Anda di halaman 1dari 2

Diskusi 4

Menurut saya berkaitan tentang Kebijakan “Otonomi Pendidikan” belum dapat


dilaksanakan secara merata dikarenakan

Kurangnya perhatian pemerintah maupun pemerintah daerah, mereka belum mengetahui


sungguh – sungguh kondisi di daerahnya sehingga anggaran pendidikan yang diberikan belum
menjadi prioritas utama. Selain itu, kondisi dari setiap daerah tidak memiliki kekuasaan yang
sama dalam penyelenggaraan pendidikan disebabkan perbuatan sarana prasarana dan dana yang
dimiliki. Hal ini mengakibatkan akan terjadinya kesenjangan antar daerah, sehingga pemerintah
perlu membuat aturan dalam penentuan standar mutu pendidikan nasional dengan
memperhatikan perkembangan daerah masing-masing dan Peningkatan otonomi pendidikan ini
harus dimulai dari manajemen sekolah guna peningkatan proses dan mutu dapat dilaksanakan
secara total. Dalam hal ini masyarakat berperan membantu dan mengontrol penyelenggaraan
pendidikan dalam kerangka kebijakan nasional.

Solusinya, Hendaknya pemerintah daerah harus lebih memerhatikan akses terhadap pendidikan
dasar, Pemerintah Daerah perlu membuat kebijakan yang mampu memberikan pemerataan
terhadap pendidikan dasar, pemerintah daerah membuat SOP atau juklak dan juknis dalam
pelaksanaan peraturan daerah.

Contoh Kejadian

Pemerintah menghendaki bahwa Sekolah Dasar yang siswanya kurang dari 100 diminta untuk
Re-Grouping. Namun kebijakan pihak sekolah kami tidak menghendaki jika terjadinya Re-
Grouping. Dikarenakan pihak sekolah memperhatikan kondisi siswa serta sekolah kami yang
masih sangat layak untuk berdiri sendiri dan selain itu banyaknya penolakan dari orang tua/wali
siswa.

Suatu program pendidikan dapat mengahasilkan pendidikan berkualitas, dan tentunya untuk
sampai kepada pendidikan bermutu memerlukan perencanaan yang matang. Keberhasilan
memerlukan masa dan proses yang cukup panjang, minimalnya baru dapat dilihat dalam waktu 5
tahun (Subarsono, 2008: 119). Mustahil akan tercapai kalau tahun ini regroup kita programkan,
dan tahun depan dapat hasilnya. Sebab persoalan pendidikan perlu waktu dan pemikiran
bersama, tidak semudah membalik telapak tangan
SD Negeri Hulosobo masih memiliki fasilitas yang memadai, Adapun pertimbangan/kriteria
yang harus dipenuhi dalam penggabungan sekolah dasar sesuai Peraturan Bupati Nomor 37
tahun 2009 adalah:

a. Jumlah siswa sekolah dasar yang akan dihapus kemudian digabung secara keseluruhan kurang
dari 120 siswa.

b. Jarak tempat tinggal terjauh dari siswa ke sekolah tujuan penggabungan tidak lebih dari 1.500
meter.

c. Jarak tempuh siswa dengan jalan kaki ke sekolah tujuan penggabungan maksimal 20 menit.

d. Jarak antara sekolah yang akan dihapus dan digabung dengan sekolah dasar tujuan
penggabungan maksimal 2.000 meter.

e. Sekolah yang akan dihapus kemudian digabung berada dalam satu desa/kelurahan, dua
desa/kelurahan atau lebih yang berdekatan, dan dalam dua kecamatan yang saling berbatasan.

f. Sekolah dasar tujuan penggabungan memiliki bangunan dengan kondisi fisik yang baik,
fasilitas pendidikan yang lebih lengkap, dan factor keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan
yang lebih mendukung bagi penyelenggaraan proses belajar mengajar.

Dari ketentuan diatas, SD Negeri Hulosobo tetap mempertahankan untuk tidak Regrouping.

Namun yang menjadi permasalahan, Terdapat Guru diangkat dan dipekerjakan oleh sekolah
maupun yayasan yang menaunginya. Biasanya sekolah yang menggunakan guru dengan status
kepegawaian non pegawai negeri merupakan sekolah yang mengalami kekurangan tenaga
pendidik. Untuk mengadakan guru dengan status non pegawai negeri, sekolah harus membiayai
sendiri segala keperluan guru tersebut, yaitu penggajiannya. Dengan demikian, sekolah akan
memiliki beban tambahan terhadap pengeluaran anggaran. Solusinya pemerintah harus
meratakan pembagian pegawai negeri di daerah-daerah yang masih memiliki kekurangan
pegawai negeri, serta memfasilitasi guru non pegawai yang sudah mengabdi lama di SD untuk
melakukan Tes Kepegawaian.

Anda mungkin juga menyukai