Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN TEMA TANDA DAN BAHAYA NIFAS


PADA IBU POST PARTUM DI RUANG JADE
RSUD dr. SLAMET GARUT

TIM PENGUSUL

Ketua : Anita Setyawati, M.Kep. NIDN 0003108801


Anggota : Dr. Yanti Hermayanti NIDN 0015128803
Restuning Widiasih, Ph.D NIDN 0014078803
Ermiati, M.Kep., Sp.Mat. NIDN 0030077307
Ida Maryati, M.Kep., Sp.Mat. NIDN 0002127708
Tetti Solehati, M.Kep. NIDN 0027057306
Sukmawati, M.Kes. NIDN 3407056201
Lilis Mamuroh, M.Kes. NIDN 3419036501
Filsya Khoirina Fildzah 220112190024
Riani Eka Puteri 220112190031
Marisa Mar’atus Sholihah 220112190044
Rubby Anggara Pratama 220112190046
Yulita Rosalina Siregar 220112190070
Elisabeth Meyta Ambarsari 220112190071
Aulia Citra Agriyono 220112190080
Delli Nurilah Sari 220112190084
Intan Tri Agustin Gunawan 220112190085
Witri Destiani 220112190093
Rika Nur Fauziah 220112190114
Nurul S.F 220112190115
Intan Pandini 220112190119

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVIII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Judul : Tanda dan Bahaya Nifas pada Ibu Post Partum di


Ruang Jade RSUD dr. Slamet Garut
Pelaksana
Nama Lengkap : Anita Setyawati, S.Kep., Ners, M.Kep.
NIDN : 0003108801
Jabatan Fusngsional : Asisten Ahli
Program Studi : Keperawatan
No.HP : 081321793280
Alamat Surel : anita.setyawati@unpad.ac.id
Anggota (1)
Nama Lengkap : Dr. Yanti Hermayanti
NIDN : 0023116409
Fakultas : Keperawatan
Anggota (2)
Nama Lengkap : Restuning Widiasih, Ph.D
NIDN : 0017047508
Fakultas : Keperawatan
Anggota (3)
Nama Lengkap : Ermiati, M.Kep., Sp.Mat.
NIDN : 0030077307
Fakultas : Keperawatan
Anggota (4)
Nama Lengkap : Ida Maryati, M.Kep., Sp.Mat.
NIDN : 0002127708
Fakultas : Keperawatan
Anggota (5)
Nama Lengkap : Tetti Solehati, M.Kep.
NIDN : 0027057306
Fakultas : Keperawatan
Anggota (6)
Nama Lengkap : Sukmawati, M.Kes.
NIDN : 3407056201
Fakultas : Keperawatan
Anggota (7)
Nama Lengkap : Lilis Mamuroh, M.Kes.
NIDN : 3419036501
Fakultas : Keperawatan
Jumlah Mahasiswa : 14 orang
Tahun Pelaksanaan : 2019

Garut, 1 November 2019


Menyetujui, Ketua Pelaksana
Dekan Fakultas Keperawatan Unpad

Henny Suzana Mediani, S.Kp., MNg., Ph.D Anita Setyawati, S.Kep., Ners., M.Kep.
NIP. 19650101 199006 2 001 NIP. 19881003 201504 2 001
ABSTRAK

Masa nafas atau periode post partum (6-8 mnggu setelah persalinan)
merupakan suatu periode yang perlu diperhatikan akibat terjadinya perubahan
fisiologi maupun psikologi pada ibu hamil karena proses persalinan. Perawatan
yang optimal pada masa nifas dapat menjadi langkah preventif untuk mencegah
berbagai komplikasi yang dapat terjadi setelah persalinan. Pengetahuan yang
adekuat mengenai masa nifas dan tanda bahaya pada masa nifas dapat menjadi
salah satu faktor yang memengaruhi perilaku dan kemampuan ibu dalam
memahami mengenai masa nifas dan diharapkan mampu menurunkan angka
kematian ibu akibat komplikasi yang dapat terjadi pada masa nifas. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode pretest dan posttest dengan
populasi sebanyak 7 orang di ruang post partum yakni ruang Jade RSUD Dr
Slamet Garut (n=7). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
angket atau kuisioner. Analisa data menggunakan analisis univariat. Pada
penelitian ini diperoleh hasil dimana terdapat peningkatan pengetahuan ibu
mengenai tanda-tanda dan bahaya nifas (kategori cukup 85,7% dan kategori baik
14,3%). Diharapkan selain berupa informasi dari penyuluhan yang dilakukan,
pengetahuan ibu postpartum dapat diwujudkan dengan perilaku dan kesadaran
yang tepat terkait dengan tanda dan bahaya nifas.

Kata Kunci: Ibu nifas, post partum, bahaya nifas.


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim..
Atas berkat dan rahmat Allah Swt, penulis dapat menyelesaikan laporan
Pengabdian Kepada Masyarakat di RSU Dr. Slamet Garut. Program Pengabdian
kepada Masyarakat (PKM) merupakan bentuk sekuensial dari pendidikan dan
penelitian yang terkait tridharma perguruan tinggi. Fakultas Keperawatan (Fkep)
sendiri sebagai bagian dari Universitas Padjadjaran (Unpad) turut berperan dalam
mewujudkan program PKM, melalui salah satu misinya yaitu: mengembangkan
pelayanan keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan untuk
peningkatan kualitas hidup manusia berdasarkan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek).
Pada Program PKM ini, kegiatan utama yang dilakukan adalah pendidikan
kesehatan terkait dengan tanda dan bahaya nifas bagi ibu post partum. Peserta
yang dituju adalah ibu post partum yang dirawat di Ruang Rawat Inap Jade RSUD
dr. Slamet Garut. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal yang diantaranya
adalah adanya data masa nifas yang merupakan masa yang rawan bagi ibu karena
sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari
kematian masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan atau pada saat
masa nifas.
Oleh karena itu, tim pelaksana PKM dalam kegiatan ini yaitu mahasiswa
PPN Universitas Padjadjaran kelompok 2 gelombang 3 Angkatan XXXVIII
melakukan pendidikan kesehatan terkait tanda dan bahaya nifas.

Garut, 1 November 2019

Tim Program PKM


(Mahasiswa PPN Universitas Padjadjaran Kelompok 4 Gelombang 3
Angkatan XXXVIII)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

Periode masa nifas (perperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ-organ
reproduksi seperti sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat adanya perubahan
fisiologi dan psikologi karena proses persalinan. Selain itu, masa nifas merupakan
masa yang rawan bagi ibu karena sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah
melahirkan dan hampir 50% dari kematian masa nifas terjadi pada 24 jam pertama
setelah persalinan, di antaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas
(Saleha, 2012).
Angka kematian ibu (AKI) merupakan kematian yang terjadi pada
perempuan hamil sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, yang
disebabkan baik oleh penyebab langsung maupun tidak langsung (Qomariyah,
2013; Syafiq, 2013; Ririanty, 2013). Perdarahan, eclampsia, dan infeksi menjadi
tiga penyebab utama kematian ibu di negara-negara berkembang dan perdarahan
nifas dini menjadi fokus utama dalam mengendalikan angka kematian ibu di dunia
(Muslikhati, 2007; Bingham, 2012; Devi et al, 2012; Lagrew & David 2014).
Kematian ibu juga dipengaruhi oleh faktor paritas, umur ibu, status sosial
ekonomi rendah dan kasus kegawatdaruratan yang tidak terprediksi (Nwagha,
2010). Kejadian komplikasi 75% terjadi pada masa nifas yang mengakibatkan
tingginya angka kesakitan dan kematian Ibu. Di Cina pada tahun 2011 angka
kejadian komplikasi nifas sangat tinggi, perdarahan nifas mencapai angka 32,6%,
sehingga penting dilakukannya perbaikan sistem pelayanan kesehatan khususnya
pada perawatan kesehatan nifas (Luo & Zhang, 2011).
Perawatan masa nifas ini sangat diperlukan untuk mencegah berbagai
macam masalah seperti perdarahan dan infeksi yang dapat menyebabkan hingga
kematian. Kemandirian dalam perawatan postpartum tidak hanya penting untuk
mengurangi mortalitas dan morbiditas ibu, tetapi juga penting untuk memperkuat
dan meningkatkan perilaku sehat ibu post partum dalam perawatan. Kemandirian
ibu nifas dalam merawat diri dipengaruhi oleh pengetahuan, motivasi, budaya,
kepercayaan, pengalaman ibu, usia ibu, dukungan, tingkat kelelahan dan kondisi
fisik ibu (Safitri & Cahyanti, 2016). Namun, sebuah penelitian yang dilakukan di
Malawi pada tahun 2015 menemukan bahwa kejadian kematian ibu yang
disebabkab oleh komplikasi nifas, penyebabnya didominasi oleh kurangnya
pengetahuan ibu tentang periode nifas dan juga tidak dilakukannya rawat gabung
di Rumah Sakit (Zamawe et al, 2015). Pengetahuan ini terkait hal-hal seputar
masa nifas yang normal dan tanda gejala kegawatdaruratan terjadinya komplikasi
masa nifas. Pengetahuan ini salah satunya dapat diperoleh dari sumber informasi
melalui program pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah proses pembelajaran yang terencana untuk
mencapai tujuan kesehatan yang biasanya diberikan oleh ahli atau tenaga
kesehatan dengan metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Proses pembelajaran
ini dapat dilakukan oleh individu, kelompok, atau masyarakat (komunitas) untuk
dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Notoatmodjo, 2013).
Saefuddin (2001) menjelaskan bahwa, pendidikan kesehatan dan konseling
merupakan proses pemberian informasi yang obyektif dan lengkap, dilakukan
secara sistematik dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik
penyampaian, dan penguasaan pengetahuan klinik. Pendidikan kesehatan yang
diberikan didalamnya mengandung unsur-unsur tentang informasi dan
pengetahuan mengenai masa nifas dan perubahan-perubahannya baik fisiologis
maupun psikologis. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan
menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan
perilaku dengan cara ini akan membutuhkan waktu yang lama, tetapi perubahan
yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran mereka
sendiri bukan karena paksaan (Yugistyawati, 2013).
Yugistyawati (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan
kesehatan masa nifas mempunyai pengaruh terhadap kemampuan perawatan
mandiri ibu nifas. Sebanyak 10 responden yang diberi pendidikan kesehatan masa
nifas, persentase terbanyak yaitu responden dengan kemampuan supportif edukatif
yaitu sebanyak 8 orang (80 %); sedangkan dari 10 responden yang tidak diberi
pendidikan kesehatan masa nifas, persentase terbanyak yaitu responden dengan
kemampuan bantuan sebagian yaitu sebanyak 9 orang (90 %). Hal ini berarti
pendidikan kesehatan yang diberikan berpengaruh terhadap kemampuan
perawatan mandiri ibu yang berada dalam periode nifas.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan adanya pemberian
pendidikan kesehatan pada ibu post partum terkait perawatan masa nifas dengan
cara mengidentifikasi tanda dan bahaya nifas baik aspek fisiologi maupun aspek
psikologi.
BAB II

TARGET DAN LUARAN

Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini menghasilkan


(outcome) peningkatan pengetahuan pasien post partum yang dirawat di ruang
perawatan Jade RSU dr. Slamet Garut mengenai “Tanda Bahaya Nifas” dan media
pengajaran dengan topik “Tanda Bahaya Nifas” mengenai Demam, preeklamsia
dan eklamsi,infeksi payudara dan depresi pada post partum. Sementara output
yang diharapkan dari PKM ini adalah publikasi ilmiah pada artikel nasional ber-
ISSN atau proseding nasional ber-ISBN tentang hasil dari peningkatan
pengetahuan pasien post partum mengenai tanda bahaya nifas..

No Indikator Base Line Pencapaian


(Sebelum Kegiatan) (Setelah Kegiatan)
1 Peningkatan pengetahuan ibu post Cukup Baik
partum mengenai “Tanda-tanda bahaya
nifas”
2 Bahan pengajaran mengenai tanda-tanda Cukup Cukup
bahaya nifas dengan “Demam”
3 Bahan pengajaran mengenai tanda-tanda Cukup Baik
bahaya nifas dengan “Perdarahan”
4 Bahan pengajaran mengenai tanda-tanda Cukup Baik
bahaya nifas dengan “Preeklamsia &
Eklampsia”
5 Bahan pengajaran mengenai tanda-tanda Kurang Cukup
bahaya nifas dengan “Infeksi payudara”
6 Bahan pengajaran mengenai tanda-tanda Cukup Cukup
bahaya nifas dengan “BAK/BAB”
7 Bahan pengajaran mengenai tanda-tanda Kurang Kurang
bahaya nifas dengan “Depresi post
partum”
BAB III
METODE PELAKSANAAN

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini dilakukan dengan


metode penyampaian pendidikan kesehatan terkait tanda bahaya nifas pada ibu
postpartum di Ruang Rawat Inap Jade RSUD dr. Slamet Garut pada tanggal 1
November 2019. Pendidikan kesehatan ini disampaikan oleh perwakilan
kelompok 2 Gelombang 3 PPN Universitas Padjadjaran angkatan XXXVIII yaitu
Yulita Rosalina dan Elisabeth Meyta. Pendidikan kesehatan diberikan dalam satu
waktu yaitu berlangsung dalam waktu 1 jam.
Tabel 1. Tahapan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
Keterlibatan dalam Kegiatan
Rencana
No. Dosen Mahasiswa Masyarakat
Kegiatan

1. Persiapan - Menyiapkan Menerima


kegiatan administrasi pra informasi
pendidikan kesehatan pendidikan
- Menyiapkan kebutuhan kesehatan
acara dan logistik tentang tanda
kegiatan pendidikan bahaya nifas
kesehatan pada ibu post
- Membuat satuan acara partum
pembelajaran, mencari
materi, dan menyiapkan
media pembelajaran
berupa powerpoint dan
leaflet
- Menyiapkan kuesioner
pre dan post test
2. Pelaksanaan - Menyiapkan kebutuhan - Mendapatkan
kegiatan acara, logistik, materi
akomodasi, dan pendidikan
transportasi kegiatan kesehatan
pendidikan kesehatan. tentang tanda
- Mengecek kesiapan bahaya nifas
peserta dalam menerima - Mengikuti
materi pendidikan
- Memfasilitasi peserta kesehatan
untuk mendapatkan - Mengerjakan
materi dengan pre dan post
menggunakan media test yang
powerpoint yang diberikan
ditampilkan melalui - Aktif
proyektor yang bertanya dan
ditampikan didepan bed menjawab
pasien dan juga leaflet selama
yang dibagikan diakhir kegiatan
kegiatan diskusi, serta
- Menyimpulkan materi mampu
yang telah disampaikan menyebutkan
- Mendampingi peserta kembali
dalam mengisi pre dan materi yang
post test telah
- Mendokumentasikan disampaikan
kegiatan, merapikan, sebagai bahan
serta mengkondisikan evaluasi
kembali ruangan pasien
3. Pelaporan Mengeval Menyusun laporan Mendapatkan
Kegiatan uasi pertanggungjawaban dan peningkatan
pelaksanaa hasil evaluasi dari kegiatan kemampuan
n pelatihan pendidikan kesehatan yang tentang tanda
yang telah dilakukan bahaya nifas
sudah
dilakukan.

Tabel 2. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat


Jenis : Pendidikan kesehatan
Kegiatan
Judul : Pendiidkan kesehatan dengan tema tanda bahaya nifas pada ibu
Kegiatan postpartum di Ruang Rawat Inap Jade RSUD dr. Slamet Garut
Peserta : Ibu post partum di ruang inap Zade RSUD dr.Slamet Garut pada tanggal
1 November 2019
Tempat : Ruang rawat inap Zade RSUD dr.Slamet Garut
Hari, : Jumat
Tanggal 1 November 2019
Waktu : 09.00-11.00
Narasumber : Yulita Rosalina S dan Ellisabeth Meyta Ambarsari
Susunan : Keterlibatan dalam Kegiatan
Kegiatan Dosen Mahasiswa Masyarakat
(Ibu Post Partum)
 Sebagai  Persiapan pra  Secara suka
penanggung jawab kegiatan: rela
kegiatan menyiapkan mengikuti
Pendidikan kebutuhan acara, pendidikan
kesehatan alat pendukung, kesehatan ya
 Menghadiri dan dan logistic selanjutnya meng
memantau lainnya  Mendapatkan
jalannya kegiatan  Berkooordinasi materi penkes
pendidikan dengan CI baik media
kesehatan ruangan terkait pengajaran
tema, waktu, dan maupun
rencana kegiatan media leaflet
pendidikan  Mengikuti
kesehatan Pendidikan
 Menyiapkan kesehatan
kuesioner tentang tanda
pengetahuan bahaya
terkait nifas payudara
perawatan ter(b
 Memberikan payuda
inform consent
kepada peserta
(ibu post partum)
dan keluarga
peserta terkait
kegiatan
pendidikan
kesehatan yang
dilakukan
 Memfasilitasi
peserta untuk
mendapatkan materi pendidikan kesehatan
 Mengolah data
hasil kuesioner
pengetahuan
peserta terkait
penkes perawatan
payudara yang
diberikan
 Menyusun laporan pertanggungjawaban a
berupa laporan
PKM.

Tabel 3. Indikator Keberhasilan Kegiatan (Utama dan Penunjang)


Base Line Pencapaian
No Indikator
(Sebelum Kegiatan) (Setelah Kegiatan)
1. Peningkatan pengetahuan ibu post Kurang atau sedang Baik
partum mengenai “Tanda dan
Bahaya Nifas”

2. Media pengajaran mengenai “Tanda Tidak ada Baik


dan Bahaya Nifas” berguna untuk
mengetahui tanda dan bahaya nifas
pada ibu post partum.
3. Dapat mengikuti dan menghindari Tidak ada Baik
tanda dan bahaya nifas
BAB IV
PROSES KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang sudah


dilaksanakan, didapatkan hasil berupa data yang berasal dari kuesioner dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan. Data yang didapatkan adalah data demografi dan
pengetahuan peserta tentang Tanda dan Bahaya Nifas pada Ibu Postpartum. Data
demografi terdiri dari usia, paritas, pendidikan, agama, suku, pekerjaan dan
penghasilan per bulan. Data pengetahuan peserta terdiri dari pengetahuan sebelum
diberikan pendidikan kesehatan (pretest) dan pengetahuan setelah diberikan
pendidikan (post test) kesehatan serta tingkat pengetahuan peserta berdasarkan
sub variabel tanda bahaya nifas sebelum dan setelah diberikan pendidikan
kesehatan. Data disajikan dalam bentuk tabel dengan distribusi frekuensi dan
persentase.

4.1 Hasil
4.1.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menganalisis data demografi peserta
yang bertujuan untuk menunjukkan karakteristik peserta. Analisis univariat juga
digunakan untuk menunjukkanpengetahuan peserta sebelum dan setelah diberikan
pendidikan kesehatan serta tingkat pengetahuan peserta berdasarkan sub variabel
tanda bahaya nifas sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Karakteristik peserta yang didapatkan dari data demografi terdiri dari
demografi terdiri dari usia, paritas, pendidikan, agama, suku, pekerjaan dan
penghasilan per bulan. Sementara tingkat pengetahuan peserta terdiri dari kurang,
cukup dan baik. Hasil karakteristik peserta ditampilkan pada tabel 3 dan hasil
tingkat pengetahuan peserta ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 3 Distribusi Data Demografi peserta (N=7)
Karakteristik Peserta Frekuensi (f) Persentase
(%)
Usia
<20 0 0
20-35 6 85,7
>35 1 14,3
Total 7 100
Paritas
≤1 anak 3 42,9
>1 anak 4 57,1
Total 7 100
Pendidikan
SD 0 0
SMP 3 42,9
SMA 4 57,1
Diploma 0 0
S1 0 0
Total 7 100
Agama
Islam 7 100
Kristen 0 0
Hindu 0 0
Budha 0 0
Total 7 100
Suku
Jawa 0 0
Sunda 7 100
Lain-lain 0 0
Total 7 100
Pekerjaan
Pns/swasta 0 0
Wiraswasta 1 14,3
IRT 6 85,7
Total 7 100
Penghasilan per bulan
< Rp 500.000 1 14,3
Rp 500.000-1.000.000 2 26,6
>Rp 1.000.000 4 57,1
Total 7 100

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berusia 20-


35 tahun (85,7%), sudah memiliki > 1 anak (57,1%), berlatar pendidikan SMA
(57,1), beragama islam (100%), berasal dari suku sunda (100%), bekerja sebagai
ibu rumah tangga (85,7%), dan penghasilan keluarganya > Rp 1.000.000 (57,1).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Sebelum diberikan
Pendidikan Kesehatan (Pre Test)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Kurang 0 0
Cukup 6 85,7
Baik 1 14,3
Total 7 100

Berdasarkan tabel 4, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan peserta


sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya nifas sebagian
besar dalam kategori cukup (85,7%).

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Setelah diberikan


Pendidikan Kesehatan (Post test)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Kurang 0 0
Cukup 6 85,7
Baik 1 14,3
Total 7 100

Berdasarkan tabel 5, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan peserta setelah


diberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya nifas sebagian besar dalam
kategori cukup (85,7%).

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta berdasarkan subvariabel


tanda dan bahaya nifas sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan
No Kategori Data Frekuensi Persentase (%)
1 Demam
Kurang 3 42,9
Cukup 3 42,9
Baik 1 14,3
Total 7 100
2 Perdarahan
Kurang 0 0
Cukup 6 85,7
Baik 1 14,3
Total 7 100
No Kategori Data Frekuensi Persentase (%)

3 Pre Eklampsia dan


Eklampsia
Kurang 2 28,6
Cukup 3 42,9
Baik 2 28,6
Total 7 100
4 Infeksi Payudara
Kurang 5 71,4
Cukup 1 14,3
Baik 1 14,3
Total 7
5 BAK/BAB
Kurang 1 14,3
Cukup 5 71,4
Baik 1 14,3
Total 7 100
6 Depresi Post Partum
Kurang 4 57,1
Cukup 3 42,9
Baik 0 0
Total 100 100

Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa sebelum diberikan


pendidikan kesehatan, mayoritas peserta yang mengetahui tanda bahaya nifas
meliputi demam dalam kategori cukup (42,9%), perdarahan dalam kategori cukup
(85,7), pre eklampsia dalam kategori cukup (42,9%), infeksi payudara dalam
kategori kurang (71,4%), BAK/BAB dalam kategori cukup (71,4%), depresi post
partum dalam kategori kurang (57,1%).

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta berdasarkan subvariabel


tanda dan bahaya nifas setelah diberikan Pendidikan Kesehatan
No Kategori Data Frekuensi Persentase (%)
1 Demam
Kurang 2 28,6
Cukup 4 57,1
Baik 1 14,3
Total 7 100
2 Perdarahan
Kurang 2 28,6
Cukup 2 28,6
No Kategori Data Frekuensi Persentase (%)
Baik 3 42,9
Total 7 100
3 Pre Eklampsia dan
Eklampsia
Kurang 2 28,6
Cukup 2 28,6
Baik 3 42,9
Total 7 100
4 Infeksi Payudara
Kurang 3 42,9
Cukup 4 57,1
Baik 0 0
Total 7 0
5 BAK/BAB
Kurang 1 14,3
Cukup 4 57,1
Baik 2 28,6
Total 7 100
6 Depresi Post Partum
Kurang 4 57,1
Cukup 1 14,3
Baik 2 28,6
Total 100 100

Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan


pendidikan kesehatan, mayoritas peserta yang mengetahui tanda bahaya nifas
meliputi demam dalam kategori cukup (57,1%), perdarahan dalam kategori baik
(42,9%), pre eklampsia dalam kategori baik (42,9%), infeksi payudara dalam
kategori cukup (57,1%), BAK/BAB dalam kategori cukup (57,1%), depresi post
partum dalam kategori kurang (57,1%).

4.1.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap
peningkatan pengetahuan peserta sebelum dan setelah mengikuti pelatihan, yang
ditampilkan pada tabel 8.
Tabel 8
Setelah Penkes Total
Pengetahuan Baik cukup
f % f % f %
Sebelum Baik 1 14,3 6 85,7 1 14,3
Penkes Cukup 0 0 1 14,3 6 85,7
Total 1 14,3 6 85,7 7 100
Berdasarkan tabel 8, dapat disimpulakn bahwa pengetahuan peserta
sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori cukup sebesar
85,7 % dan dalam kategori baik sebesar 14,3%.

4.2 Pembahasan
Karakteristik secara umum para responden yang berjumlah 7 responden
menggambarkan bagaimana mayoritas usia, paritas, tingkat pendidikan, agama,
suku bangsa, pekerjaan, dan penghasilan keluarga ibu pasca melahirkan yang
dirawat di Ruang Jade RSUD Dr. Slamet Garut. Berdasarkan data yang
didapatkan, responden memiliki karakteristik usia mayoritas berada pada rentang
20 – 35 tahun, memiliki anak lebih dari 1, tingkat pendidikan SMA, menganut
agama Islam, bersuku Sunda, memiliki jumlah penghasilan keluarga > Rp.
1.000.000 dan mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Faktor sosiodemografi merupakan faktor yang dapat memengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Pada kegiatan ini tentang pengetahuan ibu nifas berusia
20 – 35 (85,7%) tahun terkait tanda bahaya nifas mayoritas berada pada kategori
cukup. Terdapat 6 kategori tanda-tanda bahaya nifas yang diteliti, yaitu demam,
perdarahan, pre-eklampsia dan eklampsia, infeksi payudara, keluhan BAB/BAK,
dan depresi post partum. Responden dengan mayoritas pengetahuan kategori
cukup pada pretest ada 3 kategori yaitu perdarahan, pre-eklampsia dan eklampsia,
serta keluhan terkait BAK/BAB. Sedangkan kategori infeksi payudara dan depresi
post partum mayoritas berpengetahuan kurang. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya oleh Labaili (2017) menunjukkan pengetahuan
ibu tentang tanda-tanda bahaya nifas berdasarkan usia 20 – 35 tahun mayoritas
berada pada kategori cukup. Menurut EB Hurlock (1998, dalam Prawirohardjo,
2009) bahwa dengan bertumbuhnya umur seseorang biasanya di iringi dengan
berbagai macam pengalaman hidup, semakin cukup umur tinggkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja, sehingga
psikologi seseorang lebih matang dalam menghadapi sesuatu proses atau masalah
yang dihadapi.
Pendidikan merupakan faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap
tingkat pengetahuan seseorang. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang
bertujuan untuk meningkatkan daya intelektual seseorang yang diperoleh melalui
pendidikan formal, melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan,
dimana setiap pendidikan memiliki pola dan tinggkat pengetahuan yang berbeda
pula, tinggkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan ibu dalam beradaptasi di
saat mengalami tanda bahaya masa nifas, diharapkan dengan pedidikan yang
tinggi ibu mempunyai pengetahuan tentang tandatanda bahaya masa nifas.
(Prawirihardjo, 2009). Pada kegiatan ini mayoritas ibu memiliki tingkat
pendidikan SMA (57,1 %) dan pengetahuan tentang tanda bahaya nifas mayoritas
berada pada kategori cukup.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
adalah pengalaman melahirkan/bersalin sebelumnya. Pada kegiatan ini mayoritas
responden memiliki anak (paritas) > 1 anak dengan tingkat pengetahuan berada
pada kategori cukup. Menurut Notoadmodjo (2010) pengalaman merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman dapat menuntun
seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, sehingga dari pengalaman
yang benar di perlukan berfikir yang logis dan kritis. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak atau semakin sering pengalaman yang pernah dilalui
seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin baik/bertambah.
Berdasarkan hasil pre test dan post test menunjukkan terdapat peningkatan
pengetahuan ibu mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas, diantaranya demam
(42,9% menjadi 57,1% pada kategori nilai cukup), perdarahan (14,3% menjadi
42,9% pada kategori nilai baik), pre-eklampsia dan eklampsia (28,6% menjadi
42,9% pada kategori nilai baik), infeksi payudara (14,3% menjadi 57,1% pada
kategori nilai cukup), BAB/BAK (14,3% menjadi 28,6% pada kategori nilai baik),
dan depresi post partum (0% menjadi 28,6% pada kategori nilai baik). Dari hasil
pre test dan post test ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu. Hal ini menunjukan
bahwa tingkat pengetahuan menjadi lebih baik setelah diberikan penyuluhan.
Penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Fitriani, 2011).
Fennyria (2016) pernah melakukan penelitian yang sama yaitu tentang
pengetahuan tanda-tanda bahaya masa nifas. Hasil penelitian menunjukkan
kesamaan yaitu pengetahuan cukup. Bila dibandingkan kedua hasil penelitian ini,
seharusnya bidan mempunyai pengetahuan yang baik bukan cukup karena
kurangnya pengetahuan yang diperoleh bidan pada saat mendapatkan pendidikan
maka akan mempengaruhi hasil proses belajar mengajar dan metodologi
penelitian yang digunakan berbeda bila dilihat dari instrumen. Jika dilihat
berdasarkan karakteristik responden tentang pengetahuan tentang tanda-tanda
bahaya masa nifas memiliki perbedaan. Dimana penelitian sebelumnya responden
yang diteliti adalah bidan, sementara penelitian ini yang diteliti adalah ibu nifas.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Didapatkan simpulan dari pengetahuan ibu postpartum sebelum dan
setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya nifas adalah
sama dengan hasil yang didapatkan dengan perolehan hasil pengetahuan
peserta sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori
cukup sebesar 85,7 % dan dalam kategori baik sebesar 14,3%. Hasil yang
didapatkan kemungkinan dapat dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan,
dan paritas responden. Jika dilihat dari proses kegiatan selama pemberian
pendidikan kesehatan tanda bahaya nifas responden tampak antusias dan
memperhatikan dengan seksama. Hal ini ditandai dengan respon dari
masing-masing responden yang banyak mengajukan pertanyaan di akhir sesi
pemberian pendidikan kesehatan terkait tanda-tanda bahaya nifas saat Tanya
jawab. Selain itu, beberapa responden mampu menyimpulkan kembali
materi yang disampaikan.
5.2. Saran
Pengetahuan ibu postpartum terkait tanda bahaya nifas sangat
dibutuhkan untuk mengurangi angka kematian Ibu. Diharapkan didapatkan
alat ukur yang mampu menilai pengetahuan ibu post partum selain
menggunakan kuesioner, sehingga saat mengukur pemahaman ibu
postpartum terkait pengetahuan tentang tanda bahaya nifas bukan hanya
berdasarkan hasil pengisian kuesioner terkait materi yang mereka dapatkan.
Diharapkan selain data kuantitatif dan objektif, pengetahuan ibu postpartum
dapat dilihat dari sunjektif dan penatalaksanaan keseharian ibu postpartum
terkait kesadaran dalam mengenali tanda bahaya nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Safitri, Y., & Cahyanti, R. D. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan


Motivasi Terhadap Kemandirian Ibu Nifas Dalam Perawatan Diri Selama Early
Postpartum (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Yugistyawati, A. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Masa Nifas
Terhadap Kemampuan Perawatan Mandiri Ibu Nifas Post Sectio Caesarea (SC).
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 1(3), 96-100.
Saleha, Sitti. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmojo S. (2013). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Labaili, Suriani. (2017). Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya
Masa Nifas di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2017. Karya Tulis Ilmiah. Kementrian Kesehatan RI.
Notoatmodjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Fennyria, D. Y. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda
Bahaya Masa Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Manna Kabupaten
Bengkulu Selatan. Jurnal Kebidanan Besurek, 1(2), 150-155.
Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Hadir Peserta
Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 3 Media Pengajaran
A. Power Point
B. Leaflet
Lampiran 4 Satuan Acara Pembelajaran

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN TANDA BAHAYA NIFAS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawatan Maternitas pada
Program Profesi Ners Angkatan XXXVIII

KELOMPOK 2 :

Filsya Khoirina Fildzah 220112190024


Riani Eka Puteri 220112190031
Marisa Mar’atus Sholihah 220112190044
Ruby Anggara Pratama 220112190046
Neng Husna Saida 220112190051
Yulita Rosalina Siregar 220112190070
Aulia Citra Agriyono 220112190080
Delli Nurilah Sari 220112190084
Intan Tri A. Gunawan 220112190085
Witri Destiani 220112190093
Rika Nur Fauziah 220112190114
Nurul Siti Farida 220112190115
Intan Pandini 220112190119

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
Topik : Post Partum / Nifas
Subtopik : Tanda Bahaya Nifas
Sasaran : Pasien di Ruang Rawat Jade, RSU dr. Slamet Garut
Hari, Tanggal : Jumat, 1 November 2019
Waktu : 1×60 menit
Tempat : Ruang Rawat Jade, RSU dr. Slamet Kab.Garut
Fasilitator : Elisabeth Meyta Ambarsari (220112190071)
Yulita Rosalina Siregar (220112190070)

1. Karakteristik / Prasyarat Peserta Didik


Peserta didik merupakan kelompok, yaitu pasien-pasien postpartum yang dirawat di ruang
Jade pada hari Jumat, 1 November 2019. Karakteristik pasien yaitu dapat pasien dengan
primigravida, multigrvida, baik pasien dengan proses persalinan normal maupun Sectio
Caesarea (SC).
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai tanda bahaya nifas pada pasien postpartus
ini, peserta didik diharapkan dapat :
a. Tujuan umum
Mengetahui tanda dari bahaya nifas pada pasien post partum.
b. Tujuan khusus
1. Tujuan kognitif
Mengetahui pengertian dan tanda bahaya nifas pada pasien dengan post partum
2. Tujuan afektif
Menyadari pentingnya mengenali tanda bahaya nifas pada pasien post partum.
3. Tujuan psikomotor
Mampu melakukan pengecekan terkait tanda bahaya nifas bagi pasien post partum.
3. Capaian Pembelajaran

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai tanda bahaya nifas pada pasien postpartus,
diharapkan dapat :
- Menjelaskan pengertian masa nifas / puerperium
- Menjelaskan tahapan yang terjadi pada masa nifas
- Menjelaskan tanda bahaya nifas
- Menjelaskan pengertian dari depresi post partum
- Menjelaskan periode adaptasi psikologis ibu masa nifas
4. Strategi Pembelajaran
Metode :
- Ceramah
- Diskusi
- Tanya jawab
Media : Media yang digunakan dalam proses penyampaian pendidikan kesehatan yaitu
Power Point (PPT)
5. Kegiatan Belajar-Mengajar

Tahap Kegiatan Pendidik Kegiatan Peserta Metode Media Alokasi


Didik Waktu
Persiapan a. Mempersiapkan diri a. Mempersiapkan - - 5 menit
(Pra untuk menjadi diri dengan
Kegiatan) narasumber duduk
b. Mempersiapkan tempat senyaman
dan peralatan mungkin
c. Mengatur tempat duduk
peserta didik
Kegiatan a. Memberi salam a. Memperhatikan - - 10
Pembuka pembuka dan dan menjawab menit
perkenalan diri salam
b. Menanyakan kabar b. Menjawab
c. Menjelaskan kegiatan pertanyaan yang
dan tujuannya diberikan oleh
d. Kontrak waktu pendidik /
e. Mengecek kesiapan narasumber
peserta didik dalam c. Merespon dan
menerima materi dapat
dengan ice breaking bekerjasama
f. Memberikan pre test dengan
dengan memberikan narasumber
beberapa pertanyaan
melalui kuesioner
kepada peserta didik
Tahap Kegiatan Pendidik Kegiatan Peserta Metode Media Alokasi
Didik Waktu
g. Menanyakan apa yang
diketahui oleh peserta
didik mengenai tanda
bahaya nifas
Uraian a. Menjelaskan pengertian a. Memperhatikan Ceramah Power 20
Materi masa nifas / puerperium serta memberi dan Point menit
b. Menjelaskan tahapan respon diskusi (PPT)
yang terjadi pada masa mengenai materi
nifas yang
c. Menjelaskan tanda disampaikan
bahaya nifas
d. Menjelaskan pengertian
dari depresi post
partum
e. Menjelaskan periode
adaptasi psikologis ibu
masa nifas
Kegiatan a. Penyegeran peserta a. Mengajukan Tanya - 25
Penutup didik setelah menerima pertanyaan / jawab menit
materi dengan ice menjawab
breaking pertanyaan yang
b. Tanya jawab / diskusi diberikan serta
c. Memberikan evaluasi ikut aktif dalam
(post test) dengan diskusi
memberikan beberapa b. Memperhatikan
pertanyaan melalui dan memahami
kuesioner kepada simpulan yang
peserta didik disampaikan
d. Menyimpulkan materi narasumber
yang telah disampaikan c. Menjawab
e. Memberikan door prize salam penutup
sebanyak 2 buah dari narasumber
f. Memberikan leaflet d. Mengikuti
g. Menutup kegiatan arahan dari
h. Mengucapkan terima pendidik untuk
kasih dan salam melakukan foto
penutup bersama
i. Melakukan foto
Tahap Kegiatan Pendidik Kegiatan Peserta Metode Media Alokasi
Didik Waktu
bersama

Total 60
menit

6. Daftar Pustaka

Ambarwati, E.R. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Eny. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.
Hutahaean, Serri. (2009). Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas & Ginekologi. Jakarta:
Trans Info Medika.
Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Edisi 1.
Jakarta: CV.Trans Info Media.
Muthoharoh, Husnul. (2016). Studi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Selama
Masa Nifas. Journal Unisla Volume 8 No 1.
Sulistiyawati, A. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Manuaba, I.B.G. (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. (2004). Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Rukiyah, Yeyeh, dan Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta:
Trans Info Medika
Rukiyah, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.
Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
CV.Andi Offset.
7. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
 Pendidik hadir di tempat penyuluhan tepat pada waktunya.
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di tempat yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Evaluasi Proses
 Peserta didik antusias terhadap rangkaian kegiatan pendidikan kesehatan, baik saat
pemberian materi penyuluhan, ice breaking, maupun saat pembagian door prize.
 Peserta didik tidak terlihat jenuh selama kegiatan penyuluhan.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
 Saat berdiskusi peserta dapat fokus dan tidak terdistraksi internal maupun eksternal.
c. Evaluasi Hasil
 Peserta didik dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pemateri dalam bentuk
kuesioner baik pre-test maupun post-test
LAMPIRAN MATERI
Tanda Bahaya Nifas

Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil) yaitu pemulihan dari perubahan anatomis dan fisiologis
yang berlangsung selama kira-kira 6-12 minggu setelah kelahiran anak (Hutahaean, 2009;
Sulistyawati, 2009).
Tahapan yang terjadi pada masa nifas ada 3 periode :
1. Periode immediate post partum
Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak
masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.
2. Periode early post partum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini pastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada pendarahan, lokhea tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
3. Periode late post partum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini tetap lakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

Tanda Bahaya Nifas


Tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya
atau komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak
terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Muthoharoh, 2015).
Bahaya Ibu nifas (Bahiyatun, 2009), meliputi :
1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa banyak atau yang tiba-tiba bertambah banyak
lebih banyak dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2
kali dalam setengah jam (perdarahan yang melebihi 500-600 ml setelah bayi lahir). Kalau
terjadi perdarahan, maka tinggi rahim menjadi tinggi, dan denyut nadi ibu menjadi cepat.
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian, yaitu :
- Perdarahan post partum primer (Early post partum hemorrhage) yang terjadi dalam 24
jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir.
- Perdarahan post partum sekunder (Late post partum hemorrhage) yang terjadi setelah
24 jam. Penyebab utamanya adalah sub involusi, robekan jalan lahir, infeksi nifas dan
sisa plasenta. Menurut Manuaba (2005), perdarahan post partum merupakan penyebab
penting kematian maternal.
2. Pengeluaran lochea yang baunya menusuk (cairan seperti nanah yang berbau busuk).
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Sedangkan lochea yang berbau busuk adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas yang berupa cairan seperti nanah yang berbau busuk
(Prawirohardjo, 2007). Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta
rest merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga pengeluaran
lochea disertai darah lebih dari 7-10 hari. Dapat terjadi perdarahan baru setelah
pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi
pemeriksaan dalam terdapat pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau
membrannya (Manuaba, 2008). Tindakan penanganan meliputi pemasangan infus
profilaksis, pemberian antibiotik adekuat, pemberian uterotonika (oksitosin atau
metergin), dan tindakan definitif dengan kuretase dan dilakukan pemeriksaan patologi-
anatomik (Notoatmodjo, 2008).
Jenis lochea pada masa nifas :
- Lochia Rubra (Cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selam dua hari masa persalinan.
- Lochia Sanguilenta: berwarna coklat, sedikit darah dan lender. Hari ketiga sampai
ketujuh pasca persalinan.
- Lochia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ketujuh sampai
empat belas pasca persalinan.
- Lochia Alba: cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan (Mochtar, 2004).
3. Pengecilan rahim terganggu (Sub involusi uterus)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram
saat setelah bersalin menjadi 40-60 gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu disebut sub involusi (Eny, 2009).
Pengobatan dilakukan dengan memberikan injeksi methergin ditambah ergometrin per oral. Bila
ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo,
2005).
4. Rasa sakit atau nyeri bagian bawah abdomen atau punggung.
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas seperti peritonitis.
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium. Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya
endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis
pelvika. Selanjutnya pada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis mengeluarkan nanahnya ke
rongga paritonium dan menyebabkan peritonitis (Prawirihardjo, 2007).
Pengobatan dilakukan dengan pengisapan nasogastrik, pasang infuse intravena, berikan kombinasi
antibiotik sampai ibu tidak demam selama 48 jam ( ampisilin 2 g melalui intravena setiap 6 jam,
ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui intravena setiap 24 jam, ditambah metronidazol
500 mg melalui intravena setiap 8 jam) (Pamilih, 2006).
5. Pusing yang terus menerus dan lemas yang berlebihan.
Menurut Manuba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada masa nifas, pusing bisa
disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol >140 mmHg dan diastole >110 mmHg). Lemas yang
berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya
istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol
<100 mmHg diastole <60 mmHg). Penanganan gejala tersebut adalah :
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
- Makan dengan diit berimbang untuk mandapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup.
- Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
- Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.
- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar vitaminnya pada
bayinya.
- Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
6. Pre-eklampsia dan eklampsia
Menurut Shennan & Chappell (dalam Chapman, 2006), Pre-eklampsia adalah kondisi khusus
dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD=140/90 mmHg) dan proteinuria.
Bisa berhubungan dengan kejang (eklampsia) dan gagal organ ganda pada ibu, sementara
komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrupsio plasenta. Tanda dan gejala
seperti: nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta nyeri ulu hati,
sakit kepala parah/terus menerus, gangguan penglihatan/kabur, mual dan muntah, edema pada
wajah, jari-jari atau tangan dan rasa sakit, merah, atau bengkak dibagian betis atau kaki.
Dikatakan eklampsia bila sudah terjadi kejang. Kalau hanya gejala atau tanda-tandanya saja
dikatakan preeklampsia. Gangguan ini merupakan penyebab kematian ibu yang nomor satu.
Penyebab dari eklampsia dan pre-eklampsia belum dapat diketahui secara pasti. Ada yang
mengatakan akibat kekurangan asam arakidonat dari kacang-kacangan, ada juga yang menduga
akibat stres pada ibu dan faktor emosional lainnya. Selama masa nifas di hari ke 1 sampai 28, ibu
harus mewaspadai munculnya gejala preeklampsia. Jika keadaannya bertambah berat bisa terjadi
eklampsia, dimana kesadaran hilang dan tekanan darah meningkat tinggi sekali. Akibatnya,
pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi oedema pada paru-paru yang memicu batuk berdarah.
Semuanya ini bisa menyebabkan kematian (Hutahaean, 2009).
7. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa tidak enak badan lebih
dari 2 hari.
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit meningkat antara 37,20C-

37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi, hal ini adalah

normal, disebut demam reabsorbsi. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut
selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi (Mochtar, 2002). Infeksi nifas merupakan masuknya
bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, kenaikan suhu sampai 38ºC atau selama
2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Etiologi:
organisme pada bekas implantasi
plasenta atau laserasi akibat persalinan adalah Kuman Anaerob: kokus gram positif
(peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan clostridium) dan Kuman Aerob: gram positif dan E.
Coli (Rukiyah, dkk, 2011).
Penanganan umum bila terjadi demam :
- Istirahat baring.
- Rehidrasi peroral atau infuse.
- Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.
- Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok harus waspada
untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat
(Prawirohardjo, 2002).
8. Infeksi payudara
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara (mastitis).
Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu pertama pasca persalinan, tetapi biasanya tidak
sampai melewati minggu ke 3 atau ke 4 (Prawirohardjo, 2008). Gejala awal mastitis adalah demam
yang disertai menggigil (temperatur >40ºC), nyeri, takipnea, dan takikardia. Pada pemeriksaan
payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan disertai rasa
nyeri (Prawirohardjo, 2008). Penyebabnya antara lain: kuman/bakteri: Staphilococcus Aureus,
Hemolitic Streptococcus, teknik menyusui yang tidak tepat, penggunaan sabun pada puting susu.
Abses payudara seperti keluarnya cairan purulent (putih kekuningan) pada puting payudara, massa
atau area berwarna kemerah-merahan pada area abses. Implikasi/dampak pada Ibu: perasaan sangat
sakit, nyeri, tidak nyaman, kesulitan untuk menyusui, kerusakan jaringan payudara menetap, dan
perasaan kecewa/putus asa membuat berhenti menyusui yang menimbulkan gangguan body image
(Maryunani, 2009). Penanganan utama mastitis:
- Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu bernanah (abses)
dan sepsis yang dapat terjadi bila penanganan terlambat, tidak cepat, atau kurang
efektif.
- Susukan bayi sesering mungkin.
- Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.
- Pemberian antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari.
- Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk mengeluarkan. nanah
dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa agar nanah dapat keluar terus.
9. Eliminasi BAK dan BAB terganggu
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil. Semakin lama urine
tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan,
misalnya infeksi. Biasanya, pasien menahan air kencing karena takut akan merasakan sakit pada
luka jalan lahir. Pasien harus diberikan motivasi dan diyakinkan bahwa kencing sesegera mungkin
setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi post partum. Yakinkan bahwa ia pasti mampu
menahan sakit pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil
berjuang untuk melahirkan bayinya.
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar karena semakin lama feses
tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar. Feses
yang tertahan dalam usus semakin lama akan mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses
akan selalu terserap oleh usus. Kita harus dapat meyakinkan pasien untuk tidak takut buang air
besar karena buang air besar tidak akan menambah parah luka jalan lahir. Untuk meningkatkan
volume feses, anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan banyak minum air putih (Hutahaean;
Sulistyawati, 2009).
10. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
11. Rasa sakit, merah, nyeri tekan, dan/atau pembengkakan kaki.
12. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri.
13. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
14. Depresi masa nifas (depresi postpartum)
Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini disebabkan oleh kesibukannya yang
mengurusi anak-anak sebelum kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri,
seorang ibu cepat murung, mudah marah-marah (Eny, 2009). Gejala-gejala depresi masa nifas
adalah :
- Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur .
- Nafsu makan hilang.
- Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
- Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
- Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
- Pikiran yang menakutkan mengenai bayi.
- Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
- Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.
Jika ditemukan salah satu tanda bahaya di atas, maka segera bawa Ibu nifas ke fasilitas kesehatan
(Puskesmas atau Rumah Sakit).

Depresi Postpartum
Depresi postpartum merupakan perasaan tidak nyaman yang dialami wanita pasca
melahirkan yang bisa disebabkan oleh hormon-hormon dan gangguan psikologi.
Penyebabnya ada beberapa hal, di antaranya yaitu lingkungan tempat melahirkan yang kurang
mendukung, perubahan hormon yang cepat, dan keraguan terhadap peran yang baru. Ibu yang
mengalami depresi postpartum dapat dikenal dari beberapa gejala yaitu: sering merasa marah,
sedih yang berlarut-larut, kurang nafsu makan, terlalu mencemaskan keadaan bayinya.
Depresi di masa nifas seharusnya dikenali oleh suami dan juga keluarga. Hal ini
dikarenakan pengaruh perubahan hormonal, adanya proses involusi dan ibu kurang tidur serta
lelah karena mengurus bayi dan sebagainya. Depresi juga biasanya timbul jika ibu dan
keluarganya mengalami konflik rumah tangga, anak yang lahir tak diharapkan,
keadaan sosial ekonominya lemah atau trauma karena telah melahirkan anak cacat.
Menurut Reva Rubin dalam Sulistyawati (2009), periode adaptasi psikologis ibu masa nifas
dibagi menjadi 3 bagian: 1) Periode “taking in”, 2) Periode “taking hold”, dan 3) Periode “letting
go”.
Periode “taking in” meliputi: periode ini terjadi sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Ia akan
mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu melahirkan. Tidur tanpa gangguan
sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat. Peningkatan,
nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan
proses laktasi aktif. Dalam memberikan asuhan, harus dapat memfasilitasi kebutuhan psikologis
ibu. Pada tahap ini, dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya.
Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu sehingga
dapat berhasil melahirkan anaknya. Harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi
ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan permasalahan yang
dihadapi. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang
dilakukan oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karena kurangnya jalinan
komunikasi yang baik dengan pasien.
Periode “taking hold” meliputi: periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post
partum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan
fungsi tubuhnya, BAB, BAK serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya. Ibu berusaha keras
untuk menguasai keterampilan perawatan bayi misalnya: menggendong, memandikan,
memasang popok dan sebagainya. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa
tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut. Pada tahap ini, harus tanggap terhadap
kemungkinan perubahan yang terjadi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk
memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu diperhatikan teknik
bimbingannya jangan sampai menyinggung perasaan atau membuat perasaan ibu tidak
nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata “jangan begitu” atau “kayak gitu salah”
pada ibu karena hal itu akan sangat menyakiti perasaannya dan akibatnya ibu akan putus
asa untuk mengikuti bimbingan yang berikan.
Periode “letting go” meliputi: periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang
ke rumah. Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia
harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal
ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial. Depresi
post partum umumnya terjadi pada periode ini (Hutahaean, 2009; Rukiyah, dkk, 2011).
Lampiran 5 Pernyataan Menjadi Respoden
PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth.Ibu Responden
Di tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyusunan Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat (Penkes),
kami Mahasiswa Program Profesi Ners angkatan XXXVIII Universitas Padjadjaran Stase
Maternitas Kelompok 2 akan melakukan Pendidikan Kesehatan dengan judul “ Gambaran
Tingkat Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Tanda Bahaya Nifas Sebelum dan Sesudah
diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan di Ruang Jade RSUD dr. Slamet Garut”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Ibu sebagai responden,
kerahasiaan semua informasi yang ibu berikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan peneliti. Untuk itu, kami mohon kesediaan ibu sebagai responden,
menandatangani yang saya ajukan dalam penelitian ini. Atas perhatian dan kesediaan ibu
sebagai responden, saya ucapkan terimakasih.
Garut, Oktober 2019
Hormat Kami,

Peneliti
Lampiran 6 Informed Consent
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama (inisial) :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia dengan sukarela menjadi responden dan menjawab pertanyaan
dengan sejujur-jujurnya terhadap penelitian ini yang berjudul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Tanda Bahaya Nifas Sebelum dan Sesudah diberikan
Intervensi Pendidikan Kesehatan di Ruang Jade RSUD dr. Slamet Garut”. Saya berharap
jawaban yang saya berikan dijaga kerahasiannya. Demikian surat pernyataan ini saya buat
dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.
Garut, Oktober 2019

Responden
Lampiran 7 Kuesioner
KUESIONER PENDIDIKAN KESEHATAN PADA IBU POSTPARTUM
TERKAIT PENGETAHUAN IBU TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA MASA NIFAS
DI RUANG RAWAT INAP JADE RSUD DR SLAMET GARUT

Nama Responden :
Kode
POD :
Tanggal pengambilan data :

Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pernyataan ini dengan menggunakan tanda check list (√) pada jawaban
yang benar menurut anda.
2. Bila ada yang kurang dimengerti, dapat ditanyakan kepada peneliti.

I. Data Demografi
1. Usia :
( ) < 20 Kode
( ) 20 – 35
( ) > 35
2. Paritas/Jumlah anak :
3. Pendidikan :
( ) SD ( ) S1
( ) D-III ( ) SMA
( ) SMP
4. Agama :
( ) Islam ( ) Kristen
( ) Hindu ( ) Budha
5. Suku :
( ) Jawa
( ) Sunda
( ) Minang
( ) Batak
( ) Aceh
( ) Lainnya……..
6. Pekerjaan :
( ) Pegawai PNS/Swasta
( ) Wiraswasta
( ) IRT
7. Penghasilan Keluarga :
( ) ≤ Rp. 500.000/bulan
( ) Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000/bulan
( ) ≥ Rp. 1.000.000/bulan
II. PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA MASA NIFAS
(IBU MELAHIRKAN)

Petunjuk Pengisian
Jawablah pertanyaan berikut dengan menggunakan tanda silang (x) memilih
salah satu jawaban yang menurut ibu benar.

Demam
1. Tanda-tanda bahaya pada ibu setelah melahirkan adalah………..
A. Demam dan perdarahan
B. Payudara yang membengkak
C. Nyeri rahim setelah menyusui
D. Air susu belum keluar setelah melahirkan
2. Penyebab infeksi pada ibu setelah melahirkan adalah………….
A. Darah kotor
B. Kuman
C. Nyeri luka jahitan
D. Keluar rumah sebelum 40 hari
3. Faktor yang menyebabkan terjadinya demam pada ibu setelah melahirkan
adalah……….
A. Kurang minum
B. Kurang istirahat
C. Infeksi vagina
D. Kurang bergerak Perdarahan Pervaginam Postpartum
4. Berikut ini yang menyebabkan terjadinya perdarahan pada 2 jam pertama setelah
melahirkan adalah…………..
A. Terlalu lelah mengedan
B. Tidak banyak bergerak
C. Tertinggalnya sisa ari-ari
D. Berat badan bayi yang cukup besar
5. Jika penggantian pembalut sampai 2 kali dalam setengah jam setelah melahirkan
adalah tanda dari………..
A. Demam
B. Perdarahan
C. Infeksi payudara
D. Depresi setelah melahirkan
6. Berapa kali penggantian pembalut jika terjadinya perdarahan dalam setengah jam
pada ibu setelah melahirkan adalah…………...
A. 1 kali
B. 2 kali
C. 3 kali
D. 4 kali

Pre-eklampsia dan Eklampsia


7. Tekanan darah yang dianggap tinggi pada ibu setelah melahirkan?
A. 110/60
B. 120/70
C. 130/80
D. 140/90
8. Tanda bahaya pada ibu setelah melahirkan jika terjadi tekanan darah tinggi
adalah………..
A. Nyeri ulu hati, sakit kepala, penglihatan kabur
B. Sakit kepala, mual muntah, sakit, susah tidur
C. Penglihatan kabur, nyeri perut, sakit saat menelan
D. Mual muntah, sakit saat menelan, penglihatan kabur
9. Bagian tubuh yang dapat dilihat dan dirasakan jika terjadi tekanan darah tinggi pada
ibu setelah melahirkan adalah…………
A. Ada benjolan
B. Memar
C. Bengkak pada kaki dan betis
D. Luka

Infeksi Payudara
10. Berikut ini yang menyebabkan infeksi payudara ibu setelah melahirkan adalah…………
A. Sering menyusui
B. Demam
C. Kuman
D. Payudara bengkak
11. Yang menyebabkan payudara ibu menjadi bengkak adalah………….
A. Infeksi payudara
B. Nyeri saat menyusui
C. Tersumbatnya air susu ibu
D. Kanker payudara
12. Yang dirasakan ibu jika mengalami infeksi payudara adalah…………
A. Kesulitan saat menyusui
B. Payudara bengkak
C. Payudara kemerah-merahan
D. Sakit dan nyeri saat menyusui Eliminasi: BAK dan BAB
13. Penyebab sulitnya ibu buang air besar setelah melahirkan adalah………
A. Sering makan buah
B. Sering minum air putih
C. Kurang makan sayur dan buah
D. Sering makan sayur
14. Penyebab sulitnya ibu buang air kecil setelah melahirkan adalah………..
A. Perdarahan
B. Adanya luka jahitan di jalan lahir
C. Demam
D. Kurang bergerak
15. Dampak bagi ibu yang kurang makan sayur dan buah setelah melahirkan
adalah…………
A. Lancar saat buang air besar
B. Sakit saat buang air besar
C. Sulit buang air besar
D. Mencret

Depresi Postpartum
16. Berikut ini yang menyebabkan ibu menjadi stress berlebihan setelah melahirkan
adalah………….
A. Bayi menangis
B. Nafsu makan meningkat
C. Sedih yang berlarut-larut
D. Tidak siap menjadi seorang ibu
17. Tanda-tanda stress berlebihan pada ibu setelah melahirkan adalah……….
A. Sering marah dan sedih berlarut-larut
B. Bentuk tubuh menjadi gemuk
C. Terlalu mencemaskan keadaan bayi dan bentuk tubuhnya
D. Nafsu makan meningkat
18. Suasana hati ibu yang baik setelah melahirkan adalah ………….
A. Khawatir akan tubuh menjadi gemuk
B. Sedih
C. Menceritakan pengalaman melahirkan berulang pada orang lain
D. Nafsu makan meningkat
Lampiran 8 Pengeluaran

Anda mungkin juga menyukai