BAKTERIAL
Oleh:
Maryon D. Ayomi
Pembimbing
dr. Amy Aurelia, Sp.M
2
ANATOMI DAN HISTOLOGI KORNEA
HISTOLOGI KORNEA
EPITELIUM
• Tebal lapisan epitel kira-kira 5% (50 µm) dari total seluruh lapisan kornea
• Terdiri 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel
poligonal dan sel gepeng
MEMBRAN BOWMAN
Membran yang jernih dan aselular serta merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak
teratur seperti stroma dan berasal dari epitel bagian depan stroma
STROMA
• Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea
• Terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 0,5 mm dan terdapat keratosit
MEMBRAN DESCEMET
• Lapisan ini merupakan membran aselular, jernih, dan sangat elastis
• Membran ini berkembang terus seumur hidup dan mempunyai tebal 40 µm
ENDOTELIUM
Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara 20-40
µm melekat erat pada membran descemet melalui taut
FISIOLOGI KORNEA
7
KLASIFIKASI
Epitelial
Keratitis punctata
superfisialis, Herpes
simpleks, Herpes zoster
Subepitel
Superfisial Keratitis nummularis,
Keratitis disiformis
KERATITIS Stromal
Keratitis neuroparalitik,
Keratitis lagoftalmus
Profunda
8
Lapisan Kornea yang terkena
9
ETIOLOGI
10
PATOFISIOLOGI
INFLAMASI
• Penggunaan kontak • Epifora
lens
• Trauma mata • Barrier fisik • Blefarospasme
• Lakrimasi
• Dry eyes • Fotofobia
• dll • Sel imun dan mediator
lokal
DEFECT • Dilatasi vaskular limbus TRIAS
KORNEA KERATITIS
11
TEMUAN DAN GEJALA UMUM
SUBJEKTIF OBJEKTIF
• Keluar air mata yang • Penurunan tajam
berlebihan (epifora) penglihatan
• Fotofobia • Radang pada kelopak mata
• Blefarospasme (bengkak, merah)
• Nyeri • Mata merah (injeksi siliar)
• Infiltrat
12
KERATITIS
13
KERATITIS BAKTERIAL
15
FAKTOR RISIKO
• Kontak lens
• Penyakit kornea sebelumnya
• Trauma mata
• Ocular surgery
• Kontaminasi pengobatan mata
• Perubahan struktur permukaan
kornea
16
PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme
18
MANIFESTASI KLINIS
Keratitis Pneumokokus
• muncul 24-48 jam setelah inokulasi
• ulkus berbatas tegas, kelabu, cenderung menyebar secara tak teratur dari tempat infeksi ke
sentral
• Batas yang maju menampakkan ulserasi aktif dan infiltrasi
• Kornea sekitar ulkus sering bening, ada hipopion
Keratitis Pseudomonas
• Ulkus berawal sebagai infiltrat kelabu atau kuning
• Lesi ini cenderung cepat menyebar ke segala arah
• Terdapat hipopion
• Infiltrat dan eksudat berwarna hijau kebiruan
Keratitits Streptokokus
• Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous)
• Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.
• Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi
19
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan
Fisik Penunjang
• Mata merah • ↓ Visus • Kultur bakteri
• Silau • Blefarospasme • Biopsi kornea
• Nyeri • Edema kornea • Sensibilitas
• Epifora • Infiltrat kornea kornea (kapas
• Kelilipan • Hiperemi pilin dan
• Faktor perikornea estesiometer)
predisposisi • Uji Flouresensi
20
TATALAKSANA
• ANTIBIOTIK
– Tetes mata antibiotik mampu mencapai tingkat jaringan yang tinggi.
– Salep pada mata berguna sewaktu tidur dan juga berguna sebagai
terapi tambahan.
– Antibiotik subkonjungtiva membantu pada keadaan ada penyebaran
segera ke sclera atau perforasi
– Antibiotik topikal spektrum luas digunakan pada pengobatan awal
– Untuk keratitis yang parah
• dosis loading setiap 5 sampai 15 menit untuk jam pertama
• diikuti oleh aplikasi setiap 15 menit sampai 1 jam pada jam
berikutnya.
– Agen Cycloplegic digunakan untuk mengurangi pembentukan
sinekhia dan untuk mengurangi nyeri
21
TATALAKSANA
• ANTIBIOTIK
– Terapi single-drug dengan menggunakan fluoroquinolone
menunjukkan efektiftivitas yang sama seperti terapi kombinasi.
– Gatifloksasin dan moksifloksasin (generasi keempat
fluoroquinolone) telah dilaporkan memiliki cakupan yang lebih baik
terhadap bakteri gram-positif
– Terapi kombinasi antibiotika digunakan dalam kasus infeksi berat
dan mata yang tidak responsif terhadap pengobatan.
– Pengobatan dengan lebih dari satu agen mungkin diperlukan untuk
kasus-kasus penyebab mikobakteri non-tuberkulosis
– Antibiotik sistemik jarang dibutuhkan, tetapi dapat
diipertimbangkan pada kasus-kasus yang parah atau ketika adanya
ancaman perforasi dari kornea
– Terapi sistemik juga diperlukan dalam kasus-kasus keratitis
gonokokal. 22
TATALAKSANA
• KORTIKOSTEROID
– Keuntungan penekanan peradangan dan pengurangan
pembentukan jaringan parut pada kornea
– Kerugian timbulnya aktivitas infeksi baru, imunosupresi lokal,
penghambatan sintesis kolagen dan peningkatan TIO
– Prinsip pada terapi kortikosteroid topikal adalah menggunakan dosis
minimal kortikosteroid yang bisa memberikan efek kontrol
peradangan.
– Keberhasilan pengobatan membutuhkan perkiraan yang optimal,
regulasi dosis secara teratur, penggunaan obat antibiotika yang
memadai secara bersamaan, dan follow-up.
– Kepatuhan dari pasien sangat penting, dan TIO harus sering dipantau
23
KOMPLIKASI
• penipisan kornea
• perforasi kornea
• endophthalmitis
• hilangnya
penglihatan
24
PROGNOSIS
• Prognosis visual tergantung pada beberapa
faktor:
– Virulensi organisme yang bertanggung jawab atas
keratitis
– Luas dan lokasi ulkus kornea
– Hasil vaskularisasi dan / atau deposisi kolagen
25
26
Kesimpulan
• Keratitis merupakan suatu infeksi pada kornea
yang ditandai dengan adanya infiltrat yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan
tempatnya keratitis secara garis besar dapat
dibagi menjadi keratitis pungtata superfisialis,
keratitis marginal dan keratitis interstitial.
Berdasarkan penyebabnya keratitis digolongkan
menjadi keratitis bakterialis, keratitis fungal,
keratitis viral dan keratitis akibat alergi. Kemudian
berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi
menjadi keratitis sika, keratitis flikten, keratitis
nurmularis dan keratitis neuroparalitik.
27
• Gejala umum keratitis adalah visus turun mendadak,
mata merah, rasa silau, dan merasa ada benda asing di
matanya. Gejala khususnya tergantung dari jenis-jenis
keratitis yang diderita oleh pasien. Gambaran klinik
masing-masing keratitis pun berbeda-beda tergantung
dari jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi
di kornea, jika keratitis tidak ditangani dengan benar
maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu
ulkus yang dapat merusak kornea secara permanen
sehingga akan menyebabkan gangguan penglihatan
bahkan dapat sampai menyebabkan kebutaan.
28
TERIMA KASIH
29