Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Disusun oleh :
Destri Eka Pertiwi
1072221006

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MH THAMRIN

2023
BAB I PEMBAHASAN
A. Vitamin Larut dalam Air
Vitamin larut dalam air adalah vitamin yang hanya dapat disimpan dalam jumlah
sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Sebaian besar
vitamin larut air merupakan komponen sistem enzim yang banyak terlibat dalam
membantu metabolisme energi. Vitamin larut air biasanya tidak disimpan dalam
tubuh dan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah kecil. Oleh sebab itu vitamin
larut air perlu dikonsumsi setiap hari untuk mencegah kekurangan yang dapat
mengganggu fungsi tubuh normal (Almatsier, 2001).
Vitamin larut air dikelompokkan menjadi vitamin C dan vitamin B-kompleks.
Vitamin B-kompleks terdiri dari sepuluh faktor yang saling berkaitan fungsinya
didalam tubuh dan terdapat didalam bahan makanan yang hampir sama. Fungsinya
terkait dalam proses metabolisme sel hidup, baik pada tumbuh-tumbuhan maupun
hewan sebagai koenzim dan kofaktor (Almatsier, 2001).

1. Vitamin B Kompleks
Vitamin B yang esensial bagi nutrisi manusia adalah tiamin
(vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (vitamin B3), asam
pantotenat (vitamin B5), pyridoksin (vitamin B6), Biotin, Kobalamin
(vitaminB12), asam folat (Murray dkk, 2003).
a. Vitamin B1 (Tiamin) Prinsip
Vitamin B1 (thio-vitamine, thiamine, thiamin) adalah vitamin
yang terlarut dalam air. Tiamina terdiri atas cincin pirimidina dan
cincin thiazola (mengandung sulfur dan nitrogen) yang
dihubungkan oleh jembatan metilen. Turunan fosfatnya ikut serta
dalam banyak proses sel. Tiamina disintesis dalam bakteri, fungi
dan tanaman (Murray dkk, 2003).
• Metabolisme Vitamin B1
Tiamin berperan sentral dalam metabolisme penghasil
energi, dan khususnya metabolisme karbohidrat. Tiamin difosfat
adalah koenzim untuk tiga kompleks multi-enzim yang mengatalisis
reaksi dekarboksilasi oksidatif: piruvat dehidrogenase dalam
metabolisme karbohidrat. α-ketoglutarat dehidrogenase dalam
siklus asam sitrat dan asam sitrat keto dehidrogenase rantai
bercabang pada metabolisme leusin, isoleusin, dan valin. Pada
masing-masing kasus, tiamin difosfat menyediakan sebuah karbon
reaktif pada gugus tiazol yang membentuk suatu karbanion, yang
kemudian menambah gugus karbonil pada, misalnya piruvat.
Senyawa tambahan kemudian mengalami dekarboksilasi dan
mengeluarkan CO2. Tiamin trifosfat juga merupakan koenzim untuk
transketolase, pada jalur pentosa merupakan fosfat (Gambar 30 Murray dkk, 2009).
Gambar 30. A) Tiamin, B) Tiamin difosfat, dan C) bentuk karboniat
Sumber. Modifikasi dari Murray, R.K, Granner, D.K, Mayes, P.A,
Rodwell V.W, Biokimia Harper, 2003

Tiamin difosfat memiliki peran penting dalam hantaran saraf;


senyawa ini memfosforilasi (sehingga mengaktifkan) kanal klorida di
membrane saraf.

• Gangguan Metabolisme Vitamin B1 Bagi Kesehatan


Defisiensi tiamin dapat menyebabkan tiga sindrom tersendiri: suatu
neuritis perifer kronik, beriberi, yang dapat berkaitan atau tidak
dengan gagal jantung dan edema; beriberi penisiosa (fulminan) akut
(beriberi shoshin) dengan gejala yang predominan berupa gagal
jantung dan kelainan metabolik tanpa neuritis perifer; dan ensefalopati
Wernicke disertai psikosis Korsakoff, yang terutama berkaitan dengan
penyalahgunaan alcohol dan narkotik. Peran tiamin difosfat dalam
piruvat dehidrogenase memiliki arti bahwa pada defisiensi terjadi
gangguan perubahan piruvat menjadi asetil KoA. Pada orang dengan
diet karbohidrat yang relatif tinggi, hal ini menyebabkan meningkatnya
kadar laktat dan pirufat plasma, yang dapat menyebabkan asidosis
laktat yang mengancam jiwa (Murray dkk, 2009).
b. Vitamin B2 (Riboflavin) Prinsip
Vitamin B2 diperlukan untuk berbagai ragam proses seluler. Seperti
vitamin B lainnya, riboflavin memainkan peranan penting dalam
metabolisme energi, dan diperlukan dalam metabolisme lemak, zat
keton, karbohidrat dan protein. Vitamin ini juga banyak berperan
dalam pembetukkan sel darah merah, antibodi dalam tubuh, dan
dalam metabolisme pelepasan energi dari karbohidrat (Murray dkk, 2009)
• Metabolisme Vitamin B2
Vitamin B2 (Riboflavin) Berperan Penting dalam Metabolisme
Penghasil-Energi. Riboflavin menyediakan gugus-gugus reaktif
koenzim flavin mononukleotida (FMN) dan flavin adenine dinukleotida
(FAD). FMN dibentuk oleh fosforilasi riboflavin dependen-ATP;
sementara FAD disintesis oleh reaksi lebih lanjud ATP dengan gugus
AMP yang dipindahkan le FMN. Sumber utama riboflavin dalam
makanan adalah susu dan produk susu. Selain itu, karena warnanya
yang kuning terang, riboflavin sering digunakan sebagai zat aditif
makanan (Murray dkk, 2003).
• Gangguan Metabolisme Vitamin B2 Bagi Kesehatan
Meskipun riboflavin berperan sentral dalam metabolisme lipid dan
karbohidrat, dan defisiensi riboflavin terjadi di banyak Negara, namun
defisiensi ini tidak mematikan karena penghematan riboflavin di
jaringan sangat efisien. Defisiensi riboflavin ditandai oleh keilosis,
deskuamasi dan peradangan lidah, dan dermatitis seboroik. Status gizi
riboflavin dinilai dengan mengukur pengaktivan glutation reduktase
eritrosit oleh FAD yang ditambahkan in vitro (Murray dkk, 2003).
c. Vitamin B3 (Niasin) Prinsip
Niasin ditemukan sebagai nutrien sewaktu penelitian tentang
pellagra dilakukan. Niasin bukan suatu vitamin sejati karena zat ini
dapat disintesis dalam tubuh dari asam amino esensial triptofan. Dua
senyawa, asam nikotinat dan nikotinamida, memiliki aktivitas biologis
niasin; fungsi metaboliknya adalah sebagai cincin nikotinamida pada
koenzim NAD dan NADP dalam reaksi oksidsi/reduksi. sekitar 60 mg
triptofan setara dengan 1 mg niasin dalam makanan. Kandungan niasin
dalam makanan dinyatakan sebagai:
Mg niasin ekuivalen = mg niasin yang sudah ada + 1/60 x mg
triptofan. Karena sebagian besar niasin dalam sereal tidak dapat
digunakan secara biologis, jumlah ini tidak diperhitungkan.

• Metabolisme Vitamin B3
Nikotinat merupakan bentuk niasin yan diperlukan bagi sintesis
NAD+ dan NADP+ oleh enzim yang terdapat di dalam sitosol sebagian
besar sel. Oleh karena itu, setiap nikotinamida di dalam makanan
pertama-tam harus mengalami deamidasi menjadi nikotinat. Di dalam
sitosol, nikotinat diubah menjadii senyawa desamido-NAD+ melalui
reaksi yang semula berlangsung dengan 5-fosforibosil 1-pirofosfat
(PRPP), dan kemudian melalui adenilasi dengan ATP. Gugus amido
pada glutamin kemudian turut membentuk koenzim NAD+ Koenzim ini
bisa mengalami fosforilasi lebih lanjut membentuk NADP+ (Murray dkk,
2009). Nukleotida nikotinamida memainkan peran luas sebagai koenzim
banyak enzim dehidrogenase yang terdapat baik dalam sitosol maupun
dalam mitokondria. Oleh karena itu, vitamin ini merupakan komponen
kunci pada banyak lintasan metabolik yang mempengaruhi
metabolisme karbohidrat, lemak serta asam amino (Murray dkk, 2009).
• Gangguan Metabolisme Vitamin B3 (niasin) Bagi Kesehatan
Niasin bersifat toksik jika pengunaannya berlebihan. Asam
nikotinat digunakan untuk mengobati hiperglikemia dan jika digunakan
dalam kisaran 1-6 g/hari dapat menyebabkan ditalasi pembuluh darah
dan flushing serta iritasi kulit. Asupan asam nikotinamida yang
melebihi 500 mg/hari juga menyebabkan kerusakan hati (Almatsier,
2001).
d. Vitamin B5 (Asam Pantotenat) Prinsip
Asam pantotenat dibentuk melalui penggabungan asam
pantoat dengan β −alanin (Gambar 33).

• Metabolisme Vitamin B5
Asam pantotenat dapat dengan mudah di absorpsi di dalam
usus dan selanjudnya mengalami fosforilasi oleh ATP membentuk
senyawa 4’-fosfopantotenat. Penambahan system dan pengeluaran
gugus karboksilnya mengakibatkan adisi nettotioetanolamin sehingga
menghasilkan 4’-fosfopantetein, gugus prostetik pada KoA dan protein
pembawa asil (ACP, acyl carrier protein). Sepertinya halnya koenzim
aktif banyak vitamin larut-air lain, KoA mengandung nukleotida
adenine. Dengan demikian, 4’-fosfopantetein akan mengalami
adenililasi oleh ATP membentuk defosfo-KoA. Fosforilasi akhir terjadi
dengan ATP yang mengadisikan fosfat ke gugus 3’-hidroksil moietas
ribose, menghasilkan KoA (Murray, dkk 2009).
• Gangguan Metabolisme Vitamin B5 Bagi Kesehatan
Difisiensi asam pantotenat jarng terjadi karena tersebar
luasnya asam pantotenat di dalam berbagai makanan, khususnya
dalam jumlah berlimpah di dalam jaringan hewan, sereal utuh, dan
kacang-kacangan meskipun demikian, sindrom burning foot pernah
terjadi di antara para tawanan perang akibat defisiensi asam
pantotenat dan ini berhubungan dengan menurunnya kemampuan
asetilasi (Murray, dkk 2002).
e. Vitamin B6 (Pyridoksin) Prinsip

Ketiga bentuk ini memiliki aktivitas vitamin yang sama karena


dapat melakukan interkonversi satu sama lain di dalam tubuh.

• Metabolisme Vitamin B6
Vitamin B6 penting dalam metabolisme asam amino dan
glikogen, juga dalam kerja hormone steroid. Terdapat enzim senyawa
yang memiliki aktivitas vitamin B6. piridoksin, piridoksal, piridoksamin,
dan turunan 5-fosfatnya. Koenzim aktif adalah piridoksal 5’-fosfat.
Sekitar 80& vitamin B6 total dalam tubuh adalah piridoksal fosfat di
otot, sebagian besar berkaitan dengan glikogen fosforilase. Bentuk ini
tidak dapat digunakan pada keadaan defisiensi, tetapi dibebaskan jika
terjadi kelaparan, saat cadangan glikogen terkuras, dan kemudian
dapat digunakan, terutama di hati dan ginjal untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan glukoneogenesis dari asam amino (Almatsier,
2001).
Vitamin B6 memiliki beberapa peran dalam metabolisme.
Piridoksal fosfat adalah suatu metabolisme asam amino, khusunya
transaminasi dan dekarboksilasi. vitamin ini juga merupakan kofaktor
glikogen fosforilase, dan gugus fosfat penting untuk katalisis. Selain
itu vitamin B6 penting bagi kerja hormone steroid. Piridoksal fosfat
mengeluarkan kompleks hormon-reseptor dari ikatan dengan DNA
dan menghentikan kerja hormon. Pada defisiensi vitamin B6, terjadi
peningkatan kepekaan terhadap kerja estrogen, androgen, kortisol,
dan vitamin D konsentrasi rendah (Almatsier, 2001).
• Gangguan Metabolisme Vitamin B6 Bagi Kesehatan
Meskipun gejala klinis defisiensi jarang dijumpai, namun
terdapat bukti bahwa cukup banyak orang yang status vitamin B6-nya
marginal. Defisiensi tingkat sedang menyebabkan kelainan
metabolisme triptofan dan metionin. Peningkatan kepekaan terhadap
kerja hormone steroid mungkin penting dalam pembentukan kanker
dependen-hormon pada payudara, uterus, dan prostat, dan status
vitamin B6 mungkin memengaruhi prognosis (Almatsier, 2009).
Vitamin B6 menyebabkan neuropati sensorik jika berlebihan.
Timbulnya neuropati sensorik pernah dilaporkan pada pasien yang
mengonsumsi 2-7 g piridoksin per hari untuk berbagai alasan (terdapat
sedikit bukti bahwa vitamin ini efektif dalam mengobati sindrom
prahaid). Pengertian pemberian dosis tinggi ini meninggalkan
kerusakan residual, laporan lain menyatakan bahwa asupan melebihi
200 mg/hari berkaitan dengan kerusakan saraf (Almatsier, 2001).

Anda mungkin juga menyukai