Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Anak
yang dibina oleh Ibu Hurun Ain, S.Kep, Ns, M.Kep
dan Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep, Ns, M.Kes

Oleh Kelompok 4:
1. Laila Firda R P17220191002
2. Citra Noriya P17220191012
3. Mella Nur Sabillah P17220193028
4. Sevia Kurnia Fitri P17220193029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN LAWANG
Oktober 2020
Lembar Pengesahan
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

Menyatakan bahwa makalah ini adalah hasil kerja kelompok yang dikerjakan bersama-sama.

Oleh:
1. Laila Firda Rahmawati (P17220191002)
2. Citra Noriya (P17220191012)
3. Mella Nur Sabillah (P17220193028)
4. Sevia Kurnia Fitri (P17220193029)

Malang, 12 Oktober 2020


Dosen Pembimbing

Ibu Hurun Ain, S.Kep, Ns, M.Kep Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep, Ns, M.Kes
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya ciptaan-Nya.
Disini penulis sangat bersyukur karena bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul ”
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS”
Dalam Makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang Asuhan
Keperawatan Meningitis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan Makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu,penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusuan
bahasa dan aspek lainnya dan jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu penulis mohon maaf
jika terdapat tulisan ataupun kata-kata yang salah. Penulis juga mengharapkan saran dan
kritik dari makalah ini.

Lawang, 12 Oktober 2020

penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul

Daftar Isi...................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 ..........................................................................................................................
2.2 ...........................................................................................................................
2.3 ...........................................................................................................................
2.4 ...........................................................................................................................
2.5 ..............................................................................................................................
2.6...............................................................................................................................
2.7...............................................................................................................................
2.8...............................................................................................................................
2.9...............................................................................................................................
2.9.1.......................................................................................................................
2.9.2........................................................................................................................
2.9.3........................................................................................................................

BAB III SIMPULAN DAN SARAN


3.1 ..........................................................................................................................
3.2 ..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak dan
medula spinalis(Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang semua kelompok umur,
meskipun pada kenyataannya kelompok umur yang paling rawan terkena penyakit ini
adalah anak- anak usia balita dan orang tua (Andareto, 2015). Insidens 90 % dari semua
kasus meningitis bakterial terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden
puncak terdapat pada rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia dengan angka
morbiditas tertinggi adalah dari lahir sampai 4 tahun (Sowden & Betz, 2009).
Meningitis dianggap sebagai darurat medis yang perlu di kenali dan di obati secara
dini untuk mencegah kerusakan neurologis. Disorientasi dan gangguan memori juga sering
terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat mengalami letargi, tidak responif dan koma.
Selain itu kejang juga dapat terjadi yang merupakan akibat dari area iritabilitas di otak.
ICP (Intracranial Pressure) meningkat akibat perluasan pembengkakan di otak atau
hidrosefalus. Tanda awal peningkatan ICP mencakup penurunan tingkat kesadaran dan
defisit motorik lokal.
Pengetahuan dari orang tua sangat penting untuk mengenali gejala awal meningitis
sehingga anak mendapatkan pengobatan sesegera mungkin dan terhindar dari komplikasi
yang lebih parah. Anak dengan meningitis bakteri akut mengalami hilang pendengaran
(0,5-6,9% tipe sensorineural permanen dan 10,5% reversibel) yang banyak terjadi pada
anak yang telah sakit selama 24 jam.
Infeksi fulminan akut terjadi pada sekitar 10 % pasien meningitis meningokokus
yang memunculkan tanda-tanda septikemia yang berlebihan. Awitan demam tinggi, lesi
purpurik ekstensif (di wajah dan ekstremitas), syok dan tanda koagulasi intravaskular
diseminata (DIC) erjadi secara mendadak, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam
setelah awitan infeksi (Brunner & Suddart, 2013).

1.2 Tujuan Penulisan

            Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan yang dapat di ambil adalah
sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Meningitis?


2. Apakah penyebab dari Meningitis ?
3. Bagaimana tanda dan gejala Meningitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Meningitis?
5. Bagaimana komplikasi dari Meningitis?
6. Bagaimana prognosis dari Meningitis?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk Meningitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk Meningitis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan Meningitis?

1.3 Manfaat Penulisan


            Penulisan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui :

1. Pengertian Meningitis
2. Penyebab dari Meningitis
3. Tanda dan gejala Meningitis
4. Patofisiologi Meningitis
5. Komplikasi Meningitis
6. Prognosis Meningitis
7. Pemeriksaan penunjang untuk Meningitis
8. Penatalaksanaan medis untuk Meningitis
9. Asuhan keperawatan Meningitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Meningitis

Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak dan medula spinalis
(Muttaqin, 2008). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suariadi &
Yuliani, 2010).

Infeksi meningeal biasanya muncul melalui aliran darah akibat infeksi lain (selulitis) atau
melalui perluasan langsung (setelah cedera traumatik pada tulang wajah). Meningitis bakterial
atau meningokokal juga muncul sebagai infeksi oportunis pada pasien AIDS dan sebagai
komplikasi dari penyakit limfe (Brunner & Suddart, 2013).

2.2 Penyebab dari Meningitis

Terdapat beberapa penyebab yang terjadi pada masalah meningitis yaitu bakteri, faktor
predisposisi, faktor maternal, dan faktor imunologi. Menurut (Suariadi & Yuliani, 2010)
penyebab meningitis antara lain.
a. Bakteri : Haemophilus influenza (tipe B), streptococcus pneumonia, Neisseria meningitis,
hemolytic streptococcus, staphylococcus aureu, e. coli
b. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
c. Faktor maternal : ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
d. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin, anak yang
mendapat obat obat imunosupresi
e. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan.

Meningitis merupakan akibat dari komplikasi penyakit lain atau kuman secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia,
endokarditis dan dapat pula sebagai perluasan kontinuitatum dari peradangan organ/jaringan di
dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus dan
lain-lain (Ngastiyah, 2012).

2.3 Tanda dan gejala Meningitis

Menurut (L. WONG, 2009), manifestasi klinis meningitis antara lain:

a. Meningitis bakteri

1) Neonatus: tanda-tanda Spesifik


a) Sangat sulit menegakkan diagnosis
b) Manifestasi penyakit samar dan tidak spesifik
c) Pada saat lahir terlihat sehat tetapi dalam beberapa hari mulai terlihat dan menunjukkan
perilaku yang buruk
d) Menolak pemberian susu/makan
e) Kemampuan menghisap buruk
f) Diare
g) Tonus otot buruk
h) Penurunan gerakan
i) Fontanela yang penuh, tegang dan menonjol dapat terlihat pada akhir perjalanan penyakit
j) Leher biasanya lemas (supel)

2) Neonatus: tanda-tanda non spesifik


a) Hipotermia atau demam (tergantung maturitas bayi)
b) Ikterus
c) Iritabilitas
d) Mengantuk
e) Kejang
f) Pernapasan ireguler atau apnea
g) Sianosis
h) Penurunan berat badan

3) Bayi dan anak yang masih kecil


a) Demam
b) Pemberian makan buruk
c) Vomitus
d) Iritabilitas yang nyata
e) Serangan kejang ( sering di sertai dengan tangisan bernada tinggi)
f) Fontanela menonjol
g) Kaku kuduk dapat terjadi atau tidak terjadi
h) Tanda brudzinski dan kernig tidak membantu dalam penegakan diagnosis

4) Anak-anak dan remaja


a) Demam
b) Menggigil
c) Sakit kepala
d) Vomitus
e) Perubahan sensorik
f) Kejang
g) Iritabilitas
h) Agitasi
i) Dapat terjadi fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif, mengantuk, stupor, koma dan
kaku kuduk
j) Dapat berlanjut menjadi opistotonus
k) Tanda kernig dan brudzinski positif
l) Ruam ptikie atau purpurik (infeksi meningokokus), khusus nya
jika disertai dengan keadaan mirip syok
m) Telinga mengeluarkan sekret yang kronis (meningitis pneumokokus).

b. Meningitis non bakteri (Aseptik)


Awitan meningitis aseptik bisa bersifat mendadak atau bertahap. Manifestasi awal adalah sakit
kepala, demam, malaise, gejala gastrointestinal, dan tanda-tanda iritasi meningen yang timbul
satu atau dua hari setelah awitan penyakit. Nyeri abdomen, mual dan muntah merupakan gejala
yang sering ditemukan; nyeri punggung dan tungkai, tukak tenggorokan serta nyeri dada kadang-
kadang di jumpai dan dapat terjadi ruam mukulopapular. Biasanya semua gejala ini menghilang
secara spontan dan cepat. Anak akan sembuh dalam waktu 3 sampai 10 hari tanpa dampak yang
tersisa.

Gambaran klinis pada meningitis tuberkulosa :

Gejala awal biasanya di dahului oleh stadium prodromal berupa iritasi selaput otak.
Meningitis biasanya mulai perlahan –lahan tanpa panas atau terdapat kenaikan suhu yang ringan
saja. Sering di jumpai anak mudah terangsang atau menjadi apatis dantidur nya sering terganggu.
Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, anoreksia, obstipasi dan muntah juga sering di jumpai.

Stadium transisi gejala lebih berat dan gejala ransangan meningeal mulai nyata, kaku
kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus. Refleks tendon menjadi lebih tinggi,
ubun-ubun menonjol dan umumnya juga terdapat kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul
gejala strabismus dan mistagismus. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran lebih
menurun hingga timbul stupor.Stadium terminal berupa kelumpuhan, koma menjadi lebih dalam,
pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan pernapasan menjadi tidak teratur, sering
terjadi pernapasan cheyne Stokes. Hiperpireksia timbul dan anak meninggal tanpa kesadarannya
pulih kembali. Tiga stadium tersebut biasanya tidak mempunyai batas yang jelas antara satu
dengan stadium lainya, namun jika tidak di obati umumnya berlangung 3 minggu sebelum anak
meninggal (Ngastiyah, 2012).

2.4 Patofisiologi Meningitis

Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain.
Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya penyakit
Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, dan Bronchopneumonia. Masuknya organisme melalui sel
darah merah pada blood brain barrier. Penyebaran organisme bisa terjadi akibat prosedur
pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea
akibat fraktur dasar tengkorak yang dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadinya hubungan
antara CSF (Cerebro-spinal Fluid) dan dunia luar. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan
mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan
saraf pusat melalui ruang pada subarachnoid sehingga menimbulkan respon peradangan seperti
pada via, arachnoid, CSF, dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh
mikroorganisme meningitis yang mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia, sehingga terjadi
peningkatan suhu oleh hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh meningkat atau terjadinya
hipertermi(Suariadi & Yuliani, 2010).

2.5 Komplikasi Meningitis

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) komplikasi yang dapat muncul pada anak dengan
meningitis antara lain.
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena adanya
desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan
otak ke daerah subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada meningen dapat sampai
ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun hematogen termasuk ke
ventrikuler.
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi Liquor
Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga memungkinkan
terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya
banyak tertahan di intracranial.
d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena meningitis tidak
mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
e. Epilepsi.
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah
menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan
memori.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas atau
mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan untuk pengobatan.

2.6.Prognosis Meningitis

Komplikasi akut yang umumnya terjadi pada meningitis bakteri dapat berupa : syok, gagal
napas, apnu, perubahan status mental/koma, peningkatan TIK, kejang, Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC), efusi subdural, abses subdural, abses intraserebral dan bahkan
kematian. Pasien dapat mengalami perubahan status mental atau bahkan koma.Sekitar 15% dari
pasien anak yang menderita meningitis pneumokokus mengalami syok (Kornelisse et al., 1995)
dalam (Anggitha, 2017b). Syok dan DIC sering berhubungan dengan meningitis meningokokus.
Apnu atau gagal napas dapat juga terjadi, terutama pada bayi. Kejang terjadi pada sekitar
sepertiga pasien. Kejang yang menetap (lebih dari 4 hari) atau mulai akhir cenderung terkait
dengan gejala sisa neurologis. Kejang fokal membawa prognosis yang lebih buruk dibandingkan
kejang umum. Jika terjadi kejang fokal harus diwaspadai kemungkinan komplikasi seperti
empiema subdural, abses otak, atau peningkatan TIK dan disarankan dilakukan pemeriksaan
neuroimaging. Efusi subdural yang terjadi pada sepertiga pasien anak umumnya asimptomatik,
dapat membaik secara spontan dan tidak menyebabkan gejala sisa neurologi permanen. Dapat
juga terjadi Sindrom of Inappropriate Anti Diuretic Hormone (SIADH) sehingga elektrolit dan
keseimbangan cairan harus dipantau ketat.Semua komplikasi seperti syok, DIC, perubahan status
mental/koma,gangguan pernapasan, kejang, peningkatan TIK, SIADH dan gejala lainnya
ditangani dengan terapi yang lazim diberikan (Mace, 2008) dalam (Anggitha, 2017b)

2.7 Pemeriksaan penunjang untuk Meningitis

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pungsi lumbal, CT Scan, MRI, dan
pemeriksaan laboratorium.
Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal atau analisis cairan dan kultur cairan serebrospinal masih menjadi metode definitif
dalam mendiagnosis meningitis. Parameter yang diperiksa pada pungsi lumbal adalah opening
pressure, jumlah sel darah putih, glukosa, protein, dan pemeriksaan mikrobiologi.

Pada meningitis bakteri biasanya ditemukan adanya peningkatan tekanan, peningkatan sel darah
putih (>80% neutrophil), penurunan glukosa, peningkatan protein, dan ditemukan patogen
bakteri.

Pada meningitis virus ditemukan tekanan normal atau sedikit meningkat, peningkatan sel darah
putih (biasanya mononuklear), glukosa dalam batas normal atau sedikit menurun, protein dalam
batas normal atau sedikit meningkat, dan ditemukan gen virus pada PCR.

Pada pemeriksaan meningitis tuberkulosis biasanya ditemukan peningkatan sel darah tekanan
dan sel darah putih (biasanya limfosit), penurunan glukosa, peningkatan protein, dan pada
pemeriksaan basil tahan asam akan positif.

CT Scan

CT Scan kepala dapat dilakukan pada pasien dengan kecurigaan adanya infeksi bakteri atau
space occupying lession (SOL). Pada infeksi bakteri, beberapa pasien akan memperlihatkan
adanya meningeal enhancement. Menurut Infectious Diseases Society of America, CT Scan
sebaiknya tidak menunda pemeriksaan pungsi lumbal. Beberapa kondisi yang mengharuskan
skrining CT Scan sebelum pungsi lumbal adalah status pasien immunocompromise, kejang dalam
1 minggu, papilledema, dan defisit neurologis fokal.

CT scan juga dilakukan untuk mengeksklusi SOL. Misalnya, pada pasien dengan defisit
neurologis fokal. CT scan juga dapat membantu menyingkirkan diagnosis perdarahan
intrakranial.

Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah tidak spesifik digunakan untuk mendiagnosis meningitis. Kultur darah dapat
dilakukan untuk mengkonfirmasi infeksi bakteri, terutama penyakit meningococcal (Anggitha,
2017a).

2.8 Penatalaksanaan medis untuk Meningitis

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) penatalaksanaan medis yang secara umum yang dilakukan
di rumah sakit antara lain :

a.Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering atau ringer
laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat badan anak atau tingkat
degidrasi yang diberikan karena pada anak yang menderita meningitis sering datang dengan
penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah,pengeluaran cairan melalui proses
evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang menurun.

b. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang.Dosis awal diberikan diazepam


0,5mg/Kg BB/kali pemberian melalui intravena. Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan
fenobarbital dengan dosis awal pada neonates 30m, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan
anak yang lebih dari 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/
di bagi dalam dua kali pemberian diberikan selama dua hari. Sedangkan pemberian fenobarbital
dua hari berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dua kali pemberian.
Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejangjuga diharapkan dapat menurunkan suhu
tubuh karena selain hasil toksik kumanpeningkatan suhu tubuh berasal dari kontraksi otot akibat
kejang.

c.Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik yang sering
dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400 mg/KgBB dibagi dalam enam dosis pemberian
secara intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam empat dosis
pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari pengambilan cairan
serebrospinal melalui pungsi lumbal.

d.Penempatan pada ruang yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara, cahaya dan
rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat membangkitkan kejang pada anak karena
peningkatan rangsang depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.

e. Pembebasan jalan napas dengan menghisap lendir melalui suction dan memposisikan anak
pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan pembebasan jalan napas dipadu dengan
pemberian oksigen untuk mendukung kebutuhan metabolism yang meningkat selain itu mungkin
juga terjadi depresi pusat pernapasan karena peningkatan tekanan intracranial sehingga peril
diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernapasan.
Pemberian oksigen pada anak meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui
masker oksigen.

2.9 Asuhan keperawatan Meningitis


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Sebaiknya untuk penulisan makalah selanjutnya diharapkan tidak ada atau meminimalisir
plagiasi didalam makalah. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, untuk menambah wawasan mengenai
asuhan keperawatan meningitis

. DAFTAR PUSTAKA
Andareto, O. (2015). Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kesehatan Obi Andareto Penyakit
Menular di Sekitar Anda. Pustaka Ilmu Semesta.
Anggitha, G. R. (2017a). Diagnosis Meningitis. Pemeriksaan Penunjang.
https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/meningitis/diagnosis
Anggitha, G. R. (2017b). Prognosis Meningitis. Prognosis Meningitis.
https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/meningitis/prognosis
Brunner, & Suddart. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Edisi 12. EGC.
L. WONG, D. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Vol. 1. EGC.
http://ucs.sulsellib.net//index.php?p=show_detail&id=67464
Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Salemba
Medika.
Ngastiyah. (2012). Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. EGC.
Riyadi, S., & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada anak/ Sujono Riyadi & Sukarmin –
Edisi Pertama. Graha Ilmu.
Sowden, L. A., & Betz, C. L. (2009). Buku Saku keperawatan Pediatri: Edisi 5. EGC.
Suariadi, & Yuliani, R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak: Edisi 2. CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai