LOW VISION
DISUSUN OLEH :
SUCITRI EDY
NIM : B1E120012
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas Makalah Low Vision. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Low Vision.
Dalam penyusunan makalah ini, cukup banyak kesulitan yang saya dapatkan. Namun saya
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Page | 1
penyebab gangguan penglihatan sedang dan berat terbanyak adalah kelainan refraksi yang tidak
dikoreksi (48,99%), katarak (25,81%), dan age macular degeneration (AMD) (4,1%). Prevalensi
gangguan penglihatan sedang paling tinggi berdasarkan RAAB di Indonesia berada di NTB
(19,2%) dan pada gangguan penglihatan berat paling banyak terdapat di Jawa Timur (7,7%),
dengan penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan terbesar pada penduduk umur di
atas 50 tahun di Indonesia adalah katarak yang tidak dioperasi dengan proporsi 77,7%.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal mengenai Low
Vision dan penyebab-penyebabnya serta pemeriksaan dan pengukurannya.
Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Low vision juga bisa terjadi akibat tumor, infeksi, cedera, fibroplasias Retrolental,
diabetes, gangguan pembuluh darah, atau miopia. Namun demikian low vison juga dapat terjadi
pada bayi baru lahir atau pada anak-anak, dengan istilah lain kelainan congenital. Demikian pula
dapat diakibatkan oleh virus rubella, maupun diabetes yang diderita oleh ibunya saat
mengandung, serta albino.
Page | 3
Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) golongan yaitu :
1. Penglihatan Sentral dan Perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat kekeruhan
media (kornea, lensa, korpus vitreus).
2. Gangguan resolusi fokus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer normal, khas
pada oedem makula atau albinisme.
3. Skotoma sentralis, khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi dan kelainan-
kelainan nervus optikus.
4. Skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa dan gangguan
retina perifer lainnya.
Ada beberapa penyakit atau gangguan yang menjadi penyebab utama low vision. Penyakit-penyakit
tersebut adalah :
1. Katarak
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa sehingga cahaya tidak dapat
difokuskan dengan tepat kepada retina. Keluhan penurunan ketajaman penglihatan
akibat katarak sering dijumpai dengan mudah pada pasien saat anamnesis karena pada
umumnya pasien akan menjelaskan aktivitas-aktivitas yang harus dibatasi bahkan
ditinggalkannya akibat penyakit ini. Tipe katarak yang berbeda akan memiliki efek yang
berbeda pula terhadap perubahan ketajaman penglihatan.
2. Retinopati Diabetik
Perubahan ketajaman penglihatan akibat retinopati diabetik awalnya disebabkan oleh
pembengkakan lensa setelah terpapar kadar gula yang tinggi secara
berkepanjangan yang bersifat reversibel maupun ireversibel (menyebabkan katarak).
Sedangkan pada kasus diabetes yang kronis, akan terjadi kerusakan pembuluh darah
di retina yang pada tahap akhir dapat menyebabkan kebocoran darah ke retina dan
vitreous, menyebabkan gangguan penglihatan.
3. Degenerasi Makular terkait Usia
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh degenerasi fotoreseptor dan epitel pigmen di
area makula. Penyakit ini merupakan penyebab utama kehilangan visualisasi sentral
pada usia diatas 50 tahun.
4. Glaukoma
Glaukoma adalah sekelompok kondisi yang bermanifestasi pada kerusakan saraf optikus
dan hampir selalu berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuli, atau tekanan di
dalam bola mata Pada glaukoma tipe sudut tertutup, terjadi penyumbatan aliran sistem
Page | 4
drainase mata. Hal ini selanjutnya menyebabkan peningkatan tekanan di dalam bola mata
secara tiba-tiba, menyebabkan mata merah, mual, dan muntah. Penurunan penglihatan
terjadi akibat adanya pembengkakan dari kornea.
Ketajaman Penglihatan
Pengukuran ketajaman penglihatan yang akurat dapat dimulai dari yang paling
rendah. Kartu pemeriksaan dapat diletakkan pada jarak yang lebih dekat daripada
standar (misalnya pada jarak 1 m) dibandingkan pada pemeriksaan normal yang
dilakukan pada jarak 6 m. Ketika melakukan pemeriksaan pada pasien dengan low
vision, kartu Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS) umumnya
diletakkan pada jarak 1-4 m. Pada pasien dengan penglihatan yang sangat rendah,
pemeriksaan Berkeley Rudimentary Vision Assessment tersedia untuk menilai
ketajaman penglihatan hingga 6/4.800. Pasien dengan penglihatan normal akan
memfiksasikan bayangan kartu pemeriksaan pada fovea. Pasien dengan penyakit
makular akan memfiksasikan bayangan pada bagian lain dari retina, sehingga
ketajaman penglihatan akan bervariasi tergantung lokasi fiksasi, karena area yang
berbeda pada retina memiliki sensitivitas yang berbeda. Pada retinopati diabetik, tingkat
ketajaman penglihatan dapat berfluktuasi dari hari ke hari. Beberapa pasien juga akan
memiliki fungsi penglihatan yang berbeda secara signifikan tergantung pada kondisi
pencahayaan.
Chart ETDRS
Page | 5
yang mudah ditemukan di mana saja, chart ETDRS umumnya hanya dapat ditemukan di dokter
spesialis mata. Bisa dibilang pemeriksaan mata dengan kartu ini lebih akurat dibandingkan
dengan kartu Snellen. Hal ini disebabkan pada kartu ETDRS :
3. Jarak antar huruf atau angka pada baris yang berbeda sama
4. Tingkat kesulitan pembacaan huruf atau angka yang terdapat pada masing-masing baris
sama
Sensitivitas Kontras
Kemampuan untuk membedakan kontras merupakan fungsi penglihatan yang
terpisah dari tajam penglihatan. Walaupun ketajaman penglihatan dan sensitivitas
kontras sering diasosiasikan, namun hal ini bisa tidak terjadi pada beberapa penyakit
(misalnya neuropati optik, atrofi geografik). Pasien dengan sensitivitas kontras yang
rendah akan mengalami kesulitan saat membaca tulisan berwarna, mengemudi saat kabut
atau bersalju, dan mengenali wajah. Pemeriksaan formal untuk sensitivitas kontras
dilakukan mengguakan kartu Vistech dan kartu Pelli-Robson.
Silau
Rasa silau adalah ketidaknyamanan atau gangguan penglihatan yang disebabkan
oleh adanya berkas sinar yang tersebar. Beberapa kondisi umum yang dapat
menyebabkan timbulnya rasa silau meliputi edema kornea, katarak, distrofi sel batang-
Page | 6
kerucut, dan albinisme. Selain itu, degenerasi makular atau glaukoma juga dapat
menyebabkan rasa silau. Pasien dengan penurunan sensitivitas kontras sering
membutuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat memicu
timbulnya rasa silau. Cara termudah untuk menilai adanya rasa silau adalah melalui
anamnesis; namun pemeriksaan dapat juga melakukan pemeriksaan ketajaman
penglihatan dan sensitivitas kontras, dengan atau tanpa sumber cahaya di dekat kartu
pemeriksaan yang diposisikan ke arah pasien.
Page | 7
BAB III
KESIMPULAN
Low vision dapat dikatakan sebagai tingkat penglihatan yang menghalangi seseorang
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien dengan low vision mengalami penurunan
penglihatan yang bervariasi, mulai visus kurang dari 6/18 sampai hanya mampu melihat cahaya
dengan visus 1/∞ atau light perception yang disertai dengan lapangan pandang yang sempit (<10º
dari titik fiksasi).
Low vision dapat terjadi pada setiap jenjang usia, dari bayi hingga lanjut usia. Bisa terjadi
akibat tumor, infeksi, cedera, fibroplasias Retrolental, diabetes, gangguan pembuluh darah, atau
miopia yang tidak terkoreksi ataupun congenital (kelainan bawaan).
Penyakit-penyakit atau gangguan yang menjadi penyebab utama low vision adalah
katarak, retinopati diabetik, aged macular degeneration dan glaukoma.
Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk low vision ini adalah ketajaman penglihatan,
sensitivitas kontras, lapang pandang tengah dan pemeriksaan silau.
Page | 8
Dokumentasi
Page | 9
Sumber Referensi
Page | 10