Anda di halaman 1dari 10

A.

Konsep Medis
1. Pengertian
Infeksi-infeksi saluran nafas atas adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur-struktur saluran nafas di sebelah atas laring kebnyakan penyakit saluran
nafas mengenai bagi-agian atas dan bawah secara bersama-sama atau berurutan,
tetapi beberapa diantaranya terutama akan melibatkan bagian-bagian spesifik
saluran nafas secara nyata.
Sejumlah microorganisme (virus) mempunyai kemampuan untuk menyebabkan
penyakit saluran nafas primer. Organisme yang sama mungkin menyebabkan
infeksi yang tidak nyata atau gejala-gejala atau sindroma klinis dengan derajat serta
luas yang berbeda sesuai dengan faktor-faktor pejamu seperti umur, jenis kelamin
dan lain sebagainya. Misalnya diantara anggota-anggota yang berbeda dari keluarga
yang sama, suatu virus tunggal secara bersamaan mungkin menyebabkan pilek khas
pada kedua orang tua, bronkiolitis pada bayi, batuk berat pada anak yang lebih tua,
faringitis pada yang lainnya serta infeksi subklinis pada orang lain.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ispa merupakan masalah kesehatan
yang utama di indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama
pada balita (saftari,2009). ISPA dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
tingkat pengetahuan orang tua tentang ISPA, umur, status gizi, imunisasi,
lingkungan, ASI, dan BBLR.
Infeksi saluran pernapasan akut atau ispa merupkan salah satu penyakit utama
kematian bayi yang sering menempati urutan pertama angka kesakitan balita.
Penanganan dini terhadap penyakit ispa terbukti dapat menurunkan kematian
(ulandari,2010). Kematian akibat penyakit ispa mencapai 14 juta pada anak usia 0-
4 tahun sepertiagannya adalah bayi yaitu golongan kurang lebih 1 tahun, senbanyak
90% pemberian asi yang di anjurka adalah asi ekslusif selam 6 bulan yang diartikan
bahwa bayi hanya mendapat asi saja tanpa tambahan lain termasuk air putih.
2. Etiologi
Kebanyakan infeksi saluran nafas akut disebabkan oleh virus dan mikoplasma.
Perkecualian adalah epiglotitis dan pneumonia-pneumonia dengan distribusi
globuler. Berbagai streptococcus dan organisme-organisme difteri merupakan
bakteri perantara dengan kemampuan untuk menyebabkan penyakit faring primer;
bahkan pada kasus-kasus tonsilofaringitis sekalipun kebanyakan penyakit
mempunyai asal usul non bakteri. Meskipun terddapat saling tupang tindih yang
berarti, beberapa mikroorganisme mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk
menyebabkan sindroma saluran nafas tertentu bila dibandingkan dengan yng lain
dan beberapa perantara-perantara tertentu mempunyai kecenderungan lebih besar
dibandingkan yang lainnya untuk membangkitkan suatu penyakit berat. Beberapa
virus (seperti rubella) mungkin berhubungan dengan sejumlah simptomatologi
saluran nafas bagian atas dan bawah berbeda sebagai suatu bagian dari gambaran
klinis umum yang melibatkan sistem organ lain.
Infeksi saluran pernafasan atas ini disebabkan oleh faktor lain dan beberapa
penyebab lain , sebagai berikut : (Krisna,2015)
a) Reaksi alergi
Alergi adalah reaksi kekebalan tubuh seseorang yang berlebihan
terhadap zat-zat tertentu yang biasanya tidak menimbulkan masalah,
beberapa zat tersebut misalnya debu, serbuk sari, zat kimia tertentu,
binatang peliharaan dan sejenisnya
b) Virus
Virus adalah salah satu penyebab infeksi saluran pernafasan atas yang
paling sering. Dalam kasus infeksi saluran pernafasan ini, sebagian besar di
timbulkan akibat infeksi saluran pernafasan atas adalah adenovirus,
coxsackieviruses, myxovirus dan paramyxovirus (parainfluenza, respiratory
syncytial virus).
c) Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme yang tidak kadap mata yang bisa
menginfeksi saluran pernafasan atas seseorang. Yang paling sering
menyebabkan infeksi adalah oleh streptococcus , staphylococcus.
Pada umumnya infeksi saluran pernafasanatas bisa terjadi apabila
seseorang mengalami kekebalan tubuh lemah dan resiko mengalami infeksi
yang juga dapat disebabkan dari buruknya sanitasi lingkungan seperti : asap
hasil pembakaran untuk bahan bakar memasak. Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya ISPA , sebagai berikut:
1) Faktor intrinsik
a. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya
ISPA . faktor resiko tertinggi kejadian ISPA terjadi pada bayi
dan balita.
b. Status gizi
Menjaga status gizi yang baik sebenarnya bisa juga mencegah
atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misalny
dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan
memperbanyak minum air putih olahraga teratur serta istirahat
yang cukup
c. Status imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorng
terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dan
penyakit infeksi tertentu.
d. Jenis Kelamin
Bila si bandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-
lakilah yang banyak terserang penyakit ISPA.
2) Faktor ekstrinsik
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi resiko
terjadinya ISPA seperti diantaranya ventilasi, ventilasi merupakan
tempat daur ulang udara yaitu tempatnya udara masuk dan keluar.
Selain itu ada juga penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar
dalam rumah tangga dan perilaku perokok anggota keluarga dalam
rumah
3. Klasifikasi
Klasifikasi ISPA menurut depkes RI (2002):
a. ISPA ringan
Seseorang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk pilek
dan sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul tanda dan gejala sesak napas, suhu tubuh
lebih dari 39o C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu
makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

4. Manifestasi Klinis
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan atas dimulai dari keluhan dari
keluhan-keluhan dan gejala yang ringan. Gejala infeksi saluran pernafasan atas
biasanya muncul kurang lebih dari 3 hari setelah seseorang terkena infeksi dan
mereda secara komplit sekitar 1 sampai 2 minggu. Gejala yang paling umum adalah
batuk. Meski begitu pada umumnya gejala penyakit infeksi saluran pernafasan atas
ini juga memiliki gejala berdasarkan dari masing-masing faktor penyebabnya :
a. ISPA yang disebabkan oleh alergi dan virus biasanya menimbulkan
gejala rhinitis dengan gejala pada hidung seperti : hidung berair, hidung
mampet, bersin, lelah, demam dan kemudia diikuti dengan sakit
teggorokan dan suara menjadi serak.
b. ISPA yang disebabkan oleh bakteri biasanya menimbulkan faringitis
dengan gejala sakit tenggorokan tanpa gejala pilek dan bersin
c. ISPA yang disebabkan oleh jamur biasanya sinusitis. Gejala umum
seperti ; sakit kepala, demam, mual muntah, perasaan lemas dan capek
dan nyeri seluruh badan bisa merupakan gejala umum dari ISPA.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-
tanda laboratoris.

a. Tanda-tanda klinis
 Pada sistem respiratorik adalah : takipnea, napas yang tak teratur
(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, sianosis,
suara napas lemah atau hilang, wheezing, batuk
 Pada sistem cardial adalah : takikardia, bradikardi
 Pada sistem cerebral : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, kejang dan koma
 Gejala – gejala lainnya : demam, anoreksia, vomiting, abdominal
pain .
b. Tanda-tanda laboratoris :
 Hypoxemia
 Hypercapnia dan
 Asidosis

5. Patofisiologi
Penyebab nya adalah bakteri virus jamur dan benda-benda asing lainnya
(wong Donna,2004). Berdasarka penyebab diatas yang paling mencetuskan
ISPA adalah virus. Virus tersebut dinamakan streptococcus dan sthapilococcus
kemudian masuk ke bronkus dan ke traktus respralorius atau sel napas, sehingga
menimbulkan tanda dan gejala influenza seperti : batuk, pilek, pegal-pegal,
demam, sakit kepala, batuk, sakit pada tenggorokan, tidak nafsu makan, gelisah
dan rewel .
Dari faktor presdisposisi pada penyakit ISPA adalah imunisasi yang
tidak lengkap, kurang gizi, dan lingkungan yang tidak sehat . komplikasi yang
dapat menyebarkan infeksi sehingga menurunkan ke saluran nafas bawah dapat
dapat melihatkan bronkus yang menimbulkan broncitis, penyebaran lebih lanjut
ke jaringan paru yang menyebabkan pneumoia. Infeksi dapat juga menyebar ke
telinga bagian tengah yang menyebabkan otritis, dan sinusitis atau infeksi sinus.
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Diagnostik
8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a) Penatalaksanaan Medis
b) Penatalaksanaan Keperawatan
9. Patoflow Diagram
B. Konsep Dasar Askep
1. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
a. Umur : Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA
daripada usia yang lebih lanjut (Anggana Rafika, 2009).
b. Jenis Kelamin : Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2
tahun, dimana angak kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009)
c. Kondisi Lingkungan : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah
anggota keluarga, dan masyarakat di duga merupakan faktor resiko untuk
ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003)membuktikan bahwa kepadatan hunian
(crowded) mempengaruhi secara bermakana prevalensi ISPA berat.diketahui
bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain
adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik
secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang
sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara
Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh demam
b. Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami
demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu
makan menurun, batuk, pilek dan sakit tenggorokan.
c. Riwayat penyakit dahulu : Klien sebelumnya sudah pernah mengalami
penyakit sekarang.
d. Riwayat penyakit keluarga : Menurut anggota keluarga ada juga yang
pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
e. Riwayat sosial : Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang
berdebu dan padat penduduknya.
f. Riwayat Tumbuh Kembang : BB, TB, perkembangan tiap tahap
(berguling, duduk, merangkak, berjalan)
g. Riwayat Nutrisi : Pemberian ASI, pemberian susu formula, pola perubahan
nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :
a. Pengkajian tanda-tanda vital dan kesadaran klien
b. Inspeksi :
1) Membran mukosa hidung faring tampak kemerahan
2) Tonsil tampak kemerahan dan edema
3) Tampak batuk tidak produktif
4) Tidak ada jaringan parut pada leher
5) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan cuping hidung, takipnea, hiperventilasi
c. Palpasi
1) Adanya demam
2) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
3) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

d. Perkusi
1) Suara paru normal (resonance)
e. Auskultasi
1) Suara napas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
2) Bentuk dada : normal
3) Pola napas : teratur/ tidak teratur
4) Jenis napas : vesikuler
5) Suara napas tambahan : ronchi/wheezing
6) Sesak napas : tidak
7) Alat bantu napas : tidak
8) Masalah keperawatan : bersihan jalan napas tidak efektif
Fakus utama pada pengkajian pernafasan ini dalah pola,
kedalama, usaha serta irama dari pernafasan.
1. Pola : cepat (takipnea) atau normal
2. Kedalaman : nafas normal, dangakal atau terlalu dalam yang
biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan
pergerakan abdomen.
3. Irama pernafasan : bervariasi tergantung pada pola dan kedalama
pernafasan
f. Pemeriksaan lain
1. Sistem kardiovaskuler B2
Irama jantung : normal, bunyi jantung: normal, arkal : panas,
masalah keperwatan : Hipertemi
2. Sistem persyarafan B3
Kesadaran: composmetis, penglihatan: normal, pendengaran:
normal, penciuman: tidak normal (tertutup mukus)
3. Sistem perkemihan B4
Jumlah urin : normal, warna: normal (kuning), bentuk alat
kelamin: normal, uretra: normal
4. Sistem pencernaan B5
Nafsu makan : menurun, mulut: bersih, mukosa: lembab,
tenggorokan: nyeri telan, perut: kembung, pembesaran hepar:
tidak pembesaran lien: tidak, buang air besar: tidak teratur
5. Sistem muskuloskeletal dan integumen B6
Kemampuan gerak sendi: bebas, warna kulit: normal, turgor: bai,
odema: tidak ada
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab): hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman diantaranya
stafilococus
b. Pemeriksaan hitung darah ( deferential count): laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
2. Diagnosis Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Hipertermi
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Ketidakefektifan  Status pernafasan:  Manajemen Jalan Nafas
bersihan jalan nafas Kepatenan jalan nafas - Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Dipertahankan pada - Buang sekret dengan memotivasi
skala 2 ditingkatkan pasien untuk melakukan batuk
pada skala 4 atau menyedot lendir
- Gunakan teknik yang
Dengan Indikator: menyenangkan untuk memotivasi
 Frekuensi pernafasan bernafas dalam kepada anak-anak
 Irama pernafasan (misal: meniup gelembung,
 Kedalama Inspirasi meniup kincir, peluit, balon)

 Kemampuan untuk - Auskultasi suara nafas, catat area

mengeluarkan sekret yang ventilasinya menurun atau

 Tersedak tidak ada dan adanya suara

 Suara napas tambahan tambahan


- Posisikan untuk meringankan
 Batuk
sesak
 Akumulasi sputum
- Monitor status pernafasan dan
oksigenasi, sebagaimana mestinya

Hipertermi  Tanda-tanda vital  Perawatan Demam


- Pantau suhu dan tanda-tanda vital
Dipertahankan pada lainnya
skala 2 ditingkatkan ke - Monitor warna kulit dan suhu
skala 5 - Monitor asupan dan keluaran,
sadari perubahan kehilangan
Dengan Indikator : cairan yang tak dirasakan
 Suhu Tubuh - Dorong konsumsi cairan
- Lembabkan bibir dan mukosa
hidung yang kering

4. Discarge Planning
ISPA dapat di cegah dengan melakukan :
 Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
 Imunisasi
 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ispa
 Jika ada keluarga yang merokok di dalam rumah , jangan merokok di depan
anak-anak karena asap rokok bisa beresiko terkena ISPA pada anak .
C. Analisa Jurnal

Anda mungkin juga menyukai

  • Askep Mastitis
    Askep Mastitis
    Dokumen32 halaman
    Askep Mastitis
    Dita Oktaviana Mentari
    89% (9)
  • Anatomi Sistem Kardiovaskuler
    Anatomi Sistem Kardiovaskuler
    Dokumen9 halaman
    Anatomi Sistem Kardiovaskuler
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen6 halaman
    Askep
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Soal Kel 3
    Soal Kel 3
    Dokumen2 halaman
    Soal Kel 3
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Nefrotik
    Sindrom Nefrotik
    Dokumen10 halaman
    Sindrom Nefrotik
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Sistem Endokrin
    Anatomi Sistem Endokrin
    Dokumen5 halaman
    Anatomi Sistem Endokrin
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Sistem Muskuloskeletal
    Anatomi Sistem Muskuloskeletal
    Dokumen9 halaman
    Anatomi Sistem Muskuloskeletal
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Klinis Dan Terapi
    Sindrom Klinis Dan Terapi
    Dokumen2 halaman
    Sindrom Klinis Dan Terapi
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Lesi
    Lesi
    Dokumen5 halaman
    Lesi
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Aaaaaaaaaa
    Aaaaaaaaaa
    Dokumen19 halaman
    Aaaaaaaaaa
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • K 3
    K 3
    Dokumen17 halaman
    K 3
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Os
    Os
    Dokumen12 halaman
    Os
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Intervensi KKP Dari Nomor 29-38
    Intervensi KKP Dari Nomor 29-38
    Dokumen10 halaman
    Intervensi KKP Dari Nomor 29-38
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Hemoragic Ante Partum
    Hemoragic Ante Partum
    Dokumen1 halaman
    Hemoragic Ante Partum
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Christy
    Christy
    Dokumen5 halaman
    Christy
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Spiritual Charitas.
    Spiritual Charitas.
    Dokumen5 halaman
    Spiritual Charitas.
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Keluarga
    Format Pengkajian Keluarga
    Dokumen27 halaman
    Format Pengkajian Keluarga
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Patoflow HG
    Patoflow HG
    Dokumen2 halaman
    Patoflow HG
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Ispa
    Ispa
    Dokumen10 halaman
    Ispa
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Makalah Hospitalisasi
    Makalah Hospitalisasi
    Dokumen15 halaman
    Makalah Hospitalisasi
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis
    Dermatitis
    Dokumen33 halaman
    Dermatitis
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Hospitalisasi
    Hospitalisasi
    Dokumen11 halaman
    Hospitalisasi
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Lesi
    Lesi
    Dokumen5 halaman
    Lesi
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Dokumen17 halaman
    Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Sap Maternitas
    Sap Maternitas
    Dokumen5 halaman
    Sap Maternitas
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat
  • Askep Teori Gonore
    Askep Teori Gonore
    Dokumen3 halaman
    Askep Teori Gonore
    wahyu yosia
    Belum ada peringkat