Anda di halaman 1dari 18

BIAYA PENDIDIKAN DI SMK RAKSANAN 2 MEDAN

Mini Riset
TAHUN PELAJARAN 2019/2020”

Disusun Guna Mememenuhi Tugas Kuliah


BIAYA PENDIDIKAN DI YP RAKSANA MEDAN

“Perencanaan dan Kebijakan Biaya Pendidikan”

Dosen Pengampu: Dr. Suyatmini

NAMA MAHASISWA NIM

SYAHRIL SINAGA 8186166015

KELAS/Semester I B/GENAP

DOSEN PENGAMPU : Dr. M. Nasir, M.Si

MATA KULIAH : Ekonomi Pendidikan

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN EKONOMI


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telh melimphkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan mini riset yang berjudul
“Biaya Pendidikan di Yayasan Pendidikan Raksana medan” dengan baik. Penulis tidak
akan dapat menyelesaikan mini riset ini tanpa bantuan dari beberapa pihak. Pada
kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada: Dr.
M. Nasir, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Pendidikan, atas kesabaran
dan ketelitian dalam memberikan bimbingan arahan dan petunjuk serta saran sehingga
dapat terselesaikan mini riset ini.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan mini riset ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu per satu, mudah mudahan apa yang diberikan selama ini
mendapatkan pahala dari Allah SWT

Semoga bantuan dan amal yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan mini riset ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
diperlukan penulis demi kesempurnaan mini riset ini. Semoga mini riset ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, 22 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang...................................................................................................... 1

Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

Tujuan Penelitian .................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori .......................................................................................................... 6

Konsep Pembiayaan Pendidikan ..........................................................................

Biaya Pendidikan ..................................................................................................

Dampak Mahalnya Biaya Pendidikan ..................................................................

Pendidikan Gratis .................................................................................................

Metode .................................................................................................................

Tempat Penelitian .................................................................................................

Waktu Penelitian ..................................................................................................

BAB III HASIL PENELITIAN

Hasil Penelitian Mini Riset ...................................................................................

BAB IV PENUTUP

Simpulan ...............................................................................................................

Saran .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Administrasi biaya pendidikan di sekolah dipegang oleh seorang bendahara yang


bertanggungjawab membagi biaya pendidikan yang didapatkan dari pemerintah maupun
dari sumbangan dan majlis. Dalam administrasi pendidikan hal yang sangat penting juga
yang tidak bisa di hilangkan adalah hal pembiayaan pendidikan. Pembiayaan sangat
berkaitan sekali dengan uang. ini jelas tidak bisa dihindari mengingat pendidikan
merupakan benda ekonomi yang langka, dan uang merupakan salah satu yang perlu
dikorbankan untuk mendapatkanya.Uang dipandang ibarat darah dalam tubuh manusia
yang mati hidupnya ditentukan oleh sirkulasi darah dalam tubuh. Pendidikan tidak akan
berjalan tanpa adanya biaya atau uang.

Salah satu reformasi kebijakan pendidikan yang sedang digembor-gemborkan saat ini
beberapa tahun terakhir adalah biaya pendidikan gratis. Penghapusan biaya sekolah di
negara-negara maju di mana murid dan orang tua telah dibebaskan untuk biaya tersebut.
Sejalan dengan tujuan Pendidikan untuk Semua (PUS), organisasi internasional dan
pemerintah nasional di negara-negara Afrika Sub-Sahara telah bergabung bersama untuk
meningkatkan akses ke sekolah dengan penghapusan biaya dan kontribusi wajib lainnya.
Logika untuk perubahan kebijakan jelas: Jika biaya sekolah terlalu tinggi, orang tua miskin
tidak akan mengirim anak-anak mereka ke sekolah; Oleh karena itu, penghapusan biaya
wajib akan menurunkan biaya pendidikan dan meningkatkan jumlah anak di sekolah.
Memang, beberapa penelitian menunjukkan bahwa penghapusan baru-baru ini biaya
sekolah di Afrika Timur adalah alasan untuk peningkatan pesat dalam pendaftaran sekolah
dasar (Glewwe & Zhao, 2005; Dana Moneter Internasional dan Asosiasi Pembangunan
Internasional [IMF & IDA], 2001, 2004 ). EFA juga telah digembar-gemborkan era baru
bagi pendidikan anak perempuan di Afrika, dengan perhatian global diarahkan menebus
kesenjangan gender dalam pendaftaran dan pencapaian melalui penurunan biaya sekolah
terkait dan mekanisme lainnya (Bloch, Beoku-Betts, & Tabachnick, 1998; Sarnoff 1999).

Kebijakan pendidikan gratis jelas tidak membebankan kekurangan biaya tersebut


kepada masyarakat (orang tua). Alternatifnya hanya dua, yaitu dipenuhi oleh pemerintah
(pemda) atau dibiarkan tanpa satu pihak pun yang menutupnya. Jika pemda yang akan

1
menutup kekurangan biaya di sekolah berarti diperlukan alokasi APBD sesuai dengan
jumlah murid.

Jika pemda tidak mau (atau tidak mampu) mengalokasikan anggaran yang diperlukan
dan tetap konsisten dengan kebijakan pendidikan gratis, itu artinya sekolah dibiarkan untuk
beroperasi dengan dana yang lebih rendah dari kebutuhannya. Berarti pula sekolah tidak
akan mampu memberikan pelayanan kepada siswa sesuai standar.

Dalam buku Panduan BOS Tahun 2007 dinyatakan bahwa pemda tetap harus
mengalokasikan APBD-nya untuk keperluan operasional sekolah. Selain itu, BOS masih
memperbolehkan sekolah untuk menerima sumbangan dari orangtua yang mampu. Yang
dengan tegas harus “gratis” adalah bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu.
Secara implisit, hal itu menunjukkan bahwa pengelola BOS menyadari dana BOS
sebenarnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional di sekolah. Meskipun
demikian, tidak semua orang menyadari hal itu.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa berbagai “model” kebijakan pembiayaan


pendidikan di daerah. Pertama, pemda menganggap BOS tidak cukup, sehingga
mengalokasikan dana APBD dalam jumlah cukup besar sebagai “pendamping BOS”,
kemudian menggratiskan pendidikan.

Suatu sekolah memiliki tenaga kependidikan yang berkualitas dengan jumlah yang
memenuhi memerlukan biaya untuk penggajian, pelatihan serta kegiatan peningkatan
kualitas mutu pendidik. Selain itu untu memajukan kualitas pendidikan di YP Raksana
Medan juga memerlukan sarana dan rasarana yang memadai. Oleh karena itu manajemen
Pembiayaan dalam lembaga pendidikan berbeda dengan manajemen pembiayaan
perusahaan yang berorientasi profit atau laba. Organisasi pendidikan dikategorikan sebagai
organisasi publik yang nirlaba (non profit). Oleh karena itu, manajemen pembiayaan
memiliki keunikan sesuai dengan misi daan karakteristik pendidikan.

B. Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas , maka dapat ditarik rumusan masalah
“Bagaimana implementasi biaya pendidikan gratis untuk siswa/i yang berprestasi di YP
Raksana Medan”

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari mini riset ini adalah untuk
mengetahui implementasi biaya pendidikan gratis untuk siswa/i yang berprestasi di YP
Raksana Medan.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
Konsep Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan dapat diartikan sebagai kajian tentang bagaimana pendidikan


dibiayai, siapa yang membiayai serta siapa yang perlu dibiayai dalam suatu proses
pendidikan[1]. Pengertian ini mengandung dua hal yaitu berkaitan dengan sumber
pembiayaan pendidikan dan alokasi pembiayaan pendidikan. Thomas John (1958:20) juga
mengungkapkan dalam konsep pendidikan sedikitnya ada tiga pertanyaan yang terkait
didalamnya yaitu bagaimana uang diperoleh untuk membiayai lembaga pendidikan,
darimana sumbernya, dan untuk apa/siapa dibelanjakan.

Dalam “George Psacharopoulus” C. Benson mengungkapkan bahwa pembiayaan


pendidikan menekankan pada distribusi sumber-sumber agar pendidikan mencapai hasil
yang telah ditetapkan. Ada tiga kriteria yang digunakan untuk menilai sistem pembiayaan
pendidikan yaitu (1) adekuasi (kecukupan) ketersediaan sumber daya untuk layanan
pendidikan, (2) efisiensi dalam distribusi sumber pendidikan, dan (3) pemerataan dalam
distribusi sumber-sumber pendidikan.

Dalam beberapa literatur ekonomi pendidikan pembahasan mengenai pembiayaan


pendidikan lebih mengacu kepada pada pembiayaan formal yaitu sekolah, hal ini tentu
memerlukan pembatasan mengenai pendidikan, sebab kalau tidak maka pembiayaan
pendidikan mesti juga mencakup pendidikan nonformal, padahal jalur pendidikan ini sulit
ditata dengan prinsip manajemen modern. Untuk ini pada makalah ini pembiayaan
pendidikan dipandang sebagai pembiayaan pendidikan formal.

Menurut levin (1987), pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan
sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah
diberbagai wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Pembiayaan
sekola ini berkaitan dengan bidang politik pendidikan dan program pemerintah, serta
administrasi sekolah. Dalam pembiayaan sekolah tidak ada pendekatan tunggal dan yang
paling baik untuk pembiayaan semua sekolah karena kondisi tiap sekolah berbeda.

4
Setiap kebijakan dalam pembiayaan sekolah akan mempengaruhi bagaimana sumber
daya diperoleh dan dialokasikan. Dengan mengkaji berbagai peraturan dan kebijakan yang
berbeda-beda di sektor pendidikan, kita bisa melihat konsekusensinya terhadap
pembiayaan pendidikan yakni:

1) Keputusan tentang siapa yang akan dididik dan seberapa banyak jasa pendidik
dapat disediakan
2) Keputusan tentang bagaimana mereka akan dididik
3) Keputusan tentang siapa yang akan membayar baiaya pendidikan
4) Keputusan tentang sistem pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk
mendukung pembiayaan sekolah

Dalam kajian ini hal yang perlu diperhatikan adalah adanya keterlibatan uang dalam
pendidikan, dimana hal ini jelas tidak bisa dihindari mengingat pendidikan merupakan
benda ekonomi yang langka, dan uang merupakan salah satu yang perlu dikorbankan untuk
mendapatkanya. Oleh karena itu, masalah pembiayaan pendidikanpun tidak terlepas dari
kajian tentang uang/ dana berkaitan dengan perolehanya serta pengunaanya dalam suatu
proses pendidikan (sekolah).

Biaya Pendidikan

Biaya pendidikan adalah total biaya yang dikeluarkan baik oleh individu peserta didik,
keluarga yang menyekolahkan anak, warga masyarakat perorangan, kelompok masyarakat,
maupun yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk kelancaran pendidikan.[4] Biaya
pendidikan tidak sama dengan pengeluaran pendidikan, karena pertama belanja pendidikan
mencakup tidak hanya pengeluaran untuk kegiatan rutin (seperti pembayaran untuk
layanan guru yang diberikan selama waktu tertentu) namun juga pengeluaran
pembangunan dengan istilah “kapital/modal” seperti: pengeluaran untuk bangunan dan
perlengkapan, perbaikan dan renovasi bangunan tua dan lain-lain.

Jenis biaya pendidikan dapat dikategorikan kedalam beberapa kategori sebagai


berikut:

Biaya langsung (direct cost)

Biaya pendidikan langsung (direct cost) merupakan biaya penyelenggaraan pendidikan


yang dikeluarkan oleh sekolah, siswa dan atau keluarga sekolah. Biaya langsung, berwujud

5
dalam bentuk pengeluaran uang yang secara langsung digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan PBM, Penelitian dan pengabdian masyarakat, gaji guru dan pegawai
lainya, buku, bahan perlengkapan, dan biaya perawatan.

Kebanyakan biaya langsung yang dikeluarkan berasal dari sistem sekolah sendiri,
dikeluarkan selain untuk menjaga kelancaran dan kualitas belajar juga untuk keperluan
administrasi sekolah atau alat tulis kantor. Keperluan lain yang dikeluarkan seperti untuk
keperluan antara lain:

1) Biaya tambahan untuk ruangan, perlengkapan,belajar, alat peraga, bahan


laboratorium, pakaian praktik.
2) Biaya transportasi/angkutan sekolah.
3) Biaya buku pegangan guru dan buku di perpustakaan.
4) Biaya UKS dan biaya penyelenggaraan
5) Biaya mendatangkan guru tembahan/ narasumber.

Biaya tidak langsung (indirect cost).

Biaya tidak langsung (indirect cost), berbentuk biaya hidup yang dikeluarkan oleh
keluarga atau anak yang belajar untuk keperluan sekolah, biaya ini dikeluarkan tidak
langsung digunakan oleh lembaga pendidikan, melainkan dikeluarkan oleh keluarga anak
atau yang menanggung biaya peserta didik yang mengikuti pendidikan. Biaya tidak
langsung merupakan biaya hidup yang menunjang kelancaran pendidikanya. Misalnya
ongkos angutan, pondokan, biaya makan sehari-hari, biaya kesehatan, biaya belajar
tambahan.

Private cost

Private cost merupakan keluruhan biaya yang dikeluarkan keluarga, atau segala biaya
yang harus ditanggung dan dikeluarkan oleh keluarga anak untuk keberhasilan belajar
anaknya. Mislanya keluarga membayar guru les private supaya anaknya pandai bahasa
inggris dan matematika, keluarga juga mengeluarkan uang tambahan supaya anak pandai
menggunkan komputer.

Social cost

Social cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat, baik perorangan
maupun terorganisasi untuk membiayai segala keperluan belajar. Biaya ini yang

6
dikeluarkan masyarakat sebagai wujud partisipasinya dalam pemyelenggaraan pendidikan,
karena pendidikan bukan hanya menjadi tanggungan pemerintah dan orang tua saja tetapi
juga menjadi tanggung jawab bersama, pemerintah, orang tua dan masyarakat.

Biaya dari masyarakat indonesia di indonesia sebelum anggaran pendidikan sebesar 20


%, biasanya/ pernah dikeluarkan melalui BP3/ SPP dan melalui komite sekolah. Namun
sekarang untuk pendidikan dasar ( SD dan SMP ) pemerintah melarang ada biaya
tembahan selain yang dikeluarkan pemerintah, mengingat besarnya anggaran pendidikan
20% dianggap telah mencukupi kebutuhan penyelenggaraan sekolah. Anggaran biaya
pendidikan yang 20% sudah termasuk partisipasi masyarakat untuk menyelenggarakan
pendidikan karena biaya ini berasal dari pajak yang dipungut pemerintah untuk
pembangunan disegala bidang, termasuk pembangunan pendidikan (school tax).

Biaya belajar yang dikeluarkan oleh siswa diberbagai tingkat pendidikan tidak selalu
seragam tergantung pada jenis pendidikan seperti PAUD/TK, SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA/SMK, apabila dihitung biasanya meliputi:

1) Iuran siswa.
2) Biaya satuan kredit semester (SKS) persemester intra dan ekstra.
3) Biaya perlatan, Seperti buku paket dan lain-lain.
4) Pengeluaran pribadi.
5) Biaya yang hilang atau pendapatan yang semestinya diperoleh bila tidak sekolah.
6) Bunga kumulatif tahunan (deflasi) biasanya sebesar 4% terhadap jumlah semua
angka pengeluaran tersebut.

Biaya mutu sekolah khususnya sekolah dasar, secara keseluruhan dapat tergambarkan
oleh hasil penelitian untuk peningkatan mutu SD. Artinya secara sungguh-sungguh sekolah
dikelola supaya pelaksanaan pendidikan bukan hanya berjalan apa adanya tetapi setiap
uang yang dikeluarkan dikaitkan kepada perbaikan pembelajaran. Sambil belanja rutin
untuk pembelajaran dikeluarkan, pengeluaran juga terkait pada usaha perbaikan layanan
mutu mengajar. Berdasrkan hasil studi terhadap SD dikota Bandung yang dilakukan oleh
Nanang Fatah (1999:4), biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kulaitas pendidikan
terdiri dari biaya untuk:

1) Gaji/ Kesejateraan pegawai


2) Pembinaan Profesi Guru

7
3) Pengadaan Alat Pelajaran
4) Pengadaan bahan
5) Perawatan
6) Pengadaan sarana kelas
7) Pengadaan sarana sekolah
8) Pembinaan siswa
9) Pengelolaan sekolah.
10) Dampak Mahalnya Biaya Pendidikan

Secara umum, dampak dari mahalnya biaya pendidikan adalah:

1) Lemahnya Sumber Daya Manusia


Salah satu sektor strategis dalam usaha pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) DI Indonesia adalah sektor pendidikan. Sektor pendidikan ini memberikan
peran yang sangat besar dalam menentukan kualitas dan standar SDM di
Indonesia.
2) Lemahnya Taraf Ekonomi Masyarakat
Pendidikan memiliki daya dukung yang representatif atas pertumbuhan ekonomi, di
negara afrika yang mayoritas pendudukya menengah kebawahpun sedang
mengupayakan pendidikan gratis untuk meningkatkan taraf ekonomi negara-negara
yang ada di sana agar terhindar dari keboohan dan untuk memperbaiki kualitas
hidup.
3) Kurangnya Kaesadaran Masyarakat Akan Kesehatan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin sadar akan pentingnya
kesehatan. Pada jenjang pendidikan tinggi, peran pendidikan sangat sentral dalam
menghasilkan output-output yang akan berkontribusi untuk mentransformasikan
pengetahuan kepada masyarakat dalam meningkatkan kesadaran dan pentingnya
kesehatan bagi kesejahteraan bangsa.
B. Pendidikan Gratis

Salah satu reformasi kebijakan pendidikan yang paling banyak digembar-gemborkan


dari beberapa tahun terakhir yaitu penghapusan biaya sekolah dasar di negara-negara di
mana murid dan orang tua bebas dari biaya tersebut. Sejalan dengan tujuan Pendidikan
untuk Semua (PUS), organisasi internasional dan pemerintah nasional di banyak negara
Afrika Sub-Sahara telah bergabung bersama untuk meningkatkan akses ke sekolah dengan

8
penghapusan biaya dan kontribusi wajib lainnya. Logika untuk perubahan kebijakan jelas:
Jika biaya sekolah terlalu tinggi, orang tua miskin tidak akan mengirim anak-anak mereka
ke sekolah; Oleh karena itu, penghapusan biaya akan menurunkan biaya pendidikan dan
meningkatkan jumlah anak di sekolah. Memang, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
penghapusan biaya sekolah baru-baru ini di Afrika Timur adalah alasan untuk peningkatan
pendaftaran sekolah dasar (Glewwe & Zhao, 2005; Dana Moneter Internasional dan
Asosiasi Pembangunan Internasional [IMF & IDA], 2001, 2004 ). EFA juga telah
digembar-gemborkan pada era baru bagi pendidikan anak perempuan di Afrika, dengan
perhatian global diarahkan menebus kesenjangan gender dalam pendaftaran dan
pencapaian melalui penurunan biaya sekolah terkait dan mekanisme lainnya (Bloch,
Beoku-Betts, & Tabachnick, 1998; Sarnoff 1999). Namun bagaimana jika biaya hanya
sebagian kecil dari biaya kepada orang tua untuk mengirim anak-anak mereka-laki dan
perempuan-ke sekolah? Bagaimana jika sekolah tidak dapat mempertahankan diri mereka
sendiri tanpa -contributionsi dari orang tua karena pemerintah tidak menepati janji
keuangan mereka? Bagaimana jika kebijakan untuk menghapuskan biaya dan biaya lainnya
memuaskan stakeholders internasional tetapi tidak secara signifikan mengurangi beban
keuangan sekolah pada keluarga, sehingga mengharuskan tenaga kerja anak-anak di rumah
tangga miskin?.

Beberapa pertanyaan yang picik tentang hubungan antara biaya sekolah dan
pendidikan dasar, dan antara kebijakan dan praktek, dieksplorasi dalam Rencana
Pendidikan Dasar Pembangunan (PEDP) di Republik Tanzania. Kami menganggap
kebijakan bagaimana pendidikan di negara-negara yang dililit utang, seperti Tanzania,
dibentuk oleh konfigurasi internasional dan nasional kekuasaan yang tercermin dalam
wacana kebijakan dan kebijakan Biaya Gratis Primer, Tanzania.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
D. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian untuk
memperoleh data yang dibutuhkan. Penelitian ini bertempat di SD Muhammadiyah 15
Sumber, Surakarta.

E. Waktu penelitian

9
Waktu penelitian merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian
dari dimulainya penelitian hingga diakhiri. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober
2016.

10
BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian Mini Riset

Biaya pendidikan gratis untuk siswa/i yang berprestasi memang masih mengalami
kesulitan dalam pelaksanaannya akan tetapi dalam hal biaya sekolah sangat mengupayakan
seminimal mungkin menarik biaya dari orang tua atau wali siswa. Untuk biaya gratis 100%
memang mustahil namun disekolah ini merupakan sekolah yang sangat beruntung karena
selain dari dana BOS yang sebenarnya masih sangat kurang sekolah juga mendapat
kucuran dana dari pihak luar.

Administrasi biaya pendidikan dipegang oleh bendahara BOS, bendahara bos disini
juga menghendel pemasukan dari siswa yang mendapat bantuan dari pemerintah selain
BOS. Seharusnya biaya tersebut bisa iambil sendiri oleh orang tua siswa akan tetapi untuk
mempermudah pencairan maka dibantu oleh pihak sekolah. Hal ini juga sebagai tindak
lanjut agar dana tersebut benar untuk kepentingan biaya pendidikan anak didik.

Penerimaan dana bantuan dari luar membantu sekolah dalam mencanangkan program
sekolah gratis walaupun pada kenyataanya sekolah belum bisa benar-benar menggratiskan
secara menyeluruh, akan tetapi setidaknya bisa mngurangi penarikan kepada wali murid.
Orang tua atau wali murid di YP Raksana Medan tergolong pada tingkat ekonomi
menengah kebawah sehingga untuk maslaah biaya pendidikan jika ada iuran-iuran maka
kan sangat sulit. Disini guru atau bendahara harus bisa memanejemen keungan yang masuk
agar bisa dibagi-bagi di berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan pleh sekolah.

Sekolah masih memungut dana BP3 hal ini dikarenakan masih banyak tanggungan
yang harus diselesaikan demi menunjang mutu dan kualitas pendidikan dan lulusan dari
YP Raksana Medan ini dapat bersaing didunia nyata. Pungutan BP3 digunakan untuk jam
tambahan atau les. Karena untuk biaya LKS dan buku ciri khusus dari majlis tidak bisa jika
hanya mengandalkan dana BOS karena dana tersebut terbatas pada jumlah dan hanya bisa
memnuhi kebutuhan siswa sedikit sementara masih banyak kebutuhan yang lainnya.
Memang masih ada dana dari luar akan baik dari majelis maupun dari pihak luar yaitu
pihak donatur yang memang rutin memberikan dana dengan tujuan membantu siswa yang
tidak mampu agar tetap sekolah.

11
Manajemen keuangan yang ada disekolah ini disesuaikan sedemikian rupa dengan
memperhatikan tingkat ekonomi wali murid. Tingkat ekonomi menengah tidak begitu
keberatan ketika diminta iuran untuk beli buku pelajaran maupun buku ciri khusus agama
dan buku buku yang lainya. Akan tetapi semua itu berbanding terbalik dengan wali murid
yang masih rendah pendapatannya, sudah bisa dipastikan saat pengambilan raport baik
raport UTS maupun UAS tetap saja memerlukan perhatian khusus karena untuk biaya
hidup saja masih kurang.

Orang akan selalu bertanya, apa dasar pijak atas setiap kebijakan dunia pendidikan
tersebut? Jawaban sebenarnya sangatlah sederhana dan sudah ada sejak negara dan bangsa
ini didirikan oleh para bapak bangsa. Semuanya beranjak dan berpangkal dari amanah
yang terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945, tentang kewajiban negara di dalam ikut
mencerdaskan kehidupan bangsanya. Sedangkan dari sisi kebijakan yang bersifat
operasional di lapangan, semua beranjak dari pengalaman empiris atas carut-marutnya
dunia pendidikan itu sendiri. Jadi sebenarnya tidaklah ada yang luar biasa terhadap apa
yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana di dalam mewujudkan bangunan
peradaban yang bernama pendidikan itu.

Kalaupun kemudian harus dinyatakan ada hal-hal yang luar biasa di dalam
pembangunan dunia pendidikan di Kota Medan, itu tidak lebih dari sebuah kemauan atau
komitmen dari setiap warga masyarakat Kota Medan di dalam usaha mencerdaskan dirinya
sendiri, sehingga terbebas dari penyakit kronis bangsa yang bernama kebodohan dan
keterbelakangan itu. Jadi dukungan setiap komponen masyarakat atas setiap program
pembangunan di bidang pendidikan adalah merupakan modal dasar yang tidak ternilai
haganya. Sehingga, dengan dukungan penuh dari setiap komponen masyarakat itu,
partisipasi masyarakat di dalam ikut membangun peradaban pendidikan bergerak secara
otomatis.

Jika Afrika biaya pendidikan gratis bisa berjalan dengan lancar dikarenakan segala hal
yang dibutuhkan sudah dipenuhi oleh pemerintah dan sarana prasarana juga sudah
memadai. Banyak relawan yang ikut serta membantu mengembangkan pendidikan disana
hal itu dikarenakan ada cita-cita yang ingin digapai berupa penuntasan hidup miskin karena
dianggap dengan adibekali pendidikan yang memadai maka negara-negara di benua Afrika
diharapkan tuntas dari kemiskinan karena SDM sudah memiiki bekal untuk berusaha.

12
Sementara disini kemajuan pendidikan masih terbengkalai dengan dana yang kurang
memadai padahal perkembangan jaman sudah semakin maju pesat. Jika tidak diimbangi
maka tidak akan jauh berbeda dengan keadaan saat ini pendidikan masih kurang dan
tingkat kemiskinan semakin menghujam. Jika semua warga masyarakat beranggapan
bahwa pendidikan itu penting maka tingkat kemiskinan akan berkurang karena orang yang
berpendidikan akan memiliki pemikiran yang kritis dalam menanggapi kemajuan jaman.

YP Raksana Medan masih dalam proses bagaimana agar siswa itu atau wali murid
tidak merasa keberatan untuk menyekolahkan anaknya di sini dengan berbagai bantuan.
Baik itu bantuan dari pemerintah, majelis maupun dari perorangan yang peduli akan
kemajuan pendidikan dan demi menyelamatkan cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa.

13
BAB IV

PENUTUP

B. Kesimpulan

Biaya pendidikan gratis bagi yang berprestasi masih dalam proses wacana dan baru
direalisasikan sebagian. Keadaan demikian sejalan dengan kebutuhan yang semakin
banyak dan minimnya anggaran baik dari pemerintah maupun dari majelis
muhammadiyah. Ciri khusus itu berupa pelajaran agama dengan demikian anggaran untuk
pembelian buku bertambah untuk melengkapi buku aqidah, akhlak, fiqih, al-qur;an dan
hadist. Dengan demikian siswa masih dipungut biaya tambahan untuk membeli
perlengkapan tersebut.

C. Saran

Pendidikan gratis akan terealisasikan jika biaya yang dianggarkan oleh pemerintah
disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Baik itu pelengkapan buku sarana dan prasarana
maupun media belajar. Sehingga dalam mensukseskan wajib belajar bisa terealisasikan
tanpa hambatan bagi keluarga yang kurang mampu khususnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Arifin.Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang


SISDIKNAS.Jakarta:Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag.2003

Fattah, Nannang. Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan.Bandung: PT.Re[maja


Rosdakarya.2004

Kemdiknas. (2010). Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Untuk Pendidikan
Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu.

Koswara, E. (2010). Pengelolaan Manajemen Keuangan Sekolah yang Efektif.

http://koswaraero.blogspot.com/2010/04/pengelolaan-manajemen-keuangan sekolah.html.
Diakses tanggal 28 Oktober 2016 pada pukul 19.28 WIB.

Mulyasa, E. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Vavrus, Frances. 2009 ”The Cost of a ‘Free’ Primary Education in Tanzania”.Teachers


College, Columbia University – New York, NY USA Goodiel Moshi Independent
Researcher, Tanzania Vol.2 No 1

15

Anda mungkin juga menyukai