Anda di halaman 1dari 8

Tatalaksana Anestesi pada Pasien Pediatrik

2.3.1 Evaluasi dan Persiapan pra Anestesi

 Evaluasi dan Persiapan

Sebelum anestesi dan pembedahan dilaksanakan, keadaan hidrasi, elektrolit, asam basa
harus berada dalam batas-batas normal atau mendekati normal. Heteroanamnesis dari orang tua,
penilaian keadaan umum dan fisik, serta menilai masalah anestesi yang akan dialami juga harus
dilakukan.14 Pemeriksaan tambahan yang rutin dilakukan adalah darah lengkap dan faal
hemostatis, sdangkan pemeriksaan lain sesuai dengan kebutuhan11,14 . Transportasi neonatus dari
ruang perawatan ke kamar bedah sedapat mungkin menggunakan incubator yang telah
dihangatkan. Peralatan anestesi neonatus bersifat khusus. Tahanan terhadap aliran gas harus
rendah, anti obstruksi, ringan dan mudah dipindahkan. Biasanya digunakan system anestesi
13,14
semi-open modifikasi system pipa T dari Ayre yaitu peralatan dari Jackson-Rees. Untuk
anestesi yang lama, gas-gas anestetik dihangatkan, dilembabkan dengan pelembab listrik. 14 Pada
kelompok anak pra sekolah dan usia sekolah, kunjungan anestesi dilakukan selain untuk menilai
keadaan umum, keadaan fisik, mental, dan menilai masalah yang akan dihadapi penderita, juga
merupakan kesempatan untuk mendapatkan kepercayaan anak tersebut sehingga mengurangi
kecemasan anak.15

 Puasa
Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. Lama puasa yang dianjurkan
adalah stop susu 4 jam dan pemberian air gula 2 jam sebelum anestesi untuk umur < 6 bulan.
Stop susu 6 jam dan pemberian air gula 3 jam sebelum anestesi untuk umur 6-36 bulan. Untuk
>36 bulan dengan cara stop susu 8 jam dan pemberian air gula 3 jam sebelum anestesi.3,6 Untuk
anak yang sudah lebih besar, puasa seperti orang dewasa yaitu 6-8 jam.15

 Infus
Infus dipasang untuk memenuhi kebutuhan cairan karena puasa, mengganti cairan yang
hilang akibat trauma bedah, akibat perdarahan, dll. Cairan pemeliharaan/pengganti karena puasa
diberikan dalam waktu 3 jam, jam I 50% dan jam II, III maing-masing 25%. Kecukupan hidrasi
dapat dipantau melalui produksi urin (> 0,5ml/kgBB/jam). 1,3,7 Untuk pemeliharaan digunakan
preparat D5% dalam NaCl 0,225% untuk anak < 2 tahun dan preparat D5% dalam NaCl 0,45 %
untuk anak > 2 tahun.11

 Persiapan Kamar Operasi


Persiapan kamar operasi merupakan hal yang esensial, dan tergantung pada ukuran tubuh
dan status fisik pasien, metode induksi, dan rencana airway manajemen. Mesin anestesi harus
diperiksa terlebih dahulu dan ventilator diatur sesuai tubuh pasien, ukuran face mask yang
sesuai, dan juga oral airway. Laringoskop harus di cek apakah berfungsi dengan baik, dan ukuran
blade yang sesuai harus dipersiapkan. Obat obatan, tube trakea, stylet yang sesuai juga
merupakan hal yang esensial dalam persiapan. Peralatan untuk resusitasi, obat-obat emergensi
juga harus dipersiapkan. Karena permukaan tubuh anak lebih besar daripada dewasa, sehingga
cenderung untuk terjadi hipotermi, suhu di ruangan operasi tentu harus disesuaikan, dan alat
pemanas dapat disediakan untuk dapat menjaga suhu pasien.2,15

 Keberadaan Orang Tua Pasien

Keberadaan orang tua di sisi pasien, merupakan salah satu cara untuk menghilangkan
kecemasan pada pasien, selain dengan menggunakan obat-obatan. Banyak rumah sakit yang
telah menyediakan video tentang petunjuk baik bagi sang pasien ataupun orang tuanya, tentang
apa dan bagaimana persiapan preoperative yang sebenar dan sebaiknya. Hal ini dapat membantu
terutama pada pasien usia pra sekolah. Anak yang berusia lebih dari 4 tahun dengan orang tua
yang memiliki tingkat kecemasan lebih rendah mendapatkan keuntungan untuk mengurangi
kecemasan pada sang pasien sendiri. Namun jika orang tua pasien memiliki kecemasan yang
berlebih tentu hal ini tak akan membantu, atau bahkan menjadi lebih sulit. Jika pasien telah ter
sedasi, keberadaan orang tua tak lagi diperlukan, dimana hal ini tidak akan berpengaruh terhadap
kecemasan pasien. Keberadaan orang tua saat induksi sangat tergantung dari tipe orang tua
tersebut, instruksi yang diberikan, pasien dan sang ahli anestesi sendiri.2,14,15
 Premedikasi

1. Sulfas Atropine
Hampir selalu diberikan terutama pada penggunaan Halotan, Enfluran, Isofluran,
suksinil cholin atau eter. Dosis atropine 0,02 mg/kg, minimal 0,1 mg dan maksimal 0,5 mg.
lebih digemari secara intravena dengan pengenceran. Hati-hati pada bayi demam, takikardi,
dan keadaan umumnya jelek.2,14

2. Penenang
Tidak dianjurkan pada neonatus dan bayi, karena susunan saraf pusat belum
berkembang, mudah terjadi depresi. Untuk anak pra sekolah dan usia sekolah yang tidak bisa
tenang dan cemas, pemberian penenang dapat dilakukan dengan pemberian midazolam.
Dosis yang dianjurkan adalah 0,5mg/kgBB. Efek sedasi dan hilangnya cemas dapat timbul
10 menit setelah pemberian. 2,14

2.3.2 Induksi pada Pasien Pediatrik

Cara induksi pada pasien pediatrik tergantung pada umur, status fisik, dan tipe operasi
yang akan dilakukan. Ahli anestesi tentu memiliki cara dan taktik tersendiri dalam
menginduksi pasien pediatrik dan harus memiliki informasi yang adekuat dari pasien yang
akan diinduksi, minimal umur dan berat badan pasien, jenis pembedahan, apakah emergensi
atau elektif, status fisik dan mental (kooperatif/tidak) pasien. Hal ini dilakukan untuk
persiapan keperluan-keperluan seperti pipa ETT, pemanjangan anestesi, manajemen nyeri
post operatif, ventilasi, dan perawatan intensif yang memadai.2,12,13
Induksi anestesia pada bayi dan anak sebaiknya ada yang membantu. Induksi diusahakan agar
berjalan mulus dengan trauma yang sekecil mungkin. Induksi dapat dikerjakan secara inhalasi
atau seintravena.2

• Induksi inhalasi.

Dikerjakan pada bayi dan anak yang sulit dicari venanya atau pada yang takut disuntik.
Diberikan halotan dengan oksigen atau campuran N2O dalam oksigen 50%. Konsentrasi halotan
mula-mula rendah 0,5 vol% kemudian dinaikkan setiap beberapa kali bernafas 0,5 vol % sampai
tidur. Sungkup muka mula-mula jaraknya beberapa sentimeter dari mulut dan hidung, kalau
sudah tidur barn dirapatkan ke muka penderita.2,12

• Induksi intravena.
Dikerjakan pada anak yang tidak takut pada suntikan atau pada mereka yang sudah
terpasang infus. Induksi dapat dilakukan dengan menggunakan propofol 2-3 mg/kg diikuti
dengan pemberian pelumpuh otot non depolarizing seperti atrakurium 0,3 -0,6 mg/kg. 2,12
Seringkali pada praktik pediatri, intubasi bisa dilakukan dengan kombinasi propofol, lidokain,
dan opiate dengan atau tanpa agen inhalasi sehingga tidak diperlukan pelumpuh otot. Pelumpuh
otot juga tidak diperlukan saat pemasangan LMA.2

2.3.3 Intubasi pada Pasien Pediatrik

Intubasi neonatus dan bayi lebih sulit karena mulut kecil, lidah besar-tebal, epiglottis tinggi
dengan bentuk “U”. Karena occiput menonjol dan membuat posisi fleksi pada kepala, maka
dapat dikoreksi dengan cara sedikit mengangkat bahu dengan meletakan handuk dan menaruh
kepala pada bantal berbentuk donat.2,12,14 Sebaiknya menggunakan laringoskop bilah lurus-lebar
dengan lampu di ujungnya. Hati-hati bahwa bagian tersempit jalan nafas atas adalah cincin
cricoid. Intubasi biasanya dikerjakan dalam keadaan sadar (awake intubation) terlebih pada
keadaan gawat atau diperkirakan akan dijumpai kesulitan. Beberapa penulis menganjurkan
2,14
intubasi sadar untuk bayi baru lahir dibawah usia 10-14 hari atau pada bayi prematur. Yang
berpendapat dilakukan intubasi tidur atas pertimbangan dapat 14 ditekannya trauma, yang dapat
dilakukan dengan menggunakan ataupun tanpa pelumpuh otot. Pipa trachea yang dianjurkan
adalah dari bahan plastic, tembus pandang dan tanpa cuff. Untuk premature digunakan ukuran
diameter 2-3 mm sedangkan pada bayi aterm 2,5-3,5 mm. Pipa yang digunakan juga jenis pipa
non kinking atau yang tidak mudah tertekuk.15

Pada anak-anak, digunakan blade laringkoskop yang lebih kecil dan lurus, jenisnya
tergantung pada piliban ahli anestesi dan adanya gangguan saluran pernapasan. Pipa trakea
dipilih berdasarkan prinsip babwa pipa yang dapat dibengkokkan tidak digunakan di bawah
nomor 7, dan dua nomor lebih rendah harus disiapkan bila diperlukan.2,15

Pipa trakea pada bayi dan anak dipakai yang tembus pandang tanpa cuff. Untuk usia diatas
5-6 tahun boleh dengan cuff pada kasus-kasus laparotomi atau jika ditakutkan akan terjadi
aspirasi. Secara kasar ukuran besarnya pipa trakea sama dengan besarnya jari kelingking atau
besarnya lubang hidung. Untuk menghitung perkiraan diameter dan panjang pipa dapat
menggunakan formula3 :

4 + umur/4 = diameter pipa (mm)


dan
12 + umur/2 = panjang pipa (cm)

Pada pasien pediatrik, intubasi hidung tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan trauma,
perdarahan adenoid dan infeksi. Peralatan harus dengan ruang rugi minimal, dan resistensi
rendah seperti model T-Jackson Rees. 14

2.3.4 Pemeliharaan Anestesi pada Pasien Pediatrik


Anestesia neonatus sangat dianjurkan dengan intubasi dan nafas kendali. Penggunaan
sungkup muka dengan nafas spontan pada bayi hanya untuk tindakan ringan yang tidak lama. 14
Gas anestetika yang umum digunakan adalah N2O dicampur dengan 02 perbandingan 50:50
untuk neonatus, 60:40 untuk bayi, dan 70:30 untuk anak-anak. Walapun N2O mempunyai sifat
analgesia kuat, tetapi 15 sifat anestetikanya sangat lemah. Karena itu sering dicampur dengan
11,2
halotan, enfluran atau isofluran. Narkotika hanya diberikan untuk usia diatas 1 tahun atau
pacta berat diatas 10 kg. Morfin dengan dosis 0,1 mg/kg atau per dosis 1-2 mg/kg. Pelumpuh
otot non depolarisasi sangat sensitif, karena itu haus diencerkan dan diberikan secara sedikit
demi sedikit.14

Banyaknya cairan yang harus diberikan per infus disesuaikan dengan banyaknya cairan
yang hilang. Terapi cairan dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang pada waktu puasa,
pada waktu pembedahan, adanya perdarahan dan oleh sebab-sebab lain, cairan fistula dan lain-
lainnya. Cairan yang seharusnya masuk, karena puasa harus diganti dengan pedoman11,2,12 :
Pada jam I diberikan 50% defisit + cairan pemeliharaan/jam
Pada jam II diberikan 25% nya + cairan pemeliharaan/jam
Pada jam III diberikan 25% nya + cairan pemeliharaan/jam

Cairan hilang akibat perdarahan yang kurang dari 10 % diganti dengan cairan kristaloid
dalam dekstrosa, misalnya cairan dekstrosa 5% dalam Ringer-Iaktat sedangkan diatas 10%
dilakukan transfusi.14
Banyaknya perdarahan dapat diperkirakan dengan6,7:

1. Mengukur darah dalam botol penyedot, menimbang kain kasa sebelum dan
sesudah kena darah dengan bantuan kolorimeter. Jumlahkan keduanya
kemudian tambahkan 25% untuk darah yang sulit dihitung misalnya yang
menempel di tangan pembedah, yang melengket di kain penutup dan lain-
lain.
2. Mengukur hematokrit secara serial. Perdarahan melebihi 10% pada neonatus
harus diganti dengan darah.

2.3.5 Pengakhiran Anestesi pada Pasien Pediatrik

Setelah pembedahan selesai, obat anestetika dihentikan pemberiannya. Berikan


oksigen murni 5-15 menit. Bersihkan rongga hidung dan mulut dari lendir kalau perlu. Jika
menggunakan pelumpuh otot, dapat dinetralkan dengan prostigmin (0,04 mg/kg) atau
neostigmine (0,05 mg/kg) dan atropin (0,02 mg/kg). Depresi nafas oleh narkotika-analgetika
netralkan dengan nalokson 0,2-0,4 mg secara titrasi.3,4,6 Ekstubasi pada bayi dikerjakan
kalau bayi sudah sadar benar, anggota badan. bergerak-gerak, mata terbuka, nafas spontan
adekuat. Ekstubasi dalam keadaan anestesia ringan, akan menyebab kan batuk-batuk, spasme
laring atau bronkus. Ekstubasi dalam keadaan anestesia dalam digemari karena kurang
traumatis. Dikerjakan kalau nafas spontannya adekuat, keadaan umumnya baik dan
diperkirakan tidak akan menimbulkan kesulitan pasca intubasi. 2,14

2.3.6 Komplikasi Anestesi pada Pasien Pediatrik

Semua pasien anestesi pediatri, terutama yang diintubasi, lebih memiliki resiko untuk
mengalami komplikasi. Mual dan munatah adalah hal yang paling sering terjadi, terutama pada
pasien berumur 2 tahun ke atas. Terjadi karena pipa ETT dipasang terlalu erat, sehingga mukosa
trachea menjadi bengkak. Laringospasme adalah salah satu komplikasi yang mungkin terjadi.
Biasanya terjadi pada anestesi stadium II. Jika terjadi, suksinilkolin dapat digunakan, bersama
dengan atropine untuk mencegah brakikardi.14,15

2.3.7 Pasca Anestesi pada Pasien Pediatrik


Setelah selesai anestesia dan keadaan umum baik, penderita dipindahkan ke ruang pulih.
Disini diawasi seperti di kamar bedah, walaupun kurang intensif dibandingkan dengan
pengawasan sebelumnya. Hal yang perlu diawasi adalah kesadaran, pernafasan yang spontan dan
adekuat serta bebas dari pengaruh efek sisa obat pelumpuh otot, denyut nadi dan tekanan darah,
warna kulit, dan suhu tubuh.14,15 Pasien dapat dipindahkan ke ruangan jika skor Aldretenya
mencapai 10 dan tidak ada penyulit.11

Anda mungkin juga menyukai