Puji Tuhan, penulis memuji-Mu atas berkat dan karunia yang Engkau
berikan kepada penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
dengan judul “Dermatitis”.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen yang telah
membimbing dan memberi arahan dalam penulisan makalah ini, juga kepada
rekan-rekan semua, yang telah mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan dari semua
pihak, untuk kesempurnaan penulisan makalah ini.Penulis berharap, dengan
membaca makalah ini, pembaca dapat semakin mengetahui tentang “Dermatitis”.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Anatomi ................................................................................................................. 6
b. Fisiologi ................................................................................................................ 7
a. Patofisiologi ........................................................................................................ 11
b. Patoflow Diagram ............................................................................................... 12
2
3.2 Pembahasan Kasus .................................................................................................... 25
BAB IV PENUTUP
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
penelitian ini penulis meneliti efek meniran terhadap reaksi peradangan pada
dermatitis dengan menggunakan hewan coba mencit dengan menggunakan
ekstrak air dan etanol.Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah efek
2antiinflamasi herba meniran yang dilarutkan dalam pelarut n-heksana.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Medis dari penyakit Dermatitis ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan penyakit Dermatitis ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
system Integumen dan menambah Pengetahuan tentang penyakit
Dermatitis.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari pembuatan makalah ini adalah menambah wawasan
bagi perawat tentang penyakit Dermatitis dan agar perawat mampu
memberikan Asuhan Keperawatan dengan baik pada pasien dengan
penyakit Dermatitis.
5
BAB II
KONSEP MEDIS
6
b. Fisiologi
Lapisan kulit
Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan utama yaitu kulit ari
(epidermis ) dan kulit jangat ( dermis / kutis ). Kedua lapisan ini
berhubungan dengan lapisan yang ada dibawahnya dengan perantaraan
jaringan ikat bawah kulit ( hipodermis / subkutis ) dermis atau kulit
mempunyai alat tambahan atau pelengkap kulit.
1. Epidermis
Kulit ari atau epidermis adalah lapisan paling luar yang terdiri dari
lapisan epitel gepeng unsur utamanya adalah sel-sel tanduk (
keratinosin ) dan sel melanosit . lapisan epidermis tumbuh terus karena
lapisan sel induk yang berada di lapisan bawah bermitosis terus,
lapisan paling luar epidermis akan terkelupas atau gugur. Epidermis
tersusun oleh sel-sel epidermis terutama serat-serat kolagen dan sedikit
serat elastis. Kulit ari ( epidermis ) terdiri dari beberapa lapis sel. Sel-
sel ini berbeda dalam beberapa tingkat pembelahan sel secara mitosis.
Lapisan permukaan dianggap sebagai akhir keaktifan sel lapisan
tersebut, teridiri dari lima lapis yaitu :
b. Stratum lusidum teridiri dari beberapa lapis sel yang sangat gepeng
dan bening. Sulit melihat membran yang membatasi sel-sel itu
7
sehingga lapisanya secara keseluruhan tampak seprti kesaatuan yang
bening.Lapisan ini ditemuka pada daerah tubuh yang berkulit tebal.
8
yang berwarna coklat dan sedikit kuning. Pada orang berkulit hitam,
melanosit menerobos sampai ke dermis, melanosit ini mempunyai
tonjolan banyak, panjang, dan halus. Menyelusup diantara sel-sel
epidermis stratum germinatifum.
9
2. Dermis
kulit jangat bersifat ulet dan elastis yang berguna untuk melindungi
bagian yang lebih dalam pada perbatasan antara kulit ari ( epidermis )
yang disebut papil kulit jangat . papil jangat terdiri dari serat-serat
kolagen, serabut elastis dan serabut retikulin. Serat-serat ini bersama
pembuluh darah dan pembuluh getah bening membentuk anyaman-
anyaman yang yang memberikan perdarahan untuk kulit. Lapisan
dermis terdiri dari :
10
b. Lapisan retikulosa mengandung jaringan pengikat rapat dan serat
kolagen.
3. Hipodermis
11
ketebalan 3cm.Pada kelopak mata, penis, dan skrotum lapisan tidak
mengandung lemak.Bagian super fisial hipodermis mengandung
kelenjar keringat dan folikel rambut.
2.3 Etiologi
1. Dari luar ( eksogen )
- Bahan kimia ( detergen, asam, basa, oil, semen )
- Fisik ( sinar, suhu )
- Mikroorganisme ( bakteri, jamur )
2. Dari dalam ( endogen )
- Dermatitis atopik
2.4 Patofisiologi dan Patoflow Diagram
a. Patofisiologi
b. Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian
dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat
allergen ataupun zat iritan.
c. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi
sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah
5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya
adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk
kedalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air
kulit. Keadaan ini akan merusak keadaan sel dermis maupun sel
epidermis sehingga menimbulkan kelinan kulit atau dermatitis.
12
d. Adapun faKtor-faktor yang ikut mendorong perkembangan
dermatitis adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan
dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya penyakit
kulit lain.
e. Patoflow Diagram
faktor-faktor yang ikut
mendorong perkembangan
zat alergen/ zat iritan dermatitis yaitu :
tekanan
masuk kedalam
balutan
kulit
panas dan dingin
adanya penyakit kulit
merusak lapisan
tanduk, denaturasi
keratin, merusak sel dermis,
dan epidermis
hipersensitifitas
MK :
bercak-bercak merah yang bersisik
bintik-bintik berwarna merah dan
bersisik
gatal pada daerah yang terkena
luka kulit
rasa kesemutan pada daerah yang
2.5 Manifestasi Klinis
terkena
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48
jam, bahkan sampai 72 jam.
13
c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan
kronis. Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet.Saat kronis gejala
dimulai dengan kulit yang mongering dan sedikit meradang yang
akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi pula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa
dibandingankan dengan tipe alergi.
14
bersisik),vulva,putting susu atau scalp.kadang-kadang lesi meluas
dan paling parah di daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi
kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens
menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama.Bisa didapati
ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi
hiperpigmentasi. Umumnya DA remaja dan dewasa berlangsung
lama kemudian cenderung membaik setelah usia 30 tahun, jarang
sampai usia pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.
3. Dermatitis Seborik
a. eritema dengan warna kemerahan dan ditutupi dengan sisik
berminyak besar yang dapat dilepaskan dengan mudah
b. pada kulit kepala, lesi dapat bervariasi dari sisik kering (ketombe)
sampai sisik berminyak dengan eritema.
c. pada wajah, penyakit ini sering mengenai bagian medial alis, yaitu
glabella, lipatan nasolabial, concha dari daun telinga dan daerah
retroauricular.
4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu.
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian
membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping,
membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam,eritematosa,
sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mongering
menjadi krusta kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau
simetris dengan ukuran bervariasi dari miliaran sampai nummular,
bahkan plakat.
e. Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan,
lengan termasuk punggung tangan.
15
5. Dermatitis statis
a. bercak-bercak berwarna merah yang bersisik
b. bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka kulit
f. pembengkakan pada tungkai kaki
g. rasa gatal pada daerah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena
2.6 Klasifikasi
1. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik adalah jenis eksim yang umum, kronis, sering
kambuh, gatal yang dimulai pada masa kanak-kanak.klien dengan
dermatitis atopic memiliki alergi terhadap serbuk bunga familial,
asma, kulit sensitive, atau riwayat dermatitis atopic pada keluarga.
Dermatitis atopic disebabkan kombinasi faktor hereditas dan
lingkungan, genetic.
Beberapa teori mengemukakan bahwwa gaya hidup modern yang
terlalu steril, dengan kurangnya paparan terhadap parasite, infeksi, dan
bakteri yang menstimulasi imun, membuat ketidakseimbangan dan
imaturitas system imun yang menjadi predisposisi terhadap kelainan
atopic.
Managemen medis yang dapat dilakukan adalah :
- Menghidrasi kulit
- Menghilangkan allergen
- Mengurangi Inflamasi
2. Dermatitis Kontak
16
Dermatitis kontak iritan adalah yang paling sering dan diakibatkan
paparan terhadap apapun yang menyebabkan respon iritan kimiawi atau
fisik.
Dermatitis Kontak alergi adalah reaksi hipersensitivitas lambat akibat
kontak dengan allergen. Reaksi hipersensitivitas ini adalah respon yang
dimediasi imun oleh limfosit yang terstimulasi sebelumnya terhadap
allergen spesifik.Alergen yang umum adalah tanaman poison ivy, nikel,
basitrasin, dan formaldehida.
3. Dermatitis Seborik
4. Dermatitis Stasis
5. Dermatitis Numularis
17
Laboratorium
2. Dermatitis atopic
a. Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan-bahan berbulu
b. Hidrasi kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topical potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa.Bila aktivitas
penyakit telah terkontrol, kortikosteroid diaplikasikan intermiten,
umumnya dua kali seminggu.Kortikosteroid orah hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut.Digunakan dalam waktu
singkat, dosis rendah, diberi selang-seling.Dosis diturunkan secara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek
samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound
phenomen
18
d. Antihistamin topical tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi
kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin
5% dalam jangka pendek (1minggu) dapat mengurangi gatal tanpa
sensitisasi, tapi pemakaian pada daerah luas akan menimbulkan
efek samping sedatif
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
koloni 5. Aureus pada kulit penderita DA.Dapat diberi eritromisin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi
asiklovir 3x400 mg/hari selama 10 hari atau 4x200 mg/hari untuk
10 hari.
3. Dermatitis Seborik
a. Anti Inflamasi
Dengan Steroid Topical, terapi ini bisa diberikan sebagai shampoo,
seperti flusinolon(Synalar), larutan steroid topical, losion yang
digunakan pada kulit kepala, atau krim yang digunakan pada kulit.
b. Immunomodulator
Inhibitor kalsineurin merupaka terapi yang baik pada wajah dan
telinga.Akan tetapi penggunaan setiap hari selama 1 minggu baru
terlihat manfaatnya.
c. .Keratolitik
Keratolitik yang digunakan secara luas untuk mengobati dermatitis
seborik meliputi tar, asam salisilat dan shampoo zinc pyrithione.
4. Dermatitis numuralis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien.
b. Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya
dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000.
d. kalau ditemukan infeksi bacterial, diberikan antibiotic secara
sistemik.
19
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya
hidroksisilin HCL.
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosuoresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi kompresi
Anak-anak
1. Berikan edukasi kepada orang tua si anak tentang penyebab
Dermatitis
2. Beritahukan pentingnya perawatan kulit sehari-hari yang
menghidrasi dan melubrikasi kulit ( merendam diikuti dengan
aplikasi substansi yang oklusif )
3. Beritahukan orang tua pentingnya mengenalkan anak untuk
menggunakan pelembab tubuh guna melindungi kulitnya yang
sensitive
4. Hindari menggunakan sabun antiseptic terlalu sering
5. Hindari penggunaan sabun yang memiliki tekstur seperti scrub (
gunakan sabun dengan kadar Ph yang tinggi )
6. Hindari allergen ( telur, susu sapi, kedelai, gandum, kacang-
kacangan, dan ikan )
20
Pada Dewasa dan Lansia
1. Gunakan kosmetik hipoalergen
2. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-nepuk bukan
menggosok
3. Gunakan mild soap atau pengganti sabun
4. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering
5. Kenakan pelembab
6. Hindari penggunaan wool atau pemaparan terhadap iritan seperti
ditergen dan gunakan ditergen yang tidak mengandung bahan
pemutih.
7. Jangan menggaruk atau menggosok kulit
8. Penderita yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau
krim sebaiknya hanya mengoleskan pada bagian kulit yang
membutuhkan lalu dipijat secara perlahan.
21
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3. Pengkajian kulit
a. Infeksi
Warna kulit
Kekeringan
Testur
Lesi
Vaskularisasi
torgur kulit
Edema
22
Warna kebiruan, sianosis (hipoksia seluler) dapat dilihat pada
esktermitas dan dasar kuku, bibir, membrane mukosa
selera, membrane mukosa
b. Palpasi
Turgor kulit
Edema
Elastistasb kulit
Diagnosa
Intervensi
23
- Perubahan status luka/lesi pada
cairan kulit
- Perubahan turgor Perfusi
- Kondisi ketidak jaringan baik
seimbangan nutrisi
- Kondisi gangguan
metabolik
Gangguan citra tubuh NOC NIC
Definisi : konfusi dalam gambaran Body image Body image enhancement
mental tentang diri-fisik individu Self esteem - monitor frekuensi
Batasan karakteristik : Criteria hasil : mengkritik dirinya
Perilaku menghindari tubuh body image - jelaskan pengobatan,
individu positif perawatan, kemajuan dan
Perilaku memantau tubuh mampu prognosis penyakit
individu mengidentifika - dorong klien
Mengungkapkan perasaan si kekuatan mengungkapkan
yang mencerminkan personal perasaannya
perubahan pandangan mendiskripsika
tentang tubuh individu (mis; n secara factual
penampilan, struktur, fungsi) perubahan
penampilan sosial
Objektif
Perilaku memantau tubuh
individu
Perubahan dalam
kemampuan memperkirakan
hubungan special tubuh
terhadap lingkungan
Secara sengaja
24
menyembunyikan bagian
tubuh
Secara sengaja menonjolkan
bagian tubuh
Tidak melihat bagian tubuh
Tidak menyentuh bagian
tubuh
Subjektif
Penekanan pada kekuatan
yang tersisa
Ketakutan terhadap reaksi
orang lain
Focus pada penampilan masa
lalu
Perasaan negative tentang
sesuatu
Focus pada perubahan
Focus pada kehilangan
Mengungkapkan perubahan
gaya hidup
Nyeri akut NOC NIC
Definisi :pengalaman sensori dan pain level, Pain management
emosional yang tidak pain control, - lakukan pengkajian skala
menyenangkan yang muncul akibat comfort level nyeri secara konprehensif
kerusakan jaringan yang actual atau criteria hasil : termasuk
potensial atau digambarkan dalam mampu lokasi,karakteristik,
hal kerusakan sedemikian rupa. mengontrol durasi, frekuensi, kualitas
Batasan karakteristik : nyeri (tahu dan factor presiptasi
perubahan tekanan darah penyebab - gunakan teknik
perubahan frekuensi nyeri, mampu komunikasin terapeutik
pernapasan laporan isyarat menggunakan untuk mengetahui
25
mengekspresikan perilaku tehnik pengalaman nyeri pasien
(mis; nonfarmakolog - berikan analgesic untuk
gelisah,merengek,menangis) i untuk mengurai nyeri
sikap melindungi area nyeri mengurangi - tingkatkan istirahat
indikasi nyeri yang dapat nyeri, mencari
diamati bantuan)
26
3.2 Pembahasan Kasus :
Ny “N”usia 34 tahun, datang berobat ke poli klinik kulit dan kelamin
RS.Charitas Palembang dengan keluhan utama timbul bintil-bintil merah pada
pinggang belakang dengan rasa gatal. Hal ini dialami penderita sejak 2 hari
yang lalu, dimana 1 minggu sebelumnya penderita memakai tato temporer
yang berwarna hitam pada pinggang bagian belakang. penderita mengakui
baru pertama kali menggunakan tato temporer, dan menyangkal riwayat
penggunaan cat rambut berwarna hitam dan saat ditanya pasien tidak pernah
mengalami penyakit ini sebelumnya dan keluarga tidak ada yang menderita
penyakit seperti ini. Hasil pemeriksaan dermatologi dijumpai papul eritem,
multipel, tersusun di atas permukaan pola gambar tato dan edema, pada regio
lumbalis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital klien,
TD:120/20, RR:18xmenit, N:80xmenit, S:37oC, dan hasil laboratorium
didapatkan Hb: 11.30g/dl, Leukosit:9000/mm3, Eritrosit:3,9jt/mm3.
1. Pengkajian
a. Pengkajian Identitas Klien
Nama :
MR :
Masuk ke RS :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
b. Pengkajian Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
timbul bintil-bintil merah pada pinggang belakang dengan rasa gatal. Hal
ini dialami penderita sejak 2 hari yang lalu
Riwayat kesehatan dahulu
pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
27
Riwayat kesehatan keluarga
pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan ada keluhan utama timbul bintil-bintil merah pada
pinggang belakang dengan rasa gatal. Hal ini dialami penderita sejak 2
hari yang lalu.
c. Pemerikasaan Fisik
Hasil pemeriksaan dermatologi dijumpai papul eritem, multipel, tersusun
di atas permukaan pola gambar tato dan edema, pada regio lumbalis. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital klien, TD:120/20, RR:18xmenit,
N:80xmenit, S:37oC, dan hasil laboratorium didapatkan Hb: 11.30g/dl,
Leukosit:9000/mm3, Eritrosit:3,9jt/mm3.
d. Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
2. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
3. Gangguan citra tubuh b.d penyakit
e. Intervensi
no Diagnosa Hasil yang diharapkan Intervensi
1 Gangguan rasa NOC Manajemen lingkungan :
nyaman b.d gejala kriteria hasil : kenyamanan
terkait penyakit Skalaoutcome dipertahankan skala
1. Ciptakan
4 ditingkatkan ke skala 5 dengan
indicator : lingkungan yang
1. Kontrol terhadap gejala aman dan
2. Kesejahteraan fisik
mendukung
3. Relaksasi otot
4. Posisi yang nyaman 2. Sediakan
5. Baju yang nyaman lingkungan yang
bersih dan
nyaman
3. Monitor kulit
terutama daerah
28
tonjolan tubuh
terhadap adanya
tanda-tanda
tekanan atau
iritasi
4. Sesuaikan suhu
ruangan yang
paling
menyamankan
individu, jika
memungkinkan
5. Hindari
mengekspos kulit
atau selaput
lender pada zat
iritan
2 Kerusakan integritas Noc : Perawatan luka
kulit b.d lesi dan Kriteria hasil : 1. Monitor
reaksi inflamasi Skala outcome dipertahankan skala karakterisitik luka
3 ditingkatkan ke skala 5 dengan termasuk
indicator : drainase, warna,
Suhu kulit ukuran, dan bau
Elsatisitas 2. Ukur luas luka
Sensasi yang sesuai
29
balutan
6. Dokumentasikan
lokasi luka,
ukuran , dan
tampilan
3 Gangguan citra tubuh NOC Peningkatan citra tubuh
b.d penyakit Kriteria hasil : 1. Tentukan
Skala outcome dipertahankan skala harapan citra diri
3 ditingkatkan ke skala 5 dengan pasien didasarkan
indicator : pada tahap
1. Gambaran internal diri perkembangan
2. Kepuasan dengan fungsi 2. Bantu pasien
tubuh memisahkan
3. Penyesuaian terhadap penampilan fisik
tampilan fisik dari perasaan
4. Penyesuaian terhadap berharga secara
perubahan tampilan fisik pribadi, dengan
5. Penyesuaian terhadap cara yang tepat
perubahan fungsi tubuh 3. Monitor frekuensi
6. Penyesuaian terhadap status dari pernyataan
kesehatan mengkritiki diri
4. Monitoe apakah
pasie bisa melihat
bagian tubuh
mana yang
berubah
5. Monitor
pernyataan yang
mengindentifikasi
kan citra tubuh
mengenal ukuran
dan berat badan
30
f. Evaluasi
1. S : Pasien mengatakan gatal mulai berkurang
O: Pasien tampak rileks, tidak menggaruk pada area lesi, TD:120/mmHg,
N:90x/menit, RR:20x/menit, S:37oC
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1-5 diteruskan
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis )
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,
menimbulka kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi ) dan keluhan gatal. Dermatitis
cenderung residif dan menjadi kronis.
Terdapat 5 macam dermatitis yaitu:
- Dermatitis Atopik
- Dermatitis Kontak
- Dermatitis Intertriginosa
- Dermatitis Stasis
- Dermatitis yang berkaitan dengan inkontinensia
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini Makasiswa sebagai calon perawat
professional mampu memahami dan menjalankan asuhan keperawatan
pada pasien Dermatitis.
32
DAFTAR PUSTAKA
33