Kelompok II:
Helda Mangowal
Lelianti Badoa
Cathrina Muani
Sinthia Lalogirot
Fane Kojongian
Injilio Rorong
Sania Menayang
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kelompok. Sehingga kelompok
dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah II dengan tepat waktu
dalam pembuatan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Dermatitis”.
Kelompok II
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
B. Penyebab ....................................................................................... 2
C. Faktor …………………………………………………………... 3
D. Klasifikasi……………………………………………………….... 3
E. Patofisiologi…………………………………………………… .. .. 7
F. Pathway ………………………………………………….………... 8
G. Gejala Klinis……………………………………………………… 8
A. Kesimpulan ............................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Etiologi / Penyebab
5
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
C. Manifestasi Klinis
a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak
awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
D. Klasifikasi
1. Dermatitis kontak
6
kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau
alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih
lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum,
kosmetik atau rumput.
Fase sensitisasi
7
dapat berasal dari alergen kontak sendiri dari ambang rangsang
yang rendah terhadap respon iritan, dari bahan kimia inflamasi
pada kulit yang meradang. Jadi sinyal bahaya yang menyebabkan
sensitisasi tidak berasal dari sinyal antigenik sendiri melainkan dari
iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan mengurangi iritasi akan
menurunkan potensi sensitisasi.
Fase elisitasi
8
2. Dermatitis atopik
3. Dermatitis numularis
9
4. Dermatitis Statis
5. Dermatitis seboroik
6. Dermatitis medikamentosa
7. Neurodermatitis
10
kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang
karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005). Timbul
karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar
dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul
saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang
terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan
tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
E. Komplikasi
- Infeksi Bakteri
- Infeksi Virus
F. Patofisiologi
Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan
kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir
semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan
atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan, gesekan, mempunyai
andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan dengan gejala diatas
dapat menimbulkan rasa nyeri yang timbul akibat lesi kulit, erupsi dan
gatal. Selain itu, dapat menimbulkan gangguan intergritas kulit dan
gangguan citra tubuh yang timbul karena vesikel kecil, kulit kering, pecah-
pecah dan kulit bersisik.
11
G. Pathway
a. Pemeriksaan penunjang :
b. Laboratorium
12
bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen.
Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo.
Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam
ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar
ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk menghindari
efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi
dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa
menembus bahan tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini
sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila
masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel
merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak
perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam
obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak
24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan
kortikosteroid.
13
I. Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi
a) Terapi sitemik
1) Antihistamin
2) Kortikosteroid
3) Siklosporin
4) Pentoksifilin
14
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan
ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat
teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.
5) FK 506 (Takrolimus)
6) Ca++ antagonis
7) Derivat vitamin D3
b) Terapi topical
c) Diet
15
Penatalaksanaan diet pada dermatitis msih merupakan masalah
yang kontriversional. Alergi makanan yang signifikan tidak diketahui
seganai penyebab dari dermatitis atau berapa persentase dari klien
dermatitis yang mempunyai alergi terhadap makanan. Diet pada
penyakit dermatitis adalah diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein).
16
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dermatitis kontak :
- Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama,
beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak
17
yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya
- Rasa gatal.
Dermatitis atopik :
Dermatitis numularis :
Dermatitis medikamentosa :
adanya riwayat minum obat sebelumnya, setelah itu timbul reaksi obat
mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.
Neurodermatitis :
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik. Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul
saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi
18
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
b. Nyeri akut b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula,
garukan berulang
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan
turunnya peradangan, ditandai dengan:
Intervensi :
19
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit.
Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk
mencegah penguapan air dari kulit.
Dx 2: Nyeri b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula,
garukan berulang.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam, rasa nyeri pasien
dapat berkurang
Kriteria Hasil:
Intervensi:
20
Rasional: dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk
intervensi selanjutnya.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
21
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan
yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya
berpengaruh terhadap konsep diri.
- Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya.
4. Implementasi
22
- Meandikan Klien paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit.
Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi.
Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Dx 2: Nyeri b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula,
garukan berulang.
- Menilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya.
23
5. Evaluasi
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
25
Daftar Pustaka
-Djuanda, Adhi dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
-Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit :
Media Aesculapius FKUI, Jakarta.Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 199).
Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
-Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI
26