Disusun oleh:
Wahyu Firmansyah
6130015035
Pembimbing:
Fanty Filianovika., dr., Sp.JP
Referat
Terapi Vitamin D untuk Dermatologi
Oleh :
Wahyu Firmansyah
Referat “Penyakit arteri perifer” ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepanitraan klinik di Bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSI Jemursari Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya.
Penyakit arteri perifer (PAD) adalah semua penyakit yang terjadi pada pembuluh
darah setelah keluar dari jantung dan aortailiaka meliputi ke empat ekstremitas, arteri
karotis, arteri renalis, arteri mesenterika dan semua percabangan setelah keluar dari
aotailiaka, hal ini disebabkan oleh perubahan struktur dan fungsi arteri-arteri yang
menyuplai darah ke daerah-daerah tersebut. Prevalensi PAD sekitar 8 juta laki-laki
dan perempuan di US, laki-laki lebih banyak dari perempuan, 12% populasi dewasa
dan sampai 20 % pada orang lanjut usia.
PAD merupakan marker aterosklerosis sistemik dan sering ditemukan diantara
orang-orang dengan faktor resiko kardiovaskuler yang jelas, khususnya usia tua (> 40
tahun), merokok, diabetes melitus, dislipidemia, hipertensi, hiperhomosistemia.
Pasien yang menderita penyakit ini mungkin memiliki gejala tetapi juga bisa
asimptomatik. Namun sebagian besar PAD sekitar 70%-80% asimptomatik. PAD
simptomatik, gejala yang paling sering adalah klaudikasio intermiten ditandai oleh
nyeri dan kelemahan sewaktu berjalan atau melakukan aktivitas dan berkurang bila
beristirahat. Pasien dengan klaudikasio dapat menurunkan kualitas hidup disebabkan
terbatasnya pegerakan atau mobilisasi. Pasien dengan PAD menunjukkan 2 sampai 6
kali lipat meningkatkan resiko kematian akibat penyebab vaskuler dan resiko besar
amputasi ekstremitas daripada pasien-pasien tanpa PAD. Individu dengan PAD
juga memiliki angka kematian pertahun akibat kardiovaskuler sekitar 2,5% dan
peristiwa kardiovaskuler mayor (21,1%) disebabkan oleh meningkatnya kejadian
aterotrombus dibandingkan pasien dengan panyakit arteri coroner (1,9% dan 15,2% )
atau dengan beberapa penyakit serebrovaskuler (2,1% dan 14,5%).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Definisi
Peripheral artery disease (PAD) adalah penyumbatan arteri perifer yang
dihasilkan dari proses artherosklerosis atau proses inflamasi yang mengakibatkan
lumen menyempit (stenosis) atau dari pembentukan thrombus (bisasnya terkait
dengan faktor resiko yang menjadi dasar timbulnya artherosklerosis) . Ketika kondisi
ini muncul terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
penurunan tekanan perfusi ke area distal dan laju darah. Tempat tersering terjadinya
PAD adalah tungkai bawah. Sirkulasi pada tungkai bawah berasal dari arteri femoralis
yang merupakan lanjutan dari arteri eksternal iliaka. Sirkulasi pada tungkai bawah
berasal dari arteri femoralis yang merupakan lanjutan dari arteri eksternal iliaka.
Pecabangan utama dari arteri femoralis adalah arteri femoralis distal (yang biasanya
dimaksudkan sebagai sreri femoralis superfisial) yang berlanjut ke bagian bawah
tungkai dan menjadi arteri popliteal tepat diatas lutut. Dua arteri utama pada akhir
popliteal arteri adalah arteri posterior dan anterior tibial yang menyuplai darah
kebagian bawah tungkai dan kaki. Berikut adalah gambar vaskularisasi tungkai
3. Etiologi
Penyebab dari oklusi arteri perifer adalah adanya stenosis (penyempitan) pada
arteri yang disebabkan oleh reaksi artherosklerosis atau reaksi inflamasi pembuluh
darah yang menyebabkan lumen menyempit. Di artherosklerosis plaque akan
menempel di dinding pembuluh darah dan akan mengurangi aliran darah.
Artherosklerosis bisa dan biasanya terjadi di seluruh arteri. Dinamakan peripheral
artery disease apabila terjadi di arteri yang mensuplai ke tungkai bawah.
4. Epidemiologi
Prevalensi penyakit arteri perifer pada populasi umum adalah 12-14%, yang
meningkat hingga 20% dari mereka lebih dari 70.2 70% -80% dari individu yang
terkena tidak menunjukkan gejala; hanya minoritas pernah membutuhkan
revaskularisasi atau amputasi. Peripheral artery disease mempengaruhi 1 dari 3
penderita diabetes di atas usia 50 tahun. Di Amerika Serikat peripheral artery disease
mempengaruhi 12-20 persen dari orang Amerika usia 65 dan lebih tua. Sekitar 10 juta
orang Amerika memiliki PAD. Meskipun prevalensi dan implikasi risiko
kardiovaskular, hanya 25 persen pasien PAD sedang menjalani pengobatan. Insiden
meningkat PAD simptomatik dengan usia, dari sekitar 0,3% per tahun untuk laki-laki
berusia 40-55 tahun sekitar 1% per tahun untuk laki-laki berusia di atas 75 tahun.
Prevalensi PAD bervariasi tergantung pada bagaimana PAD didefinisikan, dan usia
populasi yang sedang dipelajari. Diagnosis sangat penting, sebagai orang-orang
dengan PAD memiliki resiko empat sampai lima kali lebih tinggi dari serangan
jantung atau stroke.
5. Manifestasi Klinis
50% orang datang dengan PAD tanpa gejala. Tapi beberapa orang
mengeluhkan sakit di kaki ketika berjalan. (klaudikasi). Gejala dari klaudikasi
meliputi sakit pada otot terutamaa kaki di picu saat aktivitas dan hilang saat pasien
istirahat. Lokasi dari sakit tergantung dari lokasi dimana arteri mengalami
penyempitan. Klaudikasi yang sudah parah dapat menyebabkan pasien susah berjalan
dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Ciri lain dari peripheral artery disease adalah
Sakit di tungkai bawah yang muncul saat berktivitas (berjalan, menaiki
tangga) biasa di sebut klaudikasi
Bagian kaki yang terkena akan lebih dingin di bandingkan dengan kaki yang
sehat.
Luka pada kaki yang tidak akan sembuh
Pulsasi pada kaki yang terkena akan lemah bahkan sampai tidak ada
Disfungsi ereksi pada pria
Apabila PAD sudah makin parah maka pasien bisa mengelukan sakit saat istirahat
atau saat berbaring.
6. Faktor Resiko
Orang yang merokok dan memiliki diabetes memiliki resiko yang lebih besar
untuk peripheral artery disease (PAD). Faktor resiko lain dari peripheral artery
disease adalah
Hipertensi
Obesitas
High Blood Cholesterol
Diabetes Mellitus
Dislipidemia
7. Patofisiologi
PAD merupakan proses sistemik yang berpengaruh terhadap sirkulasi arteri
multiple yang disebabkan oleh karena adanya aterosklerosis, penyakit degeneratif,
kelainan displasia, inflamasi vaskuler (arteritis), trombosis in situ, dan tromboemboli.
Dari sekian proses patofisiologi yang mungkin terjadi, penyebab utama PAD yang
paling banyak di dunia adalah aterosklerosis. Aterosklerosis biasanya didahului oleh
adanya disfungsi endotel. Endotelium sehat, normalnya berfungsi untuk
mempertahankan homeostasis pembuluh darah dengan menghambat kontraksi sel otot
polos, proliferasi tunika intima, trombosis, dan adhesi monosit. Endotel memiliki
peranan penting dalam meregulasi proses inflamasi dalam pembuluh darah yang
normal, yakni menyediakan permukaan antitrombotik yang menghambat agregasi
platelet dan memfasilitasi aliran darah. Endothelium normal mengatur proses
trombosis melalui pelepasan oksida nitrat, yakni NO, yang menghambat aktivasi
trombosit, adhesi, dan agregasi, serta mediator lain dengan kegiatan antitrombotik.
Disfungsi endotel berhubungan dengan sebagian besar factor risiko penyakit
kardiovaskular, yang terkait dengan terjadinya mekanisme sentral pembentukan lesi
aterosklerotik. Penurunan kemampuan endotel untuk bervasodilatasi juga dikaitkan
dengan faktor- faktor risiko penyakit kardiovaskular. Zat yang diperdebatkan sebagai
zat paling yang berperan dalam proses relaksasi pembuluh darah adalah Nitrat
Oksida(NO). NO tidak hanya terlibat dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
tetapi juga memediasi penghambatan aktivasi trombosit, adhesi, dan agregasi
mencegah proliferasi otot polos pembuluh darah; dan mencegah adhesi leukosit pada
endotel. Aktivitas biologis NO ternyata terganggu pada pasien dengan penyakit
vaskular aterosklerotik koroner dan pembuluh darah perifer.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Ankle Brachial Indeks
Pemeriksaan ABI adalah uji noninvasif yang cukup akurat untuk mendeteksi
adanya PAD dan untuk menentukan derajat penyakit ini. ABI merupakan
pengukuran non-invasif ABI didefinisikan sebagai rasio antara tekanan darah
sistolik pada kaki dengan tekanan darah sitolik padalengan. Kriteria diagnostik
PAD berdasarkan ABI diinterpretasikan sebagai berikut:
b. Terapi farmakologis
Terapi Farmakologi dapat diberikan untuk menurunkan faktor resiko
yang ada seperti menurukan tekanan darah, kadar kolesterol dan untuk
mengobati diabetes. Selain itu, terapi farmakologis juga diberikan untuk
mencegah terjadinya thrombus pada arteri yang dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, serta untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien ketika berjalan.
Anti cholesterol
Terapi penurun lipid mengurangi risiko baru atau memburuknya gejala
klaudikasio intermiten. Statin menjadi terapi penurun lipid lini pertama.
HMG-Co A reductase inhibitor (Simvastatin) secara signifikan
mengurangi tingkat kejadian kardiovaskular iskemik sebesar 23%.
Beberapa laporan telah menunjukkan bahwa statin juga meningkatkan
jarak berjalan bebas rasa sakit dan aktivitas rawat jalan
Anti hipertensi
Pemilihan obat antihipertensi harus individual. Diuretik thiazide, beta
blocker, angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEIs), angiotensin
receptor blocker (ARB), dan calcium channel blockers semua efektif.
Penggunaan beta blockers aman dan efektif; mengurangi kejadian koroner
baru sebesar 53% pada mereka dengan MI sebelumnya dan gejala PAD
yang bersamaan.
Anti platelet
Telah terbukti manfaatnya dalam menurunkan resiko terjadinya MI,
stroke dan kematian vascular pada pasien PAD. ACC/AHA guidelines
telah merekomendasikan penggunaan antiplatelet (aspirin [ASA], 75 to
325 mg daily, or clopidogrel, 75 mg daily) pada pasien PAD dengan
aterosklerosis pada ekstrimitas bawah.
Cilostazol (Pletal), adalah reversible phosphodiesterase inhibitor yang
menghambat agregasi platelet, pembentukan thrombin dan proliferasi otot
polos pembuluh darah, memicu vasodilatasi dan meningkatkan HDL dan
menurunkan kadar TG. Pedoman ACC / AHA telah memberikan
cilostazol sebagai rekomendasi grade IA kelas untuk pasien dengan
klaudikasio intermiten dengan dosis 100 mg dua kali sehari (diminum pada
saat perut kosong setidaknya ½ jam sebelum atau 2 jam setelah sarapan
dan makan malam). Efek samping yang umum dari cilostazol termasuk
sakit kepala (30% pasien), diare dan gangguan lambung (15%), dan
palpitasi (9%). Efek samping hanya berjangka pendek dan jarang
dilakukan penghentian obat. Kontraindikasi obat ini adalah pasien dengan
gagal jantung.
c. Operasi
Angioplasti
Tujuannya untuk melebarkan arteri yang mulai menyempit atau
membuka sumbatan dengan cara mendorong plak ke dinding arteri.
Operasi By-pass
Bila keluhan semakin memburuk dan sumbatan arteri tidak dapat
diatasi dengan angioplasti. Bagi yang sudah menjalani operasi ini
biasanya bebas dari gejala dan tidak mengalami komplikasi apapun
sesudahnya
DAFTAR PUSTAKA