Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II


Dosen Pembimbing :
Sapta Rahayu N, S.Pd., S.Kep., M.Kep

Disusun oleh Kelompok 3 :


Ajeng Ayunda Fitriani P07120120004
Afifah Nor Khasanah P07120120038
Neng Widi Novianingsih P07120120033
Luthfi Nindya Prastiwi P07120120036
Fitriany Wijaya Putri P07120120013
Fauzan Ahmad P07120120010
Dela Agustina Budhi P P07120120040
Dianita Utami P07120120046
Yunike Intan P P07120120035

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas  Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Gangguan sistem persarafan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sapta Rahayu N, S.Pd., S.Kep.,


M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, 25 Februari 2022

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di


seluruh dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta
kasus dengan tingkat mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Selama
30 tahun terakhir, hanya terdapat sembilan penelitian RCT (Randomized
Controlled Trials) mengenai pencegahan dan tata laksana tetanus. Pada tahun
2000, hanya 18.833 kasus tetanus yang dilaporkan ke WHO. Berdasarkan
data dari WHO, data dari Vietnam diperkirakan insidens tetanus di seluruh
dunia adalah sekitar 700.000-1.000.000 kasus per tahun. (Dire, 2009)

Tetanus yang juga dikenal sebagai lockjaw (kejang mulut), merupakan


infeksi termediasi-eksotoksin akut yang disebabkan oleh basilus anaerobik
pembentuk spora, Clostridium tetani. Tetanus bersifat fatal pada hampir 60%
orang yang tidak terimunisasi, biasanya dalam 10 hari setelah serangan.
Komplikasinya antara lain atelektasis, pneumonia, emboli pulmoner, ulser
gastrik akut, kontraktur fleksi dan aritmia kardiak. Jika gejala berkembang
dalam waktu 3 hari setelah paparan, prognosisnya buruk. Setelah masuk ke
tubuh, Clostridium tetani menyebabkan infeksi lokal dan nekrosis jaringan.
Clostridium tetani memproduksi toksin yang menyebar menuju jaringan
sistem saraf pusat. (Tim Indeks, 2011)

Tetanus merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat


disebabkan oleh toksin tetanospasmin yang dihasilkan Clostridium tetani.
Pada luka anaerob, seperti pada luka yang kotor dan nekrotik, bakteri ini

3
memproduksi tetanospasmin, neurotoksin yang cukup poten. Tetanospasmin
menghambat pengeluaran neurotransmitter pada sistem saraf pusat, yang
mengakibatkan kekakuan otot.

Clostridium tetani tersebar cukup luas di alam dan tidak bisa


diberantas. Untuk mengurangi jumlah kasus, upaya tetanus difokuskan pada
pencegahan menggunakan vaksinasi dengan imunisasi aktif atau imunisasi
pasif dan perawatan pasca paparan perawatan.Tetanus masih menjadi
masalah kesehatan yang serius, terutama di negara berkembang karena
mengancam jiwa.

Tetanus merupakan penyakit yang mematikan di negara berkembang,


membunuh kurang lebih 500.000 orang pertahun. Penyakit ini merupakan ancaman
bagi orang-orang yang berisiko terinfeksi Clostridium tetani, terutama orang-orang
yang tidak tervaksinasi tetanus. Hal ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih
sangat kurang, mudah terjadi kontaminasi, perawatan luka kurang diperhatikan,
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan
terhadap tetanus.

Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka


kematian dari penyakit tetanus masih cukup tinggi. Akhir–akhir ini dengan adanya
penyebarluasan program imunisasi, maka angka kesakitan dan angka kematian
telah menurun secara drastis. Di negara yang telah maju seperti Amerika Serikat,
tetanus sudah sangat jarang dijumpai, karena imunisasi aktif telah dilaksanakan
dengan baik di samping sanitasi lingkungan yang bersih.

Meskipun pemberian vaksin sangat yang efektif, hampir 1 juta kasus tetanus
terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Sebagian besar kematian tetanus terjadi di
Afrika dan Tenggara Asia, dan penyakit ini masih endemik di banyak negara di
seluruh dunia.

Imunisasi sangat efektif dan merupakan kunci untuk pencegahan. Langkah-


langkah yang memadai harus diambil oleh otoritas kesehatan suatu negara untuk
meningkatkan kesadaran akan penyakit ini.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tetanus ?
2. Bagaimana bisa terjadi tetanus?
3. Apa penyebanya ?
4. Bagaimana asuhan keperawatanya?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang tetanus.
2. Memahami proses terjadinya tetanus.
3. Mengetahui penyebabnya.
4. Memahami asuhan keperawatan kepada pasien dengan tetanus.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis.
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan tetanus.
2. Bagi Insitusi Pendidikan
a. Karya tulis ilmiah ini dapat dipakai sebagai salah satu bahan bacaan
kepustakaan.
b. Dapat sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam pengembangan
dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan studi banding bagi perawat untuk meningkatakan mutu
pelayanan kesehatan terutama pada pasien tetanus.
4. Bagi Rumah Sakit

5
Sebagai bahan wacana untuk meningkatkan pelayanan pada pasien tetanus.
Supaya derajat kesehatan pasien lebih meningkat.
5. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien penderita tetanus bisa menerima perawatan yang maksimal dari
petugas kesehatan. Sehingga keluarga bisa menjaga anggota keluarga yang
lain agar terhindar dari penyakit tetanus.

Anda mungkin juga menyukai