Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Dermatitis”

Kelompok II:
Helda Mangowal
Lelianti Badoa
Cathrina Muani
Sinthia Lalogirot
Fane Kojongian
Injilio Rorong
Sania Menayang

Dosen Mata Kuliah:


Ns. Andro Runtu, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kelompok. Sehingga kelompok
dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah II dengan tepat waktu
dalam pembuatan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Dermatitis”.

Makalah ini disusun berdasarkan data yang telah kelompok kumpulkan


dari berbagai buku panduan yang ada serta dunia maya yaitu internet. Kelompok
menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu
dengan adanya bantuan dari berbagai pihak yang ikut serta. Kelompok ucapkan
terima kasih kepada dosen yang telah memberikan bimbingannya kepada
kelompok dan kepada semua pihak yang telah membantu kelompok dalam
menyusun makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kelompok telah berusaha menyajikan


semaksimal mungkin, namun kelompok menyadari masi banyak kekurangan
dalam makalah ini, maka kelompok mengharapkan masukan ataupun saran dari
Dosen pembimbing serta teman-teman lainnya dalam menyempurnakan penulisan
makalah kami agar berguna bagi semua pembaca.

Tomohon, Februari 2020

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan masalah........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Dermatitis ..................................................................... 2

B. Penyebab ....................................................................................... 2

C. Faktor …………………………………………………………... 3

D. Klasifikasi……………………………………………………….... 3

E. Patofisiologi…………………………………………………… .. .. 7

F. Pathway ………………………………………………….………... 8

G. Gejala Klinis……………………………………………………… 8

H. Pemeriksaan Diagnostik …………………………………………... 9

I. Konsep Asuhan Keperawatan……………………………………... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam


berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat
menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis
tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman
dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang
masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul
dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda.

Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar


merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri
dan fungsi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.
Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. (Arief Mansjoer.1998
”Kapita selekta”).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari dermatitis?

2. Apa penyebab dari dermatitis?

3. Apa saja klasifikasi dari dermatitis?

4. Apa saja faktor penyebab terjadinya dermatitis?

5. Apa saja ejala-ejala yang ditimbulkan oleh dermatitis?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai


respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal (Djuanda, Adhi, 2005).

Dermatitis adalah peradangan pada kulit (imflamasi pada kulit) yang


disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik (Brunner
dan Suddart 2000). Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai
oleh rasa gatal.

Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam


berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat
menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis
tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman
dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang
masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul
dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda.

B. Etiologi / Penyebab

Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar


merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri
dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.
Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. (Arief Mansjoer.1998
”Kapita selekta”)

5
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam,


basa), fisik (sinar matahari, suhu), mikroorganisme
(mikroorganisme, jamur).

2. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

C. Manifestasi Klinis

Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda


radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan,
edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan
fungsi kulit dan genitalia eksterna.

a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.

b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering


menjadi kusta.

c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul


dan likenefikasi.

Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak
awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

D. Klasifikasi

1. Dermatitis kontak

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan /


substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005).

Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu


seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen.
Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan

6
kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau
alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih
lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum,
kosmetik atau rumput.

Ada 4 bentuk dermatitis kontak yaitu :

a. Dermatitis kontak iritan

Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang


secara kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik.
Terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang
dengan iritan ringan selama waktu yang lama. Dermatitis ini
terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran
molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak,
kekerapan, gesekan dan trauma fisis, suhu serta kelembaban.
Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan,
misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat
menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah umur
8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari
pada kulit putih); jenis kelamin.

b. Dermatitis kontak alergik.

Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat


kontak kulit dengan bahan alergik ( bahan pelarut, deterjen,
minyak pelumas ). Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 – 14
hari. Reaksi hipersensitivitas tipe IV terjadi melalui 2 fase yaitu:

 Fase sensitisasi

Hapten masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum


akan ditangkap oleh sel langerhans dengan cara pinositosis dan
diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom. Pada awalnya sel
langerhans dalam keadaan istirahat, dan hanya berfungsi sebagai
makrofag dengan sedikit kemampuan menstimulasi sel T.
Terjadinya sensitisasi kontak tergantung pada sinyal iritan yang

7
dapat berasal dari alergen kontak sendiri dari ambang rangsang
yang rendah terhadap respon iritan, dari bahan kimia inflamasi
pada kulit yang meradang. Jadi sinyal bahaya yang menyebabkan
sensitisasi tidak berasal dari sinyal antigenik sendiri melainkan dari
iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan mengurangi iritasi akan
menurunkan potensi sensitisasi.

 Fase elisitasi

Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada


pajanan ulang alergen (hapten), hapten akan ditangkap sel
langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen, diikat
oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di permukaan kulit.
Selanjutnya kompleks HLA-DR-antigen akan dipresentasikan
kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun di
kelenjar limfe sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi
umumnya berlangsung antara 24-48 jam. Gambaran klinisnya
dapat berupa vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis,
edema intrasel, biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan.

c. Dermatitis kontak fototoksik

Merupakan dermatitis yang menyerupai tipe iritan tetapi


memerlukan kombinasi sinar matahari dan bahan kimia yang
merusak epidermis kulit. Gambaran klinis yang terjadi serupa
dengan dermatitis iritan.

d. Dermatitis kontak fotoalergik

Menyerupai dermatitis alergi tetapi memerlukan pajanan


cahaya disamping kontak alergen untuk menimbulkan reaktivitas
imunologik. Gambaran klinis serupa dengan dermatitis iritan.

8
2. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan


residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi
dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan
kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural.

Manifestasi klinik dimulai sejak selama kanak-kanak. Dalam


keadaan akut, yang pertama tampak kemerahan dan banyak kerak.
Pada bayi lesi kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang
yang lebih tua dan remaja, lesi tampak lebih sering muncul di tangan
dan kaki, di belakang lutut dan lipat siku. Gejala terbesar adalah
pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan
pembentukan lesi yang merupakan keluahan utama mencari bantuan.

3. Dermatitis numularis

Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi


berukuran sebesar uang logam, berbatas tegas, dengan efloresensi
berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah, dan
umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.

Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh sangat


gatal, lesi akut berupa vesikel dan papolu vesikel (0,3 – 1.0 cm)
kemudian membesar dengan cara berkonploensi atau meluas
kesamping. Membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam
(koin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Jumlah lesi
dapat 1 dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan
ukuran bervariasi mulai dari miliar – numular.

9
4. Dermatitis Statis

Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena


(atau hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)

Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan


kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat,
menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan
di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga
menjadi penyebab.

5. Dermatitis seboroik

Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor


konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan
aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis
mata dan di belakang telinga. Kulit terasa berminyak dan licin,
melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang telinga
serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang
yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.

6. Dermatitis medikamentosa

Adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang


digunakan untuk ruang kulit karen pemakaian internal obat-obatan atau
medikasi tertentu. Pada umumnya reaksi obat timbul mendadak, ruam
dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.

7. Neurodermatitis

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit


tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai

10
kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang
karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005). Timbul
karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar
dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul
saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang
terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan
tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.

E. Komplikasi

- Infeksi Bakteri

- Infeksi Virus

- Infeksi eksim vaccinatum

F. Patofisiologi

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh


iritan melalui kerja kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel epidermis.

Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan
kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir
semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan
atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan, gesekan, mempunyai
andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan dengan gejala diatas
dapat menimbulkan rasa nyeri yang timbul akibat lesi kulit, erupsi dan
gatal. Selain itu, dapat menimbulkan gangguan intergritas kulit dan
gangguan citra tubuh yang timbul karena vesikel kecil, kulit kering, pecah-
pecah dan kulit bersisik.

11
G. Pathway

H. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang

a. Pemeriksaan penunjang :

1) Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin


1/5000).

2) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi

b. Laboratorium

1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein


total, albumin, globulin

2) Urin : pemerikasaan histopatologi

c. Tes Tempel Terbuka.

Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah


belakang telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam.
Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka
adalah alergen yang menguap.

d. Tes Tempel Tertutup.

Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk


semacam plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana
bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung
atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.

e. Tes tempel dengan Sinar

Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai


fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu

12
bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen.
Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo.
Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam
ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar
ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk menghindari
efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi
dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa
menembus bahan tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini
sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila
masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel
merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak
perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam
obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak
24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan
kortikosteroid.

Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang


umumnya telah disediakan oleh International Contact dermatitis risert
group, unit uji tempel dan penderita maka dengan mudah dilihat perubahan
pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat
dari penderita diperlukan keterampilan khusus karena bila gegabah
mungkin akan merugikan penderita sendiri. Kadang-kadang hasil ini
merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif maka
penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup
dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak
negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya
dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang sudah
mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu. Tes in vitro
menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk
pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun
hal tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.

13
I. Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi

a) Terapi sitemik

Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan


atau edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut
atau kronik. Jenis-jenisnya adalah :

1) Antihistamin

Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek


sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat
pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi
antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A,
bradikinin dan asetilkolin.

2) Kortikosteroid

Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,


intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus
peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama
pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari
insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat
proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel
Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat
sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.

3) Siklosporin

Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T


penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1
dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit
serta menghambat ekspresi ICAM-1.

4) Pentoksifilin

14
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan
ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat
teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.

5) FK 506 (Takrolimus)

Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.


Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis
leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga
diberikan secara topikal.

6) Ca++ antagonis

Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya


seperti nifedipin dan amilorid.

7) Derivat vitamin D3

Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6


dan INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan.
Contohnya adalah kalsitriol.

8) SDZ ASM 981

Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang


tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih
baik daripada siklosporin

b) Terapi topical

Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum


pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres
terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin
rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut
diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin), bila kronik
berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi
bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.

c) Diet

15
Penatalaksanaan diet pada dermatitis msih merupakan masalah
yang kontriversional. Alergi makanan yang signifikan tidak diketahui
seganai penyebab dari dermatitis atau berapa persentase dari klien
dermatitis yang mempunyai alergi terhadap makanan. Diet pada
penyakit dermatitis adalah diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein).

1) Tujuan diet dermatitis:

Memberikan makanan secukupnya tanpa menimbulkan gejala


alergi, meringankan intensitas serangan, mengurangi frekuensi
serangan, Mencapai status gizi yang optimal.

2) Syarat diet dermatitis:

Tinggi Energi, protein, mineral dan vitamin sesuai dengan


kebutuhan. Tidak menggunakan bahan makanan yg disangka
menimbulkan alergi.

3) Bahan makanan yang dapat menimbulkan alergi:

Sumber zat tenaga : beras, gandum, cantel, havemut, jagung,


kentang, lombok, terong. Sumber zat pembangun : daging sapi, susu
sapi, ayam, kalkun, itik, burung dara dan telur hewan tsb., ikan
tawar, ikan laut, cumi, kerang, keong, kepiting, rajungan, udang,
belut, kura-kura,penyu, telur penyu, ular , kacang tanah,kacang
polong, kedelai dan hasil olahan. Sumber Zat Pengatur : daun selada,
bit, bawang merah,bawang putih, labu, ragi, semangka, kurma,
peterseli, brocoli,lobak,kol,anggur, apel, murbei, stroberi,kayu
manis, kakao, coklat

16
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis diperlukan


anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik
dan uji tempel. Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis
juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan
terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan
kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien.
Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit,
pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan
oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan
tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan
serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor
psikologik.

Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula


disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk
dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat
kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.
Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan
bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan
sangat membantu penegakan diagnosis.

Dermatitis kontak :

- Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama,

beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak

dengan bahan serupa.

- Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.

- Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat

17
yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya

lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.

- Rasa gatal.

- Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.

Dermatitis atopik :

erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-tempat tertentu


seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada penderita atau
keluarganya. Penderita dermatitis atopik mengalami efek pada sisitem imunitas
seluler, dimana sel TH2 akan memsekresi IL-4 yang akan merangsang sel Buntuk
memproduksi IgE, dan IL-5 yang merangsang pembentukan eosinofil. Sebaliknya
jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan kepekaan terhadap alergen kontak
menurun.

Dermatitis numularis :

merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran


sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.

Dermatitis medikamentosa :

adanya riwayat minum obat sebelumnya, setelah itu timbul reaksi obat
mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.

Neurodermatitis :

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik. Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul
saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi

18
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, perubahan pigmentasi,

penebalan epidermis dan kekakuan kulit.

b. Nyeri akut b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula,
garukan berulang

c. Ganguan citra tubuh b/d penyakit dermatitis.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Dx 1 : Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, perubahan pigmentasi,


penebalan epidermis dan kekakuan kulit.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kondisi kulit


klien menunjukkan perbaikan.

Kriteria hasil :

Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan
turunnya peradangan, ditandai dengan:

- Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit.

- Berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan,

berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah


rusak.

Intervensi :

- Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan


salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih
sering jika tanda dan gejala meningkat.

19
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit.
Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk
mencegah penguapan air dari kulit.

- Gunakan air hangat jangan panas.

Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan


meningkatkan pruritus.

- Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit


sensitive. Hindari mandi busa.

Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan


alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat
meningkatkan keluhan.

- Kolaborasi: oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2


atau tiga kali per hari.

Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.

Dx 2: Nyeri b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula,
garukan berulang.

Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam, rasa nyeri pasien
dapat berkurang

Kriteria Hasil:

- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.

- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.

- Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur atau istirahat dengan tepat.

Intervensi:

- Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas


skala nyeri (0-10 )

20
Rasional: dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk
intervensi selanjutnya.

- Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.

Rasional: membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau


mangalihkan perhatian klien dari nyeri.

- Kolaborasi: Berikan obat sesuai indikasi topikal maupun sistemik;


pentoksifilin

Rasional: pemberian obat membantu mengurangi efek peradangan.

Dx 3: Ganguan citra tubuh b/d penyakit dermatitis

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam pengembangan


peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai.

Kriteria Hasil :

- Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.

- Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.

- Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.

- Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.

- Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.

- Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik

untuk meningkatkan penampilan.

Intervensi :

- Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan


merendahkan diri sendiri).

21
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan
yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya
berpengaruh terhadap konsep diri.

- Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.

Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri


dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.

- Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.

Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.

- Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya.

Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan


kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi,
ketakutan merusak adaptasi klien .

- Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias,


merapikan.

Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

- Mendorong sosialisasi dengan orang lain.

Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

4. Implementasi

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan

Dx 1 : Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, perubahan pigmentasi,


penebalan epidermis dan kekakuan kulit.

22
- Meandikan Klien paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit.
Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi.
Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.

- Mengunakan air hangat jangan panas. Dengan mengunakan sabun


yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari
mandi busa.

- Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat:


oleskan/memberikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga
kali per hari.

Dx 2: Nyeri b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula,
garukan berulang.

- Mengobservasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan


intensitas skala nyeri (0-10 )

- Mengajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.

- Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai


indikasi topikal maupun sistemik; pentoksifilin

Dx 3: Ganguan citra tubuh b/d penyakit dermatitis

- Mengkaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak


mata,ucapan merendahkan diri sendiri).

- Mengidentifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.

- Memberikan kesempatan pengungkapan perasaan.

- Menilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya.

- Mendorong klien untuk bersosialisasi dengan orang lain.

23
5. Evaluasi

S: Semua yang dikatakan oleh klien

O: Semua yang dilihat dan di analisa oleh perawat

A: Analisa masalah dari perawat

P: Perencanaan dari masalah selanjutnya

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon


terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal (Djuanda, Adhi, 2005).

Dermatitis adalah peradangan pada kulit (imflamasi pada kulit) yang


disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik (Brunner
dan Suddart 2000).

B. Saran

Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan


merendahkan diri sendiri). Gangguan citra diri akan menyertai setiap
penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap
dirinya berpengaruh terhadap konsep diri. Identifikasi stadium psikososial
terhadap perkembangan.

25
Daftar Pustaka

-Doenges E, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC

-Djuanda, Adhi dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.

-Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit :
Media Aesculapius FKUI, Jakarta.Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 199).
Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

-Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

-Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI

26

Anda mungkin juga menyukai