Anda di halaman 1dari 3

Perbandingan Penilaian Antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum

Merdeka Belajar
Disusun oleh:
Qothrun Nada Salsabela (21204065)
Defy Okta Viani (21204085)
Della Renaningtyas (21204089)

Negara Indonesia selalu berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Hal


ini juga sejalan dengan stemple bahwa Indonesia merupakan negara berkembang.
Perkembangan tersebut diusahakan ada di segala bidang, salah satunya dibidang
pendidikan. Salah satu perkembangan di bidang pendidikan adalah dengan adanya
berbagai inovasi kurikulum pendidikan yang telah ada di Indonesia. Berdasarkan UU No
20 Tahun 2003, kurikulum pendidikan diartikan sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Lalu, inovasi dapat diartikan sebagai proses pengembangan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan atau dapat juga memperbaiki dari
produk lama ke produk baru, produk baru tersebut tentunya yang memberikan
peningkatan nilai yang signifikan.
Dari berbagai kurikulum yang telah diterapkan di Indonesia, salah satunya adalah
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya. Perubahan kurikulum tersebut bukan tanpa alasan. Hal tersebut didasarkan
pada perubahan dunia yang begitu cepat diberbagai bidang, termasuk pendidikan. Jadi,
perubahan kurikulum yang ada disesuaikan dengan kebutuhan dunia secara global.
Tidak sampai disitu saja, kurikulum pendidikan di Indonesia teruslah berkembang
hingga yang baru-baru ini diluncurkan secara resmi oleh Medikbudristek Nadiem
Makarim pada Februari 2022 adalah Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum Merdeka
Belajar merupakan gagasan dalam transformasi pendidikan di Indonesia sebagai upaya
untuk mencetak generasi masa depan yang unggul. Hal ini sejalan dengan program yang
ada dalam kurikulum Merdeka Belajar, yaitu untuk menggali potensi para pendidik dan
peserta didik dalam berinovasi meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Mulanya,
Kurikulum Merdeka Belajar diuji pada beberapa Sekolah Penggerak pilihan. Kemudian
untuk saat ini, Kurikulum Merdeka Belajar dikembangkan untuk diterapkan di seluruh
sekolah yang ada di Indonesia, asalkan sekolah tersebut sudah memiliki kesiapan akan
perubahan ini.
Perubahan Kurikulum 2013 menjadi kurikulum Merdeka Belajar merupakan
usaha pemerintah atas keluh kesah guru dalam implementasi kurikulum 2013 dalam hal
penyusunan RPP, implementasi pembelajaran saintifik dan penilaian pembelajaran.
Ketiga permasalah yang dialami guru tersebut sangatlah krusial, namun yang disoroti
disini adalah kasus kesulitan guru dalam penilaian pembelajaran. Berdasarkan
Permendikbud No 23 Tahun 2006 penilaian dapat diartikan sebagai proses yang
dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan
dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
peserta didik. Jadi, jika guru mengalami kesulitan dalam hal penilaian, maka akan
kesulitan juga untuk mengetahui kemajuan dan perbaikan hasil belajar.
Selanjutnya, terdapat perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum
Merdeka Belajar. Pada kurikulum 2013, istilah Kompetensi menjadi KI (Kompetensi Inti)
dan KD (Kompetensi Dasar). Kompetensi Dasar yang berupa lingkup dan urutan,
dikelompokkan pada empat Kompetensi Inti, yaitu kompetensi inti-1 (KI-1) untuk
kompetensi inti sikap spiritual, Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap
sosial, Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, dan Kompetensi
Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penilaian dalam kurikulum 2013 lebih
menyeluruh, karena terdapat penilaian formatif dan sumatif yang berfungsi untuk
memantau kemajuan belajar, hasil belajar dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan, serta menguatkan pelaksanaan penilaian
autentik pada setiap mata pelajaran. Tetapi, hal tersebut berbanding terbalik dengan
materi yang disajikan dalam kurikulum 2013. Pada buku tema siswa dan guru, materi
yang ada terkesan sedikit sehingga guru dan siswa harus memperdalam materi itu dari
berbagai sumber lain. Hal tersebut membuat guru kesulitan dalam penilaiannya, karena
banyak rubrik penilaian yang harus dibuat dan lembar penilaian yang harus terisi.
Sementara, fasilitas dan sumber daya ke hal tersebut masih terbatas.
Sedangkan penilaian pada kurikulum Merdeka Belajar, antara lain penilaian untuk
pembelajaran, yaitu asesmen diagnostic, asesmen formatif, dan asesmen sumatif. Untuk
saat ini penilaian mengacu kepada proses pembelajaran, yaitu penilaian formatif. Bentuk
Penilaiannya sama seperti Kurikulum 2013 dengan skala 1 sampai 100 mengisi rubrik
berkenaan dengan penilaian sikap A, B, C, D atau skor 1, 2, 3, 4 dengan tingkatan
indikator yang berbeda. Selain itu penilaian lebih ditekankan di proyek, karena
pembelajarannya berbasis proyek yang mendukung pengembangan karakter dan
kompetensi Profil Pelajar Pancasila. Penilaian untuk mata pelajaran, ada yang dipangkas,
contoh dua mata pelajaran disatukan antara IPA dan IPS menjadi IPAS atau SBdP hanya
terfokus pada satu keterampilan untuk dikembangkan di sekolah. Selain itu, sumber
belajar dalam bentuk modul ajar sudah disediakan oleh pemerintah berupa link-link yang
terhubung ke google maupun youtube.
Selanjutnya, pada kurikulum Merdeka Belajar akan mengenal istilah Capaian
Pembelajaran. Capaian Pembelajaran ini sering dianggap seperti KKM. Selain itu,
terdapat fase dalam kurikulum Merdeka Belajar, seperti fase Fondasi (akhir PAUD), fase
A (kelas 1 dan 2), fase B (kelas 3 dan 4), fase C (kelas 5 dan 6), fase D (kelas 7 sampai
9), fase E (kelas 10) dan fase F (kelas 11 sampai 12). Dengan menggunakan fase, capaian
pembelajaran tidak harus ditempuh dalam waktu satu tahun, yang berarti memberikan
kelonggaran waktu cukup banyak untuk memperdalam materi. Dalam hal ini tentunya
berdampak pada maksimalnya hasil penilaian. Kemudian, penilaiannya lebih sederhana
karena tidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Dari pemaparan diatas, kurikulum Merdeka Belajar merupakan penyempurnaan
dari kurikulum 2013. Peserta didik tidak hanya duduk lalu pulang, tetapi juga memahami
makna dari belajar yang sesungguhnya. Penilaian yang lebih sederhana dan jauh dari kata
rumit membuat guru mudah mengimplementasikan kurikulum Merdeka Belajar, sehingga
sistem pembelajaran dan penilaiannya akan lebih maksimal. Selain itu, kurikulum
Merdeka Belajar jauh lebih siap dalam hal fasilitas seperti sumber belajar dan lain-lain.
Kemudian, sistem pembelajaran yang dibuat berfase-fase, diharapkan mampu mengejar
ketertinggalan materi saat pandemi covid-19.

DAFTAR PUSTAKA
Angga, dkk. “Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka di
Sekolah Dasar”. Jurnal Basicedu, (2022), Vol. 6: 5877-5889.
https://pmpk.kemdikbud.go.id/assets/docs/UU_2003_No_20__Sistem_Pendidikan_Nasi
onal.pdf
Suryaman, Maman. “Orientasi Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar”. Prosiding
Seminar Daring Nasional: Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar, (Oktober,
2020), 13-28.

Anda mungkin juga menyukai