DIAGNOSTIK
MAKALAH PEMERIKSAAN PENYAKIT SISTEM PENGINDRAAN (MATA)
KELOMPOK 1 :
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, puja puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan karuniaNya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
Makalah ini berisi sedikit pengetahuan tentang kesehatan melalui pembahasan sistem
pengindraan(Indra Penglihatan dan Indra Pendengaran) yang nantinya diharap dapat menambah
Selama pembuatan makalah ini, telah banyak arahan dan petunjuk yang didapat. Namun dalam
penulisan makalah ini, mungkin jauh dari apa yang dinamakan sempurna karena masih dalam
tahap belajar. Oleh sebab itu, dengan senang hati atas saran dan kritiknya untuk disusun
selanjutnya.Demikianlah makalah sederhana ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................6
C. TUJUAN............................................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PENGINDAERAAN MANUSIA..................................................................6
B. UVEITIS............................................................................................................................................9
BAB III........................................................................................................................................................17
PENUTUP...................................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN..................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Panca indera memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Melalui alat inderalah manusia dapat memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk
berinteraksi dengan dunia. Salah satu indera yang paling dominan dalam kehidupan manusia
adalah indra penglihatan, karena sebagian besar informasi diperoleh melalui mata, selain itu
mata juga membantu manusia untuk beraktivitas secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
Kesehatan panca indera merupakan syarat penting untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang cerdas, produktif, maju, mandiri dan sejahtera lahir batin. Hal ini
tercantum pula dalam Undang-Undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan. Disana tertulis
bahwa pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Dengan demikian, terjadinya gangguan pada penglihatan merupakan
salah satu masalah kesehatan yang dapat berdampak pada kualitas hidup dan produktivitas
seseorang yang dapat mengurangi kesejahteraan hidupnya.
Saat ini gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi salah satu masalah kesehatan
yang menjadi perhatian dunia, khususnya di Asia dan Afrika. Gangguan penglihatan berada
pada urutan keenam di dunia sebagai penyebab hilangnya kesejahteraan hidup dibawah
HIV/AIDS.
Low vision merupakan salah satu bentuk gangguan penglihatan yang tidak dapat
diperbaiki meskipun telah dilakukan penanganan secara medis, seperti dengan menggunakan
kaca mata, lensa kontak atau operasi. Ketajaman penglihatan para penyandang low vision
kurang dari 6/18 meter sampai dengan persepsi cahaya, dengan luas penglihatan kurang dari
10 derajat dari titik fiksasi. Penyandang low vision masih memiliki sisa penglihatan yang
dapat digunakan untuk beraktivitas sehari-hari, hanya saja sangat terbatas (WHO, 1992).
4
Kehilangan sebagian atau seluruh fungsi penglihatan merupakan suatu peristiwa yang
tidak mudah untuk dihadapi oleh seseorang. Terutama jika kehilangan penglihatan tersebut
terjadi secara tiba-tiba. Situasi ini sering diidentikkan dengan kehilangan segalanya yang
kemudian dapat membuat seseorang merasa bahwa hidupnya telah berakhir. Fenomena inilah
yang kemudian melatarbelakangi salah satu yayasan di Bandung untuk membuat program,
“Care For Low vision”. Program ini bertujuan untuk memberikan pendampingan bagi para
penyandang low vision dan keluarganya, serta memberikan edukasi publik dengan tujuan
agar para penyandang low vision lebih paham akan kondisinya, sehingga mereka lebih siap
menghadapi konsekuensi/dampak dari gangguan penglihatan tersebut. Salah satu divisi yang
dikelola oleh “X” bagi para penyandang low vision adalah pendampingan atau support group.
Aktivitas tersebut ditujukan agar para penyandang low vision mempunyai perasaan
sepenanggungan sehingga tidak merasa sendiri. Selain itu, diharapkan para penyandang low
vision mendapatkan informasi yang benar dan up to date mengenai gangguan yang
dialaminya. Adanya aktivitas tersebut pun membuat para pengurus lebih mengetahui
kebutuhan mereka dalam membuat berbagai program baru untuk mengembangkan potensi
atau keterampilan para penyandang low vision, sehingga kualitas hidup mereka dapat terjaga.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Konjungtiva
Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra,merupakan lapisan mukosa. Bagian
yang membelok dankemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi.Pada
konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah.Konjungtiva berfungsi
melindungi kornea dari gesekan.
b. Sklera
c. Otot-otot
6
a. Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata.
e. Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dan
kedalam.
d. Kornea
Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melaluikornea kita dapat melihat membran pupil
dan iris. Penampangkornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari 5 lapisan epitel kornea,2 lapisan
elastika anterior (bowmen, 3 substansi propia, 4 laminaelastika posterior, dan 5 endotelium.
Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan, antara kornea ke sklera disebut
selerocorneal junction. Kornea juga merupakan jalan masuk cahaya pada mata dengan
menempatkannya pada retina.Kornea berfungsi menerima cahaya yang masuk ke bagiandalam
mata dan membelokkan berkas cahaya sedemikian rupasehingga dapat
difokuskan(memungkinkan lewatnya cahaya danmerefraksi cahaya).
e. Koroid
Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yangmemiliki banyak pembuluh darah
dan sejumlah sel pigmen. Letaknyadisebelah dalam sklera. Dibagian depan mata, lapisan
koroidmemisahkan diri dari sklera membentuk iris yang tengahnya berlubang.
f. Iris(Pupil)
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea danmata. Pada iris terdapat dua perangkat
otot polos yang tersusunsirkuler dan radial. Ketika mata berakomodasi untuk melihat bendayang
dekat atau cahaya yang terang otot sirkuler berakomodasisehingga pupil mengecil, begitu pula
sebaiknya.G.
g. Lensa
Lensa berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamensuspensori. Bentuk lensa dapat
berubah-ubah, diatur oleh otot siliarisruang yang terletak diantara lensa mata dan retina disebut
7
ruangviretus, berisi cairan yang lebih kental(humor viterus), yang bersamadengan humor akueus
berperandalam memelihara bentuk bola mata.
h. Retina
Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dansangat sensitif terhadap cahaya.
Pada retina terdapatreseptor(fotoreseptor). Fotoreseptor berhubungan dengan badan sel-selsaraf
yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjangsampai ke otot. Bagian lapisan
retina yang dilewati berkas urat saraf yang menuju ke otot tidak memiliki reseptor dan tidak peka
terhadapsinar. Apabila sinar mencapai bagian ini kita tidak dapat mengenalicahaya. Oleh karena
itu, daerah ini disebut bintik buta. Pada bagianretina, terdapat sel batang berjumlah sekitar 125
juta buah dalamsetiap mata. Sel batang sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah,tetapi tidak
mampu membedakan warna. Oleh karena itu kita mampumelihat dimalam hari tetapi yang terlihat
hanya warna hitam dan putihsaja. Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam. Sel
kerucut jumlahnya sekitar 5 juta pada setiap mata. Sel kerucut sangat pekaterhadap intensitas
cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatansiang hari dan untuk membedakan warna.
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupazat transparan seperti jeli(agar-
agar) yang jernih. Zat ini mengisi padamata dan membuat bola mata membulat.
Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea.Strukturnya sama dengan cairan sel,
mengandung nutrisi bagi korneadan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui
kornea.
k. Alis Mata(Supersilium)
l. Bulu mata
m. Kelopak mata(palpebra)
Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulityang terletak di depan bulbus okuli.
8
B. UVEITIS
ETIOLOGI
a. Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar yang dapat berjalan akut maupun
kronis. Penyebab dariiritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaranklinisnya saja. Iritis
dan iridisiklitis dapat merupakan suatumanifestasi klinik reaksi imunologik terlambat, dini
atau selmediated terhadap jaringan uvea anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh
gangguan sistemik di tempat lain,yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau
timbulreaksi alergi mata.
b. Penyebab uveitis anterior diantaranya yaitu: idiopatik; penyakit sistemik yang berhubungan
dengan HLA-B27seperti; ankylosing spondilitis, sindrom Reiter, penyakit crohn’s, Psoriasis,
herpes zoster/ herpes simpleks, sifilis,penyakit lyme, inflammatory bowel disease;
Juvenileidiopathic arthritis; Sarcoidosis, trauma dan infeksi.
ANATOMI FISIOLOGI
a. Uvea terdiri dari : iris, badan siliaris (corpus siliaria) dankoroid. Bagian ini adalah lapisan
vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini juga ikut memasok
darah ke retina. Iris dan badan siliaris disebut juga uvea anterior sedangkan koroid disebut
uvea posterior.
b. Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior danmerupakan diafragma yang membagi bola
mata menjadi 2segmen, yaitu segmen anterior dan segmen posterior, ditengah-tengahnya
berlubang yang disebut pupil. Iris membagi bilik mata depan (camera oculi anterior ) dan
bilik mata posterior (camera oculi posterior ).Iris mempunyai kemampuan mengatur secara
otomatis masuknya sinar kedalam bola mata.
c. Secara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat lekukan-lekukan
dipermukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan kripa. Didalam stroma terdapat
sel-sel pigmen yang bercabang, banyak pembuluh darah dan saraf.
Anatomi mata Dipermukaan anterior ditutup oleh endotel terkecuali pada kripta, dimana
pembuluh darah dalam stroma, dapat berhubungan langsung dengan cairan dicamera oculi
9
anterior, yang memungkinkan percepatan terjadinya pengaliran nutrisi ke coa dan
sebaliknya.Dibagian posterior dilapisi dengan 2 lapisan epitel, yang merupakan lanjutan dari
epitel pigmen retina, warna iris tergantung dari sel-sel pigmen yang bercabang yang terdapat
di dalam stroma yang banyaknya dapat berubah-ubah, sedangkan epitel pigmen jumlah nya
tetap Didalam iris terdapat otot sfingter pupil (M.Sphincter pupillae),yang berjalan sirkuler,
letaknya didalam sroma dekat pupil dandipersarafi oleh saaraf parasimpatis, N III. Selain itu
juga terdapat ototdilatator pupil (M. Dilatator pupillae), yang berjalan radier dari akar iris ke
pupil, letaknya di bagian posterior stroma dan diurus saraf simpatis. Pasokan darah ke iris
adalah dari circulus major iris, kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tidak
berlobang.Persarafan iris adalah melalui serat-serat didalam nervi siliaris.
Badan Siliar (Corpus Ciliaris) berbentuk segitiga, terdiri dari 2 bagian yaitu: pars
korona, yang anterior bergerigi, panjangnya kira-kira 2mm dan pars plana, yang postrior tidak
bergerigi panjangnyakira-kira 4 mm. Badan siliaris berfungsi sebagai pembentuk humor
aquous.Badan siliar merupakan bagian terlemah dari mata. Trauma, peradangan, neoplasma
didaerah ini merupakan keadaan yang gawat.
Pada bagian pars korona diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagaikelanjutan dari epitel iris.
Bagian yang menonjol (processus ciliaris) berwarna putih oleh karena tidak mengandung
pigmen, sedangkan dilekukannya berwarna hitam, karena mengandung pigmen. Didalam
badan siliaris terdapat 3 macam otot silier yang berjalan radier,sirkuler dan longitudinal. Dari
processus siliar keluar serat-seratzonula zinii yang merupakn penggantung lensa. Fungsi otot
siliar untuk akomodasi. kontraksi atau relaksasi otot-otot ini mengakibatkankontraksi dan
relaksasi dari kapsula lentis, sehingga lensa menjadilebih atau kurang cembung yang berguna
pada penglihatan dekat atau jauh. Badan siliar banyak mengandung pembuluh darah dimana
pembuluh darah baliknya mengalirkan darah ke V.vortikosa Pada bagian pars plana, terdiri
dari satu lapisan tipis jaringan otot dengan pembuluh darah diliputi epitel.
PATOFISIOLOGI
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan olehdefek langsung suatu infeksi
atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma tembus
okuli; walaupunkadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat toksik yang
diproduksi mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh di luar mata. Uveitis yang berhubungan
dengan mekanisme alergi merupakanreaksi hipersensitifitas terhadap antigen dari luar
(antigen eksogen) atau antigen dari dalam badan (antigen endogen).Dalam banyak halantigen
10
luar berasal dari mikroba yang infeksius .Sehubungan denganhal ini peradangan uvea terjadi
lama setelah proses infeksinya yaitusetelah munculnya mekanisme hipersensitivitas.
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrrier sehingga
terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam humor akuos yang tampak pada
slitlamp sebagai berkas sinar yang disebut fler (aqueous flare). Fibrin dimaksudkanuntuk
menghambat gerakan kuman, akan tetapi justru mengakibatkan perlekatan-perlekatan,
misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa(sinekia posterior).
Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasmadapat membentuk presipitat
keratik yaitu sel-sel radang yangmenempel pada permukaan endotel kornea. Akumulasi sel-
sel radangdapat pula terjadi pada tepi pupil disebut koeppe nodules, bila dipermukaan iris
disebut busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik
mata depan. Pada iridosiklitisyang berat sel radang dapat sedemikian banyak sehingga
menimbulkan hipopion.
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan miosis dan
dengan adanya timbunan fibrin serta sel-selradang dapat terjadi seklusio maupun oklusio
pupil, sehingga cairan di dalam kamera okuli posterior tidak dapat mengalir sama
sekalimengakibatkan tekanan dalam dalam camera okuli posterior lebih besar dari tekanan
dalam camera okuli anterior sehingga iris tampak menggelembung kedepan yang disebut iris
bombe (Bombans).
Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badansiliar menyebabkan tekanan
bola mata turun. Adanya eksudat protein,fibrin dan sel-sel radang dapat berkumpul di sudut
camera okulianterior sehingga terjadi penutupan kanal schlemm sehingga terjadiglukoma
sekunder.Pada fase akut terjadi glaucoma sekunder karena gumpalan – gumpalan pada sudut
bilik depan,sedang pada fase lanjut glaucoma sekunder terjadi karena adanya seklusio
pupil.Naik turunnya bola mata disebutkan pula sebagai peran asetilkolin dan prostaglandin.
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan subyektif yang menyertai uveitis anterior adalah nyeri ,terutama di bulbus okuli,
sakitnya spontan atau pada penekanan didaerah badan siliar, sakit kepala di kening yang
menjalar ke temporal, fotofobia, bervariasi dan dapat demikian hebat pada uveitis anterior
akut, lakrimasi yang terjadi biasanya sebanding dengan derajatfotofobia, gangguan visus dan
bersifat unilateral.
11
Riwayat yang berhubungan dengan uveitis adalah usia, kelamin,suku bangsa penting
untuk di catat karena dapat memberikan petunjuk ke arah diagnosis uveitis tertentu. Riwayat
pribadi tentang penderita,yang utama adalah adanya hewan peliharaan seperti anjing
dankucing, serta kebiasaan memakan daging atau sayuran yang tidak dimasak termasuk
hamburger mentah. Hubungan seks diluar nikahuntuk menduga kemungkinan terinfeksi oleh
STD atau AIDS.Penggunaan obat-obatan untuk penyakit tertentu atau narkoba(intravenous
drug induced ), serta kemungkinan tertular penyakitinfeksi menular (seperti Tbc) dan
terdapatnya penyakit sistemik yang pernah diderita. Riwayat tentang mata didapatkan apakah
pernahterserang uveitis sebelumnya atau pernah mengalami trauma tembusmata atau
pembedahan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang sedikit.,
konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea keruh karena udem dan
keratik presipitat. Keratik presipitat merupakan kumpulan sel-sel yang menempel pada
endotel kornea, biasanya di bagian bawah. Pada uveitis non granulomatosa,keratik presipitat
berukuran kecil dan sedang berwarna putih. Padauveitis granulomatosa, keratik presipitat
besar-besar dan lonjong dandapat menyatu membentuk bangunan yang lebih besar, sehingga
dapatmencapai diameter 1mm. Adanya keratik presipitat dijumpai padakeratouveitis karena
herpes simpleks dan sangat spesifik pada Heterokromik Fuch.
Pada kamera okuli anterior terdapat flare, terlihat sebagai peningkatan kekeruhan dalam
humor akuos dalam COA, dapat terlihatdengan menggunakan slitlamp atau lampu kecil
dengan intensitas kuatdengan arah sinar yang kecil sehingga menimbulkan fenomena Tyndal.
Pada uveitis non granulomatosa, reaksi flare sangat menonjoltapi reaksi sel biasanya terdiri
dari sel-sel kecil dan jarang sel besar seperti monosit atau sel raksasa. Sedangkan pada
uveitisgranulomatosa, sel besar-besar dan reaksi flare biasanya sangat ringan.
Pada iris tampak suram, gambaran radier tak nyata, karena pembuluh darah di iris
melebar, sehingga gambaran kripta tak nyata.Warna iris dapat berubah, kelabu menjadi hijau,
coklat menjadi warnaLumpur. Terdapat nodul iris, ditandai sebagai benjolan di iris, bila pada
tepi pupil disebut nodul koeppe, bila pada permukaan depan irisdisebut nodul busacca.
Adanya nodul-nodul tersebut merupakan pertanda uveitis granulomatosa dan terdapat adanya
sinekia posterior.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
12
Laboratorium sangat dibutuhkan guna mendapat sedikitgambaran mengenai penyebab
uveitis. Pada pemeriksaan darah, yaitu Differential count, eosinofilia : kemungkinan
penyebab parasit ataualergi, VDRL, FTA, Autoimun marker (ANA, Reumatoid factor,
Antidobble Stranded DNA), Calcium, serum ACE level (sarcoidosis),Toxoplasma serologi
dan serologi TORCH lainnya. Pemeriksaan urin berupa kalsium urin 24 jam (sarcoidosis) dan
Kultur (bechet’sreitters). Pemeriksaan Radiologi, yaitu Foto thorax (Tbc,Sarcoidosis,
Histoplasmosis), Foto spinal dan sendi sacroiliaka ( Ankylosing sponfilitis), Foto persendian
lainya ( Reumatoid arthritis, juvenile rheumatoid arthritis) dan Foto tengkorak, untuk melihat
adakahkalsifikasi cerebral (toxoplasmosis).
Skin Test , yaitu Mantoux test , untuk Tbc, Pathergy test , untuk Bechet’s disease akan
terjadi peningkatan sensivitas kulit terhadaptrauma jarum pada pasien bila disuntikkan 0,1 ml
saline intradermaldalam 18-24 jam kemudian terjadi reaksi pustulasi. Pemeriksaan
-pemeriksaan tersebut diperlukan untuk mengetahui etiologi secaraspesifik, bila dicurigai
adanya kecurigaan penyakit sistemik, Uveitisrekuren, Uveitus bilateral, Uveitis berat, Uveitis
posterior danOnsetnya muda.
KOMPLIKASI
PENATALAKSANAAN
13
imunosupresanlainnya mempunyai efek samping yang serius, seperti gagal ginjal,
peningkatan kadar gula darah, hipertensi, osteoporosis, dan galukoma,khususnya pada
steroid dalam bentuk pil.
a. Kortikosteroid
Efek terapeutik kortikosteroid topikal pada mata dipengaruhioleh sifat kornea sebagai
sawar terhadap penetrasi obat topikal kedalam mata, sehingga daya tembus obat topikal
akan tergantung padakonsentrasi dan frekuensi pemberian, jenis kortikosteroid, jenis
pelarut yang dipakai, bentuk larutan.
Konsentrasi dan frekuensi pemberian, makin tinggi konsentrasiobat dan makin sering
frekuensi pemakaiannya, maka makin tinggi pula efek antiinflamasinya. Peradangan pada
kornea bagian dalam danuveitis diberikan preparat dexametason, betametason dan
prednisolonkarena penetrasi intra okular baik, sedangkan preparat
medryson,fluorometolon dan hidrokortison hanya dipakai pada peradangan pada
palpebra, konjungtiva dan kornea superfisial.
Kornea terdiri dari 3 lapisan yang berperan pada penetrasi obattopikal mata yaitu,
epitel yang terdiri dari 5 lapis sel, stroma, endotelyang terdiri dari selapis sel. Lapisan
epitel dan endotel lebih mudahditembus oleh obat yang mudah larut dalam lemak
sedangkan stromaakan lebih mudah ditembus oleh obat yang larut dalam air. Makasecara
ideal obat dengan daya tembus kornea yang baik harus dapatlarut dalam lemak maupun
air (biphasic). Obat-obat kortikosteroidtopikal dalam larutan alkohol dan asetat bersifat
biphasic.
14
Beberapa kortikosteroid topikal yang tersedia adalah prednisolon acetate 0,125%
dan 1%, prednisolone sodium phospat0,125%, 0,5%, dan 1%, deksamentason alcohol
0,1%,deksamethasone sodium phospat 0,1%, fluoromethasone 0,1% dan0,25%, dan
medrysone 1%.
15
Indikasi pemberian kortikosteroid sistemik adalah Uveitis posterior, Uveitis
bilateral, Edema macula, Uveitis anterior kronik (JRA, Reiter). Pemakaian kortikosteroid
dalam jangka waktu yanglama akan terjadi efek samping yang tidak diingini seperti
SindromCushing, hipertensi, Diabetes mellitus, osteoporosis, tukak lambung,infeksi,
hambatan pertumbuhan anak, hirsutisme, dan lain-lain.
PENGOBATAN LAINNYA
Jika pasien tidak koperatif atau iritis tidak berespon banyak dengan penggunaan
topical steroid, injects subkonjuctival steroid (seperi celestone) akan berguna. Depot
steroid seharusnya dihindari pada kasus uveitis sekunder, seperti yang diakibatkan oleh
herpes atautoksoplasmosis karena dapat memperparah Injeksi peri-okular dapat diberikan
dalam bentuk long acting berupa Depo maupun bentuk short acting berupa solutio.
Keuntungan injeksi periokular adalah dicapainya efek anti peradangan secaramaksimal di
mata dengan efek samping sistemik yang minimal.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27Positif, FKUGM,
Yogyakarta
2. Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta:2002
3. Wijana Nana, Uvea, Ilmu Penyakit Mata, hal 126-127
4. K George Roger, MD, Uveitis, Nongranulomatous. www emedicine.co.id,Accessed. June th.
2005:1-3
5. Vaughan G Daniel, anatomi dan Embriologi Mata, Oftalmologi Umum ed14, Widya Medika,
Jakarta: 2000 hal8-9
6. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidungdan
7. www.emedicine.com
8. http;//www.google.com
18