Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan penyelenggaraan
pendidikan dan sekaligus salah satu indikator mutu pendidikan. Menurut Asmani (2010:
19) mengatakan bahwa Kurikulum adalah jantung pendidikan, karena dari sana terpancar
cita pendidikan dan potret masa depan diproses dan dibina secara intensif. Indonesia
tercatat lima kali merevisi kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Revisi kurikulum
tersebut bertujuan untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat, guna mengantisipasi perkembangan jaman, serta memberikan
acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran disatuan pendidikan. Harapan yang
dimaksudkan dengan pergantian kurikulum adalah tercapainya tujuan pendidikan
nasional sesuai dengan amanat konstitusi, seharusnya pergantian kurikulum yang
dilaksanakan telah membawa bangsa Indonesia menjadi besar dan mensejajarkan dirinya
dengan bangsa lain, namun hasil yang didapat belum sesuai dengan harapan.
Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat
perlunya diterapkan kurikulum yang diharapkan dapat membawa suasana pembelajaran
yang baru serta membawa peningkatan mutu pendidikan Indonesia.
Kurikulum terbaru yang dikembangkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) suatu model pengelolaan kurikulum yang dirancang mengikuti potensi dan
karakteristik daerah, kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan diharapkan membuat guru semakin kreatif,
karena mereka dituntut harus merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan. Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat,
menyebabkan kreativitas guru kurang terpupuk tetapi dengan KTSP kreativitas
berkembang. Hanya saja sebagian besar guru tidak terbiasa untuk mengembangkan
model-model kurikulum secara mandiri. Selama ini mereka diperintah untuk
melaksanakan kewajiban yang sudah baku, yaitu kurikulum yang dibuat dari pusat.
Kurikulum harus dapat memberikan arahan yang jelas bagi pelaksanaan
pembelajaran, dan sebaliknya pembelajaran harus menjabarkan secara operasional
seluruh tuntutan yang dimuat dalam kurikulum. Melihat kenyataan yang demikian, maka
diperlukan kepala sekolah yang dapat mengembangkan sumber daya sekolah agar warga

1
sekolah lebih mendapatkan pemahaman tentang KTSP dan dapat menerapkan KTSP
dengan baik. Selain itu juga KTSP belum diketahui apakah telah relevan dengan harapan
dan kebutuhan masyarakat yang mengharapkan bahwa pendidikan dapat memberi bekal
keterampilan kepada peserta didik .
Kegiatan sosialisasi yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk
mengatasi sekolah dalam melaksanakan kurikulum KTSP, supaya tendensi KTSP dapat
dikuasai oleh
warga sekolah sehingga pelaksanaan di lapangan tidak mengalami lagi kebingungan
dalam
penerapan KTSP. Di samping itu, diperlukan persiapan yang matang dari sekolah dan
perlu dukungan dari berbagai pihak, baik berupa dukungan kebijakan, pendanaan dan
penyelenggaraan. Apapun baiknya desain kurikulum bilamana para pelaku pendidikan
tidak siap dan tidak sungguh-sungguh melaksanakannya maka hasilnya tidak akan
merubah model tatanan pendidikan kearah yang lebih baik, dengan demikian
keberhasilan pelaksanaan KTSP tergantung pada konsisten dan komitmen yang tinggi
dari seluruh pelaku pendidikan di sekolah termasuk stakeholder.
Pemahaman seluruh pelaku pendidikan di sekolah merupakan keadaan atau
kemampuan yang dimiliki sekolah dalam melaksanakan KTSP. Untuk mengetahui
keberhasilan sekolah dalam melaksanakan KTSP, maka perlu adanya evaluasi
pelaksanaan KTSP tersebut, jika terdapat kekurangan atau kelebihan dapat diperbaiki
sehingga tercipta suatu lembaga pendidikan yang menghasilkan output yang bisa
diandalkan.
Pelaksanaan dan keberhasilan KTSP di suatu lembaga pendidikan memang
bergantung pengelolaan dari sekolah itu masing-masing. Keberadaan lokasi sekolah juga
mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan KTSP di suatu lembaga pendidikan.
Maka dari itu satuan pendidikan harus melihat dari segi tantangan internal dan tantangan
eksternal sekolah.
1. Rasional
a. Tantangan Internal
Tantangan internal dalaam pemenuhan Standar Nasional Pendidikan terkait
dengan kondisi riil di SMK Diponegoro Depok antara lain:
1) Belum semua siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkarakter, disiplin, santun, jujur,

2
peduli, percaya diri, bertanggung jawab, pembelajar sejati sepanjang hayat,
sehat jasmani dan rohani
2) Belum semua lulusan memiliki kompetensi pengetahuan, faktual,
prosedural, konseptual dan metakognitif
3) Belum semua lulusan memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif dan komunikatif
4) Beberapa tenaga pendidik yang belum mampu menyusun perangkat
pembelajaran yang baik dan tepat
5) Belum semua pemangku kepentingan terlibat dalam pengembangan
kurikulum dan masih banyak tenaga pendidik yang tidak atau belum paham
tentang KTSP yang dikembangkan
6) Tenaga pendidikan belum sepenuhnya memahami isi dari buku pedoman
kurikulum tersebut
7) Tenaga pendidik masih membutuhkan pembelajaran terkait kurikulum
pengelolaan peserta didik berkebutuhan khusus
8) Kepala sekolah belum optimal melakukan supervisi proses pembelajaran
kepada guru
9) Kepala sekolah belum sepenuhnya melakukan evaluasi proses pembelajaran
10) Sebagian tenaga pendidik belum mampu melakukan teknik penilaian yang
sesuai ranah kompetensi, dan belum menerapkan teknik penilaian yang
obyektif dan akuntabel serta belum melaporkan penilaian secara periodik
11) Ada beberapa guru yang belum S1 dan belum memiliki sertifikat pendidik
12) Belum maksimal dalam penataan administrasi sesuai ketentuan
13) Perlu adanya peningkatan kualitas dalam hal surat menyurat dan
administrasi dokumen sekolah
14) Perlunya penyediaan kepala Tenaga pustakawan yang memiliki kualifikasi
sesuai
15) Ragam sarana prasarana belum sesuai ketentuan
16) Sekolah memiliki ruang pimpinan, ruang guru, tempat ibadah, jamban,
lahan parkir, gudang dan kantin belum sesuai standar
17) Belum melibatkan pemangku kepentingan dalam mengembangkan rencana
kerja sekolah dan ruang lingkup belum sesuai ketentuan
18) Belum membangun kemitraan yang melibatkan peran serta masyarakat dan
lembaga lain yang relevan

3
19) Sekolah belum sempurna memiliki sistem informasi manajemen sesuai
ketentuan namun masih banyak kekurangan
20) Laporan keuangan yang lebih terbuka belum dapat diakses oleh pemangku
kepentingan

b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal di SMK Diponegoro Depok antara lain berkaitan
dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan,
persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogic,serta berbagai
fenomena negatif yang mengemuka :
1) Terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan
industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional.
2) Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan
perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan
modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO),
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), Asia-Pacific Economic
Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan
eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh
dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang
pendidikan.
3) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Internasional Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan
dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS
dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
4) Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif,
beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.
5) Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, pergaulan bebas
dan klitih

4
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum Merdeka hadir untuk menanggulangi krisis pembelajaran di
Indonesia imbas pandemi Covid-19. Penerapan Kurikulum Merdeka diharapkan
berdampak pada terciptanya generasi adaptif yang mampu bertahan menghadapi
perubahan zaman dengan kekuatan mereka sendiri. Pernyataan tersebut
disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dalam peluncuran Merdeka Belajar
ke-19 bertajuk “Rapor Pendidikan Indonesia”.
Hal senada diungkapkan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemdikbudristek), Anindito Aditomo yang menekankan bahwa saat
ini Indonesia memerlukan kurikulum yang bersifat adaptif, yang mengedepankan
karakter serta kompetensi yang mendasar pada diri masing-masing anak.
“Dengan pola pikir yang adaptif, apapun masalah yang dihadapi mereka bisa
diatasi secara mandiri karena mereka bisa berdiri di atas kekuatannya sendiri,”
Maka dari itu perlu adanya penyempurnaan pola pikir yang diterapkan di SMK
Diponegoro Depok yaitu sebagai berikut:
1) Pola guru dalam melaksanakan pembelajaran Guru perlu perubahan-
perubahan, mulai dari pembuatan RPP sampai kepada praktiknya di kelas.
Guru tidak lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Guru harus
menerapkan langkah seribu untuk menghasilkan siswa yang bermutu
2) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat
pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap
materi yang dipelajari.
3) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam, sumber/media lainnya);
4) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta
didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
dihubungi serta diperoleh melalui internet);
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;

5
7) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
8) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
9) Pola pembelajaran yang diintegrasikan dengan pembelajaran dilingkungan
pondok pesantren

d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Transformasi pendidikan yang sekarang terjadi di Indonesia memberikan
dampak yang luar biasa bagi seluruh insan pendidikan. Tetapi perubahan yang
sedang terjadi ini tentu memerlukan jalan yang panjang agar semua dapat
terwujud sesuai harapan. Beragam program prioritas yang dihadirkan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi seperti Program
Guru Penggerak, Program Sekolah Penggerak hingga Kurikulum Merdeka
menjadi gerbang bagi Kepala Sekolah dan Guru untuk menjadi agen perubahan
dunia pendidikan Indonesia.
Di SMK Diponegoro untuk tahun ajaran 2023/2024 dikuatkan
menggunakan kurikulum merdeka belajar. Dimana Bentuk struktur kurikulum
Merdeka terdiri dari kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar
Pancasila, dan ekstrakurikuler. Alokasi jam pelajaran pada struktur kurikulum
masih mengikuti kurikulum 2013.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila dilaksanakan dengan melatih
peserta didik untuk menggali isu nyata di lingkungan sekitar dan berkolaborasi
untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, alokasi waktu tersendiri
sangat dibutuhkan guna memastikan projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
dapat berjalan dengan baik pada setiap mata pelajaran.
Untuk muatan lokal, SMK Diponegoro Depok menambahkan muatan
tambahan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik di SMK Diponegoro Depok
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 diubah sesuai dengan
kurikulum yang ditetapkan di SMK Diponegoro Depok yaitu kurikulum merdeka
belajar. Oleh karena itu dalam Kurikulum yang ada di SMK Diponegoro Depok
dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;

6
2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran sudah sesuai dengan standar industri
4) Penguatan materi dilakukan dengan cara perluasan dan pendalaman yang
releven bagi peserta didik
5) Penguatan pendidik dengan workshop terkait kurikulum merdeka yang
diberlakukan saat ini.

e. Karakteristik Kurikulum 2013 yang disederhanakan


Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter.
Implementasinya, pendidikan karakter diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran
pada setiap bidang studi. Selain itu, kurikulum ini menekankan pada
pembentukan sikap spiritual pada Kompetensi Inti 1 (KI 1) dan sikap sosial pada
Kompetensi Inti 2 (KI 2). Kurikulum 2013 hingga saat ini masih berlaku dan
diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia.
Untuk selanjutnya Kemendikbudristek menyampaikan kurikulum baru
yang berlaku mulai tahun 2022, dimana kurikulum baru ini dinilai lebih fleksibel
dan Kurikulum 2022 ini akan lebih berfokus pada materi yang esensial dan tidak
terlalu padat materi. Hal ini bertujuan, agar guru memiliki waktu untuk
pengembangan karakter dan kompetensi. Kurikulum yang dimaksud adalah
kurikulum merdeka.
Kurikulum yang dirancang di SMK Diponegoro depok sesuai dengan
kurikulum 2013 yang di sederhanakan, Adapun karakteristik dari kurikulum
tersebut sebagai berikut: (tambahan karakteristik mandiri belajar)
1) Lebih focus pada materi esensial
2) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik.
3) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajarai di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar
4) Mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

7
5) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengambangkan sikap,
pengetahuan dan keterampilan
6) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar pembelajaran
7) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam
kompetensi inti
8) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan
jenjang pendidikan (organizing horizontal and vertikal)

2. Kondisi Nyata
Penyusunan dan pengembangan Standar Nasional Pendidikan mempunyai 9
(sembilan) prinsip, yaitu: umum, inklusif, memantik inisiatif dan inovasi, esensial,
substantif, relevan dan universal, selaras, holistik, ringkas, serta mutakhir. Tim
Penyusun Standar Nasional Pendidikan merupakan tim yang dibentuk oleh Kepala
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk menyusun draf standar. Tim Penyusun
Standar Nasional Pendidikan berasal dari berbagai unsur, yaitu: BAN S/M, BAN
PAUD dan PNF, akademisi, pakar, praktisi, organisasi kependidikan, perwakilan unit
teknis kementerian terkait, dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait dengan
standar yang disusun.
SMK Diponegoro Depok menyadari akan pentingnya memenuhi standar
nasional pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena
itu SMK Diponegoro Depok berusaha untuk memenuhi 8 (delapan) standar
nasional pendidikan yang telah ditetapkan. Namun upaya untuk memenuhi SNP itu
belum bisa terpenuhi seluruhnya. Masih ada indikator yang belum terpenuhi pada
tahun pelajaran 2022/2023. Dari hasil analisis, beberapa indikator yang belum
terpenuhi adalah:
a. Standar Kompetensi Lulusan
Standar yang pertama adalah Standar Kompetensi Lulusan. Standar ini
berkaitan erat dengan kriteria kemampuan lulusan dari suatu instansi pendidikan.

8
Setiap peserta didik yang lulus dari suatu jenjang pendidikan diharapkan
memiliki kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai dan
sesuai dengan standar yang berlaku. Berikut kondisi nyata yang ada di SMK
Diponegoro Depok:
1) Perlunya peningkatan pada perilaku yang mencerminkan sikap
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkarakter, disiplin,
santun, jujur, peduli, percaya diri, bertanggung jawab, pembelajar
sejati sepanjang hayat serta sehat jasmani dan rohani
2) Belum semua lulusan memiliki pengetahuan faktual, prosedural,
konseptual dan metakognitif
3) Tidak semua lulusan memiliki keterampilan berpikir dan bertindak
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif dan komunikatif
b. Standar Isi
Yang kedua adalah standar isi. Yang diatur dalam standar isi mencakup
komponen materi dan tingkat kompetensi minimal yang dimiliki oleh siswa pada
suatu jenjang pendidikan. Standar isi memuat beberapa hal, yaitu kerangka dasar
dan struktur kurikulum, beban belajar, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), dan kalender akademik. Dengan kata lain, standar isi merupakan standar
yang mengatur materi dan kompetensi dari suatu jenjang pendidikan demi
terwujudnya lulusan yang kompeten. Berikut kondisi nyata yang ada di SMK
Diponegoro Depok:
1) Perlu adanya perbaikan pada perangkat pembelajaran sehingga memuat
karakteristik kompetensi sikap, pengetahuan, keterampilan serta menyesuaikan
tingkat kompetensi siswa dan ruang lingkup materi pembelajaran
2) Belum semua pemangku kepentingan dilibatkan dalam pengembangan
kurikulum dan mengacu pada kerangka dasar penyusunan serta melewati tahap
operasional pengembangan perangkat KTSP
3) Sekolah belum sepenuhnya menyediakan alokasi waktu pembelajaran yang
sesuai struktur kurikulum yang berlaku
4) Sekolah belum sepenuhnya mengatur beban belajar berdasarkan bentuk
pendalaman materi
5) Sekolah belum sepenuhnya menyelenggara-kan aspek kurikulum pada muatan
lokal
6) Sekolah sudah melaksanakan kegiatan pengembangan diri siswa secara teratur
9
dan berkesinam-bungan

c. Standar Proses
Yang ketiga adalah standar proses. Standar proses ini berkaitan dengan proses
pelaksanaan pembelajaran di masing-masing jenjang pendidikan. Dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran, setiap instansi pendidikan harus
melakukannya dengan interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan partisipatif atau
mengikutsertakan peserta didik dalam proses pembelajaran. Berikut kondisi nyata
yang ada di SMK Diponegoro Depok:
1) Perencanaan proses pembelajaran belum sepenuhnya mengacu pada silabus
yang telah dikembangkan, mengarah pada pencapaian kompetensi dan dalam
penyusunan dokumen rencana belum sepenuhnya lengkap dan sistematis
2) Dibutuhkan adanya perbaikan untuk penyempurnaan pelaksanaan
pembelajaran di sekolah
3) Perlukan peningkatan pemantauan proses pembelajaran

d. Standar Penilaian Pendidikan


Standar Nasional Pendidikan yang keempat adalah standar penilaian
pendidikan. Ini mengatur segala hal yang berkaitan dengan prosedur penilaian
pada peserta didik. Penilaian dilakukan untuk mengukur keberhasilan
pemahaman peserta didik dan keberhasilan proses pembelajaran selama ini.
Berikut kondisi nyata yang ada di SMK Diponegoro Depok:
1) Sebagian Aspek penilaian dilakukan sesuai ranah kompetensi
2) Sudah memiliki perangkat teknik penilaian yang obyektif dan akuntabel
3) Sudah sepenuhnya melakukan pelaporan penilaian secara periodik

e. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Yang kelima adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang bertugas untuk mendidik, membimbing,
mengajar, menilai para peserta didik. Sedangkan tenaga kependidikan adalah
semua orang yang terlibat dalam suatu instansi pendidikan, mulai dari kepala
sekolah, tenaga laboratorium, tenaga administrasi dan tata usaha, pustakawan,
pengawas sekolah, dan sebagainya.
Baik pendidik maupun tenaga kependidikan harus memiliki kualifikasi

10
akademik dan kompetensi yang sesuai agar tujuan pendidikan bisa tercapai.
Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah syarat minimal pendidikan yang
harus dimiliki. Tidak hanya kualifikasi akademik, seorang pendidik juga harus
menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Berikut kondisi nyata yang ada di SMK
Diponegoro Depok:
1) Sebagian besar guru berkualifikasi minimal S1
2) Rasio guru kelas terhadap rombongan belajar seimbang
3) Tersedia guru untuk tiap mata pelajaran
4) Sebagian guru memiliki sertifikat pendidik
5) Sebagian tenaga pendidik berkompetensi paedagogik, kepribadian, profesional,
dan sosial minimal baik
6) Kepala sekolah sudah memiliki ijazah S1 linier, berusia sesuai kriteria saat
pengangkatan, memiliki pengalaman mengajar sesuai ketentuan, berpangkat
minimal III C atau setara, sudah bersertifikat kepala sekolah
7) Sudah memiliki kepala tenaga administrasi
8) Belum Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan berkualifikasi sesuai

f. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan


Yang keenam adalah standar sarana dan prasarana. Demi berlangsungnya
proses pembelajaran, setiap instansi pendidikan perlu memiliki sarana dan
prasarana yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran yang
berkelanjutan, teratur, dan juga nyaman. Dalam standar ini, diatur mengenai
sarana dan prasarana yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan. Sarana
pendidikan yang wajib dimiliki meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku atau sumber belajar lainnya, perlengkapan habis pakai, dan
perlengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran.
Prasarana pendidikan yang wajib dimiliki meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan, ruang pendidik, ruang TU, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
kantin, tempat olahraga, tempat ibadah, dan ruangan lain yang diperlukan untuk
kelancaran proses pembelajaran. Berikut kondisi nyata yang ada di SMK
Diponegoro Depok :
1) Belum memiliki ragam prasarana sesuai ketentuan
2) Sekolah memiliki ruang pimpinan, ruang guru, tempat ibadah, jamban, lahan

11
parkir, gudang dan kantin belum sesuai standar

g. Standar Pengelolaan Pendidikan


Yang ketujuh dari 8 standar pendidikan nasional Indonesia adalah standar
pengelolaan. Standar pengelolaan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu standar
pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh pemerintah daerah,
dan standar pengelolaan oleh pemerintah. Berikut kondisi nyata yang ada di SMK
Diponegoro Depok:
1) Dalam mengembangkan rencana kerja sekolah dan ruang lingkup belum
sesuai ketentuan, serta belum melibatkan pemangku kepentingan dalam
perencanaan pengelolaan sekolah
2) Masih perlu adanya peningkatan dalam pengelolaan sekolah, melaksanakan
evaluasi diri dengan menyeluruh, membangun kemitraan dan melibatkan
peran serta masyarakat serta lembaga lain yang relevan
3) Kepala Sekolah berkepribadian dan bersosialisasi dengan baik
4) Kepala Sekolah mengembangkan sekolah dengan baik
5) Sudah memiliki sistem informasi manajemen sesuai ketentuan, akan tetapi
belum dilaksanakan secara maksimal

h. Standar Pembiayaan
Standar Nasional Pendidikan yang terakhir adalah standar pembiayaan.
Proses pendidikan bisa terselenggara karena adanya pembiayaan yang
berkelanjutan. Pembiayaan dalam dunia pendidikan terdiri dari tiga komponen,
yaitu : Biaya investasi Yang termasuk biaya investasi adalah penyediaan sarana
dan prasarana, biaya untuk pengembangan sumber daya manusia, dan biaya untuk
modal kerja tetap. Biaya personal Yang dimaksud dengan biaya personal adalah
biaya yang dibayarkan oleh peserta didik agar bisa mengakses pendidikan secara
berkelanjutan. Biaya operasi Yang termasuk biaya operasi pendidikan adalah gaji
serta tunjangan untuk pendidik dan tenaga kependidikan, perlengkapan habis
pakai, termasuk juga biaya listrik, air, koneksi internet, dan sejenisnya. Kondisi
nyata yang ada di SMK Diponegoro Depok yaitu:
1) Sekolah membebaskan biaya sekolah bagi siswa kurang mampu
2) Perlunya perbaikan dalam pelaporan pengelolaan dana serta laporan yang
lebih terbuka yang dapat diakses oleh pemangku jabatan

12
3. Kondisi Ideal sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan yang ideal ialah yang memiliki standar tinggi dan berkualitas.
Peningkatan kualitas pendidikan berbasis pada sekolah, karena sekolah lebih
mengetahui masalah yang dihadapi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sekolah
berfungsi sebagai unit yang mengembangkan kurikulum, silabus, strategi
pembelajaran, dan sistem penilaian.
Dengan demikian penerapan manajemen berbasis sekolah merupakan usaha
untuk memberdayakan potensi yang ada di sekolah dalam usaha meningkatkan
kualitas pendidikan. Salah satu langkah yang kongkrit peningkatan mutu pendidikan
adalah pemberdayaan sekolah agar mampu berperan sebagai subyek penyelenggara
pendidikan dengan menyajikan pendidikan yang bermutu. Sekolah diberi kewenangan
dan peran yang luas untuk merancang dan melaksanakan pendidikan sesuai dengan
potensi dan kondisinya masing-masing dengan tetap mengacu pada standar minimal
yang ditetapkan pemerintah melalui Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Standar Nasional Pendidikan (SNP) di Indonesia telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
2022 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan merupakan kunci untuk
mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan adalah
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Cakupan SNP terdiri dari 8 (delapan) standar, yaitu: (i)
standar kompetensi lulusan; (ii) standar isi; (iii) standar proses; (iv) standar penilaian
pendidikan; (v) standar tenaga kependidikan; (vi) standar sarana dan prasarana; (vii)
standar pengelolaan; dan (viii) standar pembiayaan.
Sekolah harus menyusun dan melaksanakan program pemenuhan SNP yang
realistis dan sesuai kondisi nyata (berdasarkan hasil analisis konteks) dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia baik di dalam maupun di luar
sekolah, melalui berbagai strategi antara lain:
1. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan dapat dilaksanakan melalui
pemetaan kompetensi satuan pendidikan, SKL kelompok mapel dan SKL mata
pelajaran (keterkaitannya dengan KI dan KD); memanfaatkan hasil Asessmen
Nasional dan Ujian yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan dalam

13
penyusunan program perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan mutu
lulusan.
2. Pemenuhan Standar Isi dapat dilaksanakan melalui pengembangan dan
pemberlakuan KTSP sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berlaku;
mensosialisasikan KTSP baik internal maupun eksternal; mengevaluasi dan
memvalidasi dokumen KTSP secara periodik.
3. Pemenuhan Standar Proses dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas dan
kelengkapan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP dan bahan Ajar);
optimalisasi sarana prasarana dan lingkungan yang tersedia baik di dalam
maupun di luar sekolah dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran;
optimalisasi pengawasanproses pembelajaran; dan tindak lanjut perbaikan
pelaksanaan pembelajaran secara periodik.
4. Pemenuhan Standar Penilaian melalui peningkatan kualitas dan kelengkapan
perangkat penilaian; melaksanakan dan mengelola hasil penilaian peserta didik
sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berlaku;penyampaian hasil
penilaian peserta didik kepada orang tua dan pihak lain yang berkepentingan.
5. Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikandapat dilaksanakan
melalui pemberdayaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada,
peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, pemanfaatan
sumber daya manusia yang ada di luar sekolah (kerjasama dengan instansi
lain), serta pengusulan mutasi antar sekolah dan atau pengangkatan guru yang
dibutuhkan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi.
6. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana dapat dilaksanakan melalui
optimalisasi penggunaan, pemeliharaan dan perawatan sarana yang ada,
penghapusan atau hibah ke sekolah lain yang memerlukan dan atau
penambahan sarana prasarana baru.
7. Pemenuhan Standar Pengelolaan dapat dilaksanakan melalui optimalisasi
seluruh sumber daya yang ada di sekolah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sesuai kewenangan sekolah; menerapkan prinsip manajemen
berbasis sekolah dalam keseluruhan proses pengelolaan sekolah; penyusunan,
pelaksanaan dan evaluasi program kerja; melaksanakan validasi/perbaikan
program kerja secara periodik; meningkatkan peran serta para pembina mulai
dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, pusat dan atau masyarakat dalam
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.

14
8. Pemenuhan Standar Pembiayaan di setiap satuan pendidikan dapat
dilaksanakan melalui optimalisasi seluruh dana yang diterima oleh sekolah
baik melalui dana BOS, BOSDA maupun dana komite; pengelolaan
pembiayaan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
Ada pun usaha dan upaya pemerintah untuk membantu meningkatkan
pendidikan Indonesia agar lebih dekat dengan kondisi ideal. Dengan
memeberikan bantuan-bantuan dalam pos pendidkan untuk meringankan biaya
sekolah, mengalokasikan 20% untuk bidang pendidkan. Kualitas guru juga
ditingkatkan dengan berbagai pelatihan untuk menambah kemampuan guru dalam
menyampaikan mata pelajaran ke siswa-siswinya. Pemerintah juga melakuakn
pemetaan kondisi pemdidikan di setiap provinsi Indonesia. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui kondisi pendidikan di setiap wilayah agar standar pelayanan
dan standar nasional pendidikan tercapai.

4. Potensi dan Karakteristik SMK Diponegoro Depok


SMK Diponegoro Depok merupakan salah satu sekolah swasta dan memiliki
potensi dan karakteristik yang dapat dijadikan modal dalam pengembangan mutu
pendidikan. Potensi dan karakteristik SMK Diponegoro Depok adalah sebagai
berikut:
a. Lingkungan masyarakat yang agamis karena di lingkungan pondok pesantren
memberikan peluang yang besar terbinanya siswa dan guru dalam perubahan
kearah pengamalan nilai-nilai agama Islam Ahlussunah Wal jama’ah Annahdliyah.
b. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME, berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, percaya diri, bertanggung jawab,
pembelajar sejati sepanjang hayat, sehat jasmani dan rohani diantaranya ada
program Baca Tulis Al-qur’an, sholat dhuha dan dzuhur berjama’ah.
c. Kehidupan beragama di SMK Diponegoro Depok berkembang kepribadian
maupun pembinaan keimanan dan ketaqwaan, yang melahirkan siswanya minimal
lulusan SMK Diponegoro Depok dapat membaca Al-Qur’an dengan benar;
d. Memiliki pengetahuan faktual, prosedural, konseptual, metakognitif
e. Menyediakan alokasi waktu pembelajaran sesuai struktur kurikulum yang berlaku
f. Sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan
g. Pengawasan dan penilaian otentik dilakukan dalam proses pembelajaran
h. Aspek penilaian sesuai ranah kompetensi

15
i. Teknik penilaian obyektif dan akuntabel
j. Kepala sekolah sudah memiliki ijazah S1 linier, berusia sesuai kriteria saat
pengangkatan, memiliki pengalaman mengajar sesuai ketentuan
k. Ketersediaan dan kompetensi tenaga administrasi
l. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap dan layak
sesuai standar Industri
m. Manajemen pengelolaan yang bersinergi dengan kebijakan Yayasan Pondok
Pesantren Pangeran Diponegoro dan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU,
memungkinkan semakin kuatnya arah pendidikan
n. Sinergitas SMK Diponegoro Depok dengan Yayasan Pondok Pesantren Pangeran
Diponegoro memberikan nilai positif bagi sekolah dan lulusannya
o. SMK Diponegoro Depok merupakan sekolah berbasis pesantren. Terdapat
beberapa pertimbangan yang menjadi alasan perlunya mendirikan SMK dalam
pondok pesantren Pangeran Diponegoro
1) Pesantren sebagai salah satu pendidikan khas Indonesia atau Indigenous,
memiliki potensi besar untuk dapat mencetak kader-kader yang memiliki
kemandirian, moralitas, dan daya juang yang tinggi.
2) Pendidikan yang dilaksanakan di pesantren menggunakan sistem full day. Mulai
dari bangun tidur sampai tidur lagi di malam hari semuanya telah terjadwal.
Watak kemandirian akan di peroleh di pesantren, karena di pesantren para santri
mengtur hidupnya secara mandiri. Di rumah, santri memiliki orang tua yang
mengurus segala keperluan anaknya. Di pondok pesantren, santri harus
mengurusnya secara mandiri. Mulai dari keperluan keuangan, kesehatan,
pengaturan jadwal belajar dan istirahat, dan lain sebagainya.
3) Pendidikan di SMK Diponegoro memiliki program Tahfidz, dimana siswa pada
pembelajaran BTAQ akan diberikan target khusus dalam menghafalkan Al-
qur’an. Siswa yang masuk pada kelas Tahfidz tergolong siswa yang sudah
lancar membaca Al-qur’an.
4) Moralitas santri akan terwujud dari sistem yang telah terbangun di pondok
pesantren. Pendidikan karakter tersebut setidaknya diperoleh dengan berbagai
cara, antara lain: (1) ajaran agama yang setiap hari diperdengarkan di
lingkkungan ppesantren; (2) ritual peribadatan yang menjadi sebuah budaya,
baik dilakukan secara individual maupun secara berjamaah; (3) keteladanan dari

16
figur-figur sentral di pesantren; (4) aturan-aturan (tata tertib) pesantren yang
sebenarnya merupakan pengejawantahan dari aturan-aturan ajaran islam.
5) Tambahan mandiri belajar
Dari paparan di atas, tampak bahwa pendidikan kejuruan yang berbasis pesantren,
menjadikan SMK Diponegoro Depok tidak hanya membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan ketrampilan, namun juga membentengi peserta didik dengan akhlak
yang berlandaskan ahlussunah wal jama’ah annahdliyah. Dengan demikian, SMK
Diponegoro Depok tidak hanya berfokus pada transfer of Knowledge, namun juga
transfer of values.

B. Landasan
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum SMK Diponegoro Depok
menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari
kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya, untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Seperti filosofi Ki Hajar Dewantara yang terdiri
dari tiga hal yaitu Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri
Handayani. Berangkat dari tujuan pendidikan yang sampaikan oleh Ki Hajar diatas
dapat pula kita simpulkan bahwa pendidikan hendaknya mampu mencetak generasi
yang tidak saja pintar, berilmu melainkan juga peduli pada lingkungan
masyarakatnya. masyakat menjadi tempat kembali peserta didik yang telah dididik
guru disekolah. untuk itu guru harus mampu juga membekali peserta didik untuk
kembali hidup dimasyarakat. Pendidikan budi perkerti hal penting sebagai bekal
peserta didik karena nilai manusia terletak pada budi pekertinya tersebut. Kurikulum
SMK Diponegoro Depok dikembangkan dengan pedoman filosofi di atas, yaitu
sebagai berikut:
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa
masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013
dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan
untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi
kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik
untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini
mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk

17
mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum.
Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,
Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan
bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang
yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah
sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik.
Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional
dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang
dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang
ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis
serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir
rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan
keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga,
diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial
di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah
pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum
memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih
baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan
berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun
kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir

18
reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun
kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
e. Lembaga Pendidikan Ma’arif NU merupakan lembaga paling strategis untuk
mewujudkan semangat “al-muhaafazhah 'ala qadiimish shaalih wal akhdz bil
jadiidil ashlah” (melestarikan hal terdahulu yang baik dan menerapkan hal baru
yang lebih baik). Melalui pendidikan, khazanah dan paham keagamaan serta upaya
penguatan umat dapat dilakukan secara berkesinambungan dari generasi ke
generasi.
Dengan demikian, Kurikulum SMK Diponegoro Depok menggunakan
filosofi sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta
didik dalam beragama, seni, kreativitas,berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi
inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat,
bangsa dan umat manusia sesuai dengan ajaran ahlussunah waljama’ah
annahdliyah.
2. Landasan Sosiologis
Kurikulum SMK Diponegoro Depok dikembangkan atas dasar adanya
kebutuhan akan perubahan rancangan proses pendidikan dalam rangka memenuhi
dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam
tujuan pendidikan nasional yang disinergikan dengan tujuan pendidikan pesantren di
Yayasan Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro, Depok Sleman. Dewasa ini
perkembangan pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena
berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu
pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum secara terus
menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan
perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian keluaran pendidikan akan
mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya membangun masyarakat
berbasis pengetahuan (knowledge-based society).
Namun, pada masa pandemi covid-19 ini bergesernya perilaku masyarakat
dari manual menjadi digital dari segi positifnya dapat mempermudah menyelesaikan
urusan masyarakat . Begitupula pada pendidikan dalam mengases pengetahuannya
siswa dapat mengakses kapanpun dari rumah tidak terbatas seperti yang dilakukan di
sekolah. Perubahan perilaku ini bukan tanpa dampak negatif. Salah satunya adalah

19
nilai sosial antar siswa menjadi berkurang dikarenakan jarang adanya interaksi secara
langsung diantara mereka.

3. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum SMK Diponegoro Depok dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan
perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik
beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik
transformatif yang disinergikan dengan model pendidikan pesantren di Yayasan
Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro, Depok Sleman. Konsepsi ini menuntut
bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik
sesuai dengan perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis
sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi
prioritas dalam merancang kurikulum untuk jenjang pendidikan menengah khususnya
SMK.
Oleh karena itu implementasi pendidikan di SMK Diponegoro Depok lebih
menekankan pada ketrampilan, menekankan pada proses pembangunan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik melalui berbagai pendekatan yang
mencerdaskan dan mendidik serta memberi bekal ketrampilan kerja yang sesuai
dengan ajaran ahlussunah wal jama’ah annahdliyah. Penguasaan substansi mata
pelajaran tidak lagi ditekankan pada pemahaman konsep yang steril dari kehidupan
masyarakat melainkan pembangunan pengetahuan melalui pembelajaran otentik.
Dengan demikian kurikulum SMK Diponegoro Depok dalam implementasi
proses pembelajarannya mencerminkan muatan pengetahuan sebagai bagian dari
peradaban manusia, juga mewujudkan proses pembudayaan peserta didik sepanjang
hayat berdasarkan nilai-nilai pendidikan ahlussunah waljam’ah annahdliyah.

4. Landasan Teoritis
Kurikulum SMK Diponegoro Depok dikembangkan atas teori “pendidikan
berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar
menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang
dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis

20
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas- luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum SMK Diponegoro Depok menganut; (1) pembelajaan yang
dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar
seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

5. Landasan Yuridis
a. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia;
c. PP Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
d. PP Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan
e. PP Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2021
f. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
Dalam Pembangunan Nasional
g. Permendikbud Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP pada Pendidikan Dasar
dan Menengah
h. Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler
Pendidikan Dasar dan Menengah
i. Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan
sebagai Ekstrakurikuler Wajib
j. Permendikbud Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan Pendidikan
Menengah
k. Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Implementasi Mulok
Kurikulum 2013
l. Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling
pada Pendidikan Dasar dan Menengah

21
m. Permendikbud No. 159 Tahun 2014 tentang Evaluasi Kurikulum
n. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
o. Pemendikbud No. 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Menengah
p. Permen Perindustrian Nomor 3/M-Ind/D/PER/1/ 2017 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengembangan SMK Berbasis Kompetensi yang Link and
Match
q. Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas
r. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
s. Permendikbud Nomor 50 Tahun 2020 tentang Praktik Kerja Lapangan Bagi
Peserta Didik
t. Permendikbudristek Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah
u. Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang
Pendidikan Menengah
v. Permendikbudristek Nomor 16 Tahun 2022 Tentang Standar Proses Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang
Pendidikan Menengah
w. Permendikbudristek Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Standar Proses Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Menengah
x. Kepmendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022 Tentang Standar Pendidikan
Guru
y. Permendikbudristek Nomor 18 Tahun 2023 Tentang Standar Pembiayaan Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang
Pendidikan Menengah
z. Permendikbudristek Nomor 22 Tahun 2023 Tentang Standar Sarana dan
Prasarana Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah
aa. Kepmendikbudristek Nomor 262/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan
Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran

22
bb. Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 tahun 2019 tentang Penyederhanaan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
cc. Surat Edaran Mendikbud Nomor 01 tahun 2021 tentang Peniadaan Ujian
Nasional dan Ujian Kesetaraan Serta Pelaksanaan Ujian Sekolah dalam Masa
Darurat Penyebaran Covid-19
dd. Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 06/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum
Keahlian SMK/MAK
ee. Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 07/D.D5/KK/2018 tentang Struktur
Kurikulum SMK/MAK
ff. Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 464/D.D5/KR/2018 tentang Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan Nasional (A), Muatan
Kewilayahan (B), Dasar Bidang Keahlian (C1), Dasar Program Keahlian (C2)
dan Kompetensi Keahlian (C3)
gg. Peraturan Daerah DIY Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Penanggulangan
Bencana
hh. Peraturan Daerah DIY Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Budaya
ii. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 54 Tahun 2011
tentang Pendidikan Etika Berlalu Lintas Pada Satuan Pendidikan
jj. Peraturan Gubernur DIY Nomor 68 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan
Nilai-nilai Luhur Budaya dalam Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
kk. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 64/KEP/2013
tentang Mata Pelajaran Bahasa Jawa Sebagai Muatan Lokal Wajib di Sekolah
ll. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 66/KEP/2013
tentang Kurikulum Pendidikan Berbasis Budaya
mm. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 109 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Kesehatan Reproduksi Remaja
nn. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY Nomor
10297 Tahun 2020 tentang Standar Pengelolaan SMA, SMK, dan SLB di DIY
oo. Peraturan Kepala Dinas Dikpora DIY Nomor 1320 tentang Pedoman
Penyusunan Kalender Pendidikan bagi Satuan Pendidikan DIY Tahun
Pelajaran 2023/2024
pp. Peraturan Kepala SMK …... Nomor ……… tentang Penyusunan Kalender
Pendidikan bagi SMK …... Tahun Pelajaran 2023/2024

23
C. Tujuan Pengembangan KTSP
Tujuan pengembangan Kurikulum SMK Diponegoro Depok antara lain:
1. Sebagai pedoman belajar peserta didik dalam menerapkan ajaran agama berdasarkan
keimanan dan ketakwaan, mengembangkan diri berdasarkan ilmu dan pengalaman
belajar yang diperoleh, hidup rukun berdasarkan nilai-nilai sosial dan hidup mandiri
berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dipelajari
2. Sebagai perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman bagi sekolah dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik memiliki kesempatan belajar untuk;
a. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
b. Memahami dan menghayati ajaran ahlussunah wal jama’ah annahdliyah.
c. Mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif.
d. Hidup bersama dan berguna untuk orang lain
e. Membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan
3. Sebagai dokumen tertulis agar bisa dijadikan pedoman bagi pendidik dan tenaga
kependidikan dalam mengembangka kompetensi peserta didik sesuai dengan potensi
daerah dan sumber daya yang dimiliki
4. Sebagai pedoman pendidikan dalam memberikan layanan kepada masyarakat sesuai
dengan potensi daerah dan sumber daya yang dimiliki.
5. Sebagai pedoman semua kegiatan di SMK Diponegoro Depok Tahun Pelajaran
2022/2023

D. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Pengelolaan KTSP


Kurikulum SMK Diponegoro Depok sebagai perwujudan dari kurikulum
pendidikan menengah kejuruan dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah, dibawah koordinasi dan supervisi
dinas pendidikan provinsi mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta
berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP. Dengan
demikian, kurikulum SMK Diponegoro Depok dikembangkan berdasarkan prinsip-
prinsip berikut :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.

24
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Peserta didik memiliki posisi
sentral, berarti segala kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangakan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan
tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status
sosial, ekonomi dan jender.
Kurikulum meliputi substansi kompenen muatan wajib kurikulum, muatan
lokal dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
3. Tanggap terhadap perkembang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu semengat dan isi
kurikulum harus memberikan kegiatan pembelajaran peserta didik untuk mengikuti
dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha/industri
dan dunia kerja. Oleh karena itu, upaya pengembangan keterampilan pribadi,
ketrampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik dan keterampilan
vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Sustandi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan atar semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat

25
Kurikulum diarahkan kepada proes pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan
informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memperdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

8. Pelaksana Implementasi kurikulum merdeka melalui jalur mandiri


Dalam Kurikulum Merdeka, pendidikan berpatokan pada esensi dari belajar,
di mana setiap anak memiliki bakat dan minatnya masing-masing. Kurikulum
Merdeka merupakan pilihan yang bisa digunakan sekolah agar efektif memitigasi
ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19. Kurikulum merdeka yang
sebelumnya disebut kurikulum prototipe dikembangkan sebagai kerangka kurikulum
yang lebih fleksibel, berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan
kompetensi murid. Untuk mendukung pemulihan pembelajaran akibat pandemi
Covid-19 yang memunculkan learning loss, Kurikulum Merdeka mempunyai
karakteristik sebagai berikut.
Pertama, pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan
karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Kedua, fokus pembelajaran pada materi
esensial akan membuat pembelajaran lebih mendalam bagi kompetensi dasar seperti
literasi dan numerasi. Ketiga, guru menjadi lebih fleksibel melakukan pembelajaran
berdiferensiasi sesuai kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan
konteks dan muatan lokal.
Berdasarkan keputusan kepala badan standar, kurikulum, dan assesmen
pendidikan kementrian pendidikan, kebudaayaan, riset, dan teknologi Nomor
025/H/2022, SMK Diponegoro Depok ditetapkan menggunaakan kurikulum merdeka
melalui jalur mandiri belajar pada tahun ajaran 2022/2023. Pada kurikulum Mandiri
Belajar (IKM 1) perlu mempersiapkan diri dengan menerapkan beberapa bagian dan

26
prinsip Kurikulum Merdeka, dengan tetap menggunakan Kurikulum 2013 atau
Kurikulum 2013 yang disederhanakan.
Beberapa program yang mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)
di SMK Diponegoro diantaranya menerapkan salah satu prinsip Implementasi
Kurikulum Merdeka yaitu Pembelajaran Berorientasi Pada Masa Depan yang
Berkelanjutan. Pada prinsip ini di SMK Diponegoro depok menerapkan untuk seluruh
guru perlu melakukan beberapa hal sebagai berikut:
a. Umpan balik yang terus menerus dari pendidik untuk peserta didik maupun dari
peserta didik untuk peserta didik lainnya.
b. Pembelajaran yang membangun pemahaman bermakna dengan memberi
dukungan lebih banyak di awal untuk kemudian perlahan melepas sedikit demi
sedikit dukungan tersebut untuk akhirnya menjadi pelajar yang mandiri dan
merdeka.
c. Pendidik melakukan berbagai inovasi terhadap metode dan strategi
pengajarannya.
d. Mengajarakan keterampilan abad 21.

27

Anda mungkin juga menyukai