Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, penulis memuji-Mu atas berkat dan karunia yang Engkau
berikan kepada penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
dengan judul “Dermatitis”.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen yang telah
membimbing dan memberi arahan dalam penulisan makalah ini, juga kepada
rekan-rekan semua, yang telah mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan dari semua
pihak, untuk kesempurnaan penulisan makalah ini.Penulis berharap, dengan
membaca makalah ini, pembaca dapat semakin mengetahui tentang “Dermatitis”.

Palembang.13 Oktober 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 5

BAB II KONSEP MEDIS

2.1 Pengertian .................................................................................................................... 6

2.2 Anatomi dan fisiologi.................................................................................................. 6

a. Anatomi ................................................................................................................. 6
b. Fisiologi ................................................................................................................ 7

2.3 Etiologi ...................................................................................................................... 11

2.4 Patofisiologi dan Patoflow Diagram ......................................................................... 11

a. Patofisiologi ........................................................................................................ 11
b. Patoflow Diagram ............................................................................................... 12

2.5 Manifestasi Klinis ..................................................................................................... 13

2.6 Klasifikasi ................................................................................................................. 15

2.7 Pemeriksaan Diagnostic ............................................................................................ 16

2.8 Penatalaksanaan ........................................................................................................ 16

2.9 Discharge Planning ................................................................................................... 18

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Landasan Teori Asuhan Keperawatan ...................................................................... 20

2
3.2 Pembahasan Kasus .................................................................................................... 25

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 29

4.2 Saran .......................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan gatal.
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontak eksternal, yang menimbulkan
fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan) Dermatitis kontak dibagi menjadi
dua yaitu kontak iritan dan kontak alergi.

Dermatitis adalah suatu penyakit kulit (ekzema) yang menimbulkan


peradangan.Dermatitis alergika yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
adalah dermatitis atopik. Penyakit ini merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I
yang diperantarai oleh Imunoglobulin E. Prevalensi dermatitis atopik adalah 0,69
% dari semua bentuk ekzema dan kira-kira mengenai 2-3% anak. Karakteristiknya
adalah adanya rasa gatal, eritema dengan perubahan histologik dengan sel radang
yang bulat, dan edema epidermal spongiotik.Dermatitis ditemukan pada 70%
penderita dengan faktor predisposisi seperti asma, kongjungtivitis alergika,
rhinitis alergika, urtikaria, dan alergi makanan.
Perjalanan penyakit dermatitis atopik umumnya kronik dan sering
kambuh.Penyakit ini cenderung diturunkan (faktor genetik), tetapi faktor
lingkungan juga memegang peranan dalam perkembangan penyakit ini.Obat-obat
yang diberikan pada dermatitis atopik ini umumnya bertujuan untuk mengurangi
gejala penyakitnya.Contoh obat-obatan tersebut adalah kortikosteroid dan
antihistamin, namun sayangnya obat-obatan tersebut dapat menimbulkan berbagai
macam efek samping. Efek samping pemberian kortikosteroid akan menyebabkan
moon face, osteoporosis, tukak lambung, dan hipertensi. Pemberian antihistamin
menyebabkan vertigo, tinitus, insomnia, tremor, nafsu makan berkurang,
konstipasi, dan mulut kering.
Masyarakat sering menggunakan tumbuhan obat untuk mengatasi berbagai
penyakit, termasuk dermatitis.Salah satu tumbuhan obat yang digunakan untuk
mengurangi reaksi peradangan pada dermatitis tersebut adalah meniran.Pada

4
penelitian ini penulis meneliti efek meniran terhadap reaksi peradangan pada
dermatitis dengan menggunakan hewan coba mencit dengan menggunakan
ekstrak air dan etanol.Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah efek
2antiinflamasi herba meniran yang dilarutkan dalam pelarut n-heksana.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Medis dari penyakit Dermatitis ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan penyakit Dermatitis ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
system Integumen dan menambah Pengetahuan tentang penyakit
Dermatitis.

2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari pembuatan makalah ini adalah menambah wawasan
bagi perawat tentang penyakit Dermatitis dan agar perawat mampu
memberikan Asuhan Keperawatan dengan baik pada pasien dengan
penyakit Dermatitis.

5
BAB II

KONSEP MEDIS

2.1 Pengertian Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai


respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulka
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi ) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan
menjadi kronis.

2.2 Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi

6
b. Fisiologi

Lapisan kulit

Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan utama yaitu kulit ari
(epidermis ) dan kulit jangat ( dermis / kutis ). Kedua lapisan ini
berhubungan dengan lapisan yang ada dibawahnya dengan perantaraan
jaringan ikat bawah kulit ( hipodermis / subkutis ) dermis atau kulit
mempunyai alat tambahan atau pelengkap kulit.

1. Epidermis

Kulit ari atau epidermis adalah lapisan paling luar yang terdiri dari
lapisan epitel gepeng unsur utamanya adalah sel-sel tanduk (
keratinosin ) dan sel melanosit . lapisan epidermis tumbuh terus karena
lapisan sel induk yang berada di lapisan bawah bermitosis terus,
lapisan paling luar epidermis akan terkelupas atau gugur. Epidermis
tersusun oleh sel-sel epidermis terutama serat-serat kolagen dan sedikit
serat elastis. Kulit ari ( epidermis ) terdiri dari beberapa lapis sel. Sel-
sel ini berbeda dalam beberapa tingkat pembelahan sel secara mitosis.
Lapisan permukaan dianggap sebagai akhir keaktifan sel lapisan
tersebut, teridiri dari lima lapis yaitu :

a. Stratum korneum terdiri dari banyak lapisan sel tanduk ( keratinasi


), gepeng, kering dan tidak berinti. Sitoplasma diisi dengan serat
keratin, makin keluar letak sel makin gepeng seperti sisik lalu
terkelupas dari tubuh, yang terkelupas digantikan oleh sel yang lain.
Zat tanduk merupakan keratin lunak yang tersusun kimianya berada
dalam sel-sel keratin keras. Lapisan tanduk hampir tidak mengandung
air karena adanya penguapan air, elastisnya kecil dan sangat efektif
untuk pencegahan penguapan air dari lapisan yang lebih dalam.

b. Stratum lusidum teridiri dari beberapa lapis sel yang sangat gepeng
dan bening. Sulit melihat membran yang membatasi sel-sel itu

7
sehingga lapisanya secara keseluruhan tampak seprti kesaatuan yang
bening.Lapisan ini ditemuka pada daerah tubuh yang berkulit tebal.

c. Stratum granulosum terdiri 2-3 lapis sel poligonal yang agak


gepeng, inti di tengah, dan sitoplasma berisi butiran granula
keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini
menghalangi masuknya benda asing, kuman, dan bahan kimia kedalam
tubuh.

d. Stratum spinosum terdiri banyak lapisan sel berbentuk kubus dan


poligonal , inti terdapat ditengah dan sitoplasmanya berisi berkas-
berkas serat yang terpaut pada desmosom ( jembatan sel ) seluruh sel
terikat rapat lewat serat-serat itu sehingga secara keseluruhan lapisan
sel-selnya berduri . lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan
dari luar, harus tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak
bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan
pangkal telapak kaki.

e. Stratum malfigri unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan


kimia yang khas, inti bagian basal lapis taju mengandug kolesterol dan
asam-asam amino. Stratum malfigri lapisan terdalam dari epidermis
berbatasan dengan dermis dibawah, terdiri dari selapis sel berbentuk
kubus ( batang ). Desmosom banyak sekali pada membran sel
merupakan sel induk epidermis.Sel ini aktif bermitosis terus sampai
individu meninggal.Sebanding dengan terkelupasnya sel pada stratum
komeum, sel induk ini pun menggantikanya dengan ynang baru dari
bawah.Sejak terbentuk sampai terkelupas umur sel 15- 30 hari.

Gabungan stratum malfigri dan statum spinosum disebut stratum


germinatifum.Gabungan ini terletak bergelombang karena lapisan
demis dibawahnya membentuk tonjolan yang disebut papilia.Batas
germinatifum dengan dermis dibawahnya berupa lapisan tipis jaringan
pengikat yang disebut lamina basalis. Pada stratum malfighi , di antara
sel epidermis terdapat melanisit yaitu sel yang berisi pigmen melanin

8
yang berwarna coklat dan sedikit kuning. Pada orang berkulit hitam,
melanosit menerobos sampai ke dermis, melanosit ini mempunyai
tonjolan banyak, panjang, dan halus. Menyelusup diantara sel-sel
epidermis stratum germinatifum.

Warna kulit ditentukan oleh faktor warna kulitnya sendiri karena


kandungan karoten ( pigmen ) darah pada pembuluh darah dermis
memberikan warna kemerahan dan kandungan pigmen melanin
memberikan bayangan coklat. Melanin terletak dilapisan basal dan
bagian bawah lapisan taju.Melanosit bertebaran diantara keratinosit
lapis basal, lapis taju, dalam folikel rambut, dan jaringan ikat
dermis.Perbedaan warna kulit disebabkan oleh perbedaan jumlah dan
ukuran melanosom didalam keratinosit. Pigmentinosit bergantung pada
beberapa pengaruh termasuk faktor-faktor keturunan, hormon, dan
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi satuan melanin epidermis,
hormon pemacu melanosit MSH ( melanositstimulating hormone
)merangsang perpindahan melanosomkedalam cabang-cabang
sitoplasma melanosit dan keratinosit. Faktor lingkungan seperti
ultraviolet meningkatkan kegiatan enzim melanosit, meningkatkan
produksi melanin dan penimbuhanya didalam keratinosit sehingga
kulit menjadi cokelat.

sel langerhans adalah sel yang berbentuk bintang dengan banyak


cabang mirip dendrit terutama ada pada lapisan taju epidermis. Sel ini
tampak seperti sel bening, sitoplasma mengandung inklusi ( suatu sel
yang terpendam dalam sel ) mirip batang, disebut granula birbeck. Sel
ini juga terdapat dalam epitel mukosa mulut, sofagus, vagina, didalam
volikel rambut sebasea, kelenjar timus, dan limfonodus.

Sel merkel bertebaran didalam epidermis terlihat didekat stratum


germinativum dan berhubungan dengan ujung-ujung saraf intraepitel.
Bentuk intinya tidak teratur , sitoplasma mengandung berkas longgar
tonofilamen ( filamen halus pada sel ) , di sekitar banyak desmosom ,
fungsinya sebagai reseptor mekanisme karena sifat granulanya.

9
2. Dermis

Batas dermis ( kulit jangat ) yang pasti sukar ditentukan karena


menyatu dengan lapisan subkutis ( hipodermis ). Ketebalanya antara
0,5 – 3 mm. Beberapa kali lebih tebal dari epidermis dibentuk dari
komponen jaringan pengikat. Derival ( turunan ) dermis terdiri dari
bulu, kelenjar minyak, kelenjar lendir, dan kelenjar keringat yang jauh
memendam kedalam dermis.

kulit jangat bersifat ulet dan elastis yang berguna untuk melindungi
bagian yang lebih dalam pada perbatasan antara kulit ari ( epidermis )
yang disebut papil kulit jangat . papil jangat terdiri dari serat-serat
kolagen, serabut elastis dan serabut retikulin. Serat-serat ini bersama
pembuluh darah dan pembuluh getah bening membentuk anyaman-
anyaman yang yang memberikan perdarahan untuk kulit. Lapisan
dermis terdiri dari :

a. Lapisan papila mengandung lekuk-lekuk papila sehingga stratum


malfigri juga ikut melekuk. Lapisan ini mengandung lapisan pengikat
longgar membentuk lapisan bunga karang disebut lapisan startum
spongeosum. Lapisan papila terdiri dari kolagen halus, alastin, dan
retikulin,yang tersusun membentuk jaringan halus terdapat dibawah
epidermis . lapisan ini memegang peranan penting dalam peremajaan
dan penggandaan unsur-unsur kulit. Serat retulin dermis membentuk
alas dari serabut yang menyisip kedalam membran basal dibawah
epidermis pada umumnya papil-papil kulit jangat rendah tetapi pada
telapak kaki dan telapak tangan papil tinggi, tebal dan banyak
sehingga tampak berhimpit membentuk rigi-rigi yang menonjoldi
permukaan kulit ari dan membentuk pola sidik jari kaki dan tangan.
Setiap papil dibentuk oleh anyaman serabut halus yang mengandung
serabut elastin. Pada bagian ini terlihat lengkuk lengkuk kapiler dan
ujung-ujung saraf perasa.

10
b. Lapisan retikulosa mengandung jaringan pengikat rapat dan serat
kolagen.

Sebagian besar lapisan ini tersusun bergelombang, sedikit serat


rekulin, dan banyak serat elastin sesuai dengan arah jalan serat-serat
tersebut membentuk garis ketegangan- ketegangan kulit . bahan dasar
dermis merupakan bahan matrik amorf yang membenam pada serat
kolagen, elastin, dan turunan kulit. Glikosaminogglikans utama kulit
adalah asam hialuronat, rematan sulfat dengan perbandingan yang
beragam diberbagai tempat, dan bahan dasar ini sangat
hidrofolik.Lapisan ini terdiri dari anyaman jaringan ikat yang lebih
tebal. Dalam lapisan ini ditemukan sel-sel fibrosa, dan sel histiosid,
pembuluh darah pembuluh getah bening saraf, kandung rambut
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak
rambut.

Unsur utama sel dermis adalah fibroblas dan makrofag, juga


terdapat sel lemak yang berkelompok. Di samping itu juga sel jaringan
ikat bercabang, berpigmen pada lingkungan epidermis yang banyak
mengandung pigmen (mis.,areola mamae dan sekitar anus ).Serat otot
polos dijumpai didalam dermis tersusun membentuk berkas yang
dihubungkan dengan folikel. Rambut betebaran diseluruh bdermis
dalam jumlah yang cukup banyak pada kulit, puting susu, penis,
skrotum, dan sebagian perineum. Kontraksinya menyebabkan kulit
daerah yang bersangkutan mengerut.

3. Hipodermis

Lapisan bawah kulit (fasia super fisialis) terdiri dari jaringan


pengikat longgar.Komponenya serat longgar, elastis, dan sel
lemak.Pada lapisan adiposa terdapat susunan lapisan subkutan yang
menentukan mobilitas kulit diatasnya.Bila terdapat lobulus lemak yang
merata di hipodermis membentuk bantalan lemak yang disebut
panikulus adiposus.Pada daerah perut, lapisaan ini dapat mencapai

11
ketebalan 3cm.Pada kelopak mata, penis, dan skrotum lapisan tidak
mengandung lemak.Bagian super fisial hipodermis mengandung
kelenjar keringat dan folikel rambut.

dalam lapisan hipodermis terdapat anyaman pembuluh


arteri,pembuluh vena, anyaman syaraf yang berjalan sejajar dengan
permukaan kulit dibawah dermis . lapisan ini mempunyai ketebalan
bervariasi dan mengikat kulit secara longgar terhadap jaringan
bawahnya.

2.3 Etiologi
1. Dari luar ( eksogen )
- Bahan kimia ( detergen, asam, basa, oil, semen )
- Fisik ( sinar, suhu )
- Mikroorganisme ( bakteri, jamur )
2. Dari dalam ( endogen )
- Dermatitis atopik
2.4 Patofisiologi dan Patoflow Diagram
a. Patofisiologi
b. Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian
dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat
allergen ataupun zat iritan.
c. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi
sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah
5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya
adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk
kedalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air
kulit. Keadaan ini akan merusak keadaan sel dermis maupun sel
epidermis sehingga menimbulkan kelinan kulit atau dermatitis.

12
d. Adapun faKtor-faktor yang ikut mendorong perkembangan
dermatitis adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan
dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya penyakit
kulit lain.

e. Patoflow Diagram
faktor-faktor yang ikut
mendorong perkembangan
zat alergen/ zat iritan dermatitis yaitu :

 tekanan
masuk kedalam
 balutan
kulit
 panas dan dingin
 adanya penyakit kulit
merusak lapisan
tanduk, denaturasi
keratin, merusak sel dermis,
dan epidermis

merubah daya ikat dermatitis


air kulit

hipersensitifitas

MK :
 bercak-bercak merah yang bersisik
 bintik-bintik berwarna merah dan
bersisik
 gatal pada daerah yang terkena
 luka kulit
 rasa kesemutan pada daerah yang
2.5 Manifestasi Klinis
terkena
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48
jam, bahkan sampai 72 jam.

13
c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan
kronis. Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet.Saat kronis gejala
dimulai dengan kulit yang mongering dan sedikit meradang yang
akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi pula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa
dibandingankan dengan tipe alergi.

2. Dermatitis atopic (DA)


Ada 3 fase klinis DA yaitu :
a. DA infantil (2 bulan- 2 tahun)
b. DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada
bulan kedua.Lesi mula-mula tampak didaerah muka (dahi-pipi)
berupa eritema, papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi
menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta.Lesi bisa
ditemukan didaerah ekstensor ekstremitas.Sebagian besar penderita
sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
c. DA anak (2-10 tahun)
d. Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantik ataupun timbul
sendiri.Lokasi lesi lipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan
tangan, kelopak mata dan leher.Ruam berupa papul likenifikasi,
sedikit skuama, erosi, hyperkeratosis dan mungkin infeksi
sekunder.DA berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat
mengganggu pertumbuhan.
e. DA pada remaja dewasa
f. Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher,
dahi, sekitar mata. Pada dewasa,distribusi lesi kurang karakteristik,
sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula
berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah,

14
bersisik),vulva,putting susu atau scalp.kadang-kadang lesi meluas
dan paling parah di daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi
kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens
menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama.Bisa didapati
ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi
hiperpigmentasi. Umumnya DA remaja dan dewasa berlangsung
lama kemudian cenderung membaik setelah usia 30 tahun, jarang
sampai usia pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.

3. Dermatitis Seborik
a. eritema dengan warna kemerahan dan ditutupi dengan sisik
berminyak besar yang dapat dilepaskan dengan mudah
b. pada kulit kepala, lesi dapat bervariasi dari sisik kering (ketombe)
sampai sisik berminyak dengan eritema.
c. pada wajah, penyakit ini sering mengenai bagian medial alis, yaitu
glabella, lipatan nasolabial, concha dari daun telinga dan daerah
retroauricular.

4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu.
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian
membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping,
membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam,eritematosa,
sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mongering
menjadi krusta kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau
simetris dengan ukuran bervariasi dari miliaran sampai nummular,
bahkan plakat.
e. Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan,
lengan termasuk punggung tangan.

15
5. Dermatitis statis
a. bercak-bercak berwarna merah yang bersisik
b. bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka kulit
f. pembengkakan pada tungkai kaki
g. rasa gatal pada daerah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

2.6 Klasifikasi
1. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik adalah jenis eksim yang umum, kronis, sering
kambuh, gatal yang dimulai pada masa kanak-kanak.klien dengan
dermatitis atopic memiliki alergi terhadap serbuk bunga familial,
asma, kulit sensitive, atau riwayat dermatitis atopic pada keluarga.
Dermatitis atopic disebabkan kombinasi faktor hereditas dan
lingkungan, genetic.
Beberapa teori mengemukakan bahwwa gaya hidup modern yang
terlalu steril, dengan kurangnya paparan terhadap parasite, infeksi, dan
bakteri yang menstimulasi imun, membuat ketidakseimbangan dan
imaturitas system imun yang menjadi predisposisi terhadap kelainan
atopic.
Managemen medis yang dapat dilakukan adalah :
- Menghidrasi kulit
- Menghilangkan allergen
- Mengurangi Inflamasi

2. Dermatitis Kontak

Dermatitis Kontak adalah respon inflamasi kulit. Terdapat 2 jenis


dermatitis kontak berdasarkan etiologi : ititan atau alergi.

16
 Dermatitis kontak iritan adalah yang paling sering dan diakibatkan
paparan terhadap apapun yang menyebabkan respon iritan kimiawi atau
fisik.
 Dermatitis Kontak alergi adalah reaksi hipersensitivitas lambat akibat
kontak dengan allergen. Reaksi hipersensitivitas ini adalah respon yang
dimediasi imun oleh limfosit yang terstimulasi sebelumnya terhadap
allergen spesifik.Alergen yang umum adalah tanaman poison ivy, nikel,
basitrasin, dan formaldehida.

3. Dermatitis Seborik

Dermatitis Seborik adalah ruam merah bersisik dengan rasa gatal


ringan yang sering dijumpi, dengan predileksi kulit kepala, wajah, dada,
punggung, aksila, dan lipatan paha.Hal ini merupakan reaksi kulit
abnormal terhadap ragi pitirosporum.

4. Dermatitis Stasis

Dermatitis stasis dicirikan oleh timbulnya area kulit yang sangat


kering dan gelap dan kadang ulkus dangkal pada tungkai bawah,
terutama akibat insufisiensi vena.

5. Dermatitis Numularis

Dermatitis Numularis ditandai oleh lesi berbentuk koin simetris,


gatal pada permukaan ekstensor tungkai dan kaki, lesi ini dibedakan
dengan tinea korporis/ringworm (yang mempunyai batas tegas).

2.7 Pemeriksaan Diagnostic


1. Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetikolin
1/5000)
2. Percobaan histamine hostat disuntikkan pada lesi
3. Pric

17
Laboratorium

1. 1.Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein


total, albumin, globulin.
2. Urin : pemeriksaan histopatologi
2.8 Penatalaksanaan
1. Dermatitis kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin
c. Jika sampaai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar
d. Obat anti histamine oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih
yang dirasakan
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topical, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahannya.

2. Dermatitis atopic
a. Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan-bahan berbulu
b. Hidrasi kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topical potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa.Bila aktivitas
penyakit telah terkontrol, kortikosteroid diaplikasikan intermiten,
umumnya dua kali seminggu.Kortikosteroid orah hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut.Digunakan dalam waktu
singkat, dosis rendah, diberi selang-seling.Dosis diturunkan secara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek
samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound
phenomen

18
d. Antihistamin topical tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi
kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin
5% dalam jangka pendek (1minggu) dapat mengurangi gatal tanpa
sensitisasi, tapi pemakaian pada daerah luas akan menimbulkan
efek samping sedatif
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
koloni 5. Aureus pada kulit penderita DA.Dapat diberi eritromisin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi
asiklovir 3x400 mg/hari selama 10 hari atau 4x200 mg/hari untuk
10 hari.

3. Dermatitis Seborik
a. Anti Inflamasi
Dengan Steroid Topical, terapi ini bisa diberikan sebagai shampoo,
seperti flusinolon(Synalar), larutan steroid topical, losion yang
digunakan pada kulit kepala, atau krim yang digunakan pada kulit.
b. Immunomodulator
Inhibitor kalsineurin merupaka terapi yang baik pada wajah dan
telinga.Akan tetapi penggunaan setiap hari selama 1 minggu baru
terlihat manfaatnya.
c. .Keratolitik
Keratolitik yang digunakan secara luas untuk mengobati dermatitis
seborik meliputi tar, asam salisilat dan shampoo zinc pyrithione.

4. Dermatitis numuralis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien.
b. Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya
dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000.
d. kalau ditemukan infeksi bacterial, diberikan antibiotic secara
sistemik.

19
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya
hidroksisilin HCL.

5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosuoresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi kompresi

2.9 Discharge Planning

 Anak-anak
1. Berikan edukasi kepada orang tua si anak tentang penyebab
Dermatitis
2. Beritahukan pentingnya perawatan kulit sehari-hari yang
menghidrasi dan melubrikasi kulit ( merendam diikuti dengan
aplikasi substansi yang oklusif )
3. Beritahukan orang tua pentingnya mengenalkan anak untuk
menggunakan pelembab tubuh guna melindungi kulitnya yang
sensitive
4. Hindari menggunakan sabun antiseptic terlalu sering
5. Hindari penggunaan sabun yang memiliki tekstur seperti scrub (
gunakan sabun dengan kadar Ph yang tinggi )
6. Hindari allergen ( telur, susu sapi, kedelai, gandum, kacang-
kacangan, dan ikan )

20
 Pada Dewasa dan Lansia
1. Gunakan kosmetik hipoalergen
2. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-nepuk bukan
menggosok
3. Gunakan mild soap atau pengganti sabun
4. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering
5. Kenakan pelembab
6. Hindari penggunaan wool atau pemaparan terhadap iritan seperti
ditergen dan gunakan ditergen yang tidak mengandung bahan
pemutih.
7. Jangan menggaruk atau menggosok kulit
8. Penderita yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau
krim sebaiknya hanya mengoleskan pada bagian kulit yang
membutuhkan lalu dipijat secara perlahan.

21
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Landasan Teori Asuhan Keperawan


Pengkajian
1. Identitas pasien
- Nama
- Umur
- Alamat
- Jenis kelamin
- Agama
- Perkerjaan
2. Anamnesa
a. Kapan pertama kali pasien mengetahui masalah kulit, termaksud
durasi dan itensitasnya?
b. Apakah masalah penyakit ini terus terjadi sebelumnya?
c. Apakah ada gejala yang lain?
d. Pada bagian mana pertama kali terkena?
e. Dimana dan seberapa cepat penyebaranya?
f. Apakah terdapat rasa gatal, terbakar,kesemutan atau seperti
merayap?
g. Apakah terdapat ganguan kemampuan untuk merasa?
h. Apakah terdapat ganguan kemampuan untuk merasa?
i. Apakah ada hubungannya antar kejadian tertentu dari episode ruam
atau lesi?
j. Obat apa apa yang sedang dikonsumsi?
k. apakah perkerjaanya?

3. Pengkajian kulit
a. Infeksi
 Warna kulit
 Kekeringan
 Testur
 Lesi
 Vaskularisasi
 torgur kulit
 Edema

22
 Warna kebiruan, sianosis (hipoksia seluler) dapat dilihat pada
esktermitas dan dasar kuku, bibir, membrane mukosa
 selera, membrane mukosa
b. Palpasi
 Turgor kulit
 Edema
 Elastistasb kulit

Diagnosa

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi


inflamasi
2. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perasaan malu terhadap
penampakan diri dan presepsi diri tentang ketidak bersihan
3. nyeri akut berhubungan dengan lesi, bercak-bercak merah pada
kulit.

Intervensi

Kerusakan integrita kulit NOC NIC


Definisi : perubahan/gangguan  Tissue Integrity Pressure Management
epidermis dan/atau dermis : skin and - Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : Mucous menggunakan pakaian
 Kerusakan lapisan kulit Membranes yang longgar
(dermis)  Hemodyalis - Jaga kebersihan kulit agar
 Gangguan permukaan kulit akses tetap bersih dan kering
(epidermis) Criteria Hasil : - Mobilisasi pasien (ubah
Factor yang berhubungan :  Integritas kulit posisi pasien) setiap dua
 Eksternal : yang baik bias jam sekali
- Zat kimia, Radiasi dipertahankan - Monitor kulit akan
- Usia yang ekstrim (sensasi, adanya kemerahan
- Kelembapan elastisitas, - Oleskan lotion atau
- Hipertermia, teperatur, minyak/baby oil pada
hipotermia hidrasi, daerah yang tertekan
- Imobilitas fisik pigmentasi) - Monitor aktivitas dan

 Internal :  Tidak ada mobilisasi pasien

23
- Perubahan status luka/lesi pada
cairan kulit
- Perubahan turgor  Perfusi
- Kondisi ketidak jaringan baik
seimbangan nutrisi
- Kondisi gangguan
metabolik
Gangguan citra tubuh NOC NIC
Definisi : konfusi dalam gambaran  Body image Body image enhancement
mental tentang diri-fisik individu  Self esteem - monitor frekuensi
Batasan karakteristik : Criteria hasil : mengkritik dirinya
 Perilaku menghindari tubuh  body image - jelaskan pengobatan,
individu positif perawatan, kemajuan dan
 Perilaku memantau tubuh  mampu prognosis penyakit
individu mengidentifika - dorong klien
 Mengungkapkan perasaan si kekuatan mengungkapkan
yang mencerminkan personal perasaannya
perubahan pandangan  mendiskripsika
tentang tubuh individu (mis; n secara factual
penampilan, struktur, fungsi) perubahan

 Mengungkapkan persepsi fungsi tubuh

yang mencerminkan  mempertahank

perubahan individu dalam an interaksi

penampilan sosial

Objektif
 Perilaku memantau tubuh
individu
 Perubahan dalam
kemampuan memperkirakan
hubungan special tubuh
terhadap lingkungan
 Secara sengaja

24
menyembunyikan bagian
tubuh
 Secara sengaja menonjolkan
bagian tubuh
 Tidak melihat bagian tubuh
 Tidak menyentuh bagian
tubuh
Subjektif
 Penekanan pada kekuatan
yang tersisa
 Ketakutan terhadap reaksi
orang lain
 Focus pada penampilan masa
lalu
 Perasaan negative tentang
sesuatu
 Focus pada perubahan
 Focus pada kehilangan
 Mengungkapkan perubahan
gaya hidup
Nyeri akut NOC NIC
Definisi :pengalaman sensori dan  pain level, Pain management
emosional yang tidak  pain control, - lakukan pengkajian skala
menyenangkan yang muncul akibat  comfort level nyeri secara konprehensif
kerusakan jaringan yang actual atau criteria hasil : termasuk
potensial atau digambarkan dalam  mampu lokasi,karakteristik,
hal kerusakan sedemikian rupa. mengontrol durasi, frekuensi, kualitas
Batasan karakteristik : nyeri (tahu dan factor presiptasi
 perubahan tekanan darah penyebab - gunakan teknik
 perubahan frekuensi nyeri, mampu komunikasin terapeutik
pernapasan laporan isyarat menggunakan untuk mengetahui

25
 mengekspresikan perilaku tehnik pengalaman nyeri pasien
(mis; nonfarmakolog - berikan analgesic untuk
gelisah,merengek,menangis) i untuk mengurai nyeri
 sikap melindungi area nyeri mengurangi - tingkatkan istirahat
 indikasi nyeri yang dapat nyeri, mencari
diamati bantuan)

 perubahan posisi untuk  melaporkan

menghindari nyeri bahwa nyeri

 gangguan tidur berkurang


dengan
menggunakan
manajemen
nyeri
 mampu
mengenali
nyeri
 menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang

26
3.2 Pembahasan Kasus :
Ny “N”usia 34 tahun, datang berobat ke poli klinik kulit dan kelamin
RS.Charitas Palembang dengan keluhan utama timbul bintil-bintil merah pada
pinggang belakang dengan rasa gatal. Hal ini dialami penderita sejak 2 hari
yang lalu, dimana 1 minggu sebelumnya penderita memakai tato temporer
yang berwarna hitam pada pinggang bagian belakang. penderita mengakui
baru pertama kali menggunakan tato temporer, dan menyangkal riwayat
penggunaan cat rambut berwarna hitam dan saat ditanya pasien tidak pernah
mengalami penyakit ini sebelumnya dan keluarga tidak ada yang menderita
penyakit seperti ini. Hasil pemeriksaan dermatologi dijumpai papul eritem,
multipel, tersusun di atas permukaan pola gambar tato dan edema, pada regio
lumbalis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital klien,
TD:120/20, RR:18xmenit, N:80xmenit, S:37oC, dan hasil laboratorium
didapatkan Hb: 11.30g/dl, Leukosit:9000/mm3, Eritrosit:3,9jt/mm3.

1. Pengkajian
a. Pengkajian Identitas Klien
Nama :
MR :
Masuk ke RS :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
b. Pengkajian Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
timbul bintil-bintil merah pada pinggang belakang dengan rasa gatal. Hal
ini dialami penderita sejak 2 hari yang lalu
 Riwayat kesehatan dahulu
pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya

27
 Riwayat kesehatan keluarga
pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini
 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan ada keluhan utama timbul bintil-bintil merah pada
pinggang belakang dengan rasa gatal. Hal ini dialami penderita sejak 2
hari yang lalu.
c. Pemerikasaan Fisik
Hasil pemeriksaan dermatologi dijumpai papul eritem, multipel, tersusun
di atas permukaan pola gambar tato dan edema, pada regio lumbalis. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital klien, TD:120/20, RR:18xmenit,
N:80xmenit, S:37oC, dan hasil laboratorium didapatkan Hb: 11.30g/dl,
Leukosit:9000/mm3, Eritrosit:3,9jt/mm3.

d. Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
2. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
3. Gangguan citra tubuh b.d penyakit

e. Intervensi
no Diagnosa Hasil yang diharapkan Intervensi
1 Gangguan rasa NOC Manajemen lingkungan :
nyaman b.d gejala kriteria hasil : kenyamanan
terkait penyakit Skalaoutcome dipertahankan skala
1. Ciptakan
4 ditingkatkan ke skala 5 dengan
indicator : lingkungan yang
1. Kontrol terhadap gejala aman dan
2. Kesejahteraan fisik
mendukung
3. Relaksasi otot
4. Posisi yang nyaman 2. Sediakan
5. Baju yang nyaman lingkungan yang
bersih dan
nyaman
3. Monitor kulit
terutama daerah

28
tonjolan tubuh
terhadap adanya
tanda-tanda
tekanan atau
iritasi
4. Sesuaikan suhu
ruangan yang
paling
menyamankan
individu, jika
memungkinkan
5. Hindari
mengekspos kulit
atau selaput
lender pada zat
iritan
2 Kerusakan integritas Noc : Perawatan luka
kulit b.d lesi dan Kriteria hasil : 1. Monitor
reaksi inflamasi Skala outcome dipertahankan skala karakterisitik luka
3 ditingkatkan ke skala 5 dengan termasuk
indicator : drainase, warna,
 Suhu kulit ukuran, dan bau
 Elsatisitas 2. Ukur luas luka
 Sensasi yang sesuai

 Hidrasi keringat 3. Berikan rawatan

 Tekstur insisi pada luka

 Integritas kulit yang diperlukan


4. Dorong cairan
yang sesuai
5. Periksa luka
setiap kali
perubahan

29
balutan
6. Dokumentasikan
lokasi luka,
ukuran , dan
tampilan
3 Gangguan citra tubuh NOC Peningkatan citra tubuh
b.d penyakit Kriteria hasil : 1. Tentukan
Skala outcome dipertahankan skala harapan citra diri
3 ditingkatkan ke skala 5 dengan pasien didasarkan
indicator : pada tahap
1. Gambaran internal diri perkembangan
2. Kepuasan dengan fungsi 2. Bantu pasien
tubuh memisahkan
3. Penyesuaian terhadap penampilan fisik
tampilan fisik dari perasaan
4. Penyesuaian terhadap berharga secara
perubahan tampilan fisik pribadi, dengan
5. Penyesuaian terhadap cara yang tepat
perubahan fungsi tubuh 3. Monitor frekuensi
6. Penyesuaian terhadap status dari pernyataan
kesehatan mengkritiki diri
4. Monitoe apakah
pasie bisa melihat
bagian tubuh
mana yang
berubah
5. Monitor
pernyataan yang
mengindentifikasi
kan citra tubuh
mengenal ukuran
dan berat badan

30
f. Evaluasi
1. S : Pasien mengatakan gatal mulai berkurang
O: Pasien tampak rileks, tidak menggaruk pada area lesi, TD:120/mmHg,
N:90x/menit, RR:20x/menit, S:37oC
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1-5 diteruskan

2. S : pasien mengatakan gatal mulai berkurang


O:pasien tampak rileks, tidak menggaruk pada area lesi,lesi mulai
berkurang dan batas tegas <10 cm, TD:120/mmHg, N:90x/menit,
RR:20x/menit, S:37oC
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1-5 diteruskan

3. S : pasien mengatakan malu pada penyakitnya


O:pasien tampak rileks, tidak menggaruk pada area lesi, saat ditanya
pasien hanya menunduk TD:120/mmHg, N:90x/menit, RR:20x/menit,
S:37oC
A : masalah tidak teratasi sebagian
P : Intervensi 1-5 diteruskan

31
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis )
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,
menimbulka kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi ) dan keluhan gatal. Dermatitis
cenderung residif dan menjadi kronis.
Terdapat 5 macam dermatitis yaitu:
- Dermatitis Atopik
- Dermatitis Kontak
- Dermatitis Intertriginosa
- Dermatitis Stasis
- Dermatitis yang berkaitan dengan inkontinensia
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini Makasiswa sebagai calon perawat
professional mampu memahami dan menjalankan asuhan keperawatan
pada pasien Dermatitis.

32
DAFTAR PUSTAKA

Joyce M, Jane. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Buku 2. Singapura: Elsevier


Amin huda Nurarief & hardi kusuma ,2015, Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan Diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc edisi revisi Jilid 1,Jogjakarta:
Mediaction.
Syaifuddin. 2002. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta. EGC

Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcome Classification ( NOC ).Indonesia .


Elsevier

Bulechek, Gloria. 2013. Nursing Interventions Classification ( NIC ). Indonesia.


Elsevier

Patrick Davey. 2003. Medicine at a glance. Indonesia:Erlangga

33

Anda mungkin juga menyukai