Anda di halaman 1dari 5

Teknik Anestesi Pediatrik

1. Anamnesa Preoperatif
Pada anak-anak terdapat rasa takut yang sangat terhadap tindakan operasi, hal ini
dipengaruhi oleh :
- Umur
- Pengalaman operasi sebelumnya
- Kematangan mental

Berbeda dengan orang dewasa yang sangat khawatir dengan kemungkinan terjadi
kematian, pada anak-anak sangat khawatir dengan rasa sakit dan saat pemisahan
dari orang tuanya.

Program persiapan preoperatif seperti pembuatan brosur, video dan tour sangat
membantu persiapan anak-anak beserta orang tuanya.
Kesulitan akan muncul pada saat persiapan pada pasien ODS (one day surgery),
karena waktu yang sangat singkat untuk persiapan.

2. Upper Respiratory Tract Infection (URTI)


Anak-anak sering mengalami demam, batuk atau suara serak yang dapat disebabkan
oleh virus yang menyebabkan URTI. Infeksi virus ini dapat menimbulkan peningkatan
resiko komplikasi pada paru-paru pada perioperatif seperti wheezing,
laryngospasme, hipoksia dan atelektasis.
Bila tindakan operasi tidak bisa ditunda, dapat dilakukan dengan persiapan
premedikasi, ventilasi mask, humidifikasi gas-gas anestesi dan kemungkinan waktu
yang lebih lama di Ruang Pemulihan.

3. Pemeriksaan Laboratorium

4. Puasa Preoperatif
Pada pasien anak-anak terdapat kecenderungan terjadi dehidrasi. Tetapi juga
terdapat resiko aspirasi, namun pemanjangan waktu puasa preop juga tidak dapat
menurunkan resiko aspirasi.
Puasa untuk persiapan operasi :
- < 6 bulan : 4 jam
- 6 – 36 bulan : 6 jam

Bila sudah minum cairan, dipuasakan 2-3 jam

5. Premedikasi
Ada bermacam cara yang direkomendasikan untuk premedikasi pada pasien
anak. Premedikasi sedatif adalah secara umum diberikan untuk neonatus, bayi dan
anak yang tidak suka dengan pemisahan dengan orang tuanya, dapat diberi suatu
obat penenang, seperti midazolam (0.3–0.5 mg/kg, maksimum 15 mg).
Dapat pula dilakukan pemberian obat secara suntikan intramuskular, tetapi
itu memerlukan waktu 20–45 menit. Dosis-dosis lebih kecil dari midazolam bisa

-1-
digunakan di penambahan ketamine (4–6 mg/kg), tetapi kombinasi itu tidak
dilakukan untuk pasien rawat jalan.
Untuk pasien-pasien yang tidak koperatif, midazolam dalam otot (0.1–0.15
mg/kg, 10 maksimum mg) dan/atau ketamine (2–3 mg/kg) dengan atropin (0,02
mg/kg) bisa sangat menolong.
Midazolam rektal (05–1 mg/kg, 20 maksimum mg) atau methohexital rektal
(25–30 mg/kg dari solusi 10%) boleh juga diatur dalam kasus-kasus selagi anak itu
masih dipelukan orangtuanya.
Beberapa anesthesiologists secara rutin memberikan premedikasi pada anak-
anak muda dengan obat antikolinergik (misalnya, atropin 0,02 mg/kg) untuk
berkurang kemungkinan dari bradikardia selama induksi/pelantikan. Atropin
mengurangi timbulnya tekanan darah rendah selama induksi/pelantikan di dalam
neonatal-neonatal dan di dalam bayi-bayi kurang dari 3 bulan. Atropin dapat juga
diberikan intramuskular (0,05 mg/kg), secara dalam otot, atau adakalanya secara
rektal.

6. Monitoring
Monitoring persyaratan-persyaratan untuk bayi-bayi dan anak-anak secara
umum serupa dengan orang dewasa dengan beberapa modifikasi alat yang
berukuran kecil dan alarm pembatas harus sewajarnya disesuaikan.
Suatu stetoskop precordial merupakan alat monitoring yang praktis untuk
memonitor denyut jantung, mutu bunyi jantung, dan bunyi nafas.
Penggunaan oximetry dan capnography dapat digunakan untuk memonitor ventilasi.
Temperatur harus lekat dimonitor di dalam pasien-pasien anak oleh karena suatu
resiko yang lebih tinggi untuk hipertermi malignan dan potensi untuk kedua-duanya
hipotermia dan hipertermia yang iatrogenik. Hipotermia dapat dicegah dengan
menjaga agar kamar operasi tidak dingin (26°C atau yang lebih tinggi), menggunakan
suatu selimut yang hangat dan lampu lantai panggung hangat, dan menghangatkan
semua cairan yang masuk kedalam pembuluh darah.

7. Induksi
Induksi pada general anestesi biasa dilakukan dengan menggunakan obat-obat
intravena atau obat-obat inhalasi.
Induksi menggunakan Ketamin intamuskular (5-10 mg/kbBB) biasa dilakukan pada
situasi yang spesifik seperti pada anak-anak yang berontak untuk dilakukan tindakan.
Induksi menggunakan obat-obat intravena dapat dilakukan pada anak-anak yang
sudah terpasang IV-line saat masuk kamar operasi atau anak-anak yang cukup
koperatif untuk dilakukan pemasangan IV-line. Penggunaan EMLA (euthetic mixture
of local anesthetic) cream dapat digunakan untuk mengurangi stress dan rasa sakit
pada tindakan kanulasi IV-line.

Intubasi awake atau sedated dapat dilakukan pada neonatus atau bayi-bayi pada :
- tindakan gawat-darurat
- sakit kritis
- adanya kemungkinan sulit intubasi.

-2-
Induksi dengan obat-obat Intravena
Induksi menggunakan obat-obat intravena dapat dilakukan seperti orang dewasa
:
- Hipnotik-Sedatif :
Propofol (2-3 mg/kg) atau Thiopental.
- Muscle relaxant :
Atrakurium atau Rocuronium.
- Analgetik :
Fentanyl

Propofol akan menurunkan tekanan darah pada saat intubasi, cepat bangun
dan kemungkinan kecil terjadi mual-muntah pada post-op.
Keuntungan menggunakan obat intravena adalah dapat digunakan untuk
induksi cepat dan menurunkan resiko aspirasi.

Induksi dengan obat-obat Inhalasi


Pada umumnya anak-anak datang ke kamar operasi dengan keadaan belum
terpasang IV-line dan dengan keadaan yang sangat ketakutan terutama kepada
jarum.
Beruntung saat ini terdapat obat anestesi inhalasi modern yang dapat
membuat pasien anak-anak tercapai hipnotik dalam waktu beberapa menit. Dan
akan dipermudah dengan keadaan sedasi sebelumnya.
Terdapat banyak perbedaan anatomy pasien dewasa dan anak-anak yang
berhubungan dengan penggunaan ventilasi facemask dan intubasi.
Neonatus dan beberapa anak-anak merupakan obligate nasal breathers dan
mudah terjadi obstruksi pada jalan nafasnya. Penekanan pada jaringan lunak
submandibular selama ventilasi harus dihindarkan untuk mencegah obstruksi jalan
nafas atas.
Induksi dengan obat inhalasi merupakan pemberian obat inhalasi disertai
campuran gas yang tidak berbau (oksigen + N2O). Sevoflurane atau Halothan sering
digunakan dengan cara ditingkatkan 0,5 % setiap 3-5 tarikan nafas.
Sevoflurane sering digunakan karena minimalnya depresi cardiovascular dan
depresi nafas. Desflurane dan isoflurane sangat jarang digunakan untuk inhalasi
karena berbau sangat tidak enak, hal ini akan menimbulkan batuk-batuk, tahan-
nafas, dan laryngospasme pada induksi inhalasi.
Beberapa klinisi melakukan teknik single breath dengan menggunakan
Sevoflurane 7-8% dalam O2-N2O (40%-60%) untuk melakukan induksi cepat. Setelah
tercapai tingkat kedalaman anestesi yang adekuat, barulah dilakukan pemasangan
IV-line dan pemberian obat-obat intravena.

8. Akses Intravena
Kanulasi pada vena pada pasien anak-anak merupakan tantangan yang tidak
mudah, dengan vena yang tipis dan lemak subkutan yang tebal. Setelah anak
berumur 2 tahun baru bisa lebih mudah.

9. Tracheal Intubation

-3-
10. Maintenance
Ventilasi
Selama tindakan anestesi pada pasien anak-anak atau neonatus, pada
umumnya ventilasi dilakukan secara kontrol. Pada saat ventilasi spontan terdapat
kecenderungan menjadi obstruksi pada circle system nya walaupun sudah
menggunakan circle system yang low resistance (bertahanan rendah).

Pada pasien dengan berat badan 10 Kg, dapat menggunakan sirkuit


Mapleson-D atau Bain system yang mempunyai tehanan rendah dan sangat ringan.
Perlu diperhatikan pada beberapa mesin anestesi tipe lama yang dirancang
untuk pasien dewasa saja dan tidak bisa digunakan untuk anak-anak. Perlu
diperhatikan pemberian volume tidal pada anak-anak karena pemberian volume
yang berlebihan dapat menyebabkan barotrauma.
Untuk anak-anak dengan berat < 10 kg, pemberian volume tidal yang adekuat
berkisar pada tekanan inspirasi 15-18 cmH2O dengan volume 8-10 ml/kg.

Maintenance Anestesi
Maintenance anestesi pada pasien pediatrik dapat dilakukan dengan obat-
obatan yang sama dengan pasien dewasa. Beberapa klinisi merubah obat anestesi
inhalasi dari sevoflurane ke isoflurane atau halothane untuk menurunkan insidensi
delirium atau agitasi (gelisah) pada saat post-operatif. Bila sevoflurane dilanjutkan
untuk maintenance, maka pemberian opioid (misalnya fentanyl 1-1,5 µg/kgBB) 15-20
menit sebelum operasi selesai, dapat menurunkan insidensi delirium atau agitasi.

Pemberian Cairan Perioperatif


Penggunaan Infusion pump dan infus set mikrodrip sangat dianjurkan untuk
pemberian cairan yang terukur dengan akurat.
Pemberian cairan maintenance untuk pasien pediatrik dapat menggunakan
formula 4 : 2 : 1 yaitu :
- 4 ml/kg/jam untuk 10 kgBB pertama.
- 2 ml/kg/jam untuk 10 kgBB kedua.
- 1 ml/kg/jam untuk setiap kgBB selanjutnya.

Pemilihan jenis cairan sampai saat ini masih banyak pendapat dan
kontroversi, tetapi pemilihan cairan seperti D5½NS dapat diberikan untuk
memelihara kadar dextrose dan elektrolit secara adekuat.
Dalam pemberian cairan maintenance, defisit cairan selama preoperatif
harus diganti, contoh : Seorang anak dengan BB 5 kg dipuasakan 4 jam (tidak
mendapatkan minum dan cairan infus selama 4 jam) untuk persiapan operasi. Maka
terdapat defisit cairan sebanyak 4 (ml) x 5 (kg) x 4 (jam) = 80 ml.
Defisit cairan 80 ml tersebut harus diberikan kepada pasien (setelah pemasangan
infus) dengan cara diberikan 50% pada 1 jam pertama, 25% pada 1 jam kedua dan
25% pada 1 jam ketiga.
Jadi pada pasien ini diberikan 20 ml ( 4 ml x 5 ) + 50% dari 80 ml = 60 ml pada
1 jam pertama, dan 20 ml (4 ml x 5 ) + 25% dari 80 ml = 40 ml pada 1 jam kedua dan
ketiga.

-4-
Blood Loss (kehilangan darah)
Perkiraan volume darah - Estimated Blood volume (EBV) :
- Neonatus prematur 100ml/kg
- Neonatus matur 85-90 ml/kg
- Infants 80ml/kg
- Dewasa 65-70 ml/kg

Kehilangan darah (blood loss) dapat digantikan oleh cairan kristaloid non-
glukose dengan perbandingan 3 ml RL untuk setiap ml kehilangan darah. Atau bila
menggunakan cairan koloid 1 ml untuk setiap ml kehilangan darah selama
hematokrit masih dalam batas toleransi. Pada neonatus harus tetap diatas 40-50%.

11. Sedasi pada prosedur didalam dan diluar kamar Operasi


Pemberian sedasi sering diberikan kepada kepada pasien pediatrik, baik
didalam maupun diluar kamar operasi untuk prosedur-prosedur non-bedah seperti :
- Pemeriksaan-pemeriksaan : MRI, CT Scan dll.
- Prosedur diagnostik : Bronchoscopy, Endoscopy, Catheterisasi jantung dll.
- Prosedur minor : Aspirasi Bone-marrow dll.

Pemberian sedasi dilakukan dengan harapan pasien menjadi lebih koperatif


dan tidak terlalu banyak bergerak.

Pemberian sedasi dilakukan sesuai kebutuhan :


- Sedasi ringan.
- Sedasi sedang + analgesia.
- Sedasi dalam + analgesia.
- Bahkan bisa sampai General Anestesi.

Tetapi untuk semua tindakan sedasi ini, standard dan prosedur yang
digunakan harus sama dengan melakukan General anestesi, baik dari sejak puasa
pre-op, pemeriksaan fisik, monitoring, dan perawatan post-op. Masalah yang timbul
seperti obstruksi jalan nafas, hipoventilasi dan depresi cardiovascular seperti pada
prosedur general anestesi juga merupakan masalah pada prosedur pemberian
sedasi.

12. Penanganan nyeri post-operasi


Penanganan nyeri post-operasi pada pasien pediatrik pada saat ini mendapat
perhatian yang serius, dapat menggunakan teknik anestesi regional (seperti caudal
blok) atau menggunakan obat-obatan seperti Fentanyl 1–2 ug/kg, morfin 0.05–0.1
mg/kg, hidromorfon 0015 mg/kg, dan meperidina 0,5 mg/kg. Ketorolac (0.5–0.75
mg/kg) dapat juga digunakan untuk menghindari penggunaan obat-obat opioid.
Asetaminofen rektal (40 mg/kg) boleh juga adalah sangat menolong tanpa rasa sakit.
Penggunaan alat Patient-controlled analgesia (PCA) sangat bermanfaat
digunakan pada anak-anak umur 6-7 tahun keatas.

Terima kasih.-

-5-

Anda mungkin juga menyukai