PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden
dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun
pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung
berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah
diberikan secara optimal (R. Miftah Suryadipraja, 2000).
Gagal jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient
dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya
ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh
(Ebbersole, Hess, 1998, dalam makalah Sari 2012). Risiko CHF akan meningkat pada
orang lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat
menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit
katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan
berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
Penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, stroke, gagal jantung, keabnormalan
irama jantung, merupakan penyebab utama dari banyak kematian di dunia, sekitar 13 juta
jiwa melayang tiap tahunnya, dan angka tersebut terus meningkat (Marcum, 2008). CHF
(Congestive Heart Failure) atau gagal jantung kongestif, menyerang lebih dari 6 juta jiwa
di Amerika utara dan penyakit ini menjadi penyebab umum hospitalisasi dari pasien di
atas 65 tahun (C-Health, 2008). Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan di mana
fungsi jantung sebagai pompa darah yang mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh
tidak dapat memenuhi kebutuhan secara adekuat (MedicineNet, 2008).Manifestasi klinis
terburuk yang dapat terjadi pada gagal jantung kongestif adalah edema paru, yang terjadi
karena adanya peningkatan cairan pada paru sebagai akibat dari kelemahan dari kapiler
paru menuju ke intersisium dan alveoli (eMedicine, 2008).Gejala umum dari gagal
jantung kongestif adalah kesulitan bernafas ketika malam hari atau ketika berbaring,
batuk, lemah, lekas lelah, nafas yang pendek, dan adanya bengkak pada daerah kaki.
Tingginya angka penderita gagal jantung kongestif di dunia menunjukkan
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ini masih kurang.Pola hidup yang tidak sehat
menjadi faktor utama bagi tubuh rentan terkena penyakit kardiovaskular. Selain itu,
berdasarkan artikel pada tanggal 26 Agustus 2008 Journal of the American College of
Cardiology (JACC)menyatakan polusi udara memiliki efek toksik baik jangka panjang
maupun jangka panjang. Efek toksik ini dapat merusak jantung, pembuluh darah, serta
dapat menigkatkan angka hospitalisasi dari penyakit jantung, bahkan dapat menyebabkan
kematian (Anonim, 2008).
Keadaan ini diperparah dengan pola makan kebanyakan masyarakat di dunia yang
jauh dari sehat.Konsumsi makanan fast food yang semakin tinggi disertai minuman
bersoda dan berbagai minuman tak sehat lainnya memiliki andil yang cukup besar dalam
menyebabkan gangguan jantung. Apalagi jika tidak diimbangi dengan olahraga yang
teratur, maka prevalensinya akan menjadi semakin bertambah.
CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit (Miller, dalam
makalah Sari, 2012).Sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya
CHF diderita lansia yang berusia 50 tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun
pada lansia berusia di atas 50 tahun (Aronow et al,dalam makalah Sari, 2012). Menurut
penelitian, sebagian besar lansia yang didiagnosis CHF tidak dapat hidup lebih dari 5
tahun (Ebbersole, Hess, dalam makalah Sari, 2012).
Dalam makalah ini membahas CHF pada lansia disertai penanganan dan asuhan
Keperawatan pada pasien lanjut usia dengan CHF.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit CHF.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian CHF.
b) Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab CHF.
c) Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala CHF.
d) Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi CHF.
e) Mahasiswa mampu menjelaskan masifestasi klinis CHF.
f) Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada CHF.
g) Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pasien dengan CHF.
h) Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF.
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Kelainan primer pada gagal jantung adalah berkurang dan hilangnya sebagian
fungsi miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung.
Ada beberapa defisiensi gagal jantung,namun tidak ada salah satu pun yang benarbenar dapat memuaskan semua pakar atau klinisi yang menangani masalah gagal jantung.
Gagal jantung adalah suatu keadadan ketika jantung tidak mampu mempertahankan
sirkulasi yang cukup lagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena
normal.Namun, defisiensi-defisiensi lain menyebabkan bahwa gagal jantung bukanlah
suatu penyakit yang terbatas pada satu sistem organ, melainkan suatu sindrom klinis
akibat
kelainan
jantung
yang
ditandai
dengan
suatu
bentuk
respon
khusunya sesak nafas (dispnea). Meskipin klasifikasi ini berguna untuk menentukan tingkat
ketidakmampuan fisik dan beratnya gejala,namun pembagian tersebut tidak dapat digunakan
untuk keperluan lain.
TABEL 1.1 KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG MENURUT NYHA
KELAS
I
DEFINISI
ISTILAH
Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa Disfungsi ventrikel kiri yang
II
III
IV
Klaifikasi NYHA tidak dapat digunakan untuk menilai beratnya penyakit jantung
yang menjadi penyebab, misalnya pada gagal jantung ringan belum tentu disebabkan oleh
penyakit jantung yang ringan.Beratnya gejala tidak menunjukan atau sebanding dengan
beratnya disfungsi ventrikel kiri yang ada. Justru sabaliknya, fraksi ejeksi ventrikel kiri
terbukti paling menentukan mortalitas gagal jantung. Adanya bebdungan paru yang
ditemukan pada pemeriksaan klinis atau radiologis pada klien infrark miokardium menunjuka
prognosis yang buruk.
Meskipun gagal jantung adalah gangguan multisistem,tidak ada satu pun gejala yang
spesifik untuk organ tertentu. Sebagai
paru,sedangkan edema perifer dapat disebabkan oleh insufiensi vena atau penyakit hati dan
ginjal.
Walaupun belum ada data yang akurat untuk data gagal jantung di Indonesia,tapi
sebagai perbandingan yang menyatakan bahwa gagal jantung kini dianggap sebagai masalah
4
kesehatan masyarakat yang utama di dunia Barat. Sindrom ini merupakan penyebab rawat
inap yang paling sering pada klien tua, baik di Amerika Serikat maupun di Inggris. Gagal
jantung mempunyai mortalitas tinggi, bahkan golongan yang terburuk mempunyai harapan
hidup 1 tahun kurang dari 50% (Stephen G. Ball,1996).
Insiden dan prevalensi yang sesungguhnya dari gagal jantung kronis disebagian besar
negara didunia tidak dapat diketahui secara pasti. Sebagian besar informasi tentang
epidemilogi gagal jantung diambil dari data Amerika Serikat, khususnya studi Framingham
.Studi ini menunjukan bahwa 1% klien berusia 70-79 tahun mengalami gagal jantung tiap
tahun,pada kelompok 80-89 tahun, hampir 10% klien akan menderita gagal jantung .
Dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain yang dipublikasikan lebih luas, misalnya
kanker payudara dan leher rahim dengan angka insiden masing-masing, 54 dan 24 per
100.000 populasi umum pertahun, maka angka insiden gagal jantung lebih tinggi, yaitu
sekitar 300 per 100.000 populasi umum per tahun.
TABEL 1.2. SEBAB SEBAB GAGAL JANTUNG
KELAINAN MEKANIS
1. Peningkatan beban
tekanan
Dari sentral(stenisis
aorta)
Dari
KELAINAN
GANGGUAN
MIOKARDIAL
Primer
IIRAMA JANTUNG
1. Henti
o Kardiomiopati
o Gngguan
neuromuskular
peripreal(hipertensi
sismetik)
Miokarditis
o Metabolik DM
o Keracubnan(alkohol,
kobat dll)
jantung
2. Ventrikular
fibrilasi
3. Takikardi
atau
bradikardi
yang
ekstrim
4. Asinkronik
listrik dan
gangguan
konduksi
2. Peningkatan beban
volume
Rregurgitasi
katub-pirau
Meningkatan
Sekunder
o Iskemia (penyakit
jantung koroner)
o Gangguan metabolik
o Inflamasi
5
beban awal
3. Obstruksi terhadap
pengisian ventrikel
Stenosis mitral
atau trikuspis
4. Tamponade
perikardium
5. Restriksi endokardium
dan miokardium
6. Aneurisma ventrikular
7. Dis-sinergi ventrikel
o Penyakit
infiltrasi(restictive
cardiomiophaty)
o Penyakit sistemik
o Penyakit paru
obsruksi kronis
o Obat-obatan yang
mendepresi miokard
B. Anatomi.
1. Jantung
Jantung merupakan organ muscular berongga yang bentuknya mrip pyramid
dan terletak di dalam pericardium di mediastinum. Jantung memiliki tiga permukaan :
facies sternocostalis, diaphragmatica, dan basis cordis. Jantung di bagi oleh septa
vertical menjadi empat ruang : atrium dextrum, atrium sinistrum, ventriculus dexter,
dan ventriculus sinister.
Artrium Dextra
Atrium dextra terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong kecil, auriculla.
Bagian atrium dianterior berdinding kasar atau trabekulasi oleh karena tersusun
atau berkas serabut, musculli pectinati yang berjalan melalui cristal terminalis ke
auriculla dextra. Pada atrium dextrum bermuara vena cava superior dan vena cava
inferior, sinus coronaries, dan vena cordis minimae. Ostium atrioventriculare
dextrum terletak antreor terhadap muara vena cava inferior dan di lindungi valva
tricuspidalis. Pada dextrum juga terdapat septum interatriale yang memisahkan ke
dua atrium. Pada septum inilah terdapat fossa ovalis yang merupakan obliterasi
dari foramen ovale saat masih janin. (Snell, 2006)
Ventrikel Dextra
Ventriculus dextra berhubungan dengan atrium dextrum melalui ostium
atrioventriculare dextrum dan dengan truncus pulmonalis melalui ostium truncus
pulmonalis. Sewaktu mendekati truncus pulmonalis rongga berubah seperti
corong yang di namakan infundibulum. Dinding ventrikel dextra jauh lebih tebal
di banding atrium karena trabecula carnae. Trabecula ini terdiri atas tiga jenis :
mm. papillares, trabecula septomarginalis (berisi bundle hiss), dan rigi yang
menonjol. mm. papillares dengan valve tripidalis di hubungkan oleh tali fibrosa
yang di sebut chordatendinea. (Snell, 2006)
Atrium Sinistra
Atrium sinistra memiliki dinding yang paling tipis diantara seluruh jantung.
Empat vena pulmonales, dua dari masing-masing paru bermuara pada dinding
posterior dan tidak memiliki katup. Postium atrioventricularis sinestrum di
lindungi oleh valva mitralis. (Snell, 2006)
Ventricel Sinistra
Ventriculus sinistra berhubungan dengan atrium sinetrum melalui ostium
atrio-ventricularis yang di lindungi valve nitralis dan aorta melalui osteum aorta
yang di lindungi valva aorta dindingnya paling tebal diantara seluruh jantung.
Terdapat trabecula carnae yang berkembang dengan baik, dua buah mm.
papillares yang besar, tapi tidak terdapat trabecula septomarginalis. Snell, 2006)
2. Pembuluh Darah.
Ada tiga macam pembuluh darah : arteri, vena, dan kapiler, arteri membawa
darah dari jantung dan mendistribusikannya ke seluruh jaringan tubuh melalui cabangcabangnya. Arteri yang kecil di sebut arteriola, persatuan cabang-cabang di sebut
anastomosis. Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung ; banyak
diantaranya mempunyai katup. Vena yang terkecil di sebut venula, vena yang lebih
besar atau muara-muaranya, bergabung membentuk vena lebih besar lagi, yang
biasanya membentuk suatu hubungan dengan yang lain menjadi plexus venosus. Vena
yang keluar dari gastrointestinal tidak langsung menuju ke jantung tetapi bersatu
membentuk vena porta. Kapiler adalah pembuluh yang sangat kecil dan
menghubungkan arteriola dengan venula. (Snell, 2006)
C. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit
jantung kongenital maupun yang didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan
gagal jantung mencakup keadaan-keadaanyang meningkatkan beban awal, beban
akhir, atau menurunkan kontraktilitas miokardium.
yang telah lama diderita, dan 24% angina. Hipertensi dan kardiomiopati dilatasi
masing-masing yang menjadi penyebab pada 6% dan 1% klien.
Infark
miokardium akut
sering menjadi
pencetus
terjadinya
gagak
dampak
yang
lebih
besar
dibandingkan
penyakit-penyakit
kronois
non
tugasnya sebagai pompa akibatnya terjadila gagal jantung . Juga pada tingkat awal,
disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan. Jika cadangan jnatung
normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan
curah jantung adalah penting. Semua respon ini menunjukan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfungsi organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung, da tiga mekanisme respon primer.
1. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis.
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neuruhormon.
3. Hipertropi ventrikel.
Kegiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahanankan curah
jantung.Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk memperhankan curah
jnatung pada tingakt normal atau Hmpir normal pda gagal jantung dini dan pada
keadaan istirahat.Akan tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah
jantung bioasanya tampak pada keadaan beraktivitas.Dengan berlanjutnya gagal
jantung, maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.
Meningkatnya Aktivitas Adrenergik Simpatis
Menurunnya curah secukup pad gagal jantung akan mengakibtakan respon
simpatis kompensatorik.Meningkatnnya aktivitas adrenargik jantung dan medula
adrenal. Denyut jantung akan meningkat secara maksimal untuk mempertahankan
curah jantung.Juga terjadi vasokontriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan
arteri dan redistribusi volume darah denganmengurangi aaliran darah ke organ-organ
yang rendah metabolismenya (seperti kulit dan ginjal) agar perfungsi kejantung dan
otak dapt diprtahankan. Venokontriksi akan meningkatkan aliran balik vena kesisi
kanan jantung, untik selanjutnya menambah kekuatan kontraksi sesuai dengan hukum
starling.
10
Seperti yang diharapkan, kadr ketabolamin yang beredar akan meningkat pada
gagal jantung,terutama selam latihan. Jantung akan semakin bergantung pad
katelamin yang beredar dalam sirkulasi untuk mempertahnkan kerja ventrikel.Namun,
pada
akhirnya
respon
miokardium
terhadap
rangsangan
simpatis
akan
kadar
noradrenalin
akibatnya
terjadi
aktivitas
simpatis
dapt
dikurangin
oleh
penurunan(down-
sistem
renin-angiotensi-aldosteron(RRA)mnyebabkan
retensi
dengan hukum starling. Mekanisme pasti yang mengakibatkan aktivitas sistem reninangiotensi-aldosteron pada gagal jantung masih belum jelas.Namun, beberapa faktor
telah diperkirakan, antara lain perangsangan sispatis adrenergik pada reseptor beta
didalam aparatus jukstaglomerurus,respon reseptor makula densa terhadap perubahn
pelepasan natrium pada tubulus distal,serta respon barereseptor terhadap perubahan
volume dan tekanan darah yang bersikulasi.
SRAA bertujuan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit yang
adekuat serta mempertahankan tekanan darah (lihat Figur 4.4). Renin (enzim yang
disekresikan oleh sel-sel juxtaglomerulus, yang terletak terbatas dengan arteriol renan
aferen dan bersebelahan dengan makula dense pada tubulus distal) adalah enzim yang
mengubah angiio tensinogen (sebagian besar berasal dari hati) menjadi angio tensim I.
Renin akan memecahkan empat asam amino dari angiotensinogen dalam sirkulasi,
suatu prekursor angiotensim peptida yang dihasilkan oleh hati, membentuk
angiotensin I, suatu senyawa biologis deka peptida.
Angiotensim konvertim enzyme(ACE) yang terikat pada membrane plasme sel
endotel akan memecahkan dua asam amino dan angiotensim I membentuk
angiotensim II. Angiotensim II memiliki beberapa fungsi penting untuk memelihara
homeostatis sirkulasi, termasuk konstriksi arterior pada ginjal dan sirkulasi sistemik,
serta reabsorbsi natrium pda bagian proksimal dari nefron. Angiotensim II juga
menstimulasi korteks Adrenal untuk mensekresi adosteron, yang akan merangsang
reabsorbsi natrtium (dalam pertukaran dengan kalium) pada bagian distal dari nefron,
serta diusus besar, kelenjar air ludah dan kelenjar keringat. Renin diekresi pada
keadaan menurunnya tekanan darah, kekurangan natrium dan peningkatan aktivitas
simpatis ginjal (stephen G. Ball et al, 1996).
Angiotensim I sebagian besar diubah di paru-paru menjadi angiotensim II,
suatu zat presor yang paten oleh angiotensin converting enzyme(ACE). ACE juga
dapat memecah brakinin dan bekerja pada sejumlah peptida lain. Angiotensin II
dipecah secara cepat oleh enzim non-spesifik
Angiotensin II memegang peran utama salam SRAA karena meningkat kan tekanan
darah dengan beberapa macam cara seperti : vasokontriksi, retensi garam dan cairan,
serta takikardia. Efek-efek ini bekerja secara langsung maupun tidak langsung mealui
sistem saraf simpatis, antidiuretik hormone(ADH), adosteron, atau penghambat vagal.
12
Angiotensi II mempunyai pengaruh yang penting erhadap sel otot jantung dan
dapat memengaruhi pola remodelling jantung setelah infrak miokard. Aldosteron
menyebabkan retensi natrium dan air serta meningkatkan ekresi kalium. Aldosteron
menyebabkan natrium intra selular dan dapat menyebabkan penurunan kompliance
paru, yang merupakan karakteristik gagal jantung . kongesti hti atau penurunan aliran
darah akan menyebabkan kadar algosteron tetap tinggi karena aldosteron dipecah
dihati. Ada beberapa mekanisme umpan balik yang berinteraksi untuk mengendalikan
aktivitas SRAA. Angiotensin II mememgang peran penting pada mekanisme ini.
Angiotensin II dapat menyebabkan umpan balik negatif terhadap sekresi renin, baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui aktivasi peptida natriumletik atrial
(PNA), peningkatan aktivasi vagal maupun peningkatan tekanan darah. Angitensin II
juga bekerja pada mekanisme umpan balik positif untuk merangsang produksi
angiotensinogen. PNA disekresi oleh jantung kedalam sirkulasi (figur4.4). pelepasan
sekresi terutama dipengaruhi oleh peningkatan tekanan pada dinding atrium atau
ventrikel, biasanya akibat peningkatan tekanan pengisian atrium PNA menyebabkan
dilatasi dari arteri yang mengalami konstriksi akibat neurohormon lain serta
meningkatkan ekskresi garam dan air. Pada gagal jantung,efek vasodilatasi ini di
kalahkanoleh efek vasokonstriksi hormon-hormon lain,sehingga fungsi-fungsi yang
bermanfaat dari ginjal menjadi hilang. Penghambat ACE menurunkan tekanan atrium
sehingga menurunkan kadar PNA.
Pada gagal jantung,sekresi ADH kurang berespons terhadap perubahan
osmolaritas plasma.Angiotensis II mungkin menjadi stimulus penting terhadap sekresi
ADH. Golongan obat penghambat ACE menyebabkan penurunan kadar ADH. Kadar
ADH yang sangat tinggi adalah gambaran umum yang terdapat pada gagal jantung
yang di obati dengan diuretik dan dapat menyebabkan hiponaremia. Pada gagal
jantung yang berat,gabungan kongesti vena sistemik dan menurunya perfusi hati akan
mengganggu metabolisme aldosteron di hati,sehingga kadarnya akanmeningkat dalam
darah. Kadar hormon antidiuretik juga akan meningkat pada gagal jantung yang
berat,yang selanjutnya akan meningkatkan absorbsi air pada duktus pengumpul.
Secara khusus, aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan
sistem saraf simpatis,serta peningkatan kadar peptida natriuretik atrial (PNA)
memegang peran penting dalam kejadian dan perkembangan gagal jantung.
13
Hipertrofi ventrikel
Respon terhadap kegagalan jantung lainnya adalah hipertrovi miokardium atau
bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel
miokardium, bergantung pada jenis bebanhemodinamik yang mengakibatka gagal
jantung. Sarkomer dapat bertambah secara paralel atau serial.
Pola terjadinya hiprtrofi ventrikel secara fungsional merupakan resrons secara
remodelling di mana pada jantung terjadi sebagai respons terhadap berbagai macam
rangsangan tersebut antara lain di sebabkan hal di bawah ini :
Overload tekanan
Overload tekanan, misalnya hipertensi dan stenosis aorta. Remodelling
jantung terbentuk pada keadaan ini dengan tujuan agar ventrikel kiri dapat
menghasilkan tekanan tinggi yang di butuhkan untuk mengatasi peningkatan
impedansi aliran. Remodeling dapat tercapi dengan peningkatan jumlah miofibril
paralel, yang kemudian menyebabkan peningkatan ketebalan dinding ventrikel.
Dengan demikian dapat di timbulkan ketegangan dinding dan tekanan
intraventrikel yang lebih besar oleh tiap miofibril dengan mengembangkan
ketegangan yang sama seperti sebelumnya. Jadi,overload tekanan menyebabkan
peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri yang biasanya di sebut hipertrofi
konsentrik.
Overload volume
Overload volume, misalnya keadaan curah jantung yang tinggi. Seperti
pada penyakit paget,beri-beri,anemia,regurgitasikatup,dan pirau intrakardiak.
Remodelling jantung terjadi agar dapat di hasilkanisi sekuncup yang besar. Tiap
sarkomer mempunyai jarak pemendekan puncak yang terbatas,sehingga
peningkatan isi sekuncup di capai dengan peningkatan jumlah sarkomer seri,yang
akan menyebabkan peningkatan volume ventrikel. Pelebaran ini membutuhkan
pelebaran dinding yang besar agar dapat menimbulkan tekanan intraventrikel yang
sama sehingga membutuhkan oeningkatan jumlah miofibril paralel. Sebagai
akibatnya, terjadi peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri. Jadi overload
volume menyebabkan pelebaran ruang dan miofibril paralel, yang kemudian
menyebabkan peningkatan ketebalan dinding ventrikel. Dengan demikian dapat di
timbulkan ketegangan dinding dan tekanan intraventrikel yang lebih besar oleh
14
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic.
7. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
8. AGD
Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung
Meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,misal infark miokard
(Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH,
isoenzim LDH).
G. Penatalaksanaan
Respon fisiologi pada gagal jantung merupakan dasar rasional untuk
melekukan tindakan sasaran penatalaksanaan gagal jantung kongestif adalah untuk
menurunkan kerja jantung meningkatkan
kontraktilitas
penggunaan pompa infus untuk manitrasi dengan dosis yang dibeikan nitropusit
harus di gunakan pada perwatan. Terapi nitrat panjang biasanya diberikan dengan
salep nitrogliserin beberapa klien yang menerima dengan maksimal dari terapi
bentuk lain untuk gagal ventrikel kiri telah membaik dengan bantuan vasodilator
terapi nitrat jangka panjang tidak hanya menghilangkan gejala tetapi memperbaiki
prognosis gagal jantung perubahan kerja jantung dengan menurunkan dan aferload
diindikasikan pada gagal jantung dan pada waktunya memungkinkan kesadaran
obat-obatan yang meningkatkan kerja kontraksi miokard agen inotropik masih
dilakukan alat terapetik penting.
Diuretik
Tirah baring pembatasan garam dan air serta diuretik baik oral atau
pelepasan
,magnesium,klorida,dan
elektrolit
bokarbonat
elektrolit
diuretik
yang
termasuk
kalium
meningkatkan
kalium
digolongan sebagai diuretik yang tidak menahan kalium dan diuretik yang dari
kalium disebut diuretik hemat kalium.
Diuretik kuat
Diuretik kuat bekerja pada ansa henle dengan menghambat transport
klorida dan natrium ke dalam sirkulasi .garam natrium dan keluar bersama
kalium ,kalsium,magnesium obat obat dalam golongan ini obat paten dan
menyebabkan
Penurunan jumlah air dan elektrolit dalam jumlah besar efek yang kuat
bergantung pada dosis yang diberikan yaitu dengan meningkatkanya maka efek
dan respon obat ini juga meningkat inilah mengapa golongan obat ini juga disebat
diuretik kuat.
17
18
sampai saat digitalis masih terus digunakan dalam bentuk yang telah dimurnikan
digitalis dihasilkan tumbuhan foxglove ungu dan putih yang dapat bersifat racun
pada tahun 1785 william sering dari inggris menggunakan digitalis untuk
menyembuhkan skit bengkak yaitu pad ekstermitas kibt insufisisensi ginjal dn
jantung preparat digitlis efektif untuk mengobati gagal jantung kongestif (PJK)
withering tidak menyadari bahwasakit bengkak merupakan akibat dari gagal
jantung digitlis dalah obt utama untuk meningktkn kontraktilits digitalis diberikan
dalam bentuk yng sangat besar dan cepat di ulang kadang kadang digitlis
membuat mabuhk ,muntah,pandangan kacau,bersifat laktasif,objek tmpak hiju
,peningkatan sekresi dengangerakan yang sering ,kadang kadang ketidkmmpuan
untuk menahanya lambat bahkan serendh 35x dalam 1menit ,keringat dingin
kekacauan mental, dan kematian pada kegagalan jantung digitalis memperlambat
frekuenssi ventrikel yang meningkatkan kekuatan kontraksi serta peningkatan
efesiensi jantung saat curah jantung meningkat volume cairan yang lebih besar
dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi serta ritme intravaskular menurun.
19
perload/
20
timbul
akan
21
PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan pada pengguna digitalis adalah sebagai berikut
Periksa tanda tanda vital
Atropik positif
Dopamin bisa juga di gunakan untuk meningkatka denyut jantung pada
keadaan takikardia di saat atropin tidak menghasilkan kerja yang efektif pada
dosis 5-20mg kg kerja dopamin bergantung pada dosisnya pada dosis kecil (12mg/kg/menit)dopamin
mellaktasi
pembuluh
darah
ginjal
dan
masenterik,sehingga menghasilkan peningkatan sauran urine pada dosis 210mg/kg/menit dopamin meningkatkan kerja jantung melalui peningkatan
kontraktilitas jantung dan meningkatkan tekanan melalui vasokonstraksi.
Efek alfa predominan pada dosis sama atau lebih besar dari 10mg/kg/menit
terjadi kontraksi ginjal mesenterik dan pembuluh perifer vasokonstriksi seperti itu
kadang kadang perlu untuk mempertahankan tekanan darah dan memadai pada
syok berat dapat menimbulkan perfusi jaringan dan organ yang buruk menurunkan
kemampuan jantung dan menurunkan produksi air kemih oleh karena itu dalam
memberikan dopamin di gunakan dosis terendah untuk menghentikan pengobatan
dopamin harus di lakukan secara bertahap pergantian yang mendadak dapat
menyebabkan hipotensi yang berat.
Dopamin sering kali diberikan dalam bentuk campuran dengan konsentrasi
400-800mgdan 250 ml dekstrosa 5% dalam air dan diberikan secara IV melalui
pompa infus volumetrik dan mendapatkan dosis yang akurat pemantauan tekanan
darah dan jantung secar terus menerus adalah penting perawat harus mencatat
secara seksama tanda vital dan keluaran urine reaksi merugikan yang cukup
22
berarti adalah takikardia skemia miokardium mual dan muntah tempat suntikan IV
harus di kaji setiap jam dan mengethui adanya infiltrasi obat dopamin ekstravasisi
akan menimbulkan nekrosis jaringan yang memerlukan operasi debridemen dan
cangkok kulit jika ekstravasisi di sekitar tempat suntikan maka harus di suntikan
fentolarnin yang dilarutkan dalam 10-15 ml salin normal untuk mengurangi atau
mencegah kerusakan jaringan
Dobutamin adalah suatu obat simpatomimetik dengan kerja betal
anrenergik betal termasuk meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium dan
meningkatkan denyut jantung dobutamin merupakan indikasi pada syok apabila
ingin di dapatkan perbaikan curah jantung dan kemampuan kerja jantung secara
menyeluruh tekanan jantung hanya meningkat melalui peningkatan curah jantung
dobutamin tidak memiliki efek vasokonstraksi biasanya dosis IV bervariasi 2,520mg/kg/menit tekanan melali pompa infus volumetrik untuk mendapatkan dosis
yang tepat konsentrasi dobutamin yang sering digunakan adalah 1000 mg di
campur dalam 250 ml dekstrosa 5% dalam normal salin seperti dopamin
pemberian dobutamin harus dihentikan secara bertahap sudah tidak diperlukan
lagi.
Pemantauan tekanan darah dan denyut jantung secara terus menerus perlu
di lakukan pada klien yang mendapatkan infus dobutamin reaksi yang merugikan
berkaitan dengan dosis meliputi miokardium,takikardia,sakit kepala,mual dan
tremor perawat harus memantau tanda tanda vital dan masukan serta keluaran
urine dengan teliti periksa setiap jamnya tanda dan gejala iskemia miokardium
seperti nyeri dada
Sedatif
Pada keadaan gagal berat pemberian sedatif untuk mengurangi kegelisahan
diberikan. Dosis phenobarbital 15-30 mg empat kali sehari dengan tujuan mengistan
kilen dan memberi relaksasi pada kilen
Diet
Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan
otot minimal, dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan kilen.
23
Pembatasan natrium
Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah,mengatur,atau mengurangi
natrium harus pasti dan jumlahnya perlu di ukur dalam miligram hindara kata kata
makanan
Hormonal
Hipertensi
RESPONS
PENATALAKSANAAN
Hipertiroidisme
Pheokromositoma
Akromegali
Keganasan
Esensial
Ginjal
radioterapi.
Terapi bedah
Terapi bedah atau radioterapi.
Terapi farmasi
Terapi farmasi
Abnormalitas vaskular dikoreksi, pencegahan
25
pielonefritis ulang.
Mengangkat ginjal yang rusak atau transpantasi
Anemia
Hormonal
Koarsio aorta
Aldosteronoma
Kehilangan darah
mendadak
Perdarahan kronis
Karditis
Penyakit
Perikardial
membantu.
Pemberian Kortikosteroid dan salisilat.
Terapi antibiotik.
Cari faktor penyebab dan atasi sesuai indikasi
Perikardial Parasentesis.
Terapi pembedahan.
Obat antituberkulosis.
Terapi antikoagulan.
Pembedahan untuk menghilangakan emboli
Emboli Paru
Intrakardiak
Nutrisi
A-V fistula
Aritma
Penyakit
Kekurangan vitamin,
atrium kanan.
Pemberian vitamin.
terutama B1.
Pecandu alkohol
Traumatis atau kongenital
Atrial fibrilasi
Atrial flutter
Blok jantung dengan
penurunan denyut
ventrikular
Bradikardi sinus
Aneurisma ventrikel
Arteri
Koroner
Penyakit
Katup
Defek
Kongentinal
Dan sebagainya
Kelebihan cairan pada
trimester ke III
Kelebihan cairan pada
trimester ke I
Terutama ginjal dan paru
Kehamilan
Infeksi
H. Komplikasi
1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
2. Syok Kardiogenik, akibat disfungsi nyata.
3. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.
4. Edema paru, karena gagal jantung sisi kiri dan kerusakan pada membran kapiler
paru paru.
27
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Umum
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang di tandai oleh sejumlah
gejala dan tanda, serta di sebabkan oleh berbagai kelainan jantung, seperti
gangguan
irama
jantung,gangguan
endokardial,perikardial,valvular,atau
tanda vital
b. Tanda
TD karena mungkin rendah (gagal pemompaan), Tekanan Nadi ;
mungkin sempit, Irama Jantung ; Disritmia, Frekuensi jantung ;
Takikardia. Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
terjadi, S1 dan S2 mungkin melema. Murmur sistolik dan
diastolic.Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianosis. Punggung kuku ;
pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar ;
pembesaran/dapat teraba.Bunyi napas ; krekels, ronkhi.Edema ;
mungkin dependen, umum atau pitting khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas ego
a. Gejala
Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis).
b. Tanda
Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan
mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala
Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
a. Gejala
Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu
terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan
penggunaan diuretic.
b. Tanda
Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta
edema (umum, dependen, tekanan dan pitting).
6. Hygiene
a. Gejala
Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
b. Tanda
Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
29
a. Gejala
Kelemahan, pening, episode pingsan.
b. Tanda
Letargi, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala
Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan
sakit pada otot.
b. Tanda
Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit danperilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
a. Gejala
Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis,
penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda
Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernapasan.Batuk: Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pembentukan sputum.Sputum ; Mungkin
bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal). Bunyi napas ;
Mungkin
tidak
terdengar.Fungsi
mental;
Mungkin
menurun,
3. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan meliputi dispnea,kelemahan fisik, dan edma sistematik.
a. Dispnea
Keluhan dispnea atau sesak napas merupakan manifestasi kongesti
pulmonalis
sekunder
dari
kegagalan
ventrikel
dalam
melakukan
sensasi sulit dalam mendapatkan udara yang cukup dan menekan klien apakah
mengganggu aktifitas lainnya seperti keluhan tentang insomnia, gelisah, atau
kelemahan yang di sebabkan oleh dispnea.
o Ortopnea
Ortopnea adalah ketidakmampuan untuk berbaring datar karena
dispnea, adalah kelemahan umum lain,dari gagal ventrikel kiri yang
berhubungan dengan kongesti vaskuler pulmonal. Ini penting untuk
menentukan apakah ortopnea benar-benar berhubungan dengan penyakit
jantung atau apakah peninggian kepala untuk tidur adalah kebiasaan klien
belaka. Sebagai contoh, bila klien menyatakan bahwa ia bisa tidur pada tiga
bantal dan klien menyukai tidur dengan ketinggian ini dan telah di lakukan
sejak sebelum mempunyai gejala gangguan jantung, kondisi ini tidak tepat di
katakan sebagai ortopnea.
o Dispnea Nokturnal Proksimal
Dispnea nokturnal proksimal(DNP) adalah keluhan yang di kenal baik
oleh klien. Klien terbangun di tengah malam karena napas pendek yang hebat.
Dispnea noktural proksimal di perkirakan disebabkan oleh perpindahan cairan
dari jaringan ke dalam kompartemen intravaskuler sebagai akibat posisi
talentang. Selama siang hari, tekanan pada vena tinggi khususnya pada bagian
dependen tubuh. Hal ini terjadi karena gravitasi, peningkatan volume cairan,
dan peningkatan tonus sismpatetik. Dengan peningkatan tekanan hidrostatik
ini, beberapa cairan keluar masuk ke area jaringan. Dengan posisi telentang,
tekanan pada kapiler-kapiler dependen menurun dan cairan diserap kembali ke
dalam sirkulasi. Peningkatan volume memberikan jumlah ta,bahan darah yang
di berikan ke jantung untuk memompa tiap menit (peningkatan preload) dan
memberikan beban tambahan pada dasar vaskuler pulmonal yang telah
kongesti.
DNP terjadi bukan hanya pada malam hari, tetapi juga ad padaa kapan
saja selama perawatan akut dirumah sakit yang memerlukan tirah baring.
o Keluhan Batuk
Batuk iritasi adalah salah satu gejala kongesti vaskuler pulmonal yang
seringterlewatkan, tetapi dapat merupakan gejala dominan. Batuk ini dapat
produktif, tetapi biasanya kering dan pendek.
32
33
S4), penurunan pengeluaran urine, nadi perifer tidak teraba, kulit dingin (kusam:diaforesis,
ortopnea, krakles, distensi vena jugularis, pembesaran hepar, edema ekstremitas, nyeri dada.
Tujuan : dalam waktu 3x4 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan
tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang dan bebas gejala
gagal jantung (seperti parameter hemodinamik dalam batas normal, keluaran urine adekuat).
Kriteria
Klien akan melaporkan penurunan episode dipsnea, berperan dalam aktifitas mengurangi
beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas normal (120/80mmHg), nadi 80kali/menit,
tidak terjadi aritmia, denyut jantung dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3 detik, dan
produksi urine > 30 ml/jam.
Intervensi
Rasional
Kaji dan laporkan Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan MI yang lebih
tanda penurunan dari 24 jam pertama.
curah jantung.
Periksa keadaan
Biasanya terjadi takikardia meskipun pada saat istirahat untuk
klien dengan
mengompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel, KAP, PAT, MAT,
mengauskultasi
PVC, dan AF disritmia umum berkenaan dengan GJK meskipun lainnya
nadi apikal: kaji
juga terjadi.
frekuensi, irama
Catatan : Disritmia ventrikel tidak responsif terhadap obat yang diduga
jantung
aneurisme ventrikel.
(dokumentasi
disritmia, bila
tersedia
telemetri)
Catat bunyi
S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama
jantung
gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam
serambi yang distensi murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis
mitral.
Palpasi nadi
Penurunan curah jantung menunjukkan menurunnya nadi, radial,
perifer
popliteal, dorsalis pedis, dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau
tidak teratur untuk dipalpasi, dan pulsus alteran (denyut kuat lain dengan
denyut lemah) mungkin ada.
Pantau adanya
Ginjal berespons untuk menurunkan curah jantung dengan menahan
keluaran urine,
ciran dan natrium, keluaran urine biasanya menurun selama tiga hari
catat keluaran
karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada
dan
malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien
kepekatan/konsen tidur.
trasi urine.
Istirahatkan
Oleh karena jantung tidak dapat diharapkan untuk benar benar istirahat
dengan tirah
untuk sembuh seperti luka pada patah tulang, maka hal terbaik yang
baring optimal.
dilakukan adalah mengistirahatkan klien. Melalui inaktifitas, kebutuhan
pemompa jantung diturunkan.
Tirah baring merupakan bagian yang penting dari pengobatan gagal
jantung kongestif, khususnya pada tahap akut akan sulit disembuhkan.
35
Selain itu, untuk menurunkan seluruh kebutuhan kerja pada jantung, tirah
baring membantu dalam menurunkan beban kerja dengan menurunkan
volume intravaskular melalui induksi diuresis berbaring.
Istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan
jantung, dan menurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring juga
merangsang diuresis, karena berbaring akan memperbaiki perfusi ginjal.
Istirahat juga mengurangi kerja otot pernafasan dan penggunaan oksigen.
Frekuensi jantung menurun yang akan memperpanjang periode distole
pemulihan, sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.
Atur posisi tirah
Klien dengan gagal jantung kongestif dapat berbaring dengan posisi
baring yang ideal. seperti dalam gambar untuk mengurangi kesulitan bernafas dan
Kepala tempat
mengurangi jumlah darah yang kembali ke jantung sehingga dapat
tidur harus
mengurangi kongesti paru.
dinaikkan 20
Pada posisi ini aliran balik vena ke jantung (preload) dan paru berkurang,
sampai 30 cm (8- kongesti paru berkurang, serta penekanan hepar ke diafragma menjadi
10 inci) atau
minimal. Lengan bawah harus disokong dengan bantal untuk mengurangi
klien didudukkan kelelahan otot bahu akibat berat lengan yang menarik secara terus
di kursi.
menerus. Klien yang dapat bernafas hanya pada posisi tegak (ortopnea)
dapat didudukkan di sisi tempat tidur dengan kedua kaki disokong kursi,
kepala, dan lengan diletakkan di meja tempat tidur dan vertebra
lumbosakral disokong dengan bantal. Bila terdapat kongesti paru, maka
lebih baik klien didudukkan di kursi karena posisi ini dapat memperbaiki
perpindahan cairan dari paru. Edema yang biasanya terdapat dibagian
bawah tubuh berpindah ke daerah sakral ketika klien dibaringkan di
tempat tidur.
Kaji perubahan
Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap
pada sensorik.
penurunan curah jantung.
Contoh : letargi,
cemas, dan
depresi.
Berikan istirahat Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang terkait, meningkatkan
psikologi dengan tekanan darah, dan meningkatkan frekuensi/kerja jantung.
lingkungan yang
terang.
Berikan oksigen
Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium guna
tambahan dengan melawan efek hipoksia/iskemia.
nasal
kanul/masker
sesuai dengan
indikasi
BAB IV
PENUTUP
36
A. Kesimpulan
Congestive hearth failure (CHF) atau biasa di sebut gagal jantung kongestif
adalah ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang memadai (adekuat) untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Gagal jantung kongestif dapat
terjadi pada penderita kelainan otot jantung, aterosklerosis, hipertensi sistemik atau
hipertensi pulmonal, peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, penyakit jantung
lain.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini penulis memberikan beberapa saran yang kiranya
berguna untuk perbaikan di masa yang akan datang. Untuk melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien gagal jantung kongestif hendaknya perawat terlebih dahulu
mengetahui konsep dasar penyakit dan keperawatan.
37