Anda di halaman 1dari 22

1. (dimas) bagaimana proyeksi normal pada tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan?

Jawab :

2. (faishal) mengapa pasien dapat mengeluh keluar flek dari jalan lahir?
Jawab :
Perdarahan fisiologis : aliran darah dari vagina yang terjadi pada waktu yang tepat setiap bulan atau
pada jumlah sesuai  disebut menstruasi
Penyebab flek yang tidak berbahaya
A. Melekatnya sel telur yang sudah dibuahi ke dinding rahim, hal ini normal pada kehamilan,
jumlah darah yang sangat sedikit.
B. Perubahan hormone, keluar flek yang diebabkan oleh perubahan hormone saat hamil, biasanya
terjadi pada minggu-minggu awal kehamilan, tetapi pada sebagian wanita dapat menetap
sampai akhir kehamilan.
Perdarahan patologis : perdarahan yang terjadi diluar perdarahan menstruasi, dapat disebabkan oleh
beberapa hal :
a. Menopause  makin muda usia wanita memasuki fase menapouse (klimaterik) selayaknya
diketahui dengan pemahahaman yang sesuai. Banyak ibu yang mengalami perdarahan di fase
ini. Perdarahan yang terjadi disebabkan ovum / sel telur dusah tidak bisa berovulasi dan
kemudian keluar dari indung telurnya.
b. Keguguran  banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Terutama pada
mereka yang pertama kali hamil dan usia kehmilan masih sangat muda. Perdarahan yang
menyebabkan keguguran disebabkan oleh beberapa hal, seperti : ketidaksempurnaan janin,
sehingga tubuh berusaha mengeluarkannya, ketidaksempurnaan hormon ibu, serta adanya
infeksi.
c. Ketidakseimbangan hormon esterogen dan progesterone menyebabkan siklus mens tidak teratur
d. Alat kontrasepsi  benda asing yang bisa ditolak tubuh
e. Perdarahan implantasi
Perdarahan dari desidua (lapisan plasenta)  lapisannya mengalami robekan  terjadi nekrosis 
hasil konsepsi terlepas  uterus menganggap benda asing  gumpalan darah keluar dari tubuh
Usia muda pada kehamilan → abortus (kurang dari 20 minggu)
Berbagai faktor pencetus & etiologi → terjadi gangguan pada pertumbuhan janin →
menyebabkan gg pada ganglia basalis → perdarahan → nekrosis → menyebabkan lepasnya
hasil konsepsi (aborsi) → jika <8mgg vilikorialis blm menembus desidua sehingga bisa lepas
seluruhnya, sedangkan jika >8mgg vili sdh menembus desidua sehingga dapat terlepas sebagian
→ untuk mengeluarkan benda asing tsb uterus akan kontraksi
Saat terjadi abortus janin akan terlapas yg disebabkan krn perdarahan. Jika usia kehamilan
kurang dari 8 mgg mka janin bisa dikeluarkan semuanya krn vili korealis menembus desidua
belum terlalu dalam. Namun ketika usia kehamilan 8-14mgg vili korialis sudah menembus
dalam pada desidua sehingga pelepasan plasenta tdk sempurna dan menyebabkan banyak
perdarahan. Abortus dapat dikeluarkan berupa kantong ammnion kosong & plasenta pada
kehamilan diatas 14 minggu.
hubungan antara flek yang dialami ibu dengan kondisi janin : Perdarahan terjadi di awal
kehamilan seperti di scenario Keguguran dini biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam
desidua basalis dan disertai nekrosis jaringan sekitar. Dalam kasus ini, ovum terlepas, dan hal
ini merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan ekspulsi. Jika kantong gestasi dibuka,
sering dijumpai cairan mengelilingi janin kecil yang telah mengalami maserasi atau
mungkin juga tidak dijumpai janin—apa yang disebut sebagai blighted ovum.

Penyebab keluarnya flek.

Abortus spontan pada ibu dengan jarak kehamilan < 6 atau > 48 bulan adalah 4 kali lebih
besar dibandingkan ibu dengan jarak kehamilan 6 – 48 bulan. Hal ini dikaitkan dengan jarak
kehamilan yang terlalu dekat dengan sebelumnya akan memberikan dampak buruk
dikarenakan bentuk organ dan fungsi organ reproduksi belum kembali dengan sempurna.
Jarak kehamilan agar organ reproduksi berfungsi dengan baik minimal 24 bulan. Jarak
kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan penurunan fungsi organ reproduksi
dikarenakan oleh penambahan usia ibu.
Riwayat graviditas dikaitkan dengan pada kehamilan berikutnya atau multi gravida keadaan
endometrium di daerah korpus uteri sudah mengalami kemunduran fungsi dan berkurangnya
vaskularisasi yang menyebabkan daerah tersebut menjadi tidak subur lagi dan tidak siap
menerima hasil konsepsi. Hasil konsepsi tidak dapat berimplantasi secara maksimal yang
mengakibatkan kematian atau lepasnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi.

Terdapat klasifikasi perdarahan pada kehamilan muda, yaitu :


a. Abortus  suatu proses ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan
b. Inkompetensi serviks  ketidakmampuan serviks uteri untuk mempertahankan kehamilan,
gejala : dilatasi serviks tanpa rasa nyeri dan tanpa disertai tanda bersalin/ kontraksi Rahim pada
trimester 2/3 awal  dapat terjadi aborsi / kelahiran prematur
c. Kehamilan ektopik  kehamilan dimana janin terimplantasi diluar rongga Rahim. Implantasi
bisa terjadi pada tuba falopi, sisanya di ovarium, serviks / abdomen. Gejala : kehamilan tuba 
tidak khas/sukar dideteksi, kehamilan tuba terganggu, nyeri abdomen.
Kehamilan Ektopik  rupture tuba  perdarahan

Ciri khas: nyeri goyang portio (Chandelier sign)


Ruptur  perdarahan hebat  shock hipovolemik
Nyeri perut hebat

d. Mola hidatidosa  jenis kelainan dari neoplasma trofoblastik. Bentuk menyerupai setangkai
buah anggur, terdapat vesikel hidrofik (berisi cairan) tumbuh dengan cepat. Tanda gejala :
- Awal kehamilan : seperti hamil normal
- Perdarahan pervaginam : warna coklat tua/merah terang, berlangsung dalam beberapa kali –
minggu.
- Ukuran Rahim : > besar, tidak ada pergerakan janin/ DJJ dan tidak ada skeletal jnin pada x-
rayb/ USG
- Kram perut : karena distensi Rahim
- Anemia : akibat kehilangan darah intrauterine
- Mual muntah berlebih (hiperemis gravidum) : karena pengaruh hormon HCG meningkat
- Preeklamsia : tekanan darah meningkat usia 9-12 minggu
- Keluar jaringan seperti anggur pervagina
Sumber :
- Buku Ajar PERDARAHAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER 1.Yudho,Arif.PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
LAMPUNG.2018
- Obstetri Patologi. 2013. Ilmu Kesehatan Reproduksi. Editor : Djamhoer Martaadi Soebrata,
Firman F,Jusuf F. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Ed 3. ECG. Jakarta

3. (cike) apakah terdapat hubungan Riwayat abortus yang lalu dengan kondisi pasien saat ini?
Jawab :
Risiko terjadinya abortus lebih sering terjadi pada usia muda dibawah 20 tahun dan usia tua lebih
dari 35 tahun. Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia kurang dari 20 tahun
belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun
disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom atau penyakit lain. Ibu
hamil yang pernah mengalami Riwayat abortus sebelumnya juga perlu mewaspadai kemungkinan
kembali terjadinya abortus. Data dari beberapa studi menunjukan bahwa setelah seseorang
mengalami 1 kali abortus, maka ia memiliki 15% risiko lebih tinggi untuk mengalami abortus lagi.
Ibu hamil yang pernah mengalami abortus 2 kali secara beruntun, maka risiko terjadinya abortus
lebih meningkat hingga 25%.
Menurut penelitian, kuretase dapat meningkatkan risiko terjadinya:
- Asherman syndrome (gangguan pada uterus yang menyebabkan terbentuknya jaringan
parut pada uterus atau bahkan membuat perlengketan (adhesi) jaringan2 di uterus yang
menyebabkan adanya atrofi uterus  sehingga janin akan lebih sulit untuk implantasi
dan tumbuh pada uterus  infertilitas
- Cervical incompetence  serviks mengalami dilatasi pada usia kehamilan yang masih
dini tanpa disertai rasa nyeri (sering tidak disadari menjadi faktor risiko abortus pada
trimester 2)
Adanya Riwayat abortus sebelumnya akan meningkatkan resiko terjadinya abortus pada kehamilan
selanjutnya. Dimana jika ibu hamil yang sudah mengalami abortus harus menunggu kurang lebih 2-3 kali
setelah mendapatkan haid setelah keguguran  rongga Rahim/endometrium belum pulih secara
sempurna
Riwayat abortus  penipisan endometrium  perlu beberapa siklus menstruasi lagi untuk dinding
endometrium kembali menebal.
Sumber :
- Putri, R. W. Y. (2018). HUBUNGAN USIA, JUMLAH KEHAMILAN, DAN RIWAYAT
ABORTUS SPONTAN PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DI
RUMAH SAKIT UMUM AGHISNA MEDIKA KABUPATEN CILACAP.
- Marwan, M. (2020). Literature Review Hubungan Riwayat Abortus dengan Kejadian Abortus.
- Ningrum, E. W., & Rizki, A. (2014). FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS PADA
IBU HAMIL DI RSUD CILACAP. VIVA MEDIKA, 07, 13.

4. (yunda) apa saja px fisik dan penunjang pada scenario?


Jawab :
PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS meliputi persiapan, inspekulo, dan bimanual

a. Persiapan

- Siapkan alat
- Pasien diminta untuk melepaskan pakaian bawahnya dan berbaring di meja ginekologi
dengan posisi litotomi. Tutup bagian yang tidak perlu diperiksa  nyalakan lampu
pemeriksan
- Pemeriksa mencuci tangan dengan sabun dan air mengalur  pakai sarung tangan steril
- Pasang doek steril dibawah pantat pasien
- Lakukan Inspeksi dan palpasi pada genitalia eksterna
b. Pemeriksaan inspekulo
Langkah Gambar
- Disinfeksi area vagina eksterna
dengan kapas yang dibasahi
aquabidest steril

- Beri lubricant gel yang water soluble


pada spekulum dengan jumlah yang
tepat agar tidak mengganggu
pemeriksaan

- Cek kerileksan pasien  tempelkan


ujung jari telunjuk pemeriksa pada
fourchete (dinding posterior vagina).
Lalu tekan secara lembut ke arah
bawah. Pastikan tidak ada tahanan
yang timbul karena ketidak rileksan
pasien.

- Ibu jari dan jari telunjuk kiri


membuka untuk memisahkan labia
mayor dan minor. Lalu tempelkan
ujung spekulum ke fourchete dengan
diameter transversa di posisi antero
posterior

- Masukkan secara perlahan spekulum


dalam keadaan tertutup dan sedikit
ditekan ke dinding posterior vagina
sehingga terasa tahanan. Putar
spekulum 90’ sehingga diameter
transversa diposisi latero-lateral

- Tekan thumbplate untuk membuka


spekulum sehingga ekto dan
endoserviks bisa terlihat.  kunci
spekulu,

Point yang dinilai :


 Massa  lokasi, jumlah, ukuran, konsistensi, batas
 Discaj abnormal  warna, bau, konsistensi, jumlah
 Portio  Ukuran, warna, OUE terbuka/tertutup, discaj, erosi, ektopion, dll
Amati tanda khas :
Serviks Normal Kanker serviks
 Ada massa berbenjol dan mudah berdarah
Trikomoniasis Vagina Polip
 Ada gambaran strawberry  Massa merah muda, bertangkai, dan licin

appearance

Myoma Abortus inkomplit


 Massa kemerahan, tidak  Adanya sisa jaringan abortus
bertangkai

c. Pemeriksaan Bimanual
- Tangan kiri digunakan untuk membuka dan memisahkan labia mayor dengan ibu jari dan
telunjuk kiri
- Tangan kanan dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah diberika lubricant gel.  jari
telunjuk diletakkan dan dimasukkan ke fourchete untuk memastikan relaksasi kondisi
pasien.  arahkan jari ke meatus uretra eksterna lalu tekan secara lembut (lihat apakah
ada discaj yang keluar).  Lakukan palpasi jika ada pembengkakan kelenjar bartolini
(deskripsikan lokasi, ukuran, jumlah, konsistensi, batas, mobilitas, dan nyeri).
- Ketika jari telunjuk kanan masih
didalam vagina, masukkan juga jari
tengah ke dalam vagina  Nilai
dinding Vagina. (Nilai massa, dan
permukaan)

- Letakkan tangan kiri ke arah simfisis


 sedikit ditekan. Tangan kanan
masih di dalam vagina dan masukkan
sedalam-dalamnya.  Nilai Portio.
(Konsistensi, ukuran, warna, OUE
terbuka/tertutup, ada prolaps/tidak)

Jika OUE terbuka  deskripsikan


ukuran, teraba jaringan/tidak
Jika ada pemeriksaan khusus (curiga
KET)  cek nyeri goyang portio
- Nilai Korpus uteri
Dilakukan setelah melakukan
perabaan serviks. Dilanjutkan dengan
meletakkan jari ke forniks anterior.
Identifikasikan uterus meliputi
bentuk, ukuran, posisi, konsistensi,
mobilitas dan nyeri tekan.
- Pindahkan ujung jari lateral pelvis
untuk meraba adneksa dan
parametrium.  teraba massa,
ketegangan (jika ada perdarahan
intraabdomen), dan nyeri tekan.
Adneksa normal sulit teraba. Akan
teraba pada kasus tumor ovarium,
kehamilan tuba, abses, dan infiltrasi
tumor ke ovarium.
- Nilai cavum douglasi
: ruang antara rahim dengan rectum
Deskripsikan apakah ada penonjolan
akibat massa atau cairan atau tidak

- Keluarkan kedua jari secara perlahan dan nilai apakah ada discaj yang menempel pada
sarung tangan. (fluor atau darah).
- Bersihkan kembali area vulva dengan kassa kering.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
1) Darah Lengkap
- Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik
- LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
2) Tes Kehamilan Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara
prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum,
abortus spontan atau kehamilan ektopik).
b. Ultrasonografi (USG)
 USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu;
 Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5 - 6
minggu);
 Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan
untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.
Sumber :
Rosyidah, R., & Azizah, N. (2019). BUKU AJAR MATA KULIAH OBSTETRI PATHOLOGI (PATHOLOGI
DALAM KEHAMILAN) Diterbitkan oleh UMSIDA PRESS.

5. (faisya) bagaimana interpretasi hasil px meliputi anamnesis px penunjang dan interpretasi GS+ dan
FP+ ?
Jawab :
INTERPRETASI
TTV
 Baik, kesadaran kompos mentis
 Tekanan darah (90/70 mmHG)  rendah
 Nadi (90x/menit)  normal
 RR (24x/menit)  normal
 Suhu subfebris  kurang baik. Normalnya 37,5’
PX GINEKOLOGI
o Fluxus Vagina (adanya perdarahan vagina)
o Portio sebesar jempol tangan  dbn (normalnya 2-3 cm, tergantung tangan pemeriksa)
o Permukaan licin  dbn
o Tidak ada nyeri goyang portio  singkirkan dd kehamilan ektopik (tidak ada KET)
o OUE tertutup  normal, mungkin ada perdarahan sedikit
o Cavum uteri sebesar telur angsa  pembesaran uterus
o Adneksa dan parametrium  dbn
o Cavum douglas datar  normal, jika menonjol ada perdarahan, seperti pada KET
PP
- Lab Hb 10 gr%  Hb rendah (normal 12 – 16 g/dL)
- USG tampak uterus membesar dengan GS+ (terdapat gambaran yang menunjukan adanya
kantung / gestational sac kehamilan berupa bulatan hitam) dan FP + (fetal profile  (+)
Normal; karena biasanya fetal pole sudah terlihat pada usia 6 minggu)

6. (erna) apa dx dan dd kasus diskenario?


Jawab :

DX  Abortus imminens
Abortus imminiens / threatened abortion (ancaman keguguran) adalah perdarahan yang
ditandai dengan kemunculannya flek kecoklatan dan kadang disertai gumpalan darah dari
vagina Ketika usia kehamilan < 20 minggu. Sebagian kehamilan pada abortus imminens ini
mengalami keguguean dan Sebagian lainnya bisa diselamatkan. Kehamilan pada abortus
imminens bisa diselamatkan, tetapi jika tidak cepat ditangani, penderitanya bisa mengalami
keguguran.
DD 
Jenis – Jenis Abortus :
ABORTUS SPONTAN  terjadi karena faktor ilmiah, bukan keadaan medis khusus
Jenis abortus Gambaran Klinis Tatalaksana
1) Abortus imminens  Usia kehamilan < 20 minggu  Tirah baring agar aliran darah ke
 Perdarahan pervaginam yang uterus bertambah dan rangsang
berlangsung beberapa hari – mekanik berkurang.
minggu  Progesteron 10 mg sehari untuk
 Ostium uteri tertutup memperkuat otot rahim
 Hasil konsepsi masih baik di  Tes kehamilan dapat dilakukan.
dalam uterus. Bila hasil negatif, mungkin janin
 Tanpa adanya dilatasi serviks sudah mati.
 Nyeri suprapubic, nyeri  Pemeriksaan USG untuk
punggung bawah menentukan apakah janin masih
hidup.
 Berikan obat penenang,
biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
 Pasien tidak boleh berhubungan
seksual dulu sampai lebih
kurang 2 minggu.
2) Abortus insipiens  Usia kehamilan < 20 minggu
 Jumlah perdarahan bertambah
sesuai dengan pembukaan
serviks uterus dan usia
kehamilan.
 Ostium uteri sudah membuka
 Hasil konsepsi masih ada di
dalam cavum uteri dan dalam
proses pengeluaran.
 Adanya dilatasi ostium uteri
internal
 Rasa mulas/kram perut sering

 PF Spekulum
: ada perdarahan dan Ostium
uteri membuka
 USG
: pembesaran uterus sesuai umur
kehamilan, jantung janin masih
jelas walau mulai tidak normal.
3) Abortus inkomplit  Usia kehamilan < 20 minggu
 Pengeluaran  Perdarahan banyak, kadang
sebagian hasil bisa sedikit dan tidak berhenti
konsepsi dengan sebelum hasil konsepsi
masih ada sisa dikeluarkan
tertinggal dalam  Disertai dilatasi ostium uteri
uterus internal dan ekspulsi parsial dari
hasil konsepsi

 Px Spekulum
: Ostium uretra internal dilatasi
dan adanya jaringan pada vagina.
 USG
: ukuran uterus sudah lebih kecil
dari umur kehamilan, kantong
gestasi sulit dikenali, di cavum
uteri tampak massa hiperekoik
yang bentuknya tidak beraturan

4) Abortus komplet  Usia kehamilan < 20 minggu /


 Seluruh hasil berat janin < 500 gr
konsepsi sudah  Perdarahan sedikit
dikeluarkan.  Ostium uteri telah menutup
 Uteri mengecil
 Besar uterus tidak sesuai dengan
umur kehamilan

 Px tes urin biasanya masih (+)


hingga usia 7-10 hari setelah
abortus.

5) Missed abortion  Usia kehamilan < 20 minggu


 Tinggi fundus uteri menetap,
bahkan mengecil
 Biasanya didahului oleh tanda-
tanda abortus iminen yang
menghilang spontan / setelah
pengobatan.
 Hasil konsepsi yang telah mati
tertahan didalam rahim masih
berada di dalam uterus selama ≥8
minggu

 Tes urin sudah negative.


 Px USG
: untuk menentukan secara segera
apakah janin sudah mati dan
besarnya sesuai dengan usia
kehamilan.
6) Abortus infeksius dan Abortus septic
septic Abortus yang disertai infeksi
uterus dan organ sekitarnya yang
penyebaran toksinnya melalui
peredaran darah & peritoneum.
Virulensi bakteri tinggi dan
infeksi menyebar ke myometrium,
tuba, parametrium dan peritoneum.
Jika infeksi menyebar lebih jauh bisa
menimbulkan syok.
 Pasien tampak sakit berat
 Kadang menggigil, demam tinggi
 Tekanan darah menurun

Abortus Infeksiosa
 Demam
 Takikardia
 Perdarahan pervaginam berbau
 Uterus membesar, lembek, dan
nyeri tekan
 Leukositosis

7) Abortus Habitualis Abortus yang terjadi secara  Memperbaiki keadaan umum,


spontan, yaitu 3x / lebih secara pemberian makanan yang sehat,
berturut-turut. Biasanya pasien istirahat yang cukup, larangan
tidak sulit untuk hamil lagi, tetapi koitus, dan olah raga.
Ketika hamil, usia kehamilan sering  Merokok dan minum alkohol
berakhir sebelum mencapai usia 28 sebaiknya dikurangi atau
minggu. dihentikan.
 Pada serviks inkompeten
Penyebab : reaksi imunologik dan terapinya adalah operatif:
inkompetensi servik (serviks tidak Shirodkar atau Mac Donald
bisa menerima beban untuk tetap (cervical cerclage).
bertahan menutup sehingga ostium
uteri akan membuka.)

Sumber :
JNPK-KR.Buku Acuan Pelatihan Klinik APN.Jakarta:JNPK-KR.2016

7. (brenico) apa saja faktor resiko dan gejala pada pasien di scenario?
Jawab :
Faktor usia
Faktor yang mempengaruh kejadian abortus yatu faktor ibu dan ayah. Dilihat dari Usia
ibu, dalam teori Prawirohardjo (2008) menyatakan pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu
sudah menurun. Akibatnya, ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
mempunyai anak prematur, persalinan lama, perdarahan, dan abortus. Abortus spontan yang
secara klinis terdeteksi meningkat dari 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan menjadi
26% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.
Paritas
Faktor lain selain usia pada kejadian Abortus adalah paritas. Pada kehamilan, rahim ibu
teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu
telah melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu
kehamilan, persalinan dan nifas. Risiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas ibu.
Pekerjaan
Beberapa wanita yang sudah bekerja juga akan terhambat karirnya ketika memilih untuk
meneruskan kehamilannya. Kondisi pekerjaan yang dilakukan oleh seorang wanita dapat juga
setara dengan beban kerja lakilaki baik dari jabatan ataupun jenis pekerjaannya ataupun
didukung dengan sosial ekonomi yang rendah sehingga wanita berisiko mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan.
Usia Kehamilan
Temuan menunjukkan bahwa usia kehamilan pada ibu yang mengalami abortus imminen
lebih banyak terjadi pada usia 12-19 minggu.
Usia Menikah
Usia menikah pertama perempuan memiliki kaitan erat dengan kondisi yang lain. Dengan
menunda usia menikah pertama, maka perempuan akan memiliki kesempatan lebih lebar untuk
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dengan usia menikah pertama yang lebih tinggi maka
perempuan memiliki lahir batin yang lebih matang untuk menikah, kehamilan dan melahirkan
sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat menurun (Kemenkes RI, 2015).
Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran juga menjadi salah satu faktor abortus, Hal ini dikaitkan dengan jarak kehamilan
yang terlalu dekat dengan sebelumnya akan memberikan dampak buruk dikarenakan bentuk
organ dan fungsi organ reproduksi belum kembali dengan sempurna. Jarak kehamilan agar organ
reproduksi berfungsi dengan baik minimal 24 bulan. Jarak kehamilan yang terlalu jauh
berhubungan dengan penurunan fungsi organ reproduksi dikarenakan oleh penambahan usia ibu.
(Purwaningrum.E.D 2017)
Purwaningrum.E.D, A. I. F. (2017). Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan. Public Health
Research and Development, 1(3), 84–94. http://journal.unnes.ac.id/sju/inde x.php/higeia

8. (abrar) apa saja etiologi penyebab kasus di scenario?


Jawab :
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:
 Kelainan kromosom Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi, kelainan kromosom sex serta kelainan kromosom lainnya.
 Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna Bila lingkungan di
endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga menyebabkan
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
 Pengaruh dari luar Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
b. Kelainan pada plasenta
Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan
ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
c. Faktor maternal
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-
lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta
masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia
berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun juga dapat menyebabkan
terjadinya abortus.
d. Kelainan traktus genitalia
Retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.
Sumber :
- Purwaningrum.E.D, A. I. F. (2017). Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan. Public Health
Research and Development, 1(3), 84–94. http://journal.unnes.ac.id/sju/inde x.php/higeia

9. (sabina) bagaimana tatalaksana kasus di scenario?


Jawab :
Jenis abortus Gambaran Klinis Tatalaksana
1. Abortus  Usia kehamilan < 20 minggu  Tirah baring agar aliran darah ke
 Perdarahan pervaginam yang uterus bertambah dan rangsang
berlangsung beberapa hari – mekanik berkurang.
minggu  Progesteron 10 mg sehari untuk
 Ostium uteri tertutup memperkuat otot rahim
 Hasil konsepsi masih baik di  Tes kehamilan dapat dilakukan.
dalam uterus. Bila hasil negatif, mungkin janin
 Tanpa adanya dilatasi serviks sudah mati.
 Nyeri suprapubic, nyeri  Pemeriksaan USG untuk
punggung bawah menentukan apakah janin masih
hidup.
 Berikan obat penenang,
biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
imminens  Pasien tidak boleh berhubungan
seksual dulu sampai lebih
kurang 2 minggu.
2. Abortus insipiens  Usia kehamilan < 20 minggu
 Jumlah perdarahan bertambah
sesuai dengan pembukaan
serviks uterus dan usia
kehamilan.
 Ostium uteri sudah membuka
 Hasil konsepsi masih ada di
dalam cavum uteri dan dalam
proses pengeluaran.
 Adanya dilatasi ostium uteri
internal
 Rasa mulas/kram perut sering

 PF Spekulum
: ada perdarahan dan Ostium
uteri membuka
 USG
: pembesaran uterus sesuai umur
kehamilan, jantung janin masih
jelas walau mulai tidak normal.
3. Abortus inkomplit  Usia kehamilan < 20 minggu
 Pengeluaran  Perdarahan banyak, kadang
sebagian hasil bisa sedikit dan tidak berhenti
konsepsi dengan sebelum hasil konsepsi
masih ada sisa dikeluarkan
tertinggal dalam  Disertai dilatasi ostium uteri
uterus internal dan ekspulsi parsial dari
hasil konsepsi

 Px Spekulum
: Ostium uretra internal dilatasi
dan adanya jaringan pada vagina.
 USG
: ukuran uterus sudah lebih kecil
dari umur kehamilan, kantong
gestasi sulit dikenali, di cavum
uteri tampak massa hiperekoik
yang bentuknya tidak beraturan

4. Abortus komplet  Usia kehamilan < 20 minggu /


 Seluruh hasil berat janin < 500 gr
konsepsi sudah  Perdarahan sedikit
dikeluarkan.  Ostium uteri telah menutup
 Uteri mengecil
 Besar uterus tidak sesuai dengan
umur kehamilan

 Px tes urin biasanya masih (+)


hingga usia 7-10 hari setelah
abortus.
5. Missed abortion  Usia kehamilan < 20 minggu
 Tinggi fundus uteri menetap,
bahkan mengecil
 Biasanya didahului oleh tanda-
tanda abortus iminen yang
menghilang spontan / setelah
pengobatan.
 Hasil konsepsi yang telah mati
tertahan didalam rahim masih
berada di dalam uterus selama ≥8
minggu

 Tes urin sudah negative.


 Px USG
: untuk menentukan secara segera
apakah janin sudah mati dan
besarnya sesuai dengan usia
kehamilan.
6. Abortus infeksius dan Abortus septic
septic Abortus yang disertai infeksi
uterus dan organ sekitarnya yang
penyebaran toksinnya melalui
peredaran darah & peritoneum.
Virulensi bakteri tinggi dan
infeksi menyebar ke myometrium,
tuba, parametrium dan peritoneum.
Jika infeksi menyebar lebih jauh bisa
menimbulkan syok.
 Pasien tampak sakit berat
 Kadang menggigil, demam tinggi
 Tekanan darah menurun

Abortus Infeksiosa
 Demam
 Takikardia
 Perdarahan pervaginam berbau
 Uterus membesar, lembek, dan
nyeri tekan
 Leukositosis

7. Abortus Habitualis Abortus yang terjadi secara  Memperbaiki keadaan umum,


spontan, yaitu 3x / lebih secara pemberian makanan yang sehat,
berturut-turut. Biasanya pasien istirahat yang cukup, larangan
tidak sulit untuk hamil lagi, tetapi koitus, dan olah raga.
Ketika hamil, usia kehamilan sering  Merokok dan minum alkohol
berakhir sebelum mencapai usia 28 sebaiknya dikurangi atau
minggu. dihentikan.
 Pada serviks inkompeten
Penyebab : reaksi imunologik dan terapinya adalah operatif:
inkompetensi servik (serviks tidak Shirodkar atau Mac Donald
bisa menerima beban untuk tetap (cervical cerclage).
bertahan menutup sehingga ostium
uteri akan membuka.)

Sumber :
JNPK-KR.Buku Acuan Pelatihan Klinik APN.Jakarta:JNPK-KR.2016
Kurniati, I. D., Setiawan, R., Rohmani, A., Lahdji, A., Tajally, A., Ratnaningrum, K., Basuki, R.,
Reviewer, S., & Wahab, Z. (2015). Buku Ajar

10. (Shakira) apa edukasi dan pencegahan yang bisa diberikan pada pasien agar tidak terulang lagi?
Jawab :
EDUKASI
Sebelum pasien dipulangkan, tenaga kesehatan perlu memberikan penjelasan dan intruksi yang jelas
secara lisan dan tulisan mengenai beberapa hal berikut.
• Hubungan seksual atau memasukkan apapun ke dalam vagina hanya boleh dilakukan setelah
perdarahan berat berhenti
• Perdarahan vagina selama 2 minggu setelah dilaku- kannya tatalaksana medikamentosa atau
operatif adalah normal. Perempuan akan mengalami perdarahan ringan atau spotting setelah
tatalaksana operatif, sedangkan perdarahan yang lebih berat dapat terjadi setelah tatalaksana
medikamentosa dan berakhir rata-rata dalam 9 hari, namun dapat berlangsung sampai 45 hari dalam
beberapa kasus
• Bila merasakan kram atau nyeri perut yang meningkat intensitasnya, perdarahan berat, atau
demam, maka harus segera ke fasilitas kesehatan.
• Ada kemungkinan hamil kembali jika tidak menggunakan kontrasepsi karena kesuburan akan
kembali kira-kira dalam 8 hari setelah keguguran terjadi (bahkan lebih awal pada beberapa kasus)
• Pasien perlu merencanakan kehamilan berikutnya apabila ia menginginkannya dan terdapat
alternatif metode kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah kehamilan
• Obat-obatan yang diresepkan harus diminum sesuai dengan instruksi

PENCEGAHAN
Karena penyebabnya belum diketahui secara pasti, abortus imminens sulit untuk dicegah.
Namun, risiko terjadinya kondisi tersebut dapat dikurangi dengan menjaga kehamilan agar tetap
sehat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah :
a. Menjalani pemeriksaan TORCH sebelum merencanakan kehamilan.
b. Mengobati infeksi bakteri atau virus yang diderita sebelum merencanakan kehamilan.
c. Mengonsumsi suplemen asam folat sesuai saran dokter.
d. Berhenti merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol
e. Mengurangi konsumsi minuman berkafein.
f. Menghindari paparan bahan kimia.
g. Berolahraga setidaknya 2 kali dalam seminggu.
h. Tidak menyalahgunakan NAPZA.
i. Menghindari makanan yang bisa membahayakan ibu dan janin, seperti makanan mentah.

Sumber :
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. (2014).

11. (ni’ma) apa prognosis dan komplikasi kasus diskenario?


Jawab :
Prognosis :
Untuk menentukan prognosis dapat dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG pada urin tanpa
pengenceran dan pengenceran 1/10. Jika hasil keduanya positif, maka prognosis adalah baik (dubia
ad bonam).
Sekitar 50% abortus iminens akan menjadi abortus komplit atau inkomplit, 50% kasus akan
melanjutkan kehamilannya. Resiko abortus berkurang bila janin sudah memperlihatkan aktivitas
jantung pada pemeriksaan ultrasonografi (USG), tetapi beberapa kepustakaan menyebutkan adanya
resiko persalinan preterm atau gangguan pertumbuha dalam rahim (IUGR) pada kasus seperti ini.
Komplikasi
a. Perdarahan
b. Perforasi uterus
c. Infeksi uterus atau sekitamya
d. Syok

Sumber :
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. (2014).

Anda mungkin juga menyukai