelajaran
tentang bekerja (learning about work), dan pemahaman sifat dasar bekerja (understanding the
nature of work). Secara tradisional, menurut Pavlova (2009) pendidikan vokasi merupakan
pendidikan dengan tujuan utama mempersiapkan untuk bekerja denganmenggunakan
pendekatan pendidikan berbasis kompetensi.

2. Revitalisasi pendidikan vokasi

Dalam rangka untuk peningkatan kualitas dan sumber daya manusia, Presiden mengeluarkan
instruksi yaitu Inpres Nomor 9 Tahun 2016 yang berisi tentang Revitalisasi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) atau Pendidikan vokasi. Adapun tujuan dari program revitalisasi
SMK ini dilakukan adalah untuk meningkatkan kualitas dan daya saing Sumber Daya
Manusia Indonesia. Diharapkan melalui pendidikan vokasi/kejuruan di SMK mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing unggul dalam persaingan kebekerjaan secara
nasional maupun global. Prioritas yang diutamakan pada program ini adalah agar sekolah
memiliki keunggulan berbasis potensi wilayah dan sumber daya yang dimiliki untuk
menghasilkan lulusan sesuai dengan kebutuhan riil tenaga kerja di industri untuk mendukung
perkembangan ekonomi dan pengembangan wilayah.Revitalisasi Pendidikan vokasi yaitu
SMK diharapkan memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu SMK sekaligus
memberikan pengaruh terhadap kualitas lulusan SMK yang akan menjadi sumber daya
pembangunan di Indonesia. Implementasi revitalisasi pendidikan vokasi dilaksanakan
mengacu kepada peta jalan revitalisasi SMK yang telah ditetapkan dengan beberapa aspek
program yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas SMK, sehingga mempunyai
peran dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang kompeten dan produktif. Fokus
revitalisasi ditujukan pada isu strategis yang meliputi aspek program penyelarasan kurikulum
(termasuk inovasi pembelajaran), penyediaan dan peningkatan kualitas guru produktif dan
tenaga kependidikan, standarisasi sarana dan prasarana, penguatan dan perluasan kerja sama
dengan dunia usaha/dunia industri (DU/DI), dan pengelolaan dan penataan kelembagaan (Dir.
PSMK,2017).Kurikulum dalam penyelanggaraan pendidikan di SMK menjadi hal yang
sangat penting sehingga kurikulum harus ditangani dan diselaraskan dengan kebutuhan
kompetensi dunia usaha/dunia industri (DUDI). Kurikulum sebagai roh dalam pendidikan di
SMK secara berkala harus diselaraskan dengan dinamika kebutuhan kompetensi DU/DI yang
terkait. Pembentukan kompetensi di sekolah mengandalkan kurikulum yang telah
diselaraskan dengan kebutuhan kompetensi DU/DI sehingga lulusannya dapat terserap di
dunia kerja. Relevansi kurikulum dan link and match antara kompetensi bentukan SMK
dengan kompetensi kebutuhan DU/DI menjadi ukuran keberhasilan penyelarasan
kurikulum.Pembelajaran di era digital sekarang ini, menuntut pendidik untuk berinovasi
memanfaatkan teknologi inormasi sebagai bagian dari tugas pendidik untuk membuat suasana
belajar menyenangkan danmenjadikan peserta didik senang belajar. Karakteristik
pembelajaran tidak hanya disekolah saja, tetapi juga di industri atau dunia usaha untuk
melakukan prakerin, maka inovasi pembelajaran juga dilakukan di kedua tempat tersebut.
Beberapa permasalahan inovasi pembelajaran di sekolah kejuruan antara lain pengembangan
project based learning sebagai mainstream model pembelajaran kecakapan abad ke-21,
pengembangan model dan metode pembelajaran student center, penguatan tatakelola praktik
kerja industi, pengembangan teaching factory sebagai pusat kreatif dan inovasi, dan
pengembangan sistem evaluasi dan uji kompetensi.

3. Inovasi sistem penilaian dalam revitalisasi pendidikan vokasi

Inovasi sistem penilaian dalam program revitalisasi termasuk pada permasalahan pada aspek
program revitalisasi inovasi pembelajaran. Aspek inovasi ini lebih diarahkan untuk
mendorong pendidikan vokasi mengimplementasikan proses pembelajaran yang dapat secara
riil menghasilkan kompetensi produktif, antara lain dengan menerapkan model pembelajaran
project based learning dan problem based learning. Pembelajaran mengharapkan pendidik
untuk menggunakan strategi literasi dengan memanfaatkan referensi baik library based
maupun online disertai dengan pengembangan sistem evaluasi dan uji kompetensi yang
handal. Pengembangan sistem evaluasi dan uji kompetensi, menghendaki sekolah untuk: a)
menggunakan acuan patokan (kompeten-belum kompeten) dalam sistem evaluasi, b)
menggunakan penilaian otentik-performance base, c) melakukan uji kompetensi dan
sertifikasi per kompetensi keahlian, d) menyusun soal-soal dan latihan disusun berbasis
HOTS dan literasi untuk pencapaian Kecakapan Abad 21, e) menyesuaikan materi uji
kompetensi dengan standar dari BNSP, f) menyusun instrumen penilaian dengan
memperhatikan kemampuan/keterampilan abad ke 21 (4Cs), dan g) menyediakan bank soal
untuk evaluasi yang memenuhi standar.

4.Kurikulum Pendidikan Vokasi

Kurikulum yang disusun berkaitan dengan hasil capaian komptensi lulusan, berhubungan
juga dengan learning outcome yang dihasilkan dari suatu pendidikan vokasi, sehingga perlu
di kaji betul kurikulum yang sesuai di pendidikan vokasi agar lulusan yang dihasilkan
nantinya mampu bersiang di dunia kerja, terserap di dunia kerja sesuai kebutuhan.
Penyusunan kurikulum saat ini telah mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) atau standar internasional. Salah satu roadmap kebijakan pengembangan
vokasi Indonesia 2017-2025, yakni dimana kurikulumyang terlalu general di sekolah vokasi
(Afrina, Eka, dkk. 2018). Berdasarkan kebijakan tersebut terlihat salah satunya mengenai
kurikulum yang terlalgu general di sekolah vokasi, hal ini membuktikan masih adanya
permasalahan yang terjadi dari kurikulum untuk vokasi saat ini, sehingga perlu dilakukanya
perbaikan-perbaikan secara cermat dalam menata kurikulum yang selaras. Kurikulum harus
memiliki relevansi dengan: 1) Kesesuaian kurikulum dengan tututan, kebutuhan, kondisi, dan
perkembamgan masyarakat. 2) Kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum yakni isi
sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, evaluasi sesuai dengan proses, isi
dan tujuan kurikulum.(Sukmadinata, 2008:102). Untuk kurikulum pendidikan vokasi sendiri
menurut Sudira (2018:278) Kurikulum Technical and Vocational Education and Training
(TVET) memuat panduan program pengembangan kompetensi kerja lulusan terstandar dunia
kerja. Kurikulum TVET sebagai program pembelajaran yang utuh dan lengkap memuat
landasan filosofis teoritis program, profil kompetensi lulusan, standar kompetensi lulusan,
capaian pembelajaran, struktur mata pelajaran, deskripsi silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, modul pembelajaran, lab sheet, work sheet, perangkat penilaian, uji komptensi
dan sertifikasi kompetensi.

5.Masalah pendidikan vokasi

Masalah di pendidikan vokasi sesungguhnya muncul ketika untuk memenuhi tuntutan dari
dunia usaha dan dunia industri terhadap kualitas lulusan yang siap kerja dan bukan sekedar
siap training, diperlukan penguatan keterampilan kerja yang lebih dibanding sekedar
pemahaman teori atau ilmu pengetahuan saja. Hal tersebut menjadi masalah karena untuk
mewujudkannya tentu tidaklah mudah. Pertama, mahasiswa harus memiliki waktu lebih
banyak untuk praktek dibanding duduk manis di ruang kelas. Ini berarti bahwa kebutuhan
akan sarana prasarana praktek sangat tinggi pada pendidikan vokasi. Sebutlah di antaranya
yang paling sederhana berupa alat peraga yang masih bisa dibawa ke ruang kelas, atau
laboratorium yang dilengkapi dengan perlengkapan uji coba dan bahan baik yang habis pakai
maupun bisa dipakai dalam jangka waktu tertentu, hingga yang paling kompleks berupa
simulator yang bisa dipakai untuk latihan seperti pada kondisi riil di dunia kerjanya nanti.
Pengadaan seluruh sarana prasarana tersebut tentu bukan sesuatu yang murah. Pada
perguruan tinggi negeri, mungkin masih bisa difasilitasi oleh pemerintah meskipun tidak bisa
100% memadai. Tetapi pada perguruan tinggi swasta, dimana pendanaan sepenuhnya berasal
dari upaya pihak pengelola, maka biaya pendidikan pada umumnya secara mayoritas akan
dibebankan kepada masyarakat melalui pembayaran oleh mahasiswa. Kedua, pada
pendidikan vokasi tentu para pengajarnya lebih tepat apabila berlatar belakang profesi yang
sesuai dengan keahliannya.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

sesuai diterapkan dalam pendidikan vokasi adalah model kurikulum pembeajaran bahasa
Indonesia berbasis kompetensi. Ciri khas pendidikan vokasi terletak pada praktik. Ini berarti
diperlukan pembelajaran yang menghubungkan dengan pengalaman kehidupan nyata. Pada
dasarnya semua pendekatan pembelajaran yang menghubungkan dengan pengalaman
kehidupan nyata merupakan elemen pembelajaran berbasis konteks. Elemen pokok yang
menjiwai pembelajarannya adalah konstruktivistik. Sedangkan elemen-elemen lain saling
terkait yang dijiwai oleh elemen konstruktivistik adalah bertanyajawab, inkuiri, masyarakat
belajar, penilaian berbasis kelas, dan refleksi. Jika di dalam pendidikan non vokasional lebih
ditekankan pada kecakapan akademik, pendidikan berbasis vokasional lebih ditekankan
kepada menghasilkan produk. Ini menjadi ciri khas bahkan menjadi salah salah satu prinsip
pendidikan berbasis vokasional.
DAFTAR PUSTAKA

Johan Bhimo Sukoco, Nurul Imani Kurniawati, Riandhita Eri Werdani, Anafil Windriya Jurnal
Pengabdian Vokasi 1 (1), 23-26, 2019.Retrived from
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pendidikan+Vokasi+&btnG=#d=gs_qab
s&t=1677512176952&u=%23p%3D1-JqXswYaWoJ

Sri Wening Program Studi Pendidikan Teknik Busana FT Universitas Negeri Yogyakarta (e-mail:
sri_wening@uny.ac.id). Retrieved from
https://sg.docworkspace.com/l/sIPOIxMJ41YjznwY?sa=e1&st=0t

Kuntang Winangun, M.Pd.(Email: Kuntangwinangun@gmail.com). Retrieved from


https://sg.docworkspace.com/l/sIOqIxMJ40JHznwY?sa=e1&st=0t

Unung Verawadina1)Nizwardi Jalinus2)Lise Asnur3)1) e-mail:unungverawardina@gmail.com).


Retrieved from https://sg.docworkspace.com/l/sIN-IxMJ4tpnznwY?sa=e1&st=0t
Cahya Fajar Budi Hartantoa,* RusdartibAbdurrahmanba Politeknik Bumi Akpelni, Jl. Pawiyatan Luhur
II No.17 Bendan Dhuwur, Semarang 50235, Indonesia Universitas Negeri Semarang, Kampus
Pascasarjana Jl. Kelud Utara III, Semarang 50237, Indonesia Alamat Surel: fajar@akpelni.ac.id).
Retrieved from https://sg.docworkspace.com/l/sIMaIxMJ4hJ7znwY?sa=e1&st=0t

Anda mungkin juga menyukai