Oleh
Kelompo 17/ Kelas C 2019
Beva Pramasty Hardika 192310101111
Noera Ambarwati Nabillah 192310101112
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
Kemampuan yang harus dikuasai oleh perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan profesional terhadap pasien dengan Peripheral Arterial Disease
Latar Belakang
Dan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kessehatan tahun 2018
menyatakan bahwa Negara Indonesia memiliki prevalensi masyarakat yang
terjangkit Diabetes Melitus (DM) yang cenderung meningkat sekitar 5,7% di
tahun 2007, sedangkan di tahun 2016 cenderung mengalamipeningkatan 6,9%.
Kondisi inilah yang menjadi salah satu faktor penyumbang terjadinya Peripheral
Arterial Disease (PAD) di Indonesia. Selain itu banyaknya masyarakat Indonesia
yang merokok juga menjadi faktor penyebab yang kuat (Kohlman-Trigoboff,
2019).
KONSEP TEORI
Review anatomi fisiologi
Dalam buku Penyakit Arteri Perifer karangan Purnowowati, Augustine
(2016) dikatakan bahwa Penyakit Arteri Perifer (PAP) atau Peripheral Arterial
Disease (PAD) ini merupakan jenis penyakit yang dapat mengakibatkan
terjadinya stenosis, oklusi, atau bahkan aneurisma pada bagian arteri karotis, arteri
pada bagian ekstremitas baik ekstremitas atas ataupun ekstremitas bawah.
a. Arteri
Arteri iliaka yang telah meewati bagian pelvis akan menuju arteri
femoralis hingga menuju ke bagian anterior paha.. pada erteri ini memiliki
tugas sebagai pengalir peredaran darah di bagian kulit serta otot paha bagian
dalam. Di bagian paha, arteri ini akan menyilang di posterior menjadi arteri
poplitea. Selanjutnya di bagian bawah lutut, arteri politea ini mengalami
percabangan menjadii arteri tibialis posterior dan anterior. Arteri ini akan
bergerak turun hingga menuju dorsal atau punggung bagian telapak kaki
menjadi bagian arteri dorsal pedis. Kemudian, arteri tibilais posterior menuju
ke betis yang berujung menjadi arteri plantaris yang ada di telapak kaki
bagian bawah.
Definisi
Klasifikasi penyakit
Etiologi
Peripheral Arterial Disease (PAD) ini umumnya berhubungan dengan
suatu proses terjadinya aterosklerosis, dimana aterosklerosis ini merupakan
kondisi terjadinya penyempitan atau adanya pengerasan pada pembuluh darah
arteri yang dapat diakibatkan oleh penumpukan plak di bagian dinding pembuluh
darah (Brady et al., 2014). Beberapa hal yang menjadi faktor reiko terjadinya
Peripheral Arterial Disease (PAD) yaitu adnya penyakit hipertensi, gagal ginjal
kronis, diabetes melitus, ataupun kebiasaan buruk seperti merokok.
Epidemiologi
Manifestasi klinis
Peripheral Arterial Disease (PAD) dapat timbul dengan disertai gejala
ataupun tidak disertai dengan adanya gejala. Dimana manifestasi utama berupa
adanya penyempitan arteri yang bersifat kronis (klaudikaasio intermiten).
Klaudikasio ini pertanda dari oklusi pada bagian arteri perifer dan bersifat
insidental yang dapat menimbulkan adnya rasa nyeri, kram, keletihan, atau bahkan
kelemahan (Black dan Hawks, 2014). Manifestasi lain yang dapat muncul berupa
adanya rasa kebas pada bagian ekstemitas yang mengalami penyempitan arteri,
pada bagian ekstremitas dengan sianosis, adanya perubahan kuku yang tampak
menebal, muncul ulkus atau gangren serta adanya ketidaksamaan frekuensi nadi
antar bagian ekstremitas dan tidak menutup kemungkinan tidak terbanya nadi
(Brunner and Suddarth’s, 2013).
Prosedur diagnostik
c. USG Dupleks
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan terstruktur terkait dengan proses
pengumpulan, verifikasi, serta komunikasi terkait dengan data klien yang
akan dikaji. Pengambilan data klien dapat berasal atau bersumber dari klien,
keluarga, atau bahkan melalui analisa dari petugas kesehatan yang ada.
Hal-hal yang dapat dikaji pada proses ini dapat mulai dari diri klien,
keluhan, riwayat penyakit terdahulu dan sekarang, tanda dan gejala klinis
yang muncul, pengkajian berdasarkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dan lainnya. Data terkait dengan pemeriksaan fisik dapat terbagi
menjadi dua macam data, berupa data subjektif dan data objektif. Berikut ini
hal-hal yang perlu dikaji sebagai tanda dan gejala terkait dengan penyakit
Peripheral Arterial Disease (PAD), yaitu:
a. Data subjektif
1. Kondisi klien yang mengalami gangguan mobilisasi dikarenakan
adanya rasa nyeri pada kaki atau bahkan berjalan pincang.
2. Adanya rasa nyeri, kram, atau kebas pada kaki, betis, paha, serta
punggung bawah klien ketika berjalan dan berangsur membaik ketika
beristirahat bebrapa menit.
3. Munculnya rasa nyeri pada kram, atau kebas pada kaki, betis, paha,
serta punggung bawah klien walaupun klien tidak sedang
berjalan/berlatih.
4. Kondisi iskemia pada bagian ekstremitas klien, baik atas ataupun
bawah.
b. Data objektif
1. Nadi pada kedua ektremitas teraba dan memiliki frekuensi yang
berbeda, atau bahkan kondisi nadi tidak teraba.
2. Kondisi kulit terlihat pucat juga terdapat sianosis.
3. Terdapat gangren pada ekstremitas bawah klien.
4. Suhu kulit klien cenderung dingin.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Laporan Kasus
Tn. R, usia 56 tahun, berkerja sebagai petani dan berasal dari Minahasa,
datang ke RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada 16 Mei 2018. Tn.R datang
dengan keluhan nyari pada kaki sebelah kiri dengan skala 7. Nyeri yang
dirasakan sudah berlangsung sejak 3 minggu yang lalu dan seiring waktu,
nyeri terasa semakin parah terutama pada 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Menurut klien, nyeri terasa seperti terbakar. Nyeri akan menghilang ketika
klien mengonsumsi obat, namun hanya sebentar dan akan timbul kembali
setelah beberapa saat. Nyeri tetap terasa saat klien beristirahat dan akan
sedikit mereda jika klien duduk dengan posisi kaki tergantung. Klien sulit
tidur dan sering terbangun saat malam hari, akibat nyeri pada kakinya dan
terjadi penurunan aktivitas sehari-hari (Quedarusman, H., & Lasut, P., 2019).
Klien memiliki riwayat diabetes sejak 2 bulan yang lalu dan asam surat sejak
usia 49 tahun (7 tahun yang lalu). Klien mengatakan jarang kontrol ke dokter
terkait penyakitnya. Saat ini klien mengonsumsi glucovance dan allopurinol,
namun tidak teratur. Pada hasil pemeriksaan fisik, didapati kondisi kesadaran
klien kompos mentis, TD 110/70 mmHg. N: 78x/Menit, ritmik, RR:
20x/menit; teratur, suhu tubuh aksiler 36,2 C, TB: 170 CM, BB: 65 Kg. Pada
pemeriksaan ABI (Ankle Brachial Index), didapati nillai kaki kiri 0,63 dan
kaki kanan nilainya 0,95. Berdasarkan hasil anamnesis, pengkajian fisik, serta
uji lab, dokter mendiagnosis klien dengan critical limb ischemia, penyakit
arteri perifer (Peripheral artery disease/PAD) ekstrimitas sinistra inferior,
DMT 2.
B. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
Diagnosa Medis
Critical limb ischemia, Peripheral artery disease (PAD) ekstrimitas sinistra
inferior, Diabetes Melitus tipe 2.
Keluhan Utama
Klien datang ke RS dengan keluhan nyeri skala 7 pada kaki bagian kiri.
Nyeri tersebut berlangsung terus menerus selama 3 minggu dan semakin
parah terutama pada 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri tetap terasa
saat klien beristirahat dan hanya mereda jika klien duduk dengan posisi kaki
tergantung.
= Laki-laki
= Perempuan
= Tinggal serumah
= Garis perkawinan
= Klien
= Garis keturunan
2) Biomedical Sign
Hb: 13,9 g/dL
Hematokrit: 42,2%
Leukosit: 6.800/mm^3
Trombosit: 242.000/mm^3
Eritrosit: 4,89 x 10^6 /uL
MCH: 28,4 pg
MCHC: 32,9 g/dl
MCV: 86,4 fL
Gula darah sewaktu: 384 mg/dL
Interpretasi: tidak terdapat masalah/gangguan. Nilai Hb klien
normal, hematokrit normal, leukosit normal, trombosit normal,
eritrosit normal, MCH normal, MCHC normal dan MCV normal.
3) Clinical Sign
Konjungtiva ananemis
Sklera anikterik
Mukosa bibir kering
Interpretasi: tidak terdapat masalah/gangguan.
4) Diet Pattern
Tabel 1. Diet Pattern Gordon
Pola makan Sebelum masuk RS Saat di rumah sakit
Frekuensi 2-3 x/ hari
Tekstur Nasi
Varian makanan Nasi, sayur, lauk
Porsi Satu piring Tidak dilakukan
Kalori total Karbohidrat = 602 pemeriksaan
kkal /hari
Protein = 625 kkal /hari
Lemak = 542 kkal/hari
Interpretasi: tidak terdapat gangguan pada pola makan dan napsu
makan klien.
d. Pola Eliminasi
BAK Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Jumlah > 300 cc > 300 cc
Frekuensi 5-6 kali/perhari 5-6 kali/hari
Warna Kuning bening Kuning bening
Bau Khas Urin Khas Urin
Karakter Cair Cair
Kejernihan Jernih Jernih
Alat bantu Tidak ada Tidak ada
Kemandirian Mandiri Dibantu petugas untuk
(mandiri/dibantu) ke kamar mandi
Lainnya - -
Interpretasi:
Balance cairan normal. Tidak terdapat gangguan atau perubahan yang
berarti dalam hal pola BAK dan BAB, baik sebelum dan sesudah
dirawat di rumah sakit. Namun, terjadi gangguan pada kemandirian
toileting klien akibat nyeri yang pada kakinya.
Interpretasi :
Setelah masuk rumah sakit klien mengalami gangguan pola tidur karena
merasakan gejala nyeri, mual, dan terlihat gelisah.
Interpretasi:
tidak terdapat gangguan pada pola kognitif dan perseptual klien.
Identitas diri:
Klien menggambarkan dirinya sebagai seorang suami yang memiliki
taggungan atas istrinya sehingga ia merasa harus segera sembuh agar
bisa dapat kembali berkerja. Klien tidak merasa memiliki tanggungan
atas anak-anaknya karena saat ini anak-anak klien sudah berkerja,
menikah dan memiliki rumah sendiri. klien juga merasa tidak tenang
jika hanya berdiam diri di rumah/rumah sakit karena terbiasa bertani.
Harga diri:
klien mengatakan bahwa ia tidak putus asa degan kondisi penyakitnya
saat ini. Klien juga berusaha terlihat kuat didepan keluarganya, dan
tidak banyak mengeluhkan kondisinya kepada istirnya meskipun wajah
klien terlihat meringis. Klien mendapat suport dan dukungan untuk
sembuh dari keluarganya.
Ideal diri:
Ideal diri klien sangat positif. Klien percaya bahwa nyeri di kakinya
akan segera sembuh setelah dirawat di rumah sakit. Klien memiliki
motivasi sembuh karena tidak ingin merepotkan keluarganya.
Peran diri:
Klien merupakan kepala rumah tangga dan seornag suami yang saat ini
hanya tinggal bersama istrinya. Klien juga merupakan seorang ayah
bagi anak perempuan yang saat ini sudah berrumah tangga, dan kakek
bagi 2 cucu laki-laki, sehingga ia merasa perlu segera sembuh.
Interpretasi: klien memiliki konsep diri yang positif, tidak putus asa,
dan memiliki motivasi untuk sembuh.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaan umum
Kesadaran klien kompos mentis, GCS 456, terlihat lemah dan
tampak meringis kesakitan.
b. Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78x/Menit
Suhu : 36,2 C (Aksiler)
RR : 20x/menit
c. Pemeriksaan Fisik Head to Toe (Inspeksi, Perkusi, Auskultasi)
1) Kepala
Bentuk dan ukuran kepala normal dan simetris, kulit kepala
bersih, tidak ada lesi, dan tidak terdapat benjolan.
2) Rambut
inspeksi: warna rambut hitam, bersih, tipis, distribusi rambut
merata, dan tidak berketombe
palpasi : tekstur rambut halus namun tipis, tidak kering dan
sedikit rontok
3) Wajah
Inseksi : Wajah klien terlihat bersih; sedikit pucat, tidak ada lesi,
tidak ditemui sianosis maupun ikterik. Tidak terdapat masalah
pada penampilan wajah
Palpasi : tidak ditemui tonjolan tulang pada wajah, tidak terdapat
massa abnormal, tidak ditemukan krepitasi dan tidak ada nyeri
tekan.
4) Mata
Inspeksi : posisi dan kesejajara mata simetris, konjungtiva tidak
anemis, sklera normal, reflek pupil normal.
5) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal dan simetris, tidak ditemui
deformitas dan inflamasi, tidak terdapat deformasi-perforasi pada
septum nasal.
6) Telinga
Inspeksi: bentuk dan ukuran auricula simetris, tidak ditemui tanda
radang
Palpasi: Tidak ditemui nyeri tekan ataupun pembengkakan
7) Mulut
Inspeksi : bibir berwarna kecoklatan, sedikit pucat, dan tidak
pecah-pecah. Tidak ditemui adanya inflamasi pada gigi dan gusi,
gigi berwarna kekuningan dan terdapat lubang karies pada
geraham belakang kanan dan kiri, tidak ditemui adanya torus
palatinus (massa abnormal pada langit mulut), mukosa mulut
berwarna gelap (melanosis perokok). Klien mengatakan bibirnya
terasa kering.
8) Leher
Inspeksi : leher simetris, tidak ada lesi, tidak terlihat
pembengkakan abnormal pada leher, kelenjar limfe maupun
kelenjar tiroid.
Palpasi : Pada leher tidak ditemui perbesaran vena jugularis
maupun perbesaran kelenjar tiroid. Tidak terdapat nyeri tekan.
9) Dada/Thorax
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris, statis
dan dinamis, tidak ada deformitas ataupun retraksi dinding dada.
Tidak terdapat lesi maupun tanda radang pada kulit.
Palpasi : tidak ada massa abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Kontraksi/pengembangan dada simetris pada anterior dan
eksterior. Taktil fremitus normal pada paru depan dan belakang.
Pada pemeriksaan batas paru-hepar, dan paru-jantung, tidak
ditemui adanya perbesaran jantung maupun hati.
Pada pemeriksaan area jantung, iktus kordis tidak tampak dan
tidak teraba.
Perkusi : suara perkusi paru sonor (normal). Peranjakan/
perubahan posisi diafragma ±5 cm.
Auskultasi : pola suara, intensitas, dan frekuensi napas normal
(vesikular), tidak ditemui ronkhi pada kedua lapang paru. Tidak
terdapat suara napas tambahan.
Pada pemeriksaan jantung, batas jantung kanan teridentifikasi
pada linea sternalis kanan, batas jantung kiri: ICS V midklavikula
sinistra, suara jantung normal dan ritmik.
10) Abdomen
Inspeksi: tidak ada jaringan parut, tidak ada perbesaran vena,
tinggi perut sejajar dada, tidak ditemui tanda inflamasi maupun
hernia, bentuk perut simetris, tidak terlihat tonjolan abnormal
pada area abdomen,
Auskultasi : suara bising usus 20x/menit. Tidak terdapat
penurunan, peningkatan maupun suara desiran pada bising usus
Perkusi : hepar; ukuran liver normal, tidak dtemui indikasi
hepatomegali atau pengecilan ukuran liver. liver span ±12cm pada
linea medioklavikular kanan, dan ± 7 cm pada midsternalis.
Palpasi : tidak ditemui perbesaran hati, tidak ada perbesaran
limpa, posisi dan ukuran ginjal teraba normal. Asites negatif.
11) Genitalia dan Anus
Inspeksi: keadaan hygine area genital dan anus baik, persebaran
rambut kemaluan normal, tidak ditemui peradangan maupun lesi,
tidak ditemui adanya kelainan pada organ genitalia.
12) Punggung
Inspeksi : mulai dari regio bahu hingga punggung bawah tidak
ditemui adanya pembengkakan, tanda inflamasi, scars, maupun
wasting otot. Tidak ditemui adanya deformitas tulang belakang.
13) Ekstrimitas
a. Ekstrimitas superior (bahu, siku, pergelangan tangan)
Inseksi : kondisi bahu, siku dan pergelangan tangan baik, tidak
terdapat pembengkakan, tidak ada tanda inflamasi, tidak ada
perubahan warna abnormal, edema, wasting otot maupun
deformitas.
Palpasi: tidak terdapat pembengkakan, tidak ada nodul dan tidak
ada nyeri tekan.
ROM aktif dan pasif normal pada bahu: abduksi-adduksi, fleksi
anterior-ekstensi, dan rotasi interal-rotasi eksternal, siku; fleksi,
ekstensi, hiperekstensi, , pronasi degan flaksi siku 90 derajat dan
supinasi dengan fleksi siku 90 derajat, pergelangan tangan:
deviasi radial dan ulnar, pronasi-supinasi.
b. Ekstrimitas inferior (panggul, lutut, tumit dan kaki)
Inspeksi: tidak ditemui adanya kelainan atau deformitas pada
posisi panggul, trendelenburg‟s test normal, ukuran panjang
ektrimitas inferior sama (tidak terdapat pemendekan), bantuk
ektrimitas normal (tidak terdapat genu valgum maupun genu
varum). Kondsi kulit pada kaki kiri lebih pucat dibandingkan
kaki kanan, tidak terdapat scars, edema, lesi maupun inspeksi
jamur.
Palpasi: pulsasi arteri popliteal dan arteri dorsalis pedis kaki kiri
lebih lemah dibandingkan dengan kaki kanan. Terdapat nyeri
tekan pada kaki kiri, dan akral kiri teraba dingin.
ROM aktif dan pasif kanan normal: ekstensi panggul (0-15
derrajat), fleksi panggul (0-135), hip abduksi, hip adduksi, rotasi
internal dan eksternal panggul pada posisi fleksi 90, fleksi dan
ekstensi utut (0-150). ROM pada kaki kiri terbatas akibat nyeri.
14) Integumen
Inspeksi: sebaran pigmentasi kulit normal, tidak ada edema, tidak
ditemui adanya lesi, pembengkakan, nyeri tekan ataupun luka.
Sebaran rambut normal, warna kulit didaerah ektrimitas inferior
sinistra pucat.
Palpasi: Turgor kulit baik (kecuali pada kaki kiri klien),
pengukuran tempratur menggunakan dorsal pada kaki kiri klien
teraba dingin dan terdapat nyeri tekan. Teksttur rambut halus dan
tipis, CRT kuku pada ektrimitas inferior sinista > 3 detik.
7. Analisis Data
Tgl No Data Fokus Problem Etiologi Paraf
1. Ds: Aterosklerosis BR
Klien mengeluh (D.0077)
nyeri; Nyeri akut Gangguan sirkuler
Skala nyeri pada arteri perifer
Klien mengatakan ektrimitas
sulit tidur dan sering
terbangun dimalam Suplai oksigen dan
hari karena nyeri Nutrisi terhambat
pada kaki kirinya.
Penumpukan produk
Do: metabolisme otot dan
Klien terlihat asam laktat
meringis dan gelisah
Klien berikap Nyeri Akut
protektif; menolak
banyak bergerak
untuk menghindari
nyeri
2. Ds: Aterosklerosis BR
Klien mengeluh nyeri (D.0009)
pada ektrimitas Perfusi perifer Gangguan sirkuler
inferior sinistra tidak efektif pada arteri perifer
(klaudikasi ektrimitas
intermiten; nyeri
akibat sumbatan Penurunan sirkulasi
pembuluh darah), darah pada level
dibuktikan dengan sirkuler
skor ABI < 0,90
Gangguan perfusi
Do: jaringan perifer
Pengisian kapiler
pada arteri perifer
ektrimitas inferior
sinistra, lebiih dari 3
detik.
Nadi perifer pada kaki
kiri teraba sangat
lemah
Akral bawah klien
teraba dingin
Warna kaki kiri klien
pucat
Turgor kulit menurun
pada ekstrimitas
inferior sinistra
Skor ABI pada kaki
kiri klien kurang dari
0,90 (0,63)
3. Ds: Defisiensi Insulin BR
Klien mengatakan (D.0027) relatif (Gangguan
mulutnya terasa Ketidakstabilan sekresi/ resistensi
kering kadar glukosa Insulin)
darah
Do: Hiperinsulinemia
Klien terlihat lelah (kompensasi sel
dan lasu Beta)
Pengukuran kadar
glukosa darah Dekompensasi sel
sewaktu: 384 mg/dL Beta (IGT)
(Tinggi)
C. Diagnosa keperawatan
Tgl No.Dx Diagnosa Keperawatan Paraf
D. 0077 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Iskemia dan PAD) BR
d.d klien mengeluh nyeri skala 7, sulit tidur, terlihat meringis,
gelisah, serta bersikap protektif dan enggan banyak bergerak
D. 0009 Perfusi perifer tidak efektif b.d penuluran aliran arteri BR
perifer d.d Klien mengeluh nyeri pada ektrimitas inferior
sinistra (klaudikasi intermiten), pengisian kapiler arteri
perifer ektrimitas inferior sinistra > 3 detik, nadi perifer pada
kaki kiri teraba lemah, akral teraba dingin, warna kaki kiri
pucat, turgor kulit menurun dan nilai ABI pada kaki kiri =
0,63.
D. 0027 Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Resistensi BR
Insulin dan disfungsi sel-B selatif d.d klien terlihat lelah dan
lasu, pengukuran kadar glukosa darah sewaktu: 384 mg/dL
dengan interpretasi tinggi, Terdapat glukosa pada urin (+4)
D. 0139 Resiko gangguan integritas kulit dan jaringan d.d BR
gangguan sirkulasi dan hiperglikemia
D. 0054 Ganggguan pola tidur b.d nyeri akut d.d Klien mengeluh BR
sulit tidur dan sering terjaga akibat nyeri pada kaki kirinya,
mengeluh pola tidurnya berubah, tidak puas dengan tidurnya,
dan mengeluh istirahat tidak cukup
D. 0055 Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri klaudikasi intermiten d.d BR
Klien enggan menggerakkan kaki kirinya karena nyeri, klien
tampak meringis, terjadi penurunan kekuatan otot dan
penurunan ROM pada ektrimitas inferior sinistra
D. Intervensi/perencanaan
1.
2. D. 0009 Perfusi perifer tidak Perawatan sirkulasi Perawatan sirkulasi
efektif
Observasi Observasi
Setelah dilakukan 1. Periksa sirkulasi 1. Untuk
tindakan keperawatan perifer mengetahui
selama 1 x 24 jam, 2. Identifikasi faktor kondisi sirkulasi
risiko gangguan
diharapkan Perfusi perifer perifer klien.
sirkulasi
klien dapat meningkat 2. Agar mengetahui
dengan kriteria hasil: Terapeutik apa saja faktor
1. Denyut nadi perifer 3.Hindari resiko.
meningkat dari skala 2
pemasangan infus
ke skala 4 Terapeutik
2. Nyeri ekstimitas atau pengambilan
darah di area 3. Untuk mencegah
menurun dari skala 2 terjadinya
ke skala 4 keterbatasan
pembengkakan
3. Kulit pucat menurun perfusi akibat
dari skala 3 ke skala 5 4.Lakukan penumpukan
4. Akral membaik dari pencegahan infeksi cairan.
skala 3 ke skala 5
5.Lakukan perawatan 4. Menghindari
5. Tekanan arteri rata-
kaki dan kuku terjadinya infeksi
rata membaik dari
5. Agar kondisi kaki
skala 2 ke skala 4 6.Lakukan hidrasi
6. Indeks ankle-brachial dan kuku klien
membaik dari skala 2 terjaga.
Edukasi
ke skala 3 6. Menjaga kondisi
7. Anjurkan
kelembabapan
berhenti merokok
kulit.
8. Anjurkan
melakukan
Edukasi
perawatan kulit
7. Agar kondisi
yang tepat klien membaik.
9. Anjurkan 8. Agar kondisi
program kulit klien terjaga
rehabilitasi 9. Anjuran
vaskular perawatan kepada
10. Ajarkan program klien.
10. Agar kondisi
diet untuk
sirkulasi klien
memperbaiki dapat lebih
sirkulasi membaik.
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Edukasi
Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa > 250 mg/dl.
Anjurkan kepatuhan terhadap dlet dan
olahraga
pengelolaan diabetes
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian insulin.
Kolaborasi pemberian cairan IV
Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
(D. 0054) Dukungan tidur BR
Ganggguan pola tidur
b.d nyeri akut d.d Klien Observesi
mengeluh sulit tidur dan Identifikasi pola aktivitas dan tidur
sering terjaga akibat
nyeri pada kaki kirinya, Terapeutik
mengeluh pola tidurnya Modifikasi lingkungan Fasilitasi
berubah, tidak puas menghilangkan stres sebelum tidur
dengan tidurnya, dan Lakukan prosedur untuk meningkatkan
mengeluh istirahat tidak kenyamanan
cukup Sesuaikan jadwal pemberian obat
Edukasi
Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur
Ajarkan relaksasi otot autogenik
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
F. Evaluasi
Nama/
Tgl Jam No. Dx Evaluasi
Ttd
- D. S : BR
0077
O :
A :
Keluhan nyeri 3 4
Meringis
Gelisah
Sikap protektif
Kesulitan tidur
P :
- D.0009 S : Beva
O :
A :
Nyeri ekstimitas
Kulit pucat
Akral
Indeks ankle-brachial
P :
- D. S : Beva
0027
O :
A :
Lelah/lesu
Mulut kering
D.
0139
D.
0054
D.
0055
PENUTUP
Kesimpulan
Peripheral Arterial Disease (PAD) merupakan gangguan proses
penyuplaian darah ke ekstremitas bagian atas atau bawah dikarenakan adanya
suatu obstruksi (Beshyah, 2014) dan umumnya disebabkan oleh aterosklerosis,
tetapi juga dapat dikarenakan oleh adanya trombosis, displasia fibromuskuler,
emobli atau vaskulitis (Brady et al., 2014). PAD dapat terjadi dengan ada atau
tidaknya tanda dan gejala tergantung dari jenis PAD tersebut. Tanda dan gejala
secara umum dapat berupa adanya rasa nyeri, kram, keletihan, kelemahan, kebas,
ulkus atau gangren, serta adanya perbedaan frekuensi nadi antar ekstremitas.
Penatalaksaan dapat dilakukan melalui 4 cara berupa modifikasi faktor resiko,
latihan/exercise, terapi farmakologi, serta penatalaksanaan medis berupa
pemasangan percutaneous atau pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
Decroli, Eva. 2015. Iskemia pada Jari Tangan Penderita Diabetes Melitus:
Suatau Keadaan Peripheral Arterial Disease. Jurnal Kesehatan Andalas.
4(2): 654-658.
Quedarusman, H., & Lasut, P. (2019). Critical Limb Ischemia: Laporan kasus.
Medical Scope Journal, 1(1).