Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU

RESUME ARTIKEL ILMIAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN ENTOMOLOGI


Dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah parasitologi

Dosen Pembimbing : Ade Suryaman,S,Sit,M.Biomed


Mata Kuliah : Mikrobiologi Dan Parasitologi

Dibuat Oleh:
Wahyu Fitria Anggraini ( PO71201200023 )

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN AJARAN 2020/2021
Resume Jurnal Ilmiah
“ Indikator Entomologi Dan Resiko Penularan Demam Berdarah Dengue ( DBD ) Di Pulau
Jawa, Indonesia “

Keberadaan vektor terutama Aedes Aegypti adalah penyebab terutama faktor resiko
penularan Demam Berdarah Dengue ( DBD ). Ada lebih dari 100 negara anggota WHO adalah
termasuk dalam wilayah endemis infeksi dangue karena infeksi dangue tersebar luas di bagian
wilayah tropis dan subtropis. Penderita demam berdarah dangue ( DBD ) diperkirakan 50 juta –
100 juta orang terinfeksi dangue setiap tahun dan 500.000 orang penderita, dan mereka
merupakan penderita demam berdarah dangue ( DBD ). Kurang lebih sebanyak 2,5 % penderita
DBD mereka diantaranya akan mengalami kematian, terutama pada anak-anak, karena mereka
sangat mudah terjangkit apalagi pada anak-anak yang mempunyai daya tahan tubuh rendah.
Host, agent dan lingkungan mereka adalah fenomena hubungan yang kompleks untuk
terjadinya Epidemologi DBD. Karena lingkungan juga merupakan faktor yang kompleks , karena
faktor lingkungan meliputi lingkungan biotik, abiotik dan sosial. Curah hujan dan iklim adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan, karena hujan yang berkepanjangan akan
membuat bertambahnya habitat nyamuk vektor DBD. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
indikator Entomologi meliputi house index ( HI ), container index ( CI ), breteau index ( BI )
serta angka bebas bebas jentik ( ABJ ) terkit dengan transmisi dangue di suatu wilayah (Sanchez
et al., 2006; Bowman, Runge-Ranzinger and McCall, 2014; Widiarti and Lasmiati, 2015 ).
Survei dilakukan di Pulau Jawa, Indonesia yaitu Jawa Timur ( 2016 ), Jawa Barat ( 2016 ),
Banten ( 2016 ), DI Yogyakarta ( 2017 ), DKI Jakarta ( 2018 ). Dengan hasil penelitian yaitu HI
terendah yaitu sebesar 9% dan HI tertinggi yaitu 53%, BI terendah yaitu 11 dan BI tertinggi yaitu
67, dan CI terendah yaitu 3,68% dan CI tertinggi yaitu 28,95%. ≤5% nilai pada house index ,
atau identik dengan angka bebas jentik ( ABJ ) sama dengan 95%. Dari hasil tersebut wilayah
tersebut merupakan wilayan resiko rendah untuk terjadi penularan DBD. Karena nilai angka
bebas jentik ( ABJ ) ≥95% merupakan sasaran program pengendalian DBD di Indonesia,
sebagai upaya membatasi penularan demam berdarah dangue ( DBD ) menurut ( Focks, 2003;
Kementrian RI, 2015 ). Indikator CI pada nilai ≤10% merupakan wilayah resiko rendah terjadi
penularan DBD. Sedangkan nilai BI dinilai beresiko rendah terjadinya penularan DBD adalah
dengan nilai ≤4 ( Focks, 2003; Sanchez, et al., 2010 ).
Pada infeksi sekunder dengan serotipe dangue yang berbeda mereka akan menyebabkan derajat
keparahan yang tinggi, padahal diketahui infeksi dangue yang pertama kemungkinan terjadi
meraka tanpa gejala atau hanya dengan demam ringan tanpa komplikasi dan lain sebagainya.
Dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada 73,3% dari wilayah sebagian besar dari
mereka menggunakan ember sebagai tempat wadah air. Pada prinsipnya juga kita ketahui bahwa
tempat perkembangbiakkan nyamuk Aedes sp. sebagian besar adalah tempat penampungan air
( daerah lembab ) maka dari itu jika hujan turun terus menerus akan menyebabkan bertambahnya
tumbuh kembang nyamuk Aedes sp. baik di dalam maupun diluar rumah maka dari itu kita harus
mewaspadainya ( hati hati ).

Anda mungkin juga menyukai