Anda di halaman 1dari 35

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan  Praktikum  Kimia Organik II dengan judul “Pembuatan


Iodoform”  yang disusun oleh : 
Nama : Muh. Fitrah Ramadhan
NIM : 200105501012
Kelas : Pendidikan Kimia B
Kelompok : 2 (Dua)
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
laporan ini dinyatakan telah diterima. 

Makassar,12 Oktober 2021


Koordinator Asisten Asisten

Julkipli Eko Baskoro Muthmainnah Damsi, S.pd


NIM.1713042020

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Munawwarah, S.Pd, M.Pd


NIP. 19930531201032019
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Iodoform

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami prinsip kerja dan teknik- teknik rekristalisasi zat pada organik
2. Mengenal dan memahami reaksi haloform.
3. Memahami kegunaan reaksi haloform untuk pembuatan haloform dann
karboksilat untuk menunjuk adanya gugus metil keton dan alkohol sekunder.

C. LANDASAN TEORI
Beberapa studi kinetik yang dilaporkan menjelaskan berbagai langkah di
Haloform reaksi. Bartlett menunjukkan pada tahun 1934 bahwa reaksi aseton
dengan basa kuat larutan hipobromit dan hipoiodit melibatkan enolisasi aseton
sebagai langkah penentu laju, tetapi laju reaksi yang sama dengan basa hipoklorit
melibatkan reaksi tahap lambat aseton enol dengan hipok10rit. Demikian pula
mekanisme reaksi iodoform dan optimalisasinya untuk analisis kuantitatif telah
banyak diterima scrutinyi6 termasuk studi aseton-1-C-14 dan aseton terdeuterasi
untuk efek isotop dalam reaksi Haloform. (Li dan Corey, 2007: 611).
Rekristalisasi, adalah satu dari banyak metode yang paling ampuh untuk
pemurnian zat padat, didasarkan atas perbedaan antara kelarutan zat yang
diinginkan dan kotorannya. Sebua produk tidak tidak murni dilarutkan dan
diendapkan kembali, berulang kali jika perlu, dengan pengawasan yang hati-hati
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan. Memanipulasi kelarutan
membutuhkan pemahaman kesetimbangan yang ada antara zat tidak tercampur
dengan larutannya. (Oxtoby, 2001: 344).
Mengingat ketersediaan historis keton sederhana dan halogen klorin, brom,
dan yodium, tidak mengherankan bahwa reaksi Haloform memiliki sejarah yang
panjang dan kaya, diringkas secara mendalam oleh Fuson and Bull' dan oleh
Parkin. Menariknya, inisial penemuan reaksi Haloform semua melibatkan
pengobatan etanol dengan yodium, klorin, atau bromin dengan adanya alkali
untuk menghasilkan haloform masing-masing berikut: oksidasi in situ etanol
menjadi asetaldehida.' Memang, kloroform digunakan secara luas dalam Perang
Saudara di Amerika Serikat sebagai anestesi medan perang selama amputasi."
Yang sekarang terkenal "Uji Iodoform" .3 Seperti yang akan disajikan nanti, alam
menghasilkan sejumlah besar kloroform dan bromoform, kemungkinan besar
melibatkan reaksi haloform. (Li dan Corey, 2007: 610).
Berdasarkan proses pendekatan one-pot, base-mediated melalui kondensasi
Ugi tandem dan intramolekul siklisasi haloform pada suhu kamar, tujuh novel
Turunan 2-benzoxazolinone telah diperoleh. Dan masuk langkah siklisasi
haloform intramolekul, trietilamina mendeprotonasi fenol untuk menghasilkan
fenoksida yang kemudian menggantikan anion klorometil dari karbon karboksil
dengan proses eliminasi adisi. NS produk diperoleh dalam hasil tinggi dalam
kondisi ringan menggunakan prosedur sederhana. Selama percobaan proses, zat
antara reaksi Ugi tidak dipisahkan atau dimurnikan, dan dapat langsung digunakan
dalam intramolekul langkah siklisasi haloform. (Zhu dkk, 2021).
Senyawa bahan alam yang berbentuk padat hasil isolasi dari suatu tanaman
sering terkontaminasi oleh pengotor meski kadang-kadang hanya dalam jumah
yang relatif kecil. Teknik umum yang sering digunakan untuk pemurnian senyawa
tersebut adalah Rekritalisasi yang didasarkan pada perbedaan kelarutannya dalam
keadaan panas atau dingin dalam suatu pelarut. (Kristanti dkk, 2008: 103).
Penting adalah bahwa senyawa seperti metil karbinol juga mengalami
reaksi Haloform karena senyawa ini biasanya teroksidasi menjadi metil yang
sesuai keton pada kondisi reaksi. Reaksi ini sangat populer dan terkenal
dikalangan untuk mahasiswa kimia organik sarjana sebagai "Uji Iodoform" dalam
organik kualitatif. ( Li dan Corey, 2007: 610).
Dalam rekristalisasi, sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah senyawa
bila larutan tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut. Dalam
pelarutan, pelarut menyerang zat padat dan mensolvatasinya pada tingkat partikel
individual. Dalam pengendapan, terjadi kebalikannya, tarik-menarik zat terlarut
terjadi kembali saat zat terlarut meninggalkan larutan. Sering tarik-menarik zat
terlarut tetap berlangsung selama proses pengendapat, dan pelarut bergabung
sendiri kedalam zat padat, saat litium sulfat (Li2SO4) mengendapkan dalam air
satu molekul air ikut terbawa per satuan. (Oxtoby, 2001: 344).
Reaksi Haloform (juga dikenal sebagai reaksi Lieben iodoform atau Lieben
haloform reaksi) menggambarkan konversi dua langkah dari metil keton 1
menjadi asam karboksilat melalui halogenasi tiga kali lipat menjadi trihaloketon 2
yang digagalkan oleh pembelahan basa menjadi karboksilat 3 dan haloform 4.
Pengasaman menghasilkan asam karboksilat 5. ( Li dan Corey, 2007: 610).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sediaan campuran Calcium
Hydroxide dengan pasta iodoform maupun Zinc Oxide Eugenol merupakan
bahan-bahan yang memiliki potensi baik sebagai bahan pengisi saluran akar gigi
desidui dengan diagnosa nekrosis pulpa, namun sediaan campuran Calcium
Hydroxide dengan pasta iodoform memiliki kemampuan untuk menyembuhkan
keradangan periapikal lebih cepat bila dibandingkan dengan sediaan Zinc Oxide
Eugenol walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Untuk selanjutnya peneliti menganggap perlu diadakan penelitian lebih lanjut
dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan rentang masa penelitian yang lebih
panjang untuk dapat lebih memastikan tingkat keberhasilan dan juga dapat
meneliti faktor-faktor lain dalam membandingkan tingkat keberhasilan campuran
Calcium Hydroxide dengan pasta iodoform dan Zinc Oxide Eugenol sebagai
bahan pengisi saluran akar geligi desidui. (Rahaswanti, 2017: 8).
Reaksi Haloform dikatalisis oleh siklodekstrin dalam apa yang penulis beri
label sebagai "katalis transfer fase terbalik adalah," tetapi utilitas sintetis dari
variasi ini tetap menjadi terlihat. Alternatif penggunaan halogen adalah oksidasi
yang dikatalisis nitroarena asetofenon dengan natrium perkarbonat atau natrium
perborat? Namun, hasil asam benzoat tersubstitusi yang dilengkapi dengan
metode ini biasa-biasa saja (23-73%) dibandingkan dengan kondisi Haloform
konvensional. Demikian juga, reaksi Haloform aseton dengan yodium dalam
amonia cair tanpa manfaat sintetis (8-12%). (Li dan Corey, 2007: 612).
Pada kategori adanya fistel, terlihat adanya perbedaan kecepatan
penyembuhan antara 2 kelompok uji, dimana tampak pada kelompok uji bahan
campuran Calcium Hydroxide dengan pasta iodoform mengalami penyembuhan
lebih cepat daripada kelompok uji Zinc Oxide Eugenol walaupun tidak bermakna.
Hal itu terjadi karena Calcium Hydroxide memiliki sifat bakerisidal dimana
konsentrasi ion hidroksil yang tinggi dapat membunuh mikroorganisme dalam
saluran akar yang tidak terjangkau oleh instrumentasi dan irigasi.13 Pada
prosesnya, ion hidroksil akan mendenaturasi protein dan menghidrolisis lemak
pada lipopolisakarida (LPS) makrofag sehingga dapat mengaktivasi aktifitas
biologis LPS seperti pirogenitas, toksisitas, aktivasi makrofag dan komplemen
sehingga merusak dinding sel dan mengakibatkan kematian bakteri.14, 15
Sementara itu, Zinc Oxide Eugenol walaupun bersifat bakteriosid16 namun hanya
memiliki spektrum antibakteri yang sempit, sehingga menghasilkan penyembuhan
yang lebih lambat dan terbatas bila dibandingkan dengan campuran Calcium
Hydroxide dan pasta iodoform. (Rahaswanti, 2017: 8).
Reaksi haloform secara tradisional telah digunakan sebagai uji kimia untuk
menentukan keberadaan metil keton. Namun, penggunaan sintetiknya untuk
demetilasi oksidatif metil keton bermasalah karena reaksi samping seperti
oksidasi/halogenasi -CH internal, reaksi aldol, penataan ulang Favorskii, dll.
Memang, hanya keberhasilan terbatas yang telah dilaporkan hingga saat ini, dan
oleh karena itu, generalitas substrat dan kemoselektivitas reaksi ini masih belum
jelas. Kami dengan demikian memulai penelitian kami dengan pemeriksaan reaksi
iodoform "klasik" dari 1. Paparan 1 ke I2 berlebih dan KOH dalam air pada suhu
kamar di udara mengakibatkan pengendapan langsung iodoform kuning kenari 3
(CHI3) dan 2 diperoleh dalam hasil 36%, tetapi reaksi samping yang signifikan
dari asam 2-hidroksisuksinat 435 (34%) dan asam fumarat 5 (3%) juga diamati
(Gbr. 3). Mengurangi jumlah kedua reagen (I2 dan KOH) secara signifikan
menurunkan hasil 2, tetapi gagal meningkatkan kemoselektivitas. Penggunaan
metil levulinat 6 memberikan hasil yang sebanding dalam hal reaktivitas dan
selektivitas. Tidak ada oksidasi lebih lanjut dari 2 yang diamati di bawah kondisi
reaksi, menunjukkan bahwa 4 dan 5 harus diproduksi langsung dari bahan awal 1
atau 6. (Kawasumi dkk. 2017).
Reaksi haloform juga dikenal sebagai Lieben haloform reaksi, setelah Adolf
Lieben, yang menemukan kembali reaksi di 1870. Dalam versi reaksi iodoform,
perlakuan a metil keton dengan larutan I2/KI/NaOH menyebabkan pembentukan
iodoform (CHI3) dan karboksilat terdehomologasi. Reaksi analog terjadi ketika
natrium hipoklorit (NaClO) digunakan sebagai pengganti I2/KI/NaOH, dan
kloroform adalah produk haloform. Pemutih rumah tangga biasanya mengandung
sekitar 4,7% natrium hipoklorit dan dengan demikian dapat digunakan sebagai
sumber reagen aktif. (Kmentova dkk, 2020).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas ukur 10 mL (2 buah)
b. Gelas ukur 100 mL (1 buah)
c. Erlenmeyer 500 mL (1 buah)
d. Corong (1 buah)
e. Gelas kimia 250 mL (1 buah)
f. Kaca arloji (1 buah)
g. Spatula (1 buah)
h. Labu semprot (1 buah)
i. Termometer 0-110ºC (1 buah)
j. Rak tabung (1 buah)
k. Tabung reaksi (3 buah)
l. Pipet tetes (4 buah)
m. Penjepit tabung reaksi (1 buah)
n. Lap kasar (2 buah)
o. Lap halus (1 buah)
p. Neraca analitik (1 buah)
q. Hot plate (1 buah)
r. Stopwatch (2 buah)
2. Bahan
a. Padatan kalium iodida (KI)
b. Larutan natrium hipoklorit 5% (NaOCl)
c. Larutan aseton (C3H6O)
d. Larutan etil asetoasetat (C6H10O3)
e. Larutan natrium hidroksida 15% (NaOH)
f. Larutan asetofenon (C8H8O)
g. Larutan isopropil alkohol (C3H8O)
h. Aquades (H2O)
i. Label
j. Aluminium foil
k. Kertas saring
l. Larutan iodium 20% (I2)
m. Larutan dioksan (C4H8O2)
n. Tissue

E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan iodoform
a. Ditimbang 10 gram KI dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
kemudian dilarutkan dengan 100 mL H2O
b. Ke dalam Erlenmeyer tersebut, ditambahkan 10 mL aseton, tutup dengan
aluminium foil
c. Dimasukkan 90 mL natrium hipoklorit 5% ke dalam Erlenmeyer sedikit demi
sedikit sambil dikocok, tutup Erlenmeyer dengan aluminium foil
d. Campuran didiamkan hingga terbentuk endapan, kurang lebih 27 menit
didiamkan
e. Setelah terbentuk endapan, campuran disaring dengan menggunakan kertas
saring biasa dan dicuci dengan aqaudes sebanyak 3 kali.
f. Kristal dikeringkan dan massanya ditimbang, sebelum itu timbang massa
kertas saring kosong.
2. Pengujian iodoform
a. Dimasukkan 5 tetes isopropil alkohol ke dalam tabung reaksi 1, 5 tetes
asetofenon ke dalam tabung reaksi 2, 5 tetes etil asetoasetat ke dalam tabung
reaksi 3.
b. Ke dalam masing-masing tabung ditambahakan 5 mL dioksan, 2 mL NaOH
15%, dan 10 tetes iodium 20%.
c. Ketiga tabung dipanaskan selama 3 menit dalam air panas 60ºC.
d. Ke dalam masing-masing tabung ditambahakan 20 tetes iodium 20%, 2 mL
NaOH 15% dan 2 mL H2O
e. Diamati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan Iodoform

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. 10 gram padatan KI ditimbang Berwarna putih


10 gram Padatan KI + 100 mL
2. Larutan tak berwarna
H2O
10 gram Padatan KI + 100 mL
3. Larutan tak berwarna
H2O + 10 mL aseton + dikocok
10 gram Padatan KI + 100 mL
H2O + 10 mL aseton + dikocok +
4. Larutan berwarna putih keruh
90 mL natrium hipoklorit +
dikocok
10 gram Padatan KI + 100 mL
H2O + 10 mL aseton + dikocok + Terbentuk endapan kuning di
5.
90 mL natrium hipoklorit + dasar tabung
dikocok + didiamkan
Kristal padat berwarna kuning
10 gram Padatan KI + 100 mL a. Massa kertas saring kosong =
H2O + 10 mL aseton + dikocok + 0,6 gram
6. 90 mL natrium hipoklorit + b. Massa kertas saring + Kristal
dikocok + didiamkan + disaring + =1,3 gram
dikeringkan + ditimbang c. Massa Kristal = 1,3 gram – 0,6
gram = 0,7 gram
2. Pengujian iodoform

No. Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Tabung 1 Terbentuk sedikit endapan dan
5 tetes isopropil alkohol + 5 mL larutan menjadi tak berwarna.
dioksan + 2 mL NaOH 15% + 10 Lapisan atas tak berwarna
tetes iodium 20% + dipanaskan Lapisan bawah tak berwarna
selama 3 menit dalam air panas
60ºC + 20 tetes iodium 20% + 2
mL NaOH 15% + 2 mL H 2O +
diamati
Tabung 2
5 tetes asetofenon + 5 mL
dioksan + 2 mL NaOH 15% + 10 Terbentuk sedikit endapan dan
tetes iodium 20% + dipanaskan larutan terbentuk 2 lapisan,
2.
selama 3 menit dalam air panas lapisan atas kuning kecoklatan
60ºC + 10 tetes iodium 20% + 2 dan lapisan bawah tak berwarna
mL NaOH 15% + 2 mL H 2O +
diamati
Tabung 3
5 tetes etil asetoasetat + 5 mL
dioksan + 2 mL NaOH 15% + 10
tetes iodium 20% + dipanaskan Tidak ada endapan larutan
3.
selama 3 menit dalam air panas menjadi berwarna kuning
60ºC + 10 tetes iodium 20% + 2
mL NaOH 15% + 2 mL H 2O +
didiamkan

G. ANALISIS DATA
Dik :
Volume aseton = 10 mL
Massa KI = 10 gram
Volume NaOCl = 90 mL
Mr. Aseton = 58 g/mol
ρ aseton = 0,79 g/mL
Mr Iodoform = 349 g/mol
Mr KI = 166 g/mL
ρNaOCl = 1,11 g/mL
Dit: % rendemen = ............?
Penyelesaian:
massa aseton
ρaseton =
V aseton
Massa aseton = ρaseton. V aseton
= 0,79 g/mL . 10 mL
= 7,9 gram
massa aseton
mol aseton =
Mr aseton
7,9 g
=
58 g /mol
= 0,14 mol
massa KI
Mol KI =
Mr KI
10 g
=
166 g/mol
= 0,06 mol
Massa NaOCl = ρ NaOCl .V NaOCl
= 1,11 g/mL . 90 mL
= 99,9 g
m NaOCl
mol NaOCl =
MrNaOCl
99,9 g
=
74,5 g/mol
= 1,34 mol
CH3-O-CH3 + 3KI + 3NaOCl CH3-CO-ONa + CHI3 + 3KCl + 3NaOH
M: 0,14 0,06 1,34 - - - -
B : 0,02 0,06 0,06 0,02 0,02 0,06 0,06
S: 0,134 - 1,28 0,02 0,02 0,06 0,06
jadi mol CHI3 = 0,02 mol
massa CHI3 = mol CHI3 × Mr CHI3
= 0,02 mol × 349 g/mol
= 6,98 gram
massa praktek
% rendemen = ×100%
massa teori
0 ,7 gram
= ×100%
6,9 8 gram
= 10,028%

H. PEMBAHASAN
Iodoform adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodine dengan
etanol atau aseton dengan asetaldehid dalam suasan atau keadaan basa (Lakhtifa,
2004: 97). Pembuatan idoform ini menggunakan reaksi haloform, dimana reaksi
haloform adalah suatu reaksi spesifik terhadap senyawa yang mngandung gugus
metil keton (Wikionary, 2016: 25). Gugus metil keton ini dari suatu metil keton
diordinasikan dalam suasana basa sehingga membentuk iodoform yang berwarna
kuning dan berbentuk serbuk (Keenan, 2009: 98).
Iodoform adalah suatu senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodine
dengan etanol/aseton dan asetil dehida dalam suasana basa Iodoform merupakan
senyawa kimia yang dapat disintesis berdasarkan reaksi halogenisasi (reaksi
substitusi). Reaksi substitusi adalah rekasi pengantar atom H yang terbentuk pada
CO (atom karbon yang terikat pada atom karboksil) oleh suatu elekrofil, reaksi ini
dikatalis oleh basa ataupun asam. Senyawa karbonil akan berperan sebagai
nakbofil melalui pembentukan enolat (dengan basa) ataupun senyawa enol
(dengan asam) (Reksohadipkodjo, 1976).
Percobaan ini terbagi menjadi dua percobaan yaitu, pembuatan iodoform
dan pengujian iodoform. Secara umum, percobaan ini memiliki tujuan yaitu,
mahasiswa mengetahui prinsip kerja dan teknik-teknik kristalisasi zat padat
organik, reaksi haloform, dan kegunaan reaksi haloform untuk pembuatan
haloform dan asam karboksilat dan untuk menunjukkan adanya gugus CH 3CO dan
CH3CHOH.
1. Pembuatan iodoform
Percobaan ini memiliki tujuan khusus yaitu untuk membuat kristal
iodoform dari kristal kalium iodida dan pereaksi aseton berlebih. Adapun prinsip
dasar pada percobaan ini yaitu reaksi halogenasi, yang dimulai dengan
pembentukan atom bebas dari halogen. Sedangkan prinsip kerjanya ialah
penimbangan, pelarutan, penyaringan, pencucian dan pengeringan.
Percobaan ini diawali dengan melarutkan kalium
iodida dengan air. Fungsi penambahan kalium iodida adalah
kalium iodida ini akan bereaksi nantinya dengan natrium
hipoklorit yang akan membentuk KCl dan NaOI.
Selanjutnya NaOI akan terurai dalam membentuk NaO + dan
I-. Fungsi air dalam perlakuan ini bertujuan untuk
melarutkan kristal kalium iodida sehingga menghasilkan ion
K+ dan I-. Selain itu, air pelarutan ini dihasilkan larutan
melarutkan kristal kalium iodida sehingga menghasilkan menghasilkan ion K+
dan I-. Selain itu, air pelarutan ini dihasilkan larutan yang tidak bewarna.
Dan berfungi untuk mengurangi penguapan pada saat
penambahan aseton, sehingga volume aseton pada reaksi
tidak berkurang. Pada pelarutan ini dihasilkan larutan yang
tidak berwarna. Larutan ditambahkan dengan aseton.
Dimana aseton disini berperan sebagai penyedia gugus
metil keton. Adanya gugus metil keton ini dikarenakan
dalam
dimana reaksi haloform pembuatan
hanya iodoformreaksi
menggunakan menggunakan
haloform reaksi
dimanahaloform
reaksi
haloform hanya dapat de
berlangsung senyawa yang mengandung gugus metil keton
dan yang memiliki suau atom hidrogen alfa untuk digantikan dengan suatu
halogen (Wikonary, 2016: 25-26).
Larutan tersebut ditambahkan dengan larutan natrium hipoklorit sedikit
demi sedikit sambil terus dikocok. Penambahan sedikit demi sedikit bertujuan
untuk menghindari larutan yang terasa panas, karena larutan yang bersuhu tinggi
akan menyebabkan transfer panas dari sistem ke lingkungan tidak maksimum.
Akibatnya, kristal yang terbentuk akan terbatas (Ahmadi dan Estiasih, 2011: 146).
Dan dilakukan pengocokan terus-menerus bertujuan agar reaksi dapat berlangsung
secara sempurna dan agar terjadi tumbukan antara molekul yang terdapat dalam
campuran agar menghasilkan kristal iodoform yang lebih banyak. Adapun tujuan
penambahan larutan natrium hipoklorit yaitu untuk bereaksi dengan larutan kalium
iodida dan membentuk NaO+ dan I-. Setelah itu, I- akan bereaksi dengan aseton
menghasilkan CH3COCl3 kemudian bereaksi dengan NaO+ dan H+ dari gugus
aseton membentuk CH3CONa yang merupakan gugus garam karboksilat dam juga
membentuk CHI3 yang merupakan iodoform.
Setelah tercampur dengan sempurna, larutan kemudian didiamkan dengan
tujuan agar kristal yang terbentuk terendapkan semua didasar labu erlenmeyer.
Setelah 10 menit, larutan disaring dengan corong biasa yang dilengkapi dengan
kertas saring yang bertujuan untuk memisahkan kristal iodoform yang diperoleh
dengan pelarut agar diperoleh kristal yang murni. Setelah itu kristal yang diperoleh
dicuci dengan air yang bertujuan untuk mengikat sisa-sisa garam yang merupakan
hasil reaksi lain yang masih terdapat pada kristal yaitu garam karboksilat.
Kemudian, kristal dikeringkan dengan tujuan untuk menguapkan sisa-sisa pelarut
yang terdapat pada
kristal. setelah kering, kristal ditimbang.
Adapun berat kristal yang diperoleh sebesar 1,3
gram. Sedangkan secara teori, berat kristal yang diperoleh
sebesar 0,7 gram. Dari kedua berat tersebut, baik berat
praktek maupun berat teori diperoleh persen randemen
sebesar 10,027%. Yang artinya terdapat 10 gram kristal
iodoform yang murni yang terdapat dalam kristal iodoform
yang telah peroleh. Hal ini tidak sesuai dengan teori
dimana Kristal iodoform yang diperoleh.
teori dimana kristal yang harus diperoleh sebesar 4,7 gram dengan randemen
100%. Adapun faktor yang mempengaruhi ketidaksesuai dengan teori tersebut
adalah reaksi antara aseton dengan iodium tidak berjalan dengan sempurna.
Sebab pada saat penambahan serta pengocokan natrium hipoklorit dilakukan
secara tidak konstan dalam artian kecepatannya yang berbeda sehingga
mempengaruhi tumbukan yang terjadi antara aseton dengan natrium hipoklorit.
Hasil dari pembuatan iodoform ini diperoleh kristal iodoform yang
berwarna kuning dan berbentuk sepertik serbuk-serbuk. Hal ini telah sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Keenan (2009: 98) yang menyatakan bahwa
kristal iodoform berwara kuning dan berbentuk serbuk. Adapun mekanisme
reaksinya yaitu:

Tahap I:

Tahap II:

Tahap III:
Tahap IV:

Tahap V:

2. Pengujian iodoform
Pengujian iodoform merupakan uji khas untuk senyawa metil hidrogen
pada kedudukan alfa bersifat asam dan hasil penggunaannya menghasilkan anion
enolat. Selanjutnya anion enolat dapat bereaksi dengan halogen menghasilkan
senyawa hidroksil untuk iodine (Clark, 2007: 119). Selain itu, pengujian iodoform
ini dilakukan untuk menentukan senyawa yang memiliki hidrogen alfa yang dapat
membentuk iodoform. Pada percobaan ini, dilakukan dua percobaan yaitu:
a. Pengujian dengan asetofenon
Pengujian ini dilakukan dengan cara memasukkan larutan asetofenon ke
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan larutan dioksan dan natrium
hidroksida 10% dan menghasilkan dua lapisan. Larutan dioksan berfungsi sebagai
pelarut dan untuk mempertahankan warna iodium sehingga dapat mudah untuk
diamati. Sedangkan larutan natrium hidroksida berfungsi untuk mengendapkan
iodoform. Setelah itu, larutan ditambahkan dengan kedua iodida-iodium dan
masih membentuk dua lapisan yang tidak berwarna. Larutan kalium iodida-
iodium berfungsi sebagai penyedia iodida. Pengujian ini menunjukkan hasil yang
negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya endapan yang berwarna kuning.
Menurt Tim Dosen (2021: 4) pengujian yang positif ditunjukkan dengan
terjadinya endapan zat padat iodoform berwarna kuning.
Kemudian larutan dipanaskan pada suhu 60 ̊C karena iodoform tidak dapat
terbentuk pada suhu kamar. Setelah dipanaskan campuran ditambahkan dengan
larutan natrium hidroksida encer untuk mengikat kelebihan iodium. Warna yang
dihasilkan pada percobaan ini adalah adanya lapisan yang berwarna kuning
bening dan lapisan bawah terdapat lapisan yang berwarna merah bata. Padahal
yang seharusnya terjadi adalah endapan yang berwarna kuning. Dimana,
asetofenon terdapat H alfa yang dapat disubstitusi oleh I -. Adapun terjadinya
substitusi pada H alfa sama halnya oleh efek industry dari karbonil tersebut.
Adapun reaksi yang terjadi adalah :

b. Pengujian dengan Etil asetoasetat


Pengujian dengan etil asetoasetat dilakukan dengan pengujian yang sama
dengan pengujian dengan asetofenon. Pengujian ini menunjukkan hasil yang
negatif yang ditandai dengan tidak berwarna atau tidak tebentuknya endapan yang
berwarna kuning (Tim Dosen, 2018: 4). Warna yang dihasilkan pada percobaan
ini membentuk dua lapisan, lapisan atas kuning muda dan lapisan bawah tak
berwarna. Kuning yang terdapat pada hasil percobaan ini pada hasil penambahan
encer larutan natrium hidrksida encer bukan berupa endapan melainkan dalam
bentuk larutan. Hal ini disebabkan karena etil aseto asetat yang gugus karbonilnya
lebih dari satu atau tiga sehingga atom H alfanya mudah lepas tanpa tersubstitusi
melainkan membentuk H+ atau dengan kata lain sampel ini bersifat asam. Adapun
reaksi yang terjadi adalah :
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Teknik-teknik dan prinsip kerja kristalisasi zat padat organik yaitu
penimbangan, pelarutan, penyaringan, pencucian dan pengeringan kristal
Iodoform dan kristal iodoform yang diperoleh adalah 1,2 gram dengan
rendemen 25,53%.
b. Reaksi haloform adalah suatu reaksi yang menghasilkan pembentukan CHX 3
dan metal keton yang mengalami halogenasi dalam suasana basa.
c. Berdasarkan pengujian yang dilakukan diperoleh etiloasetoasetat dan
asetofenon menunjukkan hasil yang negatif yang ditandai dengan tidak
terbentuknya endapan kuning namun masing-masing terbentuk 2 lapisan yang
bagian atas berwarna kuning dan bagian bawah berwarna bening. Dan masing-
masing memberikan hasil pengujian yang negatif karena memiliki atom H alfa.
2. Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya agar lebih hati hati dan lebih teliti
memperhatikan pengocokan campuran pada saat penambahan natrium hipoklorit
yang mana harus dilakukan dengan kuat dan konstan agar reaksi dapat terjadi
dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Kawasumi, Ryusuke., Shodai Narita., Kazunori Miyamoto., Ken-ichi Tominaga.,


Ryo Takita., Masanobou Uchiyama. 2017. One-Step Convertion of
levulinic Acid to Succinic Acid Using I2/t-BuOK System: The Iodoform
Reaction Revisited. Journal Science Reports. Vol. 7 No 6

Kmentova, Iveta., Ambroz Almassy., Lucia Feriancova., Martin Putala. 2020.


Assessing Basic Separatory Technique Skill in an Organic Experiment
based on an Incomplete Haloform Reaction. Journal of Chemical
Education. Vol 4

Kristanti, Novi Alfinda., Nanik siti Aminah., Mulyadi Tanjung., Bambang


Kurniadi. 2008. FITOKIMIA. Surabaya: Airlangga University Press.

Li, Jack jie., E. J. Corey. 2007. Name Reaction for Functional Group
Transformation. New Jersey: John Wiley and Sons Inc.

Oxtoby David W, H. P. Gillis, Norman H. Nachtrieb. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia


Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Rahaswati, Luh Wayan Ayu. 2017. Evaluasi keberhasilan pengisian saluran akar
dengan sediaan Zinc Oxide Eugenol. Dan Campuran Calcium Hydroxide
dengan pasta Iodoform. Jurnal Pendidikan. Vol. 8 No. 1

Zhu, Jun., Xiao-Qiong Tian., Ling-Qi Kong., Li-Na., Feng-Ying Ran., Lun Wu1.,
Hong-Mei Wang., Qin-Hua Chen., and Xiao-Hua Zeng. 2021. One-pot
synthesis of Acanthus ilicifolius Linn alkaloid 2-benzoxazolinone
derivatives via a tandem Ugi 4-component coupling/haloform
cyclization. Journal Of Chemistry Research.Vol. 1 No. 4

Anda mungkin juga menyukai