Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan
organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng
pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui
vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-
organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai
kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat
jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari
tiga lapisan: pidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari
kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi.
Dermis terletak tepat di bawah pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen,
elastin, dan retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung
pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada
epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang
melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis
terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk
pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang
lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan.
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya eksim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak
membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda, antara lain dermatitis.
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli memanfaatkan kata ekzema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua
bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema numular
1
0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari penduduk.
Personal hygiene sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan atau penyakit
pada kulit seperti dermatitis. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa aspek
kebersihan seperti kebersihan kulit, kebersihan kaki, tangan, dan kuku, serta
kebersihan rambut. Usia juga salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari
individu. Hasil penelitian Silalahi (2010), menyatakan bahwa kebersihan kulit,
kebersihan kulit kepala dan rambut, pemakaian pakaian kerja, mempunyai hubungan
yang bermakna dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah.
Kemudian hasil penelitian Listautin (2012), tentang keluhan kesehatan salah satunya
keluhan gangguan kulit pada pemulung menunjukkan ada hubungan paparan terhadap
cahaya matahari, zat kimia hidrogen sulfida, jam kerja, kebersihan kulit, kebersihan
tangan, kuku dan kaki, dan alat pelindung diri, dengan keluhan gangguan kulit.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang
mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja
namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling
sering dijumpai adalah eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai
muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada
beberapa masalah, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak
sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
kekambuhan. Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien
adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada
kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki,
namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain. Daerah yang
terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang kulit putih,
daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi cokelat.
Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen
kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit dermatitis?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem integumen?
3. Apa saja klasifikasi dermatitis?
4. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis?

2
5. Apa saja tanda gejala (manifestasi klinis) yang muncul pada pasien dengan
dermatitis?
6. Bagaimana patofisiologi dermatitis?
7. Bagaimana mekanisme pathway keperawatan dengan dermatitis?
8. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada dermatitis?
9. Bagaimana penatalaksanaannya pada pasien dengan dermatitis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui gambaran penyakit dan pengelolaan asuhan keperawatan
serta mampu mengaplikasikannya pada pasien dengan dermatitis

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui dan memahami definisi dari dermatitis
b. Mampu mengetahui dan memahami anatomi fisiologi sistem
integument
c. Mampu menyebutkan klasifikasi dermatitis
d. Mampu mendeskripsikan dan menyebutkan etiologi (penyebab)
terjadinya dermatitis
e. Mampu menjelaskan dan menyebutkan tanda gejala (manifestasi
klinis) yang timbul pada pasien dengan dermatitis
f. Mampu menjelaskan patofisiologi terjadinya dermatitis
g. Mampu menjelaskan dan mendeskripsikan pathway keperawatan pada
pasien dengan dermatitis
h. Mampu menjelaskan dan menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi
pada pasien dengan dermatitis
i. Mampu mengetahui dan menyebutkan penatalaksanaan pada pasien
dengan amputasi
j. Mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan proses asuhan
keperawatan pada pasien dengan dermatitis.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pemikiran
khususnnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis

2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan dermatitis
b. Institusi Pendidikan
3
Sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang. Juga sebagai
referensi dan tambahan informasi dalam peningkatan asuhan keperawatan
pada pasien dengan dermatitis
c. Rumah Sakit
Sebagai bahan wacana untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan
meningkatkan derajat kesehatan pada pasien dengan dermatitis. Selain itu,
juga diharapkan dapat menjadi bahan untuk peningkatan mutu pelayanan
kepada pasien di rumah sakit yang akan datang
d. Perawat
Sebagai bahan masukan perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan terutama pada pasien dengan dermatitis. Selain itu, juga
diharapkan dapat diterapkan dalam melakukan proses asuhan keperawatan
pada pasien dengan dermatitis
e. Pembaca
Diharapkan mampu memberikan informasi dan gambaran serta
meningkatkan kesadaran masyarakat terutama pada pasien dengan dermatitis
mengenai risiko terhadap aspek fisik dan psikologis yang dapat
menyebabkan berbagai komplikasi. Hal ini dapat mendorong pasien agar
dapat memperbaiki status kesehatan dan kontrol secara teratur.

E. Metode
Untuk memperoleh data bahan penulisan yang dibutuhkan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
1. Metode Penulisan
Data-data yang dipergunakan dalam penulisan karya tulis ini berasal dari berbagai
literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Beberapa jenis referensi utama adalah beberapa buku mengenai asuhan
keperawatan pada amputasi, jurnal cetak maupun online, dan artikel ilmiah yang
bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh bervariatif, bersifat kualitatif
dan kuantitatif. Penggunaan media seperti gambar dan tabel untuk mempermudah
dan memperjelas dalam penyampaian isi makalah ini.
2. Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka dari berbagai literatur dan disusun
berdasarkan hasil diskusi dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan
saling terkait antara satu sama lain sesuai dengan topik yang dibahas.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Dermatitis
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat
yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel)
pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga
digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit
dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil
dari bahasa Yunani yang berarti mendidih atau mengalir keluar. Dermatitis adalah
peradangan noninflamasi pada kulit yang bersifat akut, subakut, atau kronis dan
dipengaruhi banyak faktor. Dapat dikatakan juga bahwa dermatitis merupakan
peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor

5
eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa eflorensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya
beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Menurut
Widhya (2011) dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai
jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan
gatal pada kulit. Dermatitis adalah peradangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang
disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukan sisi. Dermatitis merupakan
kelainan kulit yang subjektif ditandai oleh rasa gatal dan secara klinis terdiri atas
ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidak tegas. Sedangkan menurut American
Medical Association, dermatitis seringkali cukup digambarkan sebagai peradangan
kulit yang timbul sebagai turunan untuk eksim ataupun kontak (infeksi dan alergi).
Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa dermatitis adalah suatu
peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa gatal. Pada
umumnya dermatitis juga disertai dengan tanda-tanda seperti terbentuknya bintik
yang berisi cairan (bening atau nanah) dan bersisik. Dermatitis ialah suatu kondisi
umum yang biasanya tidak mengancam jiwa atau menular, tapi kondisi ini dapat
membuat seseorang merasa tidak nyaman dan percaya diri. Langkah perawatan diri
dan obat-obatan dapat membantu mengobati penyakit dermatitis. Dermatitis
merupakan istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit.
Terdapat berbagai jenis dermatitis, termasuk dermatitis seboroik, dan
dermatitis atopik (eksim). Meskipun gangguan tersebut dapat memiliki banyak
penyebab dan terjadi dalam berbagai bentuk, gambaran klinis yang ditimbulkan antara
lain bengkak, memerah, dan kulit gatal. Dermatitis berdasarkan istilah yang luas juga
mencakup berbagai gangguan yang semua mengakibatkan ruam kemerahan, dan
gatal. Beberapa jenis dermatitis hanya mempengaruhi bagian tertentu dari tubuh,
sedangkan yang lain dapat terjadi di mana saja. Beberapa jenis dermatitis memiliki
penyebab yang diketahui, sedangkan yang lainnya tidak. Namun, penyakit dermatitis
selalu berhubungan dengan kulit yang bereaksi terhadap kekeringan berat,
menggaruk, zat iritasi, atau alergen. Biasanya, substansi yang datang dalam kontak
langsung dengan kulit, tetapi kadang-kadang substansi juga datang karena ditelan
(seperti alergi makanan). Dalam semua kasus, menggaruk terus menerus atau
menggosok akhirnya dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit.

6
B. Anatomi Fisiologi Sistem Integumen
Sistem integumen (kulit) merupakan suatu massa atau jaringan terbesar di
tubuh. Kulit bekerja melindungi struktur-struktur di bawahnya dan berfungsi sebagai
cadangan kalori. Kulit mencerminkan emosi dan stress yang kita alami, serta
berdampak pada penghargaan orang lain tehadap kita. Selama kita hidup kulit dapat
terpotong; tergigit; mengalami iritasi; tebakar; atau terinfeksi, akan tetapi memiliki
kapasitas dan daya tahan yang luar biasa untuk pulih. Kulit merupakan organ tubuh
yang terletak paling luar dan membatasi tubuh paling luar kulit tidak bisa tepisah dari
kehidupan manusia yang merupakan organ esensial dan vital, kulit juga merupakan
cermin kesehatan dari kehidupan seseorang. Kemudian kulit juga dikatakan sebagai
pembungkus yang elastis. Kulit terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing memiliki
berbagai jenis sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan
tersebut adalah epidermis, dermis dan subkutis.

1. Lapisan epidermis
Epidermis terbentuk oleh epitel skuamosa bertingkat yang memiliki dua jenis
komposisi utama sel yaitu keratinosit dan sel dendritik. Komposisi lainnya yaitu
melanosit, sel Langerhans, dan sel merkel. Umumnya epidermis dibagi menjadi
empat lapisan berdasarkan morfologi keratinosit dan letaknya yaitu stratum basal
(stratum germinativum), lapisan sel skuamosa (stratum spinosum), lapisan sel
glanular (stratum granulosum), dan lapisan sel paling luar (stratum corneum).
a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar
dan terdiri atas sel gepeng yang mati,tidak berinti,dan protoplasmanya berubah
menjadi keratin (zat tanduk)

7
b. Stratum lusidium terdapat langsung di bawah lapisan korneum yang
merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah
menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini tampak atau nyata pada
telapak tangan dan kaki
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan dua atau tiga
lapisan sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar serta terdapat inti
diantranya dan terdapat jelas pada telapak tangan dan kaki
d. Stratum spinosum (stratum malphigi) disebut juga picle cell layer
(lapisan akanta). Sel stratum spinosum mengandung bayak glikogen. Stratum
basale terdiri dari sel yang bebentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal
pada perbatasan dermon epidermal seperti pagar (palisade) dan merupakan
lapisan epidermis yang paling bawah. Sel basal ini mengadakan mitosis yang
berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri dari dua jenis sel yaitu:
1) Sel-sel ini berbentuk kolumnar dengan protoplasma terbentuk inti
lonjong dan besar berhubungan satu dengan yang lain oleh jembatan antar
sel
2) Sel pembentuk melamin (melanosit) atau clear cell merupakan sel
berwarna muda dengan sitoplasma basofisik dan inti gelap yang
mengandung butir pigmen (melanosomes).
2. Lapisan dermis
Komponen utama dermis adalah kolagen. Lapisan ini tepatnya di bawah epidermis
yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Adanya membran dasar atau lamina
menyebabkan lapisan dermis terpisah oleh epidermis. Lapisan dermis terdiri atas
lapisan elastis dan fibrosa padat. Secara garis besar elemen seluler dan folakel
rambut dibagi dua yaitu:
a. Pars papilare adalah bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah
b. Pars retikulare adalah bagian yang dibawahnya menonjol kearah
subkutan tediri dari serabut-serabut penunjang, misalnya serabut (kolagen,
elastin, dan retikulin). Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental,
asam hialuronat, dan kondroitin sulfat yang terdapat pula fibroblast. Serabut
kolagen dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang
mengandung hidroksiprolin dan hidroksilin. Kolagen muda bersifat lentur
(dengan betambah umur menjadi kurang larut sehingga stabil), serabut elastin
biasanya bergelombang,berbentuk amorft, mudah mengembang dan lebih
elastis.

8
3. Lapisan subkutis
Lapisan ini adalah kelanjutan dari dermis dan terdiri dari jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak, di dalam lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa
berbentuk bulat dengan intinya terdesak kepinggir sehingga membentuk cincin.
Fungsi penikulus adiposa adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan
trauma mekanis yang menimpa pada kulit,isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
Bagian bawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya adalah otot.

Kulit merupakan organ eksresi tempat pengeluaran keringat, bagian kulit yang
berfungsi untuk ini adalah bagian kelenjar keringat. Hal ini berfungsi untuk mengatur
suhu tubuh, keringat yang dikeluarkan dapat menyerap panas tubuh untuk
mempertahankan panas tubuh agar tetap stabil. Selain sebagi alat eksresi kulit juga
berfungsi sebagai berikut:
a. Fungsi proteksi yaitu kulit berfungsi menjaga bagian dalam tubuh terhadap
gangguan fisik atau mekanis
1) Gangguan fisis misalnya:
a) Tekanan
b) Gesekan
c) Tarikan.
2) Gangguan kimiawi misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat
iritan.
Contoh: Lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya
3) Gangguan bersifat panas misalnya radiasi, sengatan, sinar ultra violet
4) Gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.
b. Fungsi absorsi, karena kulit yang sehat tidak mudah menyerap air; larutan; dan
benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap. Begitu juga
yang larut dalam lemak
c. Fungsi eksresi yaitu fungsi kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang
tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh seperti NaCl, urea, asam
urat, dan ammonia
d. Fungsi persebsi, fungsi terhadap rangsangan panas yang diperankan oleh
badan-Ruffini di dermis dan subkutis. Fungsi terhadap rangsangan dingin
diperankan oleh badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil Meissner
terletak di papilla dermis peran terhadap rabaan. Fungsi badan vater Paccini di
epidermis berperan terhadap tekanan
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (thermogulasi), peran kulit untuk mengeluarkan
suhu keringat dan menegerutkan otot (kontraksi otot) pembuluh darah kulit

9
f. Fungsi pembentuk pigmen, terletak di lapisan basal ini berasal dari rigi saraf
(melanosit) dan peran untuk memnentukan warna kulit; ras; maupun individu
g. Fungsi pembentuk vitamin D, dapat mengubah 7 dihidrognisi kolesterol
dengan bantuan sinar matahari. Kebutuhan vitamin tidak cukup dengan sinar
matahari sehingga vitamin D dapat diperlukan dengan pemberian sistem vitamin
D sistemik.

C. Klasifikasi Dermatitis
1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi
yang menempel pada kulit. Dermatitis kontak merupakan respon peradangan kulit
akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara
kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol
yang meradang. Hal ini disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab
iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci atau detergen, sabun mandi
atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum,
kosmetik atau rumput. Dermatitis kontak terbagi menjadi dua yaitu:
a. Dermatitis kontak iritan merupakan kerusakan kulit yang terjadi
langsung tanpa diketahui proses sensitasi (mekanisme non imunologik).
Dermatitis kontak iritan disebabkan oleh faktor-faktor eksogen maupun
endogen, merupakan kerusakan kulit iritan dari berbagai sifat kimiawi
mengenai kulit dengan cara yang berbeda. Dermatitis kontak iritan yang
secara langsung merusak bagian kulit adalah asam, basa, deterjen dan produk-
produk minyak bumi. Beberapa iritan yang kuat dapat langsung menimbulkan
efek, sedangkan iritan yang lebih lemah menimbulkan efek kumulatif.
Dermatitis kontak iritan dibagi menjadi dua yaitu:
1) Dermatitis iritan akut
Dermatitis iritan akut terjadi setelah satu atau beberapa kali olesan dengan
bahan-bahan iritan kuat sehingga terjadi adanya kerusakan epidermis yang
berdampak peradangan. Reaksi dapat berupa kulit menjadi merah atau
cokelat, kadang terjadi edema dan panas atau ada pula papula; vesikula;
dan pustula. Zat kimia asam dan basa keras yang digunakan dalam
industry menyebabkan iritasi akut
10
2) Dermatitis iritan kronik
Dermatitis iritan kronik terjadi karena kulit berkontak dengan bahan-bahan
iritan yang tidak terlalu kuat seperti sabun, deterjen, dan larutan antiseptic.
Gejala dermatitis akut yaitu kulit kering, pecah-pecah, memerah, bengkak,
dan terasa panas.
b. Dermatitis kontak alergik adalah kelainan kulit yang terjadi pada
seseorang yang mengalami sensitifitas karena suatu alergen (mekanisme
imunologik spesifik). Dermatitis kontak alergi dapat terjadi karena kulit
terpajan atau berkotak dengan bahan-bahan yang bersifat sesitizer (alergen).
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis yang timbul setelah kontak
dengan kontakan eksterna melalui proses toksik. Penyebab dermatitis kontak
alergi berupa asam dan basa kuat, serta pelarut organik. Gejala berupa rasa
panas, nyeri atau gatal yang dikeluhkan oleh penderita setelah beberapa saat
kontak dengan bahan. Terdapat dua fase dermatitis kontak alergi yang
meliputi:
1) Fase akut tandanya adalah merah, edema, papula, vesikula, berair,
krusta, dan gatal
2) Fase kronis tandanya adalah kulit tebal atau likenifikasi, kulit pecah-
pecah, skuama, kulit kering, dan hiperpigmentasi.

Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik

No. Berdasark Dermatitis kontak Dermatitis kontak alergik


an iritan
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
Batas lebih jelas Batas tidak begitu jelas
4. Lesi
Eritema sangat jelas Eritema kurang jelas
Sesudah ditempel 24
Bila sesudah 24 jam bahan
Uji jam, bila iritan di
5. allergen di angkat, reaksi
Tempel angkat reaksi akan
menetap atau meluas berhenti.
segera

2. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar Ig E dalam serum dan riwayat atopi pada

11
keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya di lipatan atau fleksural.
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamatif kronis,disebut juga eksema
atopik, prurigo besnier, neurodermatitis diseminata. Gambaran klinis dermatitis
atopik dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan
lokalisasinya terhadap usia:
a. Dermatitis Atopik Infantil (0-1 tahun)
Dermatitis atopi sering muncul pada tahun pertama kehidupan dan dimulai
sekitar usia 2 bulan. Jenis ini disebut juga milk scale karena lesinya
menyerupai bekas susu. Lesi berupa plak eritematosa, papulo-vesikel yang
halus, dan menjadi krusta akibat garukan pada pipi dan dahi. Rasa gatal yang
timbul menyebabkan anak menjadi gelisah, sulit tidur, dan sering menangis.
Lesi eksudatif, erosi, dan krusta dapat menyebabkan infeksi sekunder dan
meluas generalisata dan menjadi lesi kronis dan residif
b. Dermatitis Atopik pada Anak (1- 4 tahun)
Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantile atau timbul sendiri. Pada
umumnya lesi berupa papul eritematosa simetris dengan ekskoriasi, krusta
kecil, dan likenifikasi. Lesi dapat ditemukan di bagian fleksura dan ekstensor
ekstremitas, sekitar mulut, kelopak mata, tangan dan leher
c. Dermatitis Atopik pada Anak (5- 16 tahun)
Pada usia 5-16 tahun dapat dijumpai dermatitis pada tubuh bagian atas dan
wajah. Umumnya muncul dermatitis yang simetris pada area fleksura, tangan,
dan kaki
d. Dermatitis Atopik pada Dewasa (> 16 tahun)
Pada orang dewasa, lesi dermatitis kurang karakteristik, dapat di wajah, tubuh
bagian atas, fleksura, bibir dan tangan.

Sebagian orang yang mengalami dermatitis atopik pada masa anak juga
mengalami gejala pada masa dewasanya, namun penyakit ini dapat juga
pertama kali timbul pada saat telah dewasa. Gambaran penyakit saat dewasa
serupa dengan yang terlihat pada fase akhir anak. Pada umumnya ditemukan
adanya penebalan kulit di daerah belakang lutut dan fleksural siku serta
tengkuk leher. Akibat adanya garukan secara berulang dan perjalanan penyakit
yang kronis, lesi ditandai dengan adanya hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan
likenifikasi. Distribusi lesi biasanya simetris. Lokasi lesi menjadi lebih luas,
selain fosa kubiti dan poplitea, juga dapat ditemukan bagian lateral leher,
tengkuk, badan bagian atas dan dorsum pedis. Namun, dapat pula terbatas

12
hanya pada beberapa bagian tubuh, misalnya hanya tangan atau kaki. Pada fase
remaja, area di sekitar puting susu juga dapat terkena.
3. Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar
uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas. Kelainan
terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter
bervariasi 5-40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering
membentuk krusta
4. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi, hormon,
kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan.
Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga. Selain itu
juga merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama
kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae,
presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha, dan skrotum. Pada kulit
kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebut
pytiriasis steatoides; disertai kerontokan rambut. Lesi dapat menjalar ke dahi,
belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), dan menjadi keadaan
eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau
disebut penyakit Leiner
5. Dermatitis statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan
melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler
masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama
berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit
dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi
hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama,
edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.

D. Penyebab Dermatitis
Penyebab dari eksim sebenarnya belum diketahui dengan pasti, namun
beberapa ahli mencurigai eksim berhubungan dengan aktifitas daya pertahanan tubuh
(imun) yang berlebihan. Hal ini menyebabkan tubuh mengalami reaksi berlebihan
terhadap bakteri atau iritan yang sebenarnya tidak berbahaya pada kulit. Oleh karena
itu, eksim banyak ditemukan pada keluarga dengan riwayat penyakit alergi atau asma.

13
Tiap-tiap orang mempunyai pencetus eksim yang berbeda beda. Ada orang yang
setelah memegang sabun atau deterjen akan merasakan gatal yang luar biasa, ada pula
yang disebabkan oleh bahan atau alat rumah tangga yang lain. Gejala yang timbul pun
bervariasi, ada yang gatalnya ringan tetapi rasa panas yang dominan, ada pula yang
sebaliknya. Infeksi saluran nafas bagian atas atau flu juga bisa menjadi pencetus
timbulnya eksim. Stress yang dialami penderita akan membuat gejala menjadi lebih
buruk. Meskipun penyembuhan eksim sangat sulit dilakukan, namun pada banyak
kasus, pasien dapat mengurangi terjadinya kekambuhan dengan melakukan
pengobatan yang tepat dan menghindari iritan/alergen yang menyebabkan eksim.
Perlu diingat, penyakit ini tidak menular dan tidak akan menyebar dari satu orang ke
orang yang lain. Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi
selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat
berhubungan dengan alergi. Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik
(sinar matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur)
2. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan
eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul
karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan
terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus. Dermatitis kontak merupakan penyakit kulit multifaktoral yang
dipengaruhi oleh faktor eksogen dan faktor endogen.
a. Faktor Eksogen
Faktor yang memperparah terjadinya dermatitis kontak sebenarnya sulit
diprediksi. Beberapa faktor berikut dianggap memiliki pengaruh terhadap
terjadinya dermatitis kontak.
1) Karakteristik bahan kimia
Meliputi pH bahan kimia (bahan kimia dengan pH terlalu tinggi > 12 atau
terlalu rendah < 3 dapat menimbulkan gejala iritasi segera setelah terpapar,
sedangkan pH yang sedikit lebih tinggi > 7 atau sedikit lebih rendah < 7
memerlukan paparan ulang untuk mampu timbulkan gejala), jumlah
14
dankonsentrasi (semakin pekat konsentrasi bahan kimia maka semakin
banyak pulabahan kimia yang terpapar dan semakin poten untuk merusak
lapisan kulit), beratmolekul (molekul dengan berat < 1000 dalton sering
menyebabkan dermatitis kontak, biasanya jenis dermatitis kontak alergi),
kelarutan dari bahan kimia yang dipengaruhi oleh sifat ionisasi dan
polarisasinya (bahan kimia dengan sifat lipofilik akan mudah menembus
stratum korneum kulit masuk mencapai selepidermis di bawahnya)
2) Karakteristik paparan
Meliputi durasi yang dalam penelitian akan dinilai dari lama paparan perhari
dan lama bekerja (semakin lama durasi paparan denganbahan kimia maka
semakin banyak pula bahan yang mampu masuk ke kulit sehingga semakin
poten pula untuk timbulkan reaksi), tipe kontak (kontak melalui udara
maupun kontak langsung dengan kulit), paparan dengan lebih dari satu
jenisbahan kimia (adanya interaksi lebih dari satu bahan kimia dapat bersifat
sinergis ataupun antagonis, terkadang satu bahan kimia saja tidak mampu
memberikangejala tetapi mampu timbulkan gejala ketika bertemu dengan
bahan lain) danfrekuensi paparan dengan agen (bahan kimia asam atau basa
kuat dalam sekali paparan bisa menimbulkan gejala, untuk basa atau asam
lemah butuh beberapakali paparan untuk mampu timbulkan gejala, sedangkan
untuk bahan kimia yangbersifat sensitizer paparan sekali saja tidak bisa
menimbulkan gejala karena harusmelalui fase sensitisasi dahulu)
3) Faktor lingkungan
Meliputi temperatur ruangan (kelembaban udara yang rendah serta suhu yang
dingin menurunkan komposisi air pada stratum korneum yang membuat kulit
lebih permeable terhadap bahan kimia) dan faktor mekanik yang dapat berupa
tekanan, gesekan, atau lecet, juga dapat meningkatkan permeabilitas
kulitterhadap bahan kimia akibat kerusakan stratum korneum pada kulit.
b. Faktor Endogen
Faktor endogen yang turut berpengaruh terhadap terjadinya dermatitis kontak
meliputi:
1) Faktor genetik, telah diketahui bahwa kemampuan untuk mereduksi
radikal bebas, perubahan kadar enzim antioksidan, dan kemampuan
melindungi protein dari trauma panas, semuanya diatur oleh genetic dan
predisposisi terjadinya suatu reaksi pada tiap individu berbeda dan mungkin
spesifik untuk bahan kimia tertentu

15
2) Jenis kelamin, mayoritas dari pasien yang ada merupakan pasien
perempuan, dibandingkan laki-laki, hal ini bukan karena perempuan memiliki
kulit yang lebih rentan, tetapi karena perempuan lebih sering terpapar dengan
bahan iritan dan pekerjaan yang lembab
3) Usia, anak dengan usia kurang dari 8 tahun lebih rentan terhadap bahan
kimia, sedangkan pada orang yang lebih tua bentuk iritasi dengan gejala
kemerahan sering tidak tampak pada kulit
4) Ras, sebenarnya belum ada studi yang menjelaskan tipe kulit yang
mana yang secara signifikan mempengaruhi terjadinya dermatitis. Hasil studi
yang baru, menggunakan adanya eritema pada kulit sebagai parameter
menghasilkan orang berkulit hitam lebih resisten terhadap dermatitis, akan
tetapi hal ini bisa jadi salah, karena eritema pada kulit hitam sulit terlihat
5) Lokasi kulit, ada perbedaan yang signifikan pada fungsi barier kulit
pada lokasi yang berbeda. Wajah, leher, skrotum, dan punggung tangan lebih
rentan dermatitis
6) Riwayat atopi, dengan adanya riwayat atopi, akan meningkatkan
kerentanan terjadinya dermatitis karena adanya penurunan ambang batas
terjadinya dermatitis, akibat kerusakan fungsi barier kulit dan perlambatan
prosespenyembuhan
7) Faktor lain dapat berupa perilaku individu: kebersihan perorangan,
hobi dan pekerjaan sambilan, serta penggunaan alat pelindung diri saat
bekerja.

E. Manifestasi Klinis Dermatitis


Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
1. Stadium akut: kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi,
dan eksudasi sehingga tampak basah
2. Stadium subakut: eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta
3. Stadium kronis: lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan
likenefikasi. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium
kronis.

Manifestasi Klinis Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang
umumnya konstan dan seringkali hebat (sangat gatal). Dermatitis kontak alergi
16
biasanya ditandai dengan adanya lesi eksematosa berupa eritema, udem, vesikula, dan
terbentuknya papulo vesikula; gambaran ini menunjukkan aktivitas tingkat selular.
Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah akan
mengeluarkan cairan yang mengakibatkan lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya
terbatas pada tempat kontak dengan alergen, sehingga corak dan distribusinya sering
dapat menunjukkan kausanya, misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat
curiga dengan shampo atau cat rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena
wajahnya dapat curiga dengan cream, sabun, bedak, dan berbagai jenis kosmetik
lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang hebat, dermatitis menyebar luas ke
seluruh tubuh. Ciri khas dermatitis kontak alergi adalah radang yang secara perlahan
meluas, batas peradangan tidak jelas (difus), rasa sakit, dan panas tidak sehebat pada
dermatitis kontak iritan.
Perjalanan dermatitis kontak alergi dapat akut, sub-akut, ataupun kronis.
Dermatitis kontak alergi akut ditandai dengan erupsi eksematosa dengan eritem,
udem, papula, vesikula dan biasanya bula, serta patch berbatas tegas, single, ataupun
multiple dengan berbagai bentuk dan ukuran, akan tetapi umumnya diskoid. Erupsi
umumnya dapat saling berpengaruh, sehingga daerah yang terkena dapat meluas.
Intensitas dermatitis dapat memberat pada hari ke empat sampai hari ke tujuh, jika
tidak diberi pengobatan dan sudah tidak ada kontak dengan alergen. Penyembuhan
biasanya terjadi pada satu sampai dua minggu hingga satu bulan. Dermatitis sub-akut
ditandai dengan eritem, udem yang minimal, vesikula dan krusta. Dermatitis kronik
tampak sebagai patch kering yang meng-alami likhenifikasi dan berskuama serta
fisura. Fase knonik sangat sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan, baik secara
klinis maupun histopatologis, karena pada keduanya sama-sama ditemukan eritema,
penebalan, deskuamasi, fisura dan gatal. Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis
yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Anamnesis Anamnesis berperan
sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan
teliti, karena sangat menentukan terapi maupun follow-up-nya, yaitu untuk sedapat
mungkin mencegah kekambuhan. Pada anamnesis perlu ditanyakan pekerjaan, hobi,
riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal, misalnya tentang pemakaian
kosmetik, pakaian baru, pemakaian jam tangan atau perhiasan. Selain itu, perlu
ditanyakan juga perihal riwayat atopi serta pengobatan yang pernah diberikan, baik
oleh dokter maupun yang dilakukan sendiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya eritema, edema, papula dan vesikula yang jika pecah akan membentuk
17
dermatitis yang basah. Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak, tidak berbatas tegas,
dan pada penderita yang sensitif dapat meluas. Dalam membantu penegakan diagnosis
dikenal istilah regional diagnosis.
Bagian-bagian tubuh tertentu sangat mudah tersensitisasi dibandingkan dengan
bagian tubuh lainnya, misalnya: kelopak mata, leher dan genital, sedangkan pada
bagian tubuh yang kulitnya tebal agak sulit terjadi dermatitis kontak alergi, seperti
telapak tangan, telapak kaki dan kulit kepala. Bila terjadi kontak pada daerah itu,
maka daerah yang berbatasan yang kulitnya tipislah yang mengalami
dermatitis.Kelopak mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian kosmetik
(maskara), obat (tetes mata), air borne alergen ( hair spray, debu, serbuk sari) atau
terhadap alergen yang terbawa oleh jari tangan (cat kuku). Untuk leher, penyebab
umum dermatitis kontak alergi adalah kosmetik, parfum, perhiasan (kalung) yang
mengandung nikel yang menyebabkan coin shape dermatitis. Dermatitis dan air borne
alergen dan photo sensitizer akan berbatas tegas atau menggambarkan segi tiga di
fossa suprasternal. Untuk daerah genital, baik pada laki - laki maupun perempuan
akan bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama udem dan gatal. Sensitizing-agent
dapat dibawa ke genital oleh tangan. Benda-benda dari karet, seperti kondom,
pesarium, pakaian serta obat-obat topikal merupakan causative agent yang sering
ditemukan.
a. Dermatitis kontak
Pada beberapa orang keluhan hanya berupa gejala subjektif seperti rasa terbakar,
tersengat. Dapat juga berupa sensasi nyeri beberapa menit setelah terpajan
misalnya terhadap asam, kloroform, methanol. Rasa seperti tesengat cukup
lambat terjadi yaitu dalam 1-2 menit, puncaknya dalam 5-10 menit dan berkurang
dalam 30 menit yang disebabkan oleh aluminium klorid, fenol, propilen glikol,
dan lain-lain.gejala pada dermatitis kontak iritan akut yaitu kulit terasa pedih,
panas, rasa terbakar, kelainan ynag terlihat berupa eritema; edema; bula; dan
dapat ditemukan nekrosis. Pinggir kelainan kulit berbatas tegas dan pada
umumnya simetris. Biasanya terjadi karena kecelakaan dan rekasi segera timbul.
Gejala dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis) merupakan gejala klasik berupa
kulit kering, eritema, skuama, lambat laun akan menjadi tebal (hyperkeratosis)
dan likenifikasi, difus. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak
seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami
kontak terus-menreus dengan detergen. Keluhan penderita umumnya rasa gatal

18
atau nyeri karena keluhan kulit retak. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit
kering atau skuama tanpa eritema sehingga diabaikan oleh penderita.
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin intermiten
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahannya.
b. Dermatitis atopik
Gejala klinis dari perjalanan dermatitis atopik sangat bervariasi, membentuk
sindrom manifestasi diatesis atopi. Gejala utama dermatitis atopik adalah pruritus,
dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari.
Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga timbul bermacam-macam
kelainan kulit seperti papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi, dan
krusta. Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, pucat atau redup, kadar
lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat.
Lesi akut pada dermatitis atopik berupa eritema dengan papul, vesikel, edema
yang luas dan luka akibat menggaruk. Sedangkan pada stadium kronik, berupa
penebalan kulit atau yang disebut likenifikasi. Selain itu, dapat terjadi fisura yang
nyeri terutama pada fleksor, telapak tangan, jari, dan telapak kaki. Pada orang
berkulit hitam atau coklat dapat ditemukan likenifikasi folikular.
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan-bahan berbulu
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofolik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan
konsentrasi kurang dari 5%
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginos dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat
diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol.
Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu.
Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut.
Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis
diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan
efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul riebound phenomen

19
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sinsitisasi, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
kolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromesin, asitromisin
atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari
selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.
c. Neurodermatitis sirkumskripta
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal, pemberian steroid
topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid topical
mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan
untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah), pada
pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang lowpoten, pemakaian
high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang
dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
d. Dermatitis numularis
Gejala dermatitis numularis seringkali ditandai dengan munculnya bercak
kemerahan pada kulit yang berukuran kecil, namun banyak dan mengelompok.
Bercak ini terkadang mengeluarkan cairan dan dapat mengumpul, kemudian
membesar sehingga membentuk seperti koin. Bercak yang berubah menjadi
kuning menunjukkan terjadinya infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada
daerah yang mengalami dermatitis. Kondisi ini dapat diatasi dengan
menggunakan antibiotik. Kulit di antara bagian bercak dermatitis akan tetap
bersih meskipun mudah mengalami iritasi. Gejala lain yang dapat diamati pada
bercak dermatitis numularis adalah ukuran bercak dermatitis bervariasi dari 2-10
cm; seringkali muncul pada kaki, namun dapat juga terjadi di bagian badan,
lengan, tangan, dan telapak kaki; warna dapat bervariasi dari merah, merah muda,
atau cokelat; gatal dan rasa terbakar ringan hingga berat, rasa gatal seringkali
muncul dan bertambah parah pada malam hari serta dapat mengganggu kualitas
tidur penderita; kulit yang mengalami dermatitis kemudian mengeluarkan cairan

20
yang dapat berubah menjadi keras dan bersisik. Pengobatan yang dapat dilakukan
yaitu:
1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
2) Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus
3) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik
4) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
e. Dermatitis statis
1) Diuretik
2) Imunosupresan
3) Istirahat
4) Kortikosteroid
5) Pelembab
6) Terapi kompresi.

F. Patofisiologi Dermatitis
Ada dua fase yang biasanya dialami oleh penderita dermatitis. Pertama (fase
anak), fase ini dimulai dengan munculnya dermatitis sub akut. Jenis dermatitis ini
cenderung lebih kering. Dermatitis ini sering muncul di lipat siku/lutut. Kedua (fase
dewasa), fase ini disertai dengan munculnya hiperpigmentasi (kelebihan pigmen pada
kulit yang bisa menyebabkan warna hitam pada bekas luka yang terinfeksi),
hiperkeratosis, dan likenifikasi (penebalan kulit dan bertambah jelasnya garis-garis
normal kulit). Untuk mencegahnya penyakit ini ada beberapa macam cara penanganan
diantaranya adalah pemeriksaan hispatologi (lesi akut,kronik), dan melakukan
serangkaian uji tusuk, serta tempel (reaksi positif setelah 24-48 jam). Dermatitis
kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat.
Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase induksi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal
dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi
pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis.
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan
berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini
ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian
memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi
limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah
parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi
21
membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian
sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem
limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama
atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu
menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit, maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,
prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan
menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan
sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan
keluarnya mediator-mediator sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatitis
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang
iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-
ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Pada dermatitis kontak alergi,
ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi
dermatitis ini yaitu:

1. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang
disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit
selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau
endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan
kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten
22
protein. Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan
dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji
antigen (antigen presenting cell). Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus
dan ke parakorteks Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen
kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+
berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans, sedangkan
molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti),
merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja
atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan
sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition).
Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1)
yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan
mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells, yang
akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki
fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada
manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit.
Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko
untuk mengalami dermatitis kontak alergik
2. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen
yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen
dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk
mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1
dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1
(intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan
lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan
makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan
permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit
seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis. Proses
peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu
proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans
dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel
makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-
2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan

23
basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48
jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang
bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T
terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.

G. Pathway Keperawatan

H. Komplikasi Dermatitis
Dapat terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri. Gejalanya berupa bintik-bintik
yang mengeluarkan nanah. Pembengkakan kelenjar getah bening sehingga penderita
mengalami demam dan lesu. Pada kasus tertentu, dermatitis dapat menyebabkan
kompliksi kesehatan lainnya selain gejala yang muncul pada kulit. Infeksi kulit akibat
menggaruk secara konstan adalah komplikasi yang paling umum terjadi akibat
dermatitis, diantaranya yaitu:
1. Infeksi bakteri

24
Risiko kesehatan yang terkait dengan dermatitis adalah skin colonization atau
infeksi bakteri seperti Staphylococcus aureus. Sekitar 60-90% orang dengan
dermatitis cenderung memiliki bakteri tersebut di kulit
2. Infeksi virus
Orang dengan dermatitis rentan terhadap beberapa infeksi virus pada kulit. Sebagai
contoh, virus herpes simplex dapat menyebabkan kondisi kulit dermatitis dengan
eksim herpeticum. Orang dengan dermatitis atopik dilarang untuk menerima vaksin
cacar karena berisiko terkena infeksi eksim vaccinatum. Infeksi ini disebabkan oleh
virus vaccinia pada vaksin cacar yang bereproduksi dan menyebar ke seluruh
tubuh. Selain itu, orang yang dekat dengan penderita dilarang menerima vaksin
cacar dikarenakan risiko berpindahnya virus vaksin pada tubuh penderita
3. Neurodermatitis
Merupakan kondisi kulit akibat terlalu sering digaruk. Hal ini dapat menyebabkan
kulit menebal, memerah, dan berwarna lebih gelap dari kulit sekitarnya. Walaupun
tidak berbahaya, neurodermatitis dapat menyebabkan perubahan warna permanen
dan penebalan kulit walau eksim sudah tidak aktif. Selain itu, neurodermatitis
adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip yang ditandai dengan kulit tebal
dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan
pruritogenik. Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5-25 cm. Penyakit ini muncul saat
sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi
ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan, dan bagian belakang dari leher.
4. Bekas luka
Menggaruk kulit secara konstan dapat menyebabkan bekas luka. Satu-satunya cara
untuk mencegah bekas luka adalah dengan tidak menggaruk kulit. Bekas luka baru
muncul saat kulit sembuh dari eksim. Bekas luka dapat membuat permukaan kulit
lebih timbul atau bekas luka permanen pada bagian yang teriritasi.

Barrier kulit yang rusak, respon imun yang abnormal, penurunan produksi
peptide anti mikroba endogen, semua predisposisi mempengaruhi penderita dermatitis
terkena infeksi sekunder. Infeksi kutan ini dapat menimbulkan lebih risiko yang serius
pada bayi dan pada waktu mendatang akan berpotensi untuk infeksi sistemik.
Penderita dermatitis juga sangat rentan dengan infeksi virus. Komplikasi pada mata
juga dihubungkan dengan dermatitis kelopak mata dan blepharits kronis yang

25
umumnya terkait dengan dermatitis serta dapat mengakibatkan gangguan penglihatan
dari jaringan parut kornea. Kerato konjungvitis biasanya bilateral dan dapat memiliki
symptom seperti rasa gatal dan terbakar pada mata, mata berair, dan mengeluarkan
diskret yang mukoid. Secara umum, komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
dengan dermatitis adalah sebagai berikut:
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Infeksi sekunder khususnya oleh stafilokokus aureus
c. Hiperpigmentasi atau hipopigentasi post inflamasi
d. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif.

I. Penatalaksanaan Dermatitis
Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk
mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal, lotion dan
krim pelembab sangat dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lebih lembab.
Tindakan ini biasanya dilakukan saat kulit masih sedikit basah, seperti saat habis
mandi sehingga lotion yang dioleskan akan mempertahankan kelembaban kulit.
Kompres dingin juga diduga dapat mengurangi rasa gatal yang terjadi.
1. Krim atau salep kortikosteroid seperti hydrokortison bisa mengurangi ruam
dan mengendalikan rasa gatal. Krim kortikosteroid yang dioleskan pada daerah
yang luas atau dipakai dalam jangka panjang bisa menyebabkan masalah
kesehatan yang serius, karena obat ini diserap ke dalam aliran darah. Untuk kasus
kasus yang berat, dokter akan memberikan tablet kortikosteroid dan apabila pada
daerah eksim telah terinfeksi maka bisa diberikan antibiotika untuk membunuh
bakteri penyebab infeksi. Mengoleskan jeli minyak atau minyak sayur bisa
membantu menjaga kehalusan dan kelembaban kulit
2. Pada beberapa penderita, ruam semakin memburuk setelah mereka mandi,
bahkan sabun dan air menyebabkan kulit menjadi kering dan penggosokan
dengan handuk bisa menyebabkan iritasi. Oleh karena itu dianjurkan untuk lebih
jarang mandi, tidak terlau kuat mengusap-usap kulit dengan handuk dan
mengoleskan minyak atau pelumas yang tidak berbau (misalnya krim pelembab
kulit)
3. Antihistamin (difenhidramin, hidroksizin) bisa mengendalikan rasa gatal,
terutama dengan efek sedatifnya. Obat ini menyebabkan kantuk, jadi sebaiknya
diminum menjelang tidur malam hari. Kuku jari tangan sebaiknya tetap pendek
untuk mengurangi kerusakan kulit akibat garukan dan mengurangi kemungkinan

26
terjadinya infeksi dan cyclosporin untuk penderita yang tidak berespon terhadap
semua jenis pengobatan yang diberikan
4. Penderita sebaiknya belajar mengenali tanda-tanda dari infeksi kulit pada
dermatitis atopik (yaitu kulit bertambah merah, pembengkakan, terdapat gurat-
gurat merah dan demam). Jika terjadi infeksi, berikan antibiotik.

Selain itu, ada beberapa cara atau langkah-langkah yang dapat mengurangi
terjadinya risiko dermatitis (terpapar dermatitis) yaitu antara lain:
a. Hindari kontak dengan iritan atau alergen. Jika anda alergi maka hindarilah
faktor pencetus alergi, seperti debu,bulu binatang
b. Jika gatal, jangan menggaruk karena dapat terjadi luka, radang dan bernanah
c. Hindari stres dan menjalankan pola hidup yang sehat
d. Jaga kebersihan diri dan lingkungan
e. Jaga kelembaban kulit dengan cara menghndari perubahan suhu
f. Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan
g. Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras.

Upaya pengobatan yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan, baik
yang bersifat mekanik (gesekan atau tekanan yang bersifat terus-menerus suatu alat),
fisik (lingkungan yang lembab, panas, dingin, asap, sinar matahari, dan ultraviolet)
atau kimiawi (alkali, sabun, pelarut organik, detergen, pemutih, dan asam kuat, basa
kuat). Bila dapat dilakukan dengan sempurna dan tanpa komplikasi, maka tidak perlu
pengobatan topikal dan cukup dengan pelembab untuk memperaiki kulit yang kering.
Apabila diperlukan untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid
topikal. Pemakaian alat perlindungan yang adekuat diperlukan bagi mereka yang
bekerja dengan bahan iritan sebagai upaya pencegahan. Pencegahan bahan iritan
seharusnya menjadi diagnose primer dan edukasi pada pasien. Penggunaan kompres
basah dengan astringent alumunium asetat dapat digunakan untuk mendinginkan dan
mengeringkan lesi. Hidrokortison dan lotion kalamin membantu untuk mengeringkan
rasa gatal. Penggunaan topical anestesi local tipe caine perlu dihindari atau diawasi
karena dapat menyebabkan kontak dermatitis yang lebih luas.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen ataupun endogen yang menimbulkan gejala
klinis berupa efloresensi polimofik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan gatal. Dermatitis dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit
sehingga hal tersebut harus segera ditangani. Kerusakan integritas kulit dapat
27
mengganggu rasa nyaman dan gangguan istirahat akibat gatal yang dialami.
Anamnesis, harus dilakukan dengan cermat. Anamnesis dermatologis terutama
mengandung pertanyaan-pertanyaan seperti onset dan durasi, fluktuasi, perjalanan
gejala-gejala, riwayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga, pekerjaan dan hobi,
kosmetik yang digunakan, serta terapi yang sedang dijalani.
Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang
ditemukan. Misalnya, ada kelainan kulit berupa lesi numular di sekitar umbilicus
berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu
ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat pinggang
yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi
riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik,
kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang
pernah dialami, serta penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis
atopik). Namun yang paling penting ditanyakan pada anamnesis antara lain:
a. Riwayat pekerjaan sekarang: tempat bekerja, jenis pekerjaan, kegiatan
yang lazim dilakukan pada hari kerja, pakaian pelindung dan peralatan, dan
fasilitas kebersihan dan praktiknya
b. Faktor pekerjaan sehubungan dengan gangguan kulit seperti material
yang dipakai dan proses yang dilakukan, informasi mengenai kesehatan dan
keselamatan tentang material yang ditangani, apakah ada perbaikan pada
akhir pekan atau pada hari libur, riwayat kerja yang lalu sebelum bekerja di
tempat tersebut, riwayat tentang penyakit kulit akibat kerja yang pernah
diderita, apakah ada pekerjaan rangkap di samping pekerjaan yang sekarang
c. Riwayat lainnya secara umum: latar belakang atopi (perorangan atau
keluarga), alergi kulit, penyakit kulit lain, pengobatan yang telah diberikan,
kemungkinan pajanan di rumah, dan hobi pasien.
1) Identitas terdiri dari:
a) Nama
b) Jenis kelamin
c) Umur
d) Agama
e) Suku bangsa
f) Pendidikan
g) Pekerjaan
h) Alamat
i) Dan lain-lain.
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi
pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila

28
dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak
alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka
(hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita
dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%.
Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi
penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis
kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada
usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali
lipat dari pada laki-laki.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya. Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan
atau apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
b) Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis biasanya klien mengeluh kulitnya terasa gatal, nyeri,
dan kadang disertai rambut rontok. Gejala yang sering menyebabkan
penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang
timbul
(1) Riwayat keluhan utama
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama.
Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit (vesikel), terasa
panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti oleh
pengeluaran sekret. Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien
(2) Provocative/palliative
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan
tertentu yang menyebabkan kerusakan pada kulit. Apa yang membuat
keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat. Dengan menjauhi
sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan berkurang
(3) Quality/quantity
Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar. Pada beberapa kasus
dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal dan nyeri pada
daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan keluhan.
Sejauh mana sakit dirasakan. Rasa sakit yang dirasakan mulai dari
tingkat ringan sampai berat. Tergantung dari lama kontak zat dengan
kulit, konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit

29
(4) Region/radiation
Dimana letak sakit tergantung dari daerah yang kontak dengan
penyebab. Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari
manis, tempat cedera, dibalik perhiasan
(5) Severitty scale
Apakah mempengaruhi aktifitas. Terganggunya aktifitas tergantung dari
letak,tingkat keparahan penyakit. Seberapa jauh skala ringan atau berat
tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya
(6) Timing
Kapan mulai terjadi, kapan sering terjadi, apakah terjadinya mendadak
atau perlahan-lahan.
c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah
pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya.
Selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien, apakah pasien dulu pernah
menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. Apakah pasien
pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah
pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
d) Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit
yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis
pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat berarti
penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopik.
e) Pola fungsi kesehatan
(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan kondisi
kesehatan terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia yang dapat
menimbulka dermatitis. Jika penderita merasakan keluhan biasanya
pasien minum obat dan apabila penyakitnya tidak sembuh pasienpergi
ke pelayanan kesehatan. Persepsi terhadap penyakit yaitu tanyakan
kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah
pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit
tersebut mengganggu aktivitas pasien. Penggunaan yaitu tanyakan
tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik,
antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase (MAO),
antikolinergik, antispasmotik, dan obat anti-parkinson, tanyakan

30
tentang penggunaan alkohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya
hidup klien
(2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan
terganggu karena penyakit yang rasakan seperti rasa panas, demam dan
nyeri bagian kulit yang biasanya membuat nafsu makan turun tetapi
tergantung dari masing-masin idividu yang mengalami. Tanyakan
bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi, siang, dan
malam). Tanyakan juga bagaimana nafsu makan klien, apakah ada
mual muntah, pantangan atau alergi. Selain itu, tanyakan apakah klien
mengalami gangguan dalam menelan, dan tanya apakah klien sering
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang
(3) Pola Eliminasi
Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan pada
pola eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada bagian genital sehingga
membuat penderita takut untuk buang air kecil. Tanyakan bagaimana
pola buang air kecil dan buang air besar, warna dan karakteristiknya.
Tanyakan juga berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan
defekasi. Apakah ada masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi
(4) Pola Aktivitas dan Latihan
Biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas sehari-
hari tetapi tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan rasa nyeri
atau lokasi sakit yang dirasakan. Perubahan aktivitas/hobi biasanya
sehubungan dengan gangguan pada kulit. Mengenai masalah kekuatan
otot biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena
yang terganggu adalah kulitnya. Kaji juga keluhan klien saat
beraktivitas
(5) Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi gangguan pola
tidur dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal ataupun rasa terbakar yang
dialami. Tanyakan tentang kebiasaan pasien seperti lama/durasi tidur,
pola dan kualitas tidur pasien. Mengenai masalah pola tidur, coba
tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan
dengan gangguan pada kulit
(6) Pola Hubungan dan Peran

31
Biasanya hubungan dengan keluarga, teman, dan tetangga terganggu
karena penyakitnya yang dirasakan. Tanyakan apa pekerjaan pasien,
bagaimana tentang sistem pendukung dalam kehidupan klien seperti
pasangan; teman; dan lain sebagainya. Tanyakan juga apakah ada
masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
(7) Pola Sensori dan Kognitif
Biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan ganngguan tetapi
tergantung dari masing-masing individu yang mengalami penyakit
tersebut. Kaji status mental klien, kemampuan berkomunikasi, dan
kemampuan klien dalam memahami sesuatu. Kaji juga mengenai
tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
Identifikasi penyebab kecemasan klien. Kaji penglihatan dan
pendengaran klien. Kaji apakah klien mengalami vertigo atau nyeri
(gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit)
(8) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar, bicara normal,
masih mampu berinteraksi sosial. Tanyakan pada klien bagaimana klien
menggambarkan dirinya sendiri, apakah ada kejadian yang menimpa
klien sehingga mengubah tentang gambaran dirinya. Tanyakan juga apa
yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi, atau
takut. Apakah ada sesuatu atau hal yang mengganggu pikirannya
(9) Pola Reproduksi dan Seksual
Biasanya penderita dermaitis merasa terganggu dengan pola seksual
jika penyakit tersebut menyerang bagian genetalia. Tanyakan masalah
seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya. Tanyakan kapan
klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause. Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan
dalam pemenuhan kebutuhan seks
(10) Pola Penanggulangan Stress
Biasanya pada penderita dermatitis mengatasi rasa nyeri dengan
mengonsumsi obat anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan biasanya
akan meningkatkan emosi dan rasa khawatir klien tentang penyakitnya.
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di rumah sakit
(finansial atau perawatan diri). Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan
bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien).

32
Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering
berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat
(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Biasanya pada penederita dermatitis menyebabkan malaise, demam,
rasa panas pada kulit sehingga bisa membuat rutinitas ibadah penderita
terganggu. Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan
dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran
agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
3) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi atau
kemerahan pada kulit, dan kekuatan daya tahan tubuh. TTV biasanya
penderita mengalami peningkatan suhu tubuh dan akibat nyeri yang
dirasakan bisa juga mengakibatkan peningkatan denyut jantung, peningkatan
pernapasan, serta peningkatan tekanan darah. Pemeriksaan klinis merupakan
hal yang pokok dalam pemeriksaan dermatologis, pemeriksaan tersebut yang
baik adalah:
a) Lokasi dan/atau distribusi dari kelainan yang ada
b) Karakteristik dari setiap lesi, dilihat dari morfologi lesi
(eritema, urtikaria, likenifikasi, perubahan pigmen kulit)
c) Pemeriksaan lokasi-lokasi sekunder
d) Teknik-teknik pemeriksaan khusus, dengan patch test.
(1) Pemeriksaan head to toe dengan cara inspeksi (melihat),
auskultasi (mendengar), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk) mulai
dari:
(a) Kepala: Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada
luka atau lesi
(b) Rambut: Biasanya berwarna hitam tergantung tingkatan
usia
(c) Wajah: Kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan
tidak pucat, sianosis adanya kemerahan/tidak
(d) Mata: Konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak,
ada kelainan atau tidak, serta adanya bengkak kemerahan/tidak
(e) Mulut dan gigi: Bersih/tidak, warna bibir, ada
stomatitis/tidak, gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah.
Biasanya pada herpes terdapat lesi pada bagian bibir akibat
infeksi

33
(f) Leher: Ada kelainan atau tidak, adanya nyeri
tekan/tidak, adanya kemerahan atau tidak karena dermatitis bisa
menyerang bagian kulit
(g) Thorak: Irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak,
ada tidak bunyi tambahan nafas. Tidak ada masa/ benjolan, ada
nyeri tekan atau tidak
(h) Abdomen: Ada atau tidak luka bekas operasi, distensi
abdoen atau tidak, kembung atau tidak, warna, kebersihan
(i) Genetalia: Apakah ada varises, bersih, adanya nyeri
tekan atau tidak, edema/tidak. Biasanya pada dermatitis yang
menyerang genital mengalami kelainan seperti warna kemerahan
serta adanya rasa nyeri
(j) Rektum: Bersih/tidak, tidak ada edema, adanya tanda-
tanda insfeksi/tidak)
(k) Ekstrimitas: Edema/tidak, adanya varises/tidak,
sianosis, CRT kembali normal/tidak
(l) Integumen: Biasanya pada dermatitis akan ditemukan
radang akut terutama priritus (sebagai pengganti dolor),
kemerahan (rubor), gangguan fungsi kulit (function laisa),
terdapat vesikel-vessikel fungtiformis yang berkelompok yang
kemudian membesar, terdapat bula atau pustule, hiperpigmentasi
atau hipopigmentasi. Adanya nyeri tekan, edema atau
pembengkakan, serta kulit bersisik.

Inspeksi. Pasien berada dalam ruangan yang terang dan hangat, pemeriksaan
menggunakan pen ligt untuk menyinari lesi amati kulit yaitu warna kulit,
kekeringan, tekstur, lesi, vaskularisasi, mobilitas kondisi rambut dan kuku,
turgor kulit, edema, warna kebiruan, sianosis (hipoksia seluler) dapat dilihat
pada ekstremitas dan dasar kuku, bibir, membran mukosa. Kaji apakah ada
ikterus (kulit yang menguning) akibat kenaikan bilirubin sklera, membran
mukosa. Perubahan vaskuler (ptekie), ekimosis, eritema, urtikaria.

Palpasi. Pada tindakan palpasi pemeriksaan harus menggunakan sarung


tangan sebagai proteksi bagi pemeriksa. Pada tindakan ini ini akan
ditemukan: turgor kulit, edema, elastisitas kulit.

34
Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola
kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya.
Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan,
dan di kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada
seluruh permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain
karena sebab- sebab endogen. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan adanya
eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika
pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya
timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah
sekitarnya karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi
dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional akan sangat
membantu penegakan diagnosis.
4) Pemeriksaan Penunjang
Untuk membantu menegakan diagnosis penyakit kulit akibat kerja selain
pentingnya anamnesa, juga banyak test lainnya yang digunakan untuk
membantu. Salah satu yang paling sering digunakan adalah patch test. Dasar
pelaksanaan patch test adalah sebagai berikut:
a) Bahan yang diujikan (dengan konsentrasi dan bahan pelarut
yang sudah ditentukan) ditempelkan pada kulit normal, kemudian
ditutup. Konsentrasi yang digunakan pada umumnya sudah ditentukan
berdasarkan penelitian-penelitian
b) Biarkan selama 2 hari (minimal 24 jam) untuk memberi
kesempatan absorbsi dan reaksi alergi dari kulit yang memerlukan waktu
lama. Meskipun penyerapan untuk masing-masing bahan bervariasi, ada
yang kurang dan ada yang lebih dari 24jam, tetapi menurut para peniliti
waktu 24 jam sudah memadai untuk kesemuanya, sehingga ditetapkan
sebagai standar
c) Kemudian bahan tes dilepas dan kulit pada tempat tempelan
tersebut dibaca tentang perubahan atau kelainan yang terjadi pada kulit.
Pada tempat tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa:
eritema, papul, oedema atau fesikel, dan bahkan kadang-kadang bisa
terjadi bula atau nekrosis. Setelah 48 jam bahan tadi dilepas. Pembacaan
dilakukan 15-25menit kemudian, supaya kalau ada tanda-tanda akibat
tekanan, penutupan dan pelepasan dari Unit uji temple yang menyerupai
bentuk reaksi, sudah hilang. Cara penilaiannya ada bermacam-macam

35
pendapat. Yang dianjurkan oleh International Contact Dermatitis
Research Group (ICDRG) sebagai berikut:
NT : Tidak diteskan
+ : hanya eritem lemah: ragu-ragu
++ : eritem, infiltrasi (edema), papul: positif lemah
+++ : bula: positif sangat kuat
- : tidak ada kelainan: iritasi (Sulaksmono, 2006)
Untuk membantu membedakan antara dermatitis kontak iritan dengan
dermatitis kontak alergika, Rietschel mengusulkan kriteria yang dapat
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dermatitis kontak iritan.
2. Diagnosa Keperawatan
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data
tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dala proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar
tersebut digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-
masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk rumah sakit, selama
klien dirawat secara terus-menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data. Adapun diagnosa keperawatan yang kemungkinan
muncul pada penyakit dermatitis diantaranya:
a. Nyeri akut berhubungan dengan lesi pada kulit
b. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi
barier kulit
c. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus
d. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit
yang tidak baik
e. Defisit pengetahuan tentang perawatan kulit serta cara menangani
kelainan pada kulit
f. Risiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada
kulit.

3. Rencana Keperawatan
36
a. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi
barier kulit
Sasaran: Pemeliharaan integritas kulit.
Hasil yang diharapkan:
1) Mempertahankan integritas kulit
2) Tidak ada laserasi
3) Tidak ada tanda-tanda cedera termal
4) Tidak ada infeksi
5) Memberikan obat topikal yang diprogramkan
6) Memanfaatkan obat yang diresepkan sesuai jadwal.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
Mandiri:
1. Pantau keadaan kulit pasien
1. Mengetahui kondisi kulit untuk
dilakukan pilihan intervensi yang tepat
2. Jaga dengan cermat terhadap resiko
2. Penderita dermatosis dapat mengalami
terjadinya cedera termal akibat penggunaan
penurunan sensitivitas terhadap panas
kompres hangat dengan suhu yang terlalu
tinggi dan akibat cidera panas yang tidak
terasa (bantalan pemanasan, radiator)

3. Anjurkan pasien untuk memanfaatkan


3. Banyak masalah kosmetika pada
kosmetik dan preparat tabir surya.
hakekatnya semua kelainan malignitas
kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan
kulit kronik
Kolaborasi:
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat anti histamine dan salep kulit 1. Penggunaan anti histamine dapat
mengurangi respon gatal serta
mempercepat proses pemulihan

b. Nyeri yang berhubungan dengan lesi kulit


37
Sasaran: Peredaan ketidaknyamanan
Hasil yang diharapkan:
1) Mencapai peredaan gangguan rasa
2) Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda
3) Memperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan
4) Mematuhi terapi yang diprogramkan
5) Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit
6) Menunjukkan kulit utuh; kulit menunjukkan kemajuan dalam
penampilan yang sehat.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
Mandiri:
1.Periksa daerah yang terlibat
1. Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit
meliputi bantuan dalam menyusun rencana
2.Upaya untuk menemukan penyebab
intervensi
gangguan rasa nyaman
2. Membantu mengidentifikasi tindakan yang
tepat untuk memberikan kenyamanan
3.Mencatat hasil-hasil observasi secara
rinci dengan memakai terminologi
3. Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit
deskriptif
diperlukan untuk diagnosisi dan pengobatan.
Banyak kondisi kulit tampak serupa tetapi
mempunyai etiologi yang berbeda. Respons
4.Mengantisipasi reaksi alergi yang inflamasi kutan mungkin mati pada pasien
mungkin terjadi; mendapatkan riwayat lansia
penggunaan obat 4. Ruam menyeluruh terutama dengan aeitan yang
mendadak dapat mennjukkan reaksi alergi
5.Kendalikan faktor-faktor iritan
terhadap obat
6.Pertahankan kelembaban kira-kira 60
5. Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia, dan
%; gunakan alat pelembab
fisik
7.Pertahankan lingkungan dingin 6. Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan
kehilangan air
8.Gunakan sabun ringan (Dove) atau
sabun yang dibuat untuk kulit sensitive 7. Kesejukan mengurangi gatal
(Neutrogena, Avveno)
9.Lepaskan kelebihan pakaian atau 8. Upaya ini mencakup tidak adanya larutan
peralatan di tempat tidur detegen, zat pewarna atau bahan pengeras
38
10. Cuci linen tempat tidur dan pakaian
9. Meningkatkan lingkungan yang sejuk
dengan sabun ringan
11. Hentikan pemajanan berulang
10. Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi
terhadap detergen, pembersih, dan
kulit.
pelarut 11. Setiap substansi yang mneghilangkan air, lipid
atau protein dari epidermis akan mengubah
12. Gunakan tindakan perawatan kulit
fungsi barier kulit
untuk mempertahankan integritas
kulit dan meningkatkan kenyamanan 12. Kulit merupakan barier yang penting yang
pasien wajib dipertahankan keutuhannya agar dapat
berfungsi dengan benar
13. Lakukan kompres penyejuk dengan
air suam-suam kuku ataukompres
13. Penghisapan air yang bertahap dari kasa
dingin guna meredakan rasa gatal
kompres akan menyejukkan kulit dan
meredakan pruritus
14. Atasi kekeringan (serosis)
sebagaimana dipreskripsikan 14. Kulit yang kering dapat menimbulkan daerah
dermatitis dengan kemerahan, gatal,
deskuamasi dan pada bentuk yang lebih berat,
pembengkakan, pembentukan lepuh, keretakan
Kolaborasi: dan eksudat

1. Oleskan lotion dan krim kulit segera Kolaborasi:


setelah mandi
2. Gunakan terapi topical seperti yang 1. Hidrasi yang efektif pada stratum korneum
dipreskripsikan mencegah gangguan lapisan barier pada kulit
3. Anjurkan pasien untuk menghindari 2. Tindakan ini membantu meredakan gejala
penggunaan salep ayau lotion yang
3. Masalah pasien dapat dikarenakan oleh iritasi
dibeli tanpa resep dokter
4. Jaga agar kuku selalu terpangkas. atau sensitisasi karena pengobatan sendiri
4. Pemotongan kuku akan mengurangi kerusakan
kulit karena garukan.

c. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus


Sasaran: Pencapaian tidur yang nyenyak.
Hasil yang diharapkan:
1) Mencapai tidur yang nyenyak
39
2) Melaporkan peredaan rasa gatal
3) Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
4) Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang tidur pada
malam hari
5) Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur
6) Mengalami pola tidur atau istirahat yang memuaskan.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
Mandiri:
1. Bantu pasien melakukan gerak badan
secara teratur 1. Gerak badan memberikan efek yang
menguntungkan untuk tidur jika
2. Jaga kamar tidur agar tetap memiliki dilaksanakan pada sore hari
ventilasi dan kelembaban yang baik.
2. Udara yang kering membuat kulit terasa
gatal. Lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi

Kolaborasi:
Kolaborasi:
1. Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang
1. Cegah dan obati kulit yang kering
normal
2. Anjurkan kepada klien menjaga kulit 2. Tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit
selalu lembab yang kering dan gatal biasanya tidak dapat
3. Anjurkan klien menghindari disembuhkan tetapi bisa dikendalikan
minuman yang mengandung kafein 3. Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam
menjelang tidur di malam hari sesudah dikonsumsi
4. Anjurkan klien mengerjakan hal-hal 4. Tindakan ini memudahkan peralihan dari
yang ritual dan rutin menjelang tidur. keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur.

d. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit


yang tidak baik.
Sasaran: Pengembangan peningkatan penerimaan diri.
Hasil yang diharapkan:
1) Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri
2) Mengikuti dan turut berpatisipasi dalam tindakan perawatan mandiri
3) Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi
4) Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri
5) Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat

40
6) Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi. Memanfaatkan teknik
menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik untuk
meningkatkan penampilan.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
Mandiri:
1.Kaji adanya gangguan pada citra diri
1. Gangguan citra diri akan menyertai setiap
pasien (menghindari kontak mata,
penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi
ucapan yang merendahkan diri sendiri,
pasien. Kesan sesorang terhadap dirinya sendiri
ekpresi keadaan muak terhadap kondisi
akan berpengaruh pada konsep diri
kulitnya)
2. Terhadap hubungan antara stadium
2.Identifikasi stadium psikososial tahap
perkembangan, citra diri dan reaksi serta
perkembangan
pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya

3. Pasien membutuhkan pengalaman yang wajib


3.Berikan kesempatan untuk didengarkan dan dipahami
pengungkapan. Dengarkan (dengan cara
yang terbuka, tidak menghakimi) untuk
mengekspresikan berduka/ansietas
4. Tindakan ini memberikan kesempatan pada
tentang perubahan citra tubuh
petugas kesehatan untuk menetralkan
4.Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan
pasien. Bantu pasien yang cemas dalam memulihkan realitas situasi. Ketakutan
mengembangkan kemampuan untuk merupakan unsure yang merusak adaptasi
menilai diri dan mengenali serta pasien
5. Meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
mengatasi masalah

5.Dorong sosialisasi dengan orang lain

e. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara


menangani kelainan kulit.
Sasaran: Pemahaman terhadap perawatan kulit
Hasil yang diharapkan:
41
1) Memiliki pemahaman terhadap perawatan diri
2) Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat
mengungkapkan rasional tindakan yang dilakukan
3) Menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai yang
diprogramkan
4) Gunakan obat topikal dengan tepat
5) Memahami pentingnya nutrisi unutk kesehatan kulit.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
Mandiri:
1. Tentukan apakah pasien
mnegetahui (memahami dan salah 1. Memberikan data dasar untuk mengembangkan
mengerti) tentang kondisi dirinya rencana penyuluhan

2. Jaga agar pasien mendapatkan


informasi yang benar;
memperbaiki kesalahan 2. Pasien wajib memiliki perasaan bahwa ada sesuatu
konsepsi/informasi yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan pasien

3. Peragakan penerapan terapi yang merasakan manfaatnya

diprogramkan (kompres basah;


obat topikal)
4. Berikan nasihat kepada pasien
3. Memungkinkan pasien memperoleh kesempatan
untuk menjaga agar kulit tetap
untuk menunjukkan cara yang tepat unutk
lembab dan fleksibel dengan
melakukan terapi
tindakan hidrasi dan pengolesan 4. Stratum korneum memerlukan air agar fleksibilitas
krim serta lotion kulit kulit tetap terjaga. Pengolesan krim atau lotion

5. Dorong pasien untuk untuk melembabkan kulit akan memcegah agar

mendapatkan status nutrisi yang kulit tidak menjadi kering, kasar, retak, dan

sehat. bersisik

5. Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum


seseorang. Perubahan pada kulit dapat
menandakan status nutrisi yang abnormal.

42
f. Risiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak-bercak merah pada
kulit
Sasaran: tidak adanya komplikasi
Hasil yang diharapkan:
1) Tetap bebas dari infeksi
2) Mengungkapakn tindakan perawatan kulit yang mneingktakan
kebersihan dan mencegah kerusakan
3) Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan
4) Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang wajib dilaporkan ke
petugas perawatan kesehatan
5) Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit (misalnya penggantian
balutan, mandi).

INTERVENSI RASIONAL

1. Miliki indeksi kecurigaan yang 1. Setiap keadaan yang mneggangu status imun
tinggi terhadap suatu infeksi pada akan memperbesar resiko terjadinya infeksi kulit
pasien yang system kekebalannya
teganggu
2. Berikan petunjuk yagn jelas dan
2. Pendidikan pasien yang efektif bergantung pada
rinci kepada pasien mengenai
ketrampilan-ketrampilan interpersonal
program terapi
profesional kesehatan dan pada pemberian
instruksi yang jelas yang diperkuat dengan
instruksi tertulis
3. Laksanakan penggunaan kompres
3. Kompres basah akan menghasilkan pendinginan
basah seperti yang diprogramkan
lewat pengisatan yang menimbulkan
untuk mengurangi intensitas
vasokontriksi pembuluh drah kulit dan dengan
inflamasi
demikian mengurangi eritema serta produksi
serum.

4. Implementasi
a. Observation
1) Menjaga keadaan kulit pasien
2) Memeriksa daerah yang terlibat
3) Mencatat hasil-hasil observasi
4) Mengkaji gangguan citra diri pada pasien
5) Mengidefikasi stadium psikososial tahap perkembangan.
43
b. Nursing Treatment
1) Mengompres hangat area dermatitis
2) Mempertahankan kelembaban 60% area dermatitis
3) Menggunakan sabun yang ringan
4) Menjaga kuku tidak panjang.
c. Education
1) Mengedukasi klien jangan menggaruk area dermatitis
2) Memberi tahu pasien agar menjaga kulit tetap lembab dan
fleksibel
3) Mengedukasi kompres hangat.

d. Colaboration

1) Mengkolaborasi dengan dokter mengenai pemberian


antihistamin
2) Mengkolaborasi dengan ahli gizi mengenai nutrisi yang
diberikan pada klien.

BAB III

TINJAUAN KASUS

44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis dikenal dengan penyakit yang menimbulkan kemerahan, bercak, dan
ketombe yang membandel pada kulit yang kerap terjadi. Dermatitis adalah peradangan
pada kulit yang menyebabkan kulit memerah dan gatal. Pada kondisi yang lebih serius,
kulit yang terkena dermatitis bisa sampai melepuh, mengeluarkan cairan, dan
mengelupas. Dermatitis sendiri dapat terjadi pada semua tingkat usia, termasuk saat bayi.
Orang-orang yang memiliki riwayat alergi, demam, atau asma lebih rentan terkena
dermatitis. Berdasarkan anatomi fisiologi sistem integument (kulit), kulit terdiri dari tiga
lapisan yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan epidermis
merupakan lapisan terluar atau merupakan lapisan permukaan kulit yang terbagi menjadi
beberapa lapisan seperti stratum koerneum (lapisan tanduk), stratum lusidium (lapisan
sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang eleidin, stratum granulosum (lapisan
keratohialin), dan stratum spinosum (stratum malphigi). Sedangkan pada lapisan dermis,
terdiri dari serabut saraf dan pembuluh darah dimana terdapat saraf terhadap panas
(ruffini); saraf terhadap dingin (krause); saraf terhadap taktil (meissner); dan saraf
terhadap tekanan (paccini). Terakhir, lapisan subkutis merupakan lapisan yang terdiri
dari jaringan lemak. Fungsi dari sistem integument (kulit) itu sendiri di antaranya yaitu
sebagai fungsi eksresi (mengeluarkan keringat), fungsi termoregulasi (pengaturan suhu
tubuh), pembentuk vitamin D, pembentuk pigmen, fungsi protektor (melindungi jaringan
di bawahnya maupun organ di dalamnya, dan lain sebagainya.
Dermatitis dikelompokkan menjadi lima yaitu dermatitis kontak; atopik; numularis;
seboroik; dan statis seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sebenarnya, penyebab
dari dermatitis sendiri bersifat idiopatik (belum diketahui penyebabnya secara pasti).
Namun, hal ini seringkali dikaitkan dengan sistem imun akibat reaksi berlebih terhadap
bakteri atau iritan. Secara umum dibagi menjadi dua yaitu faktor eksogen (dari luar) yang
meliputi paparan terhadap benda tertentu atau bahan kimia serta lingkungan dan faktor
endogen (dari dalam) yang meliputi genetik; jenis kelamin; usia; ras; lokasi kulit; riwayat
atopi; dan faktor lainnya seperti personal hygiene. Awal terjadinya dermatitis biaanya
dimulai dengan adanya kontak dengan benda tertentu atau bahan kimia kemudian benda
atau bahan kimia tersebut mengiritasi kulit dan terjadilah peradangan kulit yang berupa

63
lesi. Panjangnya, allergen tersebut mengenai sel Langerhans dan makrofag yang
kemudian mengenai sel T yang disensitisasi oleh saluran limfe dan terjadilah reaksi
hipersensitivitas IV. Berdasarkan proses inilah yang nantinya akan mneimbulkan gejala
klinis seperti gatal, panas, dan kemerahan.
Komplikasi yang dapat muncul pada dermatitis antara lain infeksi, neurodermatitis,
bekas luka, dan lain-lain. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dengan penyakit
dermatitis yaitu memberikan krim atau salep yang emngandung kortikosteroid, bisa juga
diberikan antihistamin (difenhidramin, hidroksizin), menggunakan pakaian yang mudah
menyerap keringat. Selain itu, kebutuhan personal hygiene baik dan kelembaban kulit
sangat penting untuk menjaga kebersihan kulit. Asuhan keperawatan yang dapat
diberikan pada pasien dengan dermatitis meliputi pengkajian (terdiri dari identitas,
riwayat kesehatan, keluhan utama, sampai kepada pemeriksaan fisik yang salah satunya
yaitu inspeksi [ada kemerahan/tidak, apakah ada cairan/nanah, lokasinya dimana, dan
lain sebagainya], serta kebiasaan sehari-hari menurut Pola Gordon). Lalu merumuskan
diagnosa keperawatan, pada pasien dengan dermatitis biasanya muncul masalah
keperawatan seperti nyeri akut; gangguan pola tidur; kerusakan integritas kulit; gangguan
citra tubuh; dan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
tergantung dari diagnosa keperawatan yang diangkat seperti manajemen nyeri, kompres
dingin, edukasi mengenai dermatitis dan kebutuhan perawatan diri, serta kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya. Pada tahap implementasi keperawatan, perawat
melakukan rencana atau intervensi-intervensi yang telah disusun sebelumnya sesuai
dengan prioritas masalah. Terakhir adalah proses evaluasi dimana terdiri dari evaluasi
proses dan evaluasi hasil yang nantinya sebagai hasil akhir apakah tindakan keperawatan
yang mengandung ONEC (Observation, Nursing treatment, Education, Collaboration)
tadi apakah dilanjutkan, atau ada dilanjutkan dengan sedikit modifikasi tindakan, atau
intervensi tadi perlu adanya renovasi tindakan.

B. Saran
Makalah mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis ini membahas
definisi, anatomi fisiologi, etiologi, klasifikasi, tanda gejala, patofisiologi, komplikasi,
penatalaksanaan, dan proses asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis yang
bersumber dari buku, jurnal, dan sumber internet terpercaya (berupa jurnal online, buku
elektronik, surat kabar online, dan sebagainya). Makalah ini dapat memberikan informasi
mengenai gambaran kegiatan dermatitis dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
dermatitis yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut di kemudian hari.
64
Informasi yang didapat dari makalah ini dapat digunakan untuk membantu dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis. Makalah ini juga
diharapkan dapat membantu para klinisi dalam melengkapi data yang diperlukan untuk
memberi penyuluhan kepada masyarakat. Untuk penyusunan makalah ke depannya
penulis dapat mencari sumber-sumber lain agar data dan fakta yang terhimpun lebih
variatif dan mengurangi tingkat kesalahan informasi atau data yang dipaparkan dalam
makalah. Penggunaan gambar dan tabel sebagai penjelas dalam pemaparan materi pada
makalah ini dapat terus dioptimalkan sehingga gambar dan tabel yang ditampilkan dalam
makalah dapat menunjang pemahaman pembaca.

Daftar Pustaka
65
Brunner and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Philadelphia : LWW.

Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.

Djuanda, Adhi. 2006. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan. Jakarta :


EGC.

Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi. Yogyakarta : Mediction.

Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Nuha Medika.

Banowati, Andini. Tth. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dermatitis.


(https://www.academia.edu) diakses 25 Maret 2019.

Dewi. 2017. Asuhan Keperawatan Dermatitis. (https://repository.umy.ac.id) diakses 25 Maret


2019.

Pertiwi, Dian. 2016. Analisis Asuhan Keperawatan pada Ny T dengan Masalah Dermatits di
Desa Sampang Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen.
(https://elib.stikesmuhgombong.ac.id) diakses 25 Maret 2019.

https://digilib.unila.ac.id diakses 25 Maret 2019.

66

Anda mungkin juga menyukai