Anda di halaman 1dari 10

Rabu, 03 September 2014

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI


SALURAN KEMIH
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH

1.       PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius adalah infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan
atau tanpa disertai dengan gejala, (Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Vol. 2, halaman: 1428).
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius merupakan suatu
keadaan dimana terdapat bakteriuria yaitu mikroorganisme pathogen 105/ml
pada urine pancarann tengah yang dikumpulkan secara benar, (Price and
Wilson, Patofisiologi Edisi 6 Vol. 2, halaman: 918).
Jadi infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi pada saluran perkemihan
yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen yang ditandai terdapatnya
105/ml bakteri pathogen dalam urine seseorang.
2.        ETIOLOGI
a.         Faktor Resiko
1)   Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria.
2)   Memiliki riwayat penyakit menular seksual
3)   Kateterisasi
b.         Faktor Predisposisi
1)   Bakteri Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphylococcus saprophyticus.
2)   Terganggunya glikosaminoglikan
3)   Refluks uretrovesikal
4)   Refluks ureterovesikal
5)   Obstruksi aliran urin
c.         Faktor Presipitasi
1)   Hygiene buruk.
2)   Cara membasuh alat kelamin yang salah
3)   Sering menahan kencing

3.        PATOFISIOLOGI
Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria karena uretra pada wanita lebih pendek dan memiliki
jarak yang dekat dengan anus sehingga bakteri pathogen mudah masuk ke uretra.
Infeksi menular seksual yang biasa menyebabkan ISK adalah infeksi herpes virus genital ditularkan
melalui hubungan seksual selama periode simptomatik maupun asimptomatik saat virus dilepaskan oleh
pasangannya. Pecahnya lesi dapat menyebabkan peradangan meatus dan disuria. Vesikel dapat muncul pada
mukosa uretra. Beberapa genotip HVP telah diketahui dapat meningkatkan resiko keganasan. Kutil intra uretra
dapat menyebabkan sekret uretra, disuria, sekret yang berdarah, atau hematuria. Kutil yang menyebar intrauretra
dapat melibatkan kandung kemih dan ureter.
Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana masuknya agent atau
mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh, untuk itu perlu dilakukan penggantian kateter dan perawatan kateter.
Selang kateter bagian luar (yang terhubung dengan kantong urin) dalam keadaan terbuka dan bersentuhan
dengan lingkungan luar. Bakteri pathogen menempel pada selang bagian luar tersebut dan bakteri pathogen
menjadikannya sebagai jembatan masuk ke saluran perkemihan.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.
Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada
dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
a.         Secara asending yaitu:
1)   Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra
yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat
miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter).
2)   Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
b.         Secara hematogen yaitu:
Sering terjadi pada  pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi
secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Glikosaminoglikan merupakan anti-lekat bakteri, sehingga bakteri tidak bisa melekat pada dinding-dinding
saluran perkemihan dan kandung kemih. Namun karena glikosaminoglikan terganggu fungsinya oleh agen
tertentu seperti siklamat, asparmat, sakarin, dan metabolit triptopan maka glikosaminoglikan tidak menjadi anti-
lekat yang sempurna.
Refluks uretrovesikal merupakan aliran balik urin dari uretra  ke kandung kemih. Ketika mengejan vesika
urinaria akan berkontraksi sehingga mendorong urin menuju uretra, namun ketika selesai mengejan urin balik
dari uretra ke vesika urinaria. Dengan baliknya urin ke vesika urinaria, bakteri  yang terdapat pada anterior
uretra masuk ke dalam saluran kencing.
Refluks ureterovesikal merupakan aliran balik urin  dari vesika urinaria atau kandung kemih ke ureter. Hal
ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau abnormalitas ureteral yaitu rusaknya katup ureterovesikal,
katup yang membatasi ureter dengan vesika urinaria. Rusaknya katup tersebut mengakibatkan aliran balik urin
yang terkontaminasi bakteri pathogen ke ureter.
Obstruksi aliran urin yang terletak disebelah proksimal dari vesika urinaria dapat mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan pada pelvis ginjal dan ureter.  Hal ini mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal
(hidronefrosis) yang disebabkan oleh  jaringan parut pada vesika urina ginjal dan uretra, batu ginjal, neoplasma,
hipertrofi prostat. Tersumbatnya aliran urin mengakibatkan bakteri pathogen berkembang biak di dalam saluran
kencing sehingga akan menginfeksi seluran kencing tersebut.
Kebersihan alat kelamin yang buruk mengakibatkan area tersebut lembab sehingga bakteri pathogen
berkembang biak disana. Tidak tertutup kemungkinan bakteri akan masuk melalui meatus uretra dan naik ke
saluran kemih bagian atas.
Cara membasuh alat kelamin dan anus yang salah pada saat buang air besar dapat menyebabkan
kontaminasi fekal pada traktus uretra. Mikroorganisme dari anus akan naik ke uretra dan menginfeksi saluran-
saluran urinaria. Cara membasuh yang benar adalah satu arah dari atas ke bawah (dari kelamin ke anus), bukan
dari anus naik  ke kelamin atau bukan dengan gerakan naik turun.
Saat seseorang menahan buang air kecil, maka kandung kemih akan melar atau meregang, hal ini akan
membuat pompa di kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan baik saat buang air kecil. Sehingga tak jarang
banyak orang yang baru selesai buang air kecil, tak lama kemudian akan timbul kembali rasa ingin pipis. Urine
yang tersisa banyak di kandung kemih membuat saluran tersebut mudah terkena infeksi. Tapi jika akibat
menahan tersebut membuat pompa kandung kemih memberikan tekanan yang tinggi, maka bisa mengakibatkan
kerusakan ginjal.

4.        MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada infeksi saluran kemih sangat bervariasi bahkan tidak menimbukan gejala apapun.
Pada infeksi saluran kemih bagian bawah (sistisis) mencakup:
a.         Nyeri yang sering
b.         Rasa panas ketika berkemih
c.         Kadang-kadang disertai spasme pada kandung kemih dan area suprapubis
d.        Hematuria
e.         Nyeri punggung
f.          Peningkatan frekuensi berkemih
g.         Perasaan ingin berkemih
h.         Adanya sel-sel darah putih dalam urin
i.           Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.

5.        KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:
a.         Batu saluran kemih
b.         Obstruksi saluran kemih
c.         Sepsis
d.        Infeksi kuman yang multisystem
e.         Gangguan fungsi ginjal
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang adalah terjadinya
renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik.
ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati akan menyebabkan:
a.         Pielonefritis
b.         Bayi premature
c.         Anemia
d.        Pregnancy-induced hypertension
Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan:
a.         Retardasi mental pada bayi,
b.         Pertumbuhan bayi lambat
c.         Cerebral palsy
d.        Fetal death.

6.        PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.         Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih,
antara lain :
1)        Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah, pungsi suprapubik,
dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki  dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka
cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan
adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong
steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik,
walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG
untuk memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a)        Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai penyakit glomeruler
maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
b)        Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000
leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin
yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin
atau > 10.000 per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
(1)      Infeksi tuberkulosis
(2)      Urin terkontaminasi dengan antiseptik
(3)      Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
(4)      Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
(5)      Nefrolitiasis
(6)      tumor uroepitelial
c)        Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain:
(1)      Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal.
(2)      Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis
(3)      Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis akut
(4)      Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersamaan dengan proteinuria
nefrotik.
d)  Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e)   Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran kemih, lebih sering
hanya disebabkan oleh kontaminasi.

2)        Bakteriologis
a)   Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram.
Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
b)   Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila
ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna

Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin


Aspirasi supra pubik >  100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml
Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa  ISK  pada anak-anak sudah dapat ditegakkan bila
ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml urin yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et
al. menyatakan bahwa ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin masih
diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang, terutama
bila anak belum diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.
b.         Radiologis dan Pemeriksaan Penunjang Lainnya
          Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis
yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielografi
intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

7.        PENATALAKSANAAN
a.         Keperawatan
1)   Mengobservasi TTV pasien tiap 6 jam.
2)   Menganjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin
naik ke uretra.
3)   Mengkaji skala nyeri pasien dengan metode PQRST.
4)   Mengajarkan teknik manajemen nyeri distraksi (menonton TV, mengobrol) dan relaksasi (nafas dalam).
5)   Memberikan HE.
6)   Mengukur dan catat pengeluaran urine setiap kali berkemih.

b.         Medis
               Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara
efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina.
Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
1)    Terapi antibodika dosis tunggal
2)   Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
3)   Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
4)   Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.penggunaan medikasi
yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm,smz, bactrim, septra),
kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini. pyridium, suatu
analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan akibat infeksi. Dan dianjurkan
untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke
uretra,untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh
bakteri feces.

8.        ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


a.         Pengkajian
Pengkajian focus yang biasa dilakukan untuk mengkaji keluhan pasien dengan ISK antara lain:
1)        Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.
2)        Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a)    Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b)   Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3)        Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
a)    Bagaimana dengan pemasangan kateter?
b)   Imobilisasi dalam waktu yang lama.
c)    Apakah terjadi inkontinensia urine?
4)        Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
a)    Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi faktor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan,
frekuensi, dan jumlah) 
b)   Adakah disuria?
c)    Adakah urgensi?
d)   Adakah darah sewaktu berkemih?
e)    Adakah hesitancy?
f)    Adakah bau urine yang menyengat?
g)   Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
h)   Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
i)     Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
j)     Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5)        Pengkajian psikologi pasien:
a)    Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
b)   Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya?

Analisa Data

Data Subyektif Data Obyektif Masalah


        Pasein mengatakan nyeri         Pasien terlihat meringis saat Nyeri
saat berkemih buang air kecil
        Pasien mengatakan nyeri         Pemeriksaan PQRST:
saat perkusi panggul
P:
Q:
R:
S:
T:
      Pasien mengatakan       Urin pasien berwarna keruh, Gangguan eliminasi
kencingnya tersendat-sendat terdapat darah, purulent. urinarius
      Pasien mengatakan sering       Hasil pemeriksaan lab
ingin buang air kecil, tapi adanya bakteri pathogen
urinnya tidak keluar
      Pasien me
        Pasien mengatakan         Suhu tubuh pasien Hipertermia
badannya panas meningkat 38-390C
        Pasien mengatakan susuah         Mata pasien terlihat lelah Insomnia
tidur di malam hari dan merah
        Pasien mengatakan hanya         Terdapat lingkar hitam pada
bisa tidur 2 sampai 3 jam / mata
hari
        Pasien mengatakan sering
terbangun di malam hari
        Pasien mengatakan tidak
bisa tidur siang
       Pasien mengatakan tidak        Pasien terlihat  bingung Defisiensi pengetahuan
paham tentang penyakitnya ketika ditanya tentang
penyakitnya
       Pasien mengatakan tidak
tahu tentang pengobatan
penyakitnya

b.        Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang muncul menurut NANDA 2009-2011.
1)        Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, zat kimia, dan psikologis.
2)        Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik, infeksi saluran kemih, penyebab
multiple, gangguan sensorik-motorik.
3)        Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
4)        Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, nyeri.
5)        Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, salah interpretasi informasi, tidak
familier dengan sumber informasi.

c.         Intervensi

Rencana Tujuan dan


Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil
Nyeri berhubungan Tujuan : Mandiri Mandiri
dengan agen cedera Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan tindakan nyaman, 1. meningkatkan relaksa
biologis, fisik, zatkimia, keperawatan ...x 24 jam diharapkan seperti pijatan punggung, menurunkan tegangan ot
dan psikologis. masalah nyeri dapat teratasi dengan lingkungan istirahat
kriteria hasil : 2. Bantu atau dorong 2. membantu mengarahk
ditandai dengan : 1.      Tidak nyeri waktu berkemih . penggunaan nafas berfokus kembali perhatian dan un
DS: relaksasi otot
2.      Tidak nyeri pada perkusi panggul 3. Berikan perawatan perineal 3. untuk mencegah
    Pasein mengatakan
nyeri saat berkemih kontaminasi uretra
4. Jika dipasang kateter 4. Kateter memberikan j
Pasien mengatakan
    
indwelling, berikan perawatan bakteri untuk memasuki
nyeri saat perkusi kateter 2 kali per hari kandung kemih dan naik
panggul kesaluran perkemihan.
5. Catat lokasi, lamanya 5. membantu mengevalu
intensitas skala (1-10) tempat obstruksi dan
DO: penyebaran nyeri. penyebab nyeri
6. Pantau haluaran urine
Pasien terlihat meringis
    
terhadap perubahan warna, bau 6. untuk mengidentifikas
saat buang air kecil dan pola berkemih, masukan indikasi kemajuan atau
dan haluaran setiap 8 jam dan penyimpangan dari hasil
Pemeriksaan PQRST:
     pantau hasil urinalisis ulang diharapkan
P:
Kolaborasi
Q:
1. Konsul dokter bila: Kolaborasi
R:
sebelumnya kuning gading- 1. Temuan- temuan ini d
S:
urine kuning, jingga gelap, memeberi tanda kerusak
         T:
berkabut atau keruh. Plak jaringan lanjut dan perlu
berkemih berubah, sering pemeriksaan luas
berkemih dengan jumlah
sedikit, perasaan ingin
kencing, menetes setelah
berkemih. Nyeri menetap atau
bertambah sakit
2. Berikan analgesic sesuai
kebutuhan dan evaluasi
keberhasilannya

2. analgesic memblok lin


nyeri sehingga menguran
nyeri

Gangguan eliminasi Tujuan : Mandiri Mandiri


urinarius berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Dorong meningkatkan 1. peningkatan hidrasi
dengan obstruksi keperawatan … x 24 jam pemasukan cairan membilas bakteri.
anatomik,  infeksi diharapkan masalah gangguan 2. Kaji keluhan kandung kemih 2. retensi urin dapat terja
saluran kemih, penyebab eliminasi urinarius dapat teratasi penuh menyebabkan distensi
multiple, gangguan dengan kriteria hasil : jaringan (kandung
sensorik-motorik. 1. Polaeliminasi membaik kemih/ginjal)
ditandai dengan : 2. tidak terjadi tanda-tanda 3. Observasi perubahan status 3. akumulasi sisa uremik
DS : gangguan berkemih (urgensi, mental, perilaku atau tingkat ketidak seimbangan elek
    Pasien mengatakan oliguri, disuria) kesadaran dapat menjadi toksik pad
kencingnya tersendat- susunan saraf pusat
sendat 4. Awasi pemasukan dan 4. memberikan informas
pengeluaran karakteristik urin tentang fungsi ginjal dan
Pasien mengatakan
    
adanya komplikasi
sering ingin buang air 5. untuk mencegah statis
kecil, tapi urinnya tidak 5. Kecuali dikontraindikasikan:
keluar
ubah posisi pasien setiap dua Kolaborasi :
jam 1. aamurin menghalangi
Kolaborasi : tumbuhnya kuman.
DO : 1. Lakukan tindakan untuk Peningkatan masukan sa
    Urin pasien berwarna memelihara asam urin: buah dapt berpengaruh d
keruh, terdapat darah, tingkatkan masukan sari buah pengobatan infeksi salur
purulent. berry dan berikan obat-obat kemih Awasi pemeriksaa
untuk meningkatkan aamurin. laboratorium; elektrolit,
Hasil pemeriksaan lab
    
kreatinin
adanya bakteri pathogen

Hipertermia Tujuan : Mandiri Mandiri


berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Jelaskan pada keluarga 2. pengetahuan yang me
proses penyakit. keperawatan ... x 24 jam tindakan perawatan yang akan memungkinkan klien dan
ditandai dengan diharapkan masalahhipertermia dilakukan. keluarga kooperatif terha
DS   : pasien dapat teratasi dengan kriteria tindakan keperawatan.
    Pasien mengatakan hasil : 2. penurunan panas dapa
badannya panas 1. Suhutubuhdalambatas normal dilakukan dengan cara
(360C – 370C) 2. Berikan kompres. konduksi melalui kompr
3. penurunan suhu dapat
DO   : dilkukan dengan teknik
Suhu tubuh pasien
     evaporasi
meningkat 38-390C 3. Anjurkan kepada pasien
untuk memakai baju yang tipis 4. hidrasi cairan yang cu
dan menyerap keringat untuk dapat menurunkan suhu
klien
4. Anjurkan kepada klien
untuk minum lebih banyak. Kolaborasi
1. antipiretik mengandung regime
Kolaborasi yang bekerja pada pusat
1. Kolaborasi dalam pemberin pengatur suhu di hipotala
antipiretik

Insomnia berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri


dengan keperawatan ... x 24 jam 1. Ajarkan teknik distraksi dan 1.  mengajarkan pasien
ketidaknyamanan fisik, diharapkan masalah insomnia relaksasi menarik napas dalam dan
nyeri pasien dapat teratasi dengan kriteria mengalihkan perhatian a
ditandai dengan hasil : membuat pasien lebih ril
DS: 1. Istirahat dan tidur adekuat 2. Libatkan keluarga untuk dan tidak memikirkan ra
    Pasien mengatakan 2. Tidak terbangun pada malam menemani pasien mengobrol nyerinya
susuah tidur di malam hari atau pun pada saat tidur
hari 3. Atur tata ruangan agar 2. agar pasien tidak mera
senyaman mungkin dan terjaga sendirian sehingga tidak
Pasien mengatakan
    
kebersihannya terlalu memikirkan
hanya bisa tidur 2 penyakitnya
sampai 3 jam / hari
3.agar pasien merasa nya
Pasien mengatakan
    
untuk beristirahat dan tid
sering terbangun di
malam hari
   Pasien mengatakan
tidak bisa tidur siang

DO :
Mata pasien terlihat
    
lelah dan merah
Terdapat lingkar hitam
    
pada mata

Kurangnya pengetahuan Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri


tentang kondisi, keperawatan ... x 24 jam 1. Kaji ulang proses penyakit 1. memberikan pengetah
prognosis, dan diharapkan masalahkurang dan harapan yang akan dasar dimana pasien dap
kebutuhan pengobatan pengetahuan pasien dapat teratasi datanng membuat pilihan
berhubungan dengan dengan kriteria hasil : beradasarkan informasi.
kurangnya sumber 1. Menyatakan dan mengerti 2. Berikan informasi tentang: 2. pengetahuan apa yang
informasi tentang kondisi, pemeriksaan sumber infeksi, tindakan untuk diharapkan dapat mengu
ditandai dengan diagnostic, rencana pengobatan, mencegah penyebaran, ansietas dan, membantu
DS: dan tindakan perawatan diri jelaskan pemberian antibiotic, mengembankan kepatuh
    Pasien mengatakan preventif. pemeriksaan diagnostic: klien terhadap rencan
tidak paham tentang tujuan, gambaran singkat, terapetik.
penyakitnya persiapan yang dibutuhkan
sebelum pemeriksaan,
Pasien mengatakan
    
perawatan sesudah 3. instruksi verbal dapat
tidak tahu tentang pemeriksaan dengan mudah dilupakan
pengobatan penyakitnya 3. Pastikan pasien atau orang
terdekat telah menulis
DO : perjanjian untuk perawatan
    Pasien terlihat  bingung lanjut dan instruksi tertulis 4.  Pasien sering
ketika ditanya tentang untuk perawatan sesudah menghentikan obat mere
penyakitnya pemeriksaan jika tanda-tanda penyaki
4. Instruksikan pasien untuk mereda. Cairan menolon
menggunakan obat  yang membilas ginjal. Asam
diberikan sebanyak kurang piruvat dari sari buah be
lebih delapan gelas per hari membantu mempertahan
khususnya sari buah berry keadaan asam urin dan
mencegah pertumbuhan
bakteri
5. Untuk mendeteksi isy
5. Berikan kesempatan kepada indikatif kemungkinan
pasien untuk mengekspresikan ketidak patuhan dan
perasaan dan masalah tentang membantu mengembang
rencana pengobatan. penerimaan rencana
terapeutik

a.         Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan. (Aziz, 2006).
b.        Evaluasi
1)   Nyeri teratasi
2)   Tidak mengalami gangguan eliminsi urin, urin lancar tanpa tersendat
3)   Suhu tubuh dalam rentang normal (360C – 370C)
4)   Istirahat dan tidur adekuat
5)   Klien mendapat pengetahuan baru dan mengerti tentang penyakit serta pengobatannya

9.      WOC
(Terlampir)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi  6 Volume 2.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai