PENDAHULUAN
Kesehatan Indonesia adalah masyarakat mandiri yang memimpin gaya hidup sehat. Masyarakat
yang mandiri untuk hidup sehat adalah masyarakat yang mampu mengenali, mengenali, dan
mengatasi masalah kesehatan yang disebabkan oleh penyakit, termasuk gangguan kesehatan
akibat bencana alam, dan masalah kesehatan yang dihadapi dari lingkungan. Lingkungan dan
perilaku yang tidak mendukung pola hidup sehat, termasuk masalah kesehatan jiwa (Farid,
2008). Gangguan jiwa adalah respon yang tidak tepat dari lingkungan internal dan eksternal,
yang diwujudkan dalam pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma lokal
atau budaya lokal dan yang mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan/atau fisik (Townsend,
2005). Pemahaman ini menjelaskan bahwa klien gangguan jiwa akan menunjukkan perilaku
yang tidak sesuai dengan norma sosial ketika perilaku tersebut mengganggu fungsi sosial. Angka
kejadian masalah kesehatan, khususnya gangguan jiwa, masih cukup tinggi. Menurut data
American Psychiatric Association (APA) tahun 1995, 1% penduduk dunia menderita skizofrenia.
Jumlah mereka meningkat setiap tahun dan akan mempengaruhi keluarga dan masyarakat
(Kaplan & Saddock, 2005). Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah yang
serius. Menurut Departemen Kesehatan (2001), 1 dari 5 orang Indonesia menderita gangguan
jiwa. Menurut WHO, pada tahun 2006 terdapat 26 juta penduduk Indonesia yang mengalami
gangguan jiwa. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah gangguan jiwa di
Indonesia berjumlah 12% dari jumlah penduduk. Menurut hasil SCMRT, gangguan mental dan
emosional di atas usia 15 tahun adalah 140 per 1000 penduduk dan antara 5 dan 14 tahun - 104
per 1000 penduduk (Maramis, 2006). Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2007
sebesar 4,6% dan Jawa Tengah sebesar 3,3% (Batitbangkes 2008). Data di atas menunjukkan
bahwa Indonesia cenderung mengalami peningkatan prevalensi gangguan jiwa yang signifikan.
perhatian yang cermat diperlukan
Menemukan solusi untuk masalah dan mencegah peningkatan lebih lanjut dalam jumlah
gangguan mental. Statistik gangguan jiwa di Kabupaten Banyumas tidak menentu, namun RS
Banyumas mengalami peningkatan jumlah klien gangguan jiwa. RSUD Banyumas adalah rumah
sakit pelatihan dan rujukan pasien psikiatri di Jawa Tengah Selatan, melayani klien umum,
menyediakan klinik rawat jalan psikiatri dan layanan rawat inap psikiatri. Selama 4 bulan tahun
2008, jumlah klien penyakit dalam di Departemen Psikiatri adalah Maret (99 orang), April (110
orang), Mei (83 orang), dan Juni (79 orang). Jumlah rata-rata kunjungan ke polipsikiatri adalah
20 per hari (per 2008). Pada Februari 2009, 90% klien psikiatri didiagnosis dengan skizofrenia
(80 dari total 90). Terdapat 62 kasus (68%) klien menunjukkan perilaku agresif sebagai alasan
rawat inap, 24 kasus (26%) isolasi sosial, dan 14 kasus (16%) halusinasi. 75 persen lemah secara
ekonomi. Diperkirakan penyakit mental juga akan meningkat seiring dengan peningkatan
kebutuhan sehari-hari dan peningkatan beban hidup. (Anonim, 2009). Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) telah mendaftarkan skizofrenia, depresi unipolar, penyalahgunaan alkohol,
gangguan bipolar dan gangguan obsesif-kompulsif sebagai masalah kesehatan mental terkemuka
di dunia (Stuart & Laraia, 2005). Skizofrenia adalah gangguan pada otak dan pola pikir (Torrey,
1997 dalam Carson, 2003). Skizofrenia ditandai dengan gejala positif dan negatif. Gejala positif
termasuk gema pikiran, delusi, dan halusinasi. Gejala negatif seperti: apatis, jarang bicara, emosi
tumpul, menarik diri. Gejala lain yang mungkin bukan skizofrenia termasuk kecemasan, depresi,
dan gangguan psikosomatik. Perilaku umum pada klien skizofrenia: kurangnya motivasi (81%),
isolasi sosial (72%), perilaku makan dan tidur yang buruk (72%), kesulitan menyelesaikan tugas
(72%), kesulitan mengelola keuangan (72%); perilaku buruk . Berpenampilan rapi (64%), pelupa
(64%), tidak tertarik (56%), sering mengumpat (47%), berbicara sendiri (41%), minum obat
tidak teratur (47%) (Stuart, Larai, 2005). Dari data di atas, terlihat bahwa isolasi sosial
merupakan salah satu perubahan yang terlihat pada skizofrenia. Isolasi sosial adalah pengalaman
menyendiri dengan seseorang dan dicadangkan oleh orang lain untuk situasi negatif atau
mengancam (Nanda, 2005). Dengan kata lain, isolasi sosial adalah penolakan untuk berinteraksi
dengan orang lain karena pikiran negatif atau mengancam. Anda dapat dikatakan memiliki
gangguan isolasi sosial jika Anda: Menghindari orang lain dan membangun hubungan di
lingkungan di mana orang lain mengungkapkan perasaan yang mereka salah pahami. Jika
perilaku isolasi sosial tidak ditangani dengan benar, hal itu dapat mengurangi produktivitas
individu dan membebani keluarga dan masyarakat. Tidak ada klasifikasi medis untuk masalah
gangguan isolasi sosial. Isolasi sosial adalah tanda dan gejala gangguan mental. Gejala utama
pada klien dengan episode depresi adalah gejala tambahan meliputi kesedihan yang mendalam,
penurunan energi dan aktivitas, harga diri rendah, keraguan diri, rasa bersalah, pesimisme, sulit
tidur, dan kehilangan nafsu makan (Maslam 2003). Isolasi sosial mempengaruhi tidak hanya
klien yang mengalaminya, tetapi juga sistem klien secara keseluruhan, keluarga dan lingkungan
sosial. Isolasi sosial membatasi hubungan sosial dengan orang lain karena berbagai alasan dan
dapat mengurangi produktivitas atau berdampak negatif pada kinerja di tempat kerja karena
kecenderungan klien untuk menarik diri dari peran dan fungsinya sebelum menjadi sakit. Beban
penyakit mental sangat tinggi. Menurut sebuah studi Bank Dunia, beban global masalah
kesehatan mental adalah 8,1%, jauh lebih tinggi daripada tuberkulosis (72%), kanker (58%),
penyakit jantung (4,4%) atau malaria (2,4%). 6%) (Kompas, 2007). Menurut Chandra (2001),
penasihat kesehatan dan perilaku untuk wilayah WHO SEARO, gangguan mental bukanlah
penyebab utama kematian, tetapi merupakan penyebab utama kecacatan pada kelompok usia
paling produktif. 15 sampai 44 tahun. usia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedman, 1998).
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam interelasi social, peran dan tugas (Spredley, 1996 dalam
Murwani, 2008).
Menurut Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (1989) dalam Murwani (2008) menjelaskan
bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing – masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah beberapa individu yang
tinggal dalam sebuah keluarga yang mempunyai ikatan perkawinan, ada hubungan keluarga,
sanak famili, maupun adopsi yang hidup bersama sesuai dengan tujuan keluarga tersebut.
2. Tipe-tipe keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum menurut Friedman tahun 1998 yang dikemukakan untuk
mempermudah pemahaman literatur tentang keluarga adalah :
a. Keluarga inti (konjugal) adalah keluarga yang menikah, sebagai orang tua atau pemberian
nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak mereka (anak kandung, anak adopsi atau
keduanya).
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di dalamnya seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar adalah keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah), yang
paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti.
a. Tradisional nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Extended family
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.
c. Reconstituted nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan suami / istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah / kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah / perkawinan / meniti karier.
e. Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya / salah satu bekerja diluar
rumah.
f. Singleparent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian / kematian pasangannya dan anak- anaknya dapat
tinggal di rumah / di luar rumah.
g. Dual carrier
h. Commuter married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Singgle adult
Wanita / pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.
j. Three generation
k. Institusional
l. Comunal
Satu rumah terdiri dari dua / lebih pasangan yang monogami dengan anak- anaknyadan bersama-
sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunananya di dalam satu kesatuan keluarga dan
tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
o. Cohibing couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
Menurut Murwani (2008) tipe keluarga dibagi menjadi 2 yaitu : a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau
angkat).
2) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan
darah, missal kakek, nenek, paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad yaitu suatu keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak.
4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah / ibu) dengan
anak (kandung / angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian / kematian.
5) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang
yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
a. Tahap1:Keluargapemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru, keluarga yang
menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru
yang intim.
berumur 30 bulan. Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama mereka,
tapi agak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari,
karena ibu dan bayi tersebut mulai mengenal. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua
peran-peran mengasyikkan yang telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya
sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.
berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri
tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah, istri – ibu,
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan
berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini.
e. TahapV:Keluargadengananakremaja
siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun
tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika
anak masih tinggal dirumah hingga brumur 19 atau 20 tahun.
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah
orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap
ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah
atau
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan dari bagi oarngtua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah
satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.
atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.
Perawatan kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada
keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya yang
dilakukan oleh perawat professional dengan proses keperawatan keluarga. Proses keperawatan
keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri dari pengkajian, perencanaan,
intervensi dan implementasi serta
a) Keluarga dengan pra sekolah (Families With Preschool) yaitu dimulai saat kelahiran anak
berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugasnya: Mempertahankan dan
memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman,
membantu anak untuk bersosialisasi, beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang bsehat
baik di dalam maupun diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar), Pembagian waktu
untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot), Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga, Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
a) pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga. Pengkajian keluarga dilakukan dengan
cara mengidentifikasi data demografi, data social cultural, data lingkungan, struktur keluarga,
fungsi keluarga, stress dan koping yang di gunakan keluarga, serta perkembangan keluarga.
Sedangkan pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga meliputi: pengkajian fisik,
mental, emosi, social, dan spiritual.
c) Penyusunan perencanaan
e) Evaluasi
a. Pengkajian keperawatan
3) Faktor lingkungan
4) Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga 5) Psikososial keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1. Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala
keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas nama, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur,
hubungan dengan kepala
keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, genogram (genogram keluarga
dalam tiga generasi)
b. Tipe keluarga, menjelaskan tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut,
serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan.
1) Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga
3) Kegiatan-kegiatan social budaya, rekreasi, dan pendidika. Apakah kegiatan-kegiatan ini dalam
kelompok kultur atau budaya keluarga.
6) Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi. Apakah keluarga mengunjungi
praktik, terlibat dalam praktik-praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau mempunyai
kepercayaan tradisional dalam bidang kesehatan.
d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan seperti:
e. Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan,
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang- barang yang dimilki oleh keluarga seperti:
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan
keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV
dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula
oenggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
3.a. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.
c. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing- masing anggota, dan sumber pelayanan yang
digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
d. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan keluarga
asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedman, 1998).
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam interelasi social, peran dan tugas (Spredley, 1996 dalam
Murwani, 2008).
Menurut Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (1989) dalam Murwani (2008) menjelaskan
bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing – masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah beberapa individu yang
tinggal dalam sebuah keluarga yang mempunyai ikatan perkawinan, ada hubungan keluarga,
sanak famili, maupun adopsi yang hidup bersama sesuai dengan tujuan keluarga tersebut.
2. Tipe-tipe keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum menurut Friedman tahun 1998 yang dikemukakan untuk
mempermudah pemahaman literatur tentang keluarga adalah :
a. Keluarga inti (konjugal) adalah keluarga yang menikah, sebagai orang tua atau pemberian
nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak mereka (anak kandung, anak adopsi atau
keduanya).
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di dalamnya seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar adalah keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah), yang
paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti.
Daftar Pustaka
Baroroh, D. B., & Irafayani, N. (2015). Peran keluarga sebagai care giver terhadap pengelolaan
aktifitas pada lansia dengan pendekatan NIC (Nursing Intervention Classification) Dan NOC
(Nursing Outcome Classification). Jurnal Keperawatan, 3(2), 141– 151.
Basuki. (2011). Efektifitas metoda penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan tentang hygiene
pada murid SD KecamatanSeberida Kabupaten Indragiri Hulu. Tesis. Universitas Sumatra Utara.
Depkes RI. (2020). Pedoman penyelenggaraan dan prosedur rekam medis rumah sakit di
Indonesia. Depkes RI.
Friedman. (2018). Family nursing : research, theory & practice, 4th ed. Appleton and Lange.
praktik. terjemahan. Jakarta: EGC Guriti, G., & Ismarwati, I. (2020). Peran keluarga pada
perawatan lansia. Jurnal Keperawatan,