Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Pada Klien

Dengan Kegawatdaruratan
Napza
Konsep penanganan
Kegawatdaruratan napza
Kegawatdaruratan napza adalah suatu keadaan yang
mengancam kehidupan seseorang akibat penggunaan zat/
obat yang berlebihan (intoksikasi/over dosis) sehingga dapat
mengancam kehidupan, apabila tidak dilakukan penanganan
segera.

Kegawatdaruratan NAPZA = Intoksikasi / Over


Dosis NAPZA
Prinsip-prinsip Penanganan
Kegawatdaruratan NAPZA
1. Penatalaksanaan kegawatan

Airway Breathing Circulation


Head tilt atau Chin lift
Tehnik ini dapat digunakan pada klien pengguna
NAPZA tanpa cedera kepala, leher, dan tulang
Belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik
ini adalah:
1. Letakkan tangan pada dahi klien (gunakan
tangan yang paling dekat dengan dahi
korban).
2. Pelan-pelan tengadahkan kepala klien
dengan mendorong dahi kearah belakang.
3. Letakkan ujung-ujung jari tangan yang
satunya pada bagian tulang dari dagu
korban.
4. Angkat dagu bersamaan dengan
menengadahkan kepala. Jangan sampai
mulut klien tertutup.
5. Pertahankan posisi ini.
Jaw trust
Tehnik ini merupakan tehnik yang paling sesuai untuk
klien pengguna NAPZA dengan cedera tulang
belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini
adalah:
1. Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada
lantai di kedua sisi kepala korban. Letakkan
tangan di kedua sisi kepala korban.
2. Cengkram rahang bawah korban pada kedua
sisinya. Jika korban anak-anak, gunakan dua atau
tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.
3. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong
rahang bawah korban keatas. Hal ini menarik
lidah menjauhi tenggorokan.
4. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka.
Jika perlu, tarik bibir bagian bawah dengan kedua
ibu jari.
B = Breathing Support
Breathing support atau oksigenasi darurat
adalah penilaian status pernapasan klien untuk
mengetahui apakah klien masih dapat bernapas
secara spontan atau tidak. Prinsip dari
melakukan tindakan ini adalah dengan cara
melihat, mendengar dan merasakan (Look, Listen
and Feel = LLF). Lakukan LLF dengan waktu tidak
lebih dari 10 detik.
C = Circulation support
Circulation support adalah pemberian ventilasi
buatan dan kompresi dada luar yang diberikan
kepada klien yang mengalami henti jantung.
Selaian itu untuk mempertahankan sistem
jantung paru agar dapat berfungsi optimal
dilakukan bantuan hidup lanjut (Advanced Lift
Support).
2. Penilaian klinik
Penatalaksanaan intoksikasi harus segera
dilakukan tanpa menunggu hasil
pemeriksaan toksikologi. Beberapa keadaan
klinik perlu mendapat perhatian karena
dapat mengancam nyawa seperti koma,
kejang, henti jantung, henti napas, dan syok.
3. Anamnesis
Pada keadaan emergensi, maka anamnesis kasus intoksikasi
ditujukan pada tingkat kedaduratan klien. Yang paling
penting dalam anamnesis adalah mendapatkan informasi
yang penting, seperti:
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang oabat yang
digunakan,termasuk obat yang sering dipakai,baik pada
klien,keluarga atau teman.
b. Tanyakan riwayat alergi atau riwayat syok anafilaktik.
c. Pemeriksaan fisik
lakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda/kelainan
akibat intoksikasi, yaitu pemeriksaan kesadaran,tekanan
darah, nadi, denyut jantung, ukuran pupil, keringat ,dan lain-
lain.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan NAPZA
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam
proses keperawatan. Data yang valid dan tepat
akan menentukan langkah berikutnya.
Kesalahan dalam pengumpulan data akan
berdampak pada penentuan rencana
keperawatan yang salah. Untuk memperoleh
data yang lengkap diperlukan keahlian
wawancara dan pemeriksaan fisik khusus karena
umumnya klien cenderung manipilatif.
2) Anamnesa / Wawancara
Pada saat melakukan anamnesa, yang perlu
dilakukan adalah mengkaji keluhan utama
saat ini, riwayat pemakaian zat, jenis zat,
cara pakai zat dan dosis setiap kali pakai,
frekuensi pemakaian zat (jam/ hari/ minggu/
bulan dan kapan terakhir pemakaian zat
tersebut digunakan). Hal ini penting untuk
menentukan antidotum dan menentukan waktu
timbul dan berakhirnya withdrawal atau
ketagihan dari masing-masing zat.
Informasi dapat dikumpulkan dari anggota
keluarga, teman atau petugas tentang obat
yang digunakan. Tanyakan dan simpan sisa
obat muntahan (jika ada) untuk pemeriksaan
toksikologi. Tanyakan juga riwayat alergi obat,
riwayat shock anafilaktik dan riwayat penyakit
yang pernah dan sedang diderita.
3) Pemeriksaan fisik
a. Kaji jalan napas
Periksa adanya sumbatan seperti lidah, sekret,benda
asing, dan darah. Bebaskan dengan tehnik chin lift
atau jaw trust. Bila diperlukan, pasang orofaringeal
atau nasofaringeal.
b. Kaji pernapasan
Periksa adanya bunyi napas, irama, pengembangan
paru dan pola napas. Atasi bila kurang baik, karena
pada beberapa kasus seperti pada opioida,sedatif
hipnotik, dan multi drug abuse seringkali ditemukan
depresi pernapasan sampai dengan henti napas.
c. Kaji sirkulasi
periksa sirkulasi dengan memeriksa kulit,
akral dan nadi. Atasi segera jika kulit pucat
dan nadi cepat atau kecil, karena ada
kemungkinan terjadi syok.
d. Kaji tingkat kesadaran
Periksa status neurologis dengan GCS.
Respon yang dinilai adalah respon membuka
mata, respon motorik dan respon verbal.
e. Kaji intoksikasi
Intoksikasi perlu dikaji untuk mengetahui
adanya obat atau zat makanan, kimia, dan gas
karena sering ditemui kasus di IGD seringkali
klien datang dengan masalah depresi berat yang
mencoba bunuh diri dengan beban-beban
tersebut.
f. Kaji nyeri
kaji skala nyeri, intensitas dan lokasi dimana hal
tersebut sering timbul pada klien dengan
pemakaian zat jenis heroin, morfin atau opiot.
g. Kaji integumen
kaji adanya neadle track atau bebas sintikan,
lihat kondisi baru atau sudah lama serta letak
bekas suntikan tersebut.
h. Turgor kulit
kaji adanya dehidrasi, mukosa mulut, muntah
dan adanya perdarahan. Atasi bila ada
gangguan keseimbangan volume cairan.
i. Kaji muskuluskeletal
Kaji adanya perubahan sensori-motorik,
adanya kerusakan jaringan serta perubahan
bentuk ekstremitas.
j. Kaji psikososial
Kaji adanya kecemasan, perilaku kekerasan
yang dapat menciderai diri dan orang lain.
Diagnosa Keperawatan
1.

Anda mungkin juga menyukai