Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah

meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia

yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam

lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Sasaran pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya pelayanan

kesehatan yang semakin merata dan bermutu, sehingga mampu mewujudkan

manusia Indonesia yang sehat, cerdas, tangguh, mandiri, dan produktif. Pusat

Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas adalah Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat

pertama. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas

kesehatan kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan

mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota bersangkutan.

Fungsi UPT Puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerja

puskesmas yang bersangkutan.

1
2. Sebagai pusat pembinaan peran serta masyarakat di wilayah kerja puskesmas,

dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup

bersih dan sehat.

3. Sebagai pusat untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh,

terpadu dan bermutu kepada masyarakat dalam upaya memelihara dan

melindungi kesehatan masyarakat.

Dalam mewujudkan fungsi tersebut Puskesmas melaksanakan Upaya

Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat dalam dalam bentuk

kegiatan pokok yang meliputi 6 Program pokok puskesmas sesuai Permenkes No

44 Tahun 2016 yaitu:

1. Promosi Kesehatan;

2. Kesehatan Lingkungan;

3. Pelayanan Gizi KIA-KB;

4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular;

5. Surveilans dan Sentinel SKDR; dan

6. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

Kegiatan tersebut terus dikembangkan secara bertahap sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan puskesmas. Sebagai tolok ukur pencapaian

kegiatannya, puskesmas mengacu kepada standard atau indikator yang ada seperti

SPM (Standar Pelayanan Minimal), IIS (Indikator Indonesia Sehat), maupun

MDGs (Millenium Development Goals). Agar puskesmas dapat berfungsi

optimal, diperlukan adanya dukungan dari sumber daya yang profesional, fasilitas

puskesmas, yang memadahi dan lingkungan yang mendukung dalam upaya

mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan.

B. Maksud dan Tujuan

2
Maksud penyusunan profil untuk memberikan gambaran ringkas dan menyeluruh

mengenai kondisi UPT Puskesmas Saptosari selama tahun 2019. Sedangkan

tujuannya untuk menyediakan informasi hasil pembangunan kesehatan UPT

Puskesmas Saptosari selama tahun 2019.

C. Sistematika Penyajian
Sesuai Buku Pedoman Profil Kesehatan Kabupaten Tahun 2009. Sistematika
Profil Kesehatan Gunugkidul Tahun 2019 (data tahun 2019) adalah sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang maksud dan tujuan serta sistematika penyajian profil.

Bab II Gambaran umum


Berisi sajian gambaran umum Puskesmas Saptosari yang meliputi letak
geografis, administrasi, dan informasi umum lainnya yang berpengaruh atau
berhubungan dengan kesehatan.

Bab III Situasi Derajat Kesehatan


Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan
angka status gizi masyarakat.

Bab IV Situasi Upaya Kesehatan


Menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan
dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian
dan alat kesehatan. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini
juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselengggarakan oleh
puskesmas.

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan


Menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan
dan sumberdaya kesehatan lainnya.

3
Bab VI Kesimpulan
Berisi sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut
dari Profil Kesehatan Puskesmas tahun 2019. Selain keberhasilan yang perlu
dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang diangggap masih kurang dalam
rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Lampiran
Berisi tabel resume atau angka pencapaian Puskesmas dan tabel data kesehatan.

BAB II
GAMBARAN UMUM UPT PUSKESMAS SAPTOSARI

4
A. Geografi

Puskesmas Saptosari adalah salah satu puskesmas dari 30 puskesmas di

Kabupaten Gunungkidul, dan merupakan satu-satunya Puskesmas di Kecamatan

Saptosari. Terletak di Desa Kepek, Saptosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Berada di arah barat daya dari Ibukota Kabupaten Gunungkidul yang

bertempat di Wonosari. Keadaan Wilayah Saptosari merupakan daerah pada zona

pegunungan seribu yang morfologinya berupa bukit-bukit kecil dan cekungan

antar bukit.

Tabel II.A.1.
Data Geografis
Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Variabel Geografis Data
Luas Wilayah 87.8 km²
Batas Sebelah Utara Kecamatan Paliyan
Batas Sebelah Timur Kecamatan Tanjungsari
Batas Sebelah Selatan Samudera Indonesia
Batas Sebelah Barat Kecamatan Panggang
Jumlah Puskesmas Pembantu 6
Jumlah Desa 7
Jumlah Dusun 60
Jumlah Posyandu 62
Jumlah RW 60
Jumlah Musim 2 (kemarau,hujan)
Curah hujan 3,024 mm
Jumlah hari hujan 122 hari
Suhu rata-rata 22o – 34o
Kelembaban rata-rata Tinggi
Jenis Tanah Bebatuan gamping, batu padas, batu
kalsit, tanah Liat / tanah merah
Ketinggian 0–400m
Kelerengan 8 - > 40%
Jarak ke ibu kota kecamatan 0,5 km, akses mudah
Jarak ke ibu kota kabupaten 21 km, akses mudah
Jarak ke ibu kota propinsi 40 km, akses cukup mudah
Jarak ke Dinas kesehatan Kabupaten 22 km, akses mudah
Jarak ke Polsek 0,7 km, akses mudah
Tabel II.A.2.
Jarak Per Desa ke RS Rujukan
Puskesmas Saptosari Tahun 2019

5
RS Rujukan (KM)

No Desa PKU RS RS
RSU RS Nur Klinik Rahma
Muh Panti Panembahan
Wonosari Rohmah Senopati Adelia Husada
Wonosari Rahayu
1 Kepek 22 24 20 27 38 39 37
2 Jetis 26 28 21 29 35 36 34
3 Nglora 29 31 24 32 38 39 37
Krambil
4 32 34 27 35 41 42 40
Sawit
5 Kanigoro 28 30 28 32 43 44 42
6 Planjan 26 28 31 29 45 46 44
7 Monggol 26 27 24 28 41 42 40

Tabel II.A.2. (Lanjutan)


Jarak Per Desa ke RS Rujukan
Puskesmas Saptosari Tahun 2019
RS Rujukan (KM)

No Desa RS RS
RS RSUP RS RS RS
Wirosaban
Panti Harjo
Sardjito Betesda Hidayatullah Soedirman
Rapih Lukito
1 Kepek 50 54 52 53 49 47 43
2 Jetis 47 52 50 51 47 48 45
3 Nglora 50 55 53 54 50 51 48
Krambil
4 53 58 56 57 54 55 51
Sawit
5 Kanigoro 52 62 60 61 56 57 48
6 Planjan 55 63 61 62 60 61 47
7 Monggol 50 57 55 56 54 55 44

B. Kependudukan

Jumlah Penduduk pada tahun 2019 sebanyak 39.149 jiwa terdiri atas

laki-laki sebanyak 19.504 jiwa dan perempuan sebanyak 19.645 jiwa, dan

sebanyak 11.975 KK. Kepadatan penduduk (Man Land Ratio) 446/km2. Rata-

rata penduduk per-keluarga (family size) adalah 3,27 jiwa. Sedangkan kelahiran

tahun 2019 sebanyak 426 jiwa.

C. Kondisi Sosial Ekonomi

6
1. Ratio Ketergantungan dan KK Miskin

Tabel II.C.1.
Ratio Ketergantungan dan KK Miskin
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Jumlah KK
Jumlah Penduduk
Desa Ratio Miskin
Anak Tua Produktif ∑ %
Jetis 964 699 3.578 46% 625 38%
Ngloro 626 458 2.293 47% 502 48%
Krambilsawit 1.266 764 4.306 47% 1.010 54%
Kepek 1.014 812 4.287 43% 438 29%
Monggol 858 676 3.353 46% 762 47%
Planjan 1.054 952 4.409 45% 866 41%
Kanigoro 1.247 865 4.668 45% 1.025 47%
Jumlah 7.029 5.226 26.894 46% 5.228 44%
Sumber: https://jogjaprov.go.id/ semester I tahun 2019 dan Data Desa

Status ekonomi di Kecamatan Saptosari masih belum merata, hal ini

dibuktikan dengan prosentasi KK miskin masih cukup besar 45% atau

sejumlah 5.228 KK miskin dan angka ketergantungan atau beban

ketergantungan juga masih sebesar 44%. Faktor tersebut sangat berpengaruh

terhadap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

2. Pendidikan

Tabel II.C.2.
Kondisi Pendidikan Masyarakat
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2019
PENDIDIKAN L P L+P
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 4.966 6.542 11.508
b. SD/MI 5.186 4.725 9.911
c. SMP/ MTs 3.340 3.038 6.378
d. SMA/ MA/SMK 1.312 957 2.269
e. DIPLOMA I/DIPLOMA II 49 61 110
f. AKADEMI/DIPLOMA III 35 36 71
g. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 157 149 306
h. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 3 13 16
JUMLAH 15.048 15.521 30.569
Sumber: https://jogjaprov.go.id/ semester I tahun 2019

7
Masyarakat masih banyak yang tidak memiliki ijazah SD yang berarti

tidak sekolah sebesar 37,6%, tetapi sebagian besar mereka adalah masyarakat

yang sudah mencapai usia lanjut.

3. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas

Saptosari bermacam-macam, tetapi bertani (57,6%) merupakan mata

pencaharian yang terbesar, lalu yang kedua adalah buruh / tukang 20,6% baik

bekerja di wilayah Gunungkidul maupun di perantauan.

Tabel II.C.3.
Mata Pencaharian Masyarakat
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2019

Pekerjaan

Perangkat Desa
Rumah Tangga
Petani/Ternak/

Tidak Bekerja
Buruh Harian
Wiraswasta

Karyawan

Mengurus

Desa
Nelayan

Lainnya
Pensiun

Jumlah
Swasta
Lepas

PNS

Jetis 1.782 426 375 498 112 41 366 16 3 25 3.644


Kanigoro 1.637 102 405 122 7 11 125 17 - 21 2.447
Kepek 2.398 418 969 146 13 6 407 17 2 25 6.091
Krambilsawit 3.048 230 669 291 35 9 190 11 1 17 4.501
Monggol 2.078 141 715 305 27 7 276 16 8 16 3.589
Ngloro 2.626 237 1.222 236 14 7 358 25 4 31 8.090
Planjan 2.720 348 1.347 198 26 4 232 21 3 26 4.925
Jumlah 16.289 1.902 5.702 1.796 234 85 1.954 123 21 161 28.267
Sumber: https://jogjaprov.go.id/ semester I tahun 2019

4. Agama

Agama yang dianut oleh masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas

Saptosari bermacam-macam, tetapi agama Islam merupakan agama mayoritas

masyarakat sebanyak 38.501 orang (98,3%). Variasi agama yang dianut

masyarakat dapat dilihat dalam tabel berikut:

8
Tabel II.C.4.
Agama yang dianut masyarakat
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2019

Agama
Desa Aliran
Islam Kristen Katolik Hindu Budha Kepercayaa Jumlah
n
Jetis 5.233 7 1 - - 0 5.241
Kanigoro 6.739 30 5 6 - 0 6.780
Kepek 6.094 3 1 - - 15 6.113
Krambilsawit 6.334 1 - - - 1 6.336
Monggol 4.887 - - - - 0 4.887
Ngloro 3.377 - - - - 0 3.377
Planjan 5.837 341 4 232 1 0 6.415
Jumlah 38.501 382 11 238 1 16 39.149

9
BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. Mortalitas

Tabel III.A.1
Data Kematian Neonatus, Bayi, Balita
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Saptosari
Tahun 2016 - 2019
Tahun Tahun Tahun Tahun
Jenis
2016 2017 2018 2019
Jumlah kematian bayi 1 4 1 1

Jumlah kematian 0 1 2 3
Neonatus
Jumlah Kematian Anak 0 1 0 0
Balita
Jumlah Kematian Balita 0 1 0 0

Jumlah Kematian Ibu 0 0 0 0

Sumber data : KIA, Puskesmas Saptosari 2019

1. Angka Kematian neonatal.


Ada 2 kematian neonatal ditahun 2019 dari 430 kelahiran hidup
Angka kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup : 23 x1000 =53,49.
430
Terjadi peningkatan berturut-turut selama 3 tahun 2017 hanya ada 1
kematian dengan angka kematian neonatal 2,28, tahun 2018 ada 2 dan tahun
2019 ada 3.
Dari hasil Audit Maternal Perinatal didapatkan data penyebab kematian
neonatal antara lain karena : premature dan BBLR

2. Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup.


Pada tahun 2019, dari 430 kelahiran hidup, ada 1 kematian bayi.
Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup : 1 x 1000 = 2,43
430
Menurun dari tahun sebelumnya dengan 4 kematian bayi, angka kematian
bayi sebesar 9,11. Hal ini terjadi karena upaya kesehatan ibu dan anak yang
sudah dilakukan yaitu dengan kegiatan kelas ibu hamil maupun kelas ibu
balita di setiap desa.

10
3. Angka Kematian Balita 1.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2019 dari 430 kelahiran hidup, tidak ada satu pun kematian
balita.
Angka Kematian Balita 0 (nol)
Menurun dari tahun sebelumnya dengan 1 kematian balita, angka kematian
balita sebesar 2,28. Hal ini terjadi karena upaya kesehatan ibu dan anak yang
sudah dilakukan yaitu dengan kegiatan kelas ibu hamil maupun kelas ibu
balita di setiap desa.

4. Angka kematian ibu 1.00.000 kelahiran hidup.


Tidak ada kematian ibu.
Angka kematian ibu 0 (nol).

B. Morbiditas

Berikut ini 10 besar penyakit yang periksa di UPT Puskesmas Saptosari

tahun 2018-2019 :

Tabel III.B.1
10 Besar Penyakit
UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2018
No Diagnosa Jumlah
1
K29.0 - Gastritis 5359
2
M13.9 – Artritis 3060
3
I10 - Hipertensi esensial (primer) 2000
4
R50.9 – Demam 1819
5
R51 - Sakit kepala (pusing) 1729
6
R05 – Batuk 1089
7
J06.9 - Infeksi pernafasan atas akut, tidak terspesifikasi 952
8
L08.9 - Infeksi lokal pada kulit dan jaringan subkutan 863
9
K00.6 - Gangguan-gangguan erupsi gigi 637
10 A09 - Diare dan gastroenteritis yang diduga disebabkan oleh
infeksi 619
Sumber data : http://192.168.0.168/sikesda-puskesmas/report/sepuluh_besar

11
Tabel III.B.2
10 Besar Penyakit
UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2019
No Diagnosa Jumlah
1 4.2
J06.9 - Infeksi pernafasan atas akut
38
2 2.9
M13.9 – Artritis
37
3 2.1
I10 - Hipertensi esensial (primer)
42
4 1.1
K29.1 - Gastritis akut lainnya
62
5 7
L08.9 - Infeksi lokal pada kulit dan jaringan subkutan
10
6 5
L23.9 - Dermatitis kontak alergi
88
7 5
J00 - Nasofaringitis akut [common cold]
06
8 5
J45.9 – Asma
05
9 A09 - Diare dan gastroenteritis yang diduga disebabkan oleh 4
infeksi 51
10 4
K00.6 - Gangguan-gangguan erupsi gigi
36
Sumber data : http://192.168.0.168/sikesda-puskesmas/report/sepuluh_besar

Terjadi pergeseran 10 besar penyakit dari tahun 2018 yang didominasi

oleh gastritis, diikuti oleh artritis, Hipertensi, Demam, sakit kepala, batuk, infeksi

pernafasan atas akut, infeksi lokal pada kulit, gangguan erupsi gigi dan yang

terakhir adalah diare. Pada tahun 2019 penyakit yang paling banyak adalah

Infeksi pernafasan akut yang kasusnya meningkat 4,45 kali dari tahun

sebelumnya. Urutan kedua dan ketiga masih tetap sama yaitu artritis yang

jumlahnya turun dari tahun 2018 dan Hipertensi yang jumlahnya naik. Gastritis

pada tahun 2018 menjadi urutan pertama menurun jumlahnya 0,25 kali sehingga

menjadi urutan nomor 4. Infeksi lokal jumlahnya menurun dari tahun

sebelumnya tetapi urutannya meningkat menjadi nomor 5. Nasofaring akut dan

asma menjadi urutan no 7 dan 8 padahal tahun sebelumnya tidak masuk 10 besar.

Urutan yang ke sembilan adalah diare jumlahnya turun dari tahun sebelumnya

meskipun urutannya naik. Gangguan erupsi gigi menurun jumlahnya dari tahun

12
2018, menjadi urutan ke sepuluh. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain daya tahan tubuh yang rentan, perubahan iklim, nutrisi yang tidak

seimbang, pola atau gaya hidup dan beban kerja seseorang.

Tabel III.B.3
Angka Kesakitan Bayi, Balita dan Semua Umur
di UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Golongan Umur Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019
a. Bayi (0-11Bln) 289 469 516
b. Balita (1 th-59 Bln) 1.358 1.681 2.179
c. Semua Umur 33.527 33.032 30.118
Sumber data : Simfomas sensus rawat jalan tahun 2019
1. Pola Penyakit Kelompok Umur Bayi

Pola penyakit kelompok umur balita yang periksa di UPT Puskesmas

Saptosari pada tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel III.B.4
Pola Penyakit Golongan Umur Bayi ( < 1 Tahun )
Di UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2019
No Jenis Penyakit Jumlah

1 J06.9 - Infeksi pernafasan atas akut 190


2 R50.9 – Demam 167
3 A09 - Diare dan gastroenteritis yang diduga 38
disebabkan oleh infeksi
4 L30.0 - Dermatitis numular 28
5 J00 - Nasofaringitis akut [common cold] 25
Sumber data ; Simfomas sensus rawat jalan tahun 2019

Hampir semua kasus yang ditemukan pada bayi adalah penyakit

karena Virus. Penyakit Infeksi-infeksi pernapasan atas akut bagian atas

sebanyak 190, Demam tanpa diketahui penyebab (Febris) sebanyak 167.

Begitu juga penyakit Diare sebanyak 38, Dermatitis alergi sebanyak 29 dan

Common cold sebanyak 25. Hal ini disebabkan karena daya tahan bayi yang

masih rentan terhadap penyakit, faktor gizi dan faktor pengetahuan ibu, serta

faktor lingkungan lainnya.

13
2. Pola Penyakit Kelompok Umur Balita

Hampir sama dengan pola penyakit pada bayi, kasus yang ditemukan

pada bayi adalah penyakit karena Virus. Penyakit yang terbanyak ditemukan

pada balita yaitu J06 (Infeksi pernafasan) 955 kasus, R50 (demam) 461, Diare

134 kasus, common cold 112 kasus, dermatitis 90 kasus, batuk 84 kasus,

infeksi lokal pada kulit 67 kasus, stomatitis 43 kasus, mual muntah 33 kasus

dan periapikal 26 kasus. Pola penyakit kelompok umur balita yang periksa di

UPT Puskesmas Saptosari pada tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel III.B.5
Pola Penyakit Kelompok Umur Balita
Di UPT Puskesmas Saptosari tahun 2019
No Jenis Penyakit Jumlah
1 J06.9 - Infeksi pernafasan atas akut 955
2 R50.9 - Demam 461
A09 - Diare dan gastroenteritis yang diduga 134
3
disebabkan oleh infeksi
4 J00 - Nasofaringitis akut [common cold] 112
5 L30.0 - Dermatitis nummular 90
6 R05 - Batuk 84
L08.9 - Infeksi lokal pada kulit dan jaringan 67
7
subkutan
8 K12.1 - Bentuk-bentuk lain stomatitis 43
9 R11 - Mual dan muntah 33
10 K04.7 - Periapikal abses tanpa sinus 26
Sumber data : SP2TP Puskesmas tahun 2019

3. Pola Penyakit Golongan Umur > 60 tahun

Pola penyakit pada usia lanjut > 60 tahun yang periksa di UPT

Puskesmas Saptosari pada tahun 2019 didominasi oleh kasus-kasus

degeneratif, data dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel III.B.6
Pola Penyakit Golongan Umur > 60 tahun
Di UPT Puskesmas Saptosari tahun 2019
No Jenis Penyakit 2019

14
1 M13.9 - Artritis 1485
2 I10 - Hipertensi esensial (primer) 1073
3 K29.0 - Gastritis perdarahan akut 888
4 R51 - Sakit kepala (pusing) 449
5 J45.9 - Asma 344
6 L23.9 - Dermatitis kontak alergi 289
7 R05 - Batuk 226
8 L08.9 - Infeksi lokal pada kulit dan jaringan 226
subkutan
9 E11.4 - Diabetes mellitus tak tergantung 123
insulin dengan komplikasi neurologis
10 E78.0 - Hiperkolesterolemia murni 119
Sumber data : Sp2 TP Puskesmas tahun 2019

Kasus terbanyak adalah Artitis 1485 kasus, Hipertensi 1073 kasus,

gastritis 888 kasus, pusing 449 kasus, asma 344 kasus, dermatitis 289 kasus,

batuk 226 kasus, Infeksi-infeksi lokal lain pada kulit dan jaringan subkutan

226, DM 123 kasus dan hiperkolesterolamie 119 kasus. Hal ini disebabkan

karena beberapa faktor antara lain faktor usia, beban kerja, faktor gisi

sebelumnya dan faktor lingkungan.

4. Tuberkulosis
Grafik III.B.1
Jumlah Suspek dan Kasus Baru TB BTA +
Di UPT Puskesmas Saptosari, Tahun 2015, 2016, 2017, 2018, 2019

Sumber: Programmer TBC UPT Puskesmas Saptosari


Terdapat peningkatan kasus penemuan suspek TBC dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2019 hal ini dikarenakan keaktifan petugas ke
msyarakat untuk penyuluhan maupun penjaringan kasus. Namun berdasarkan
prosentasenya penemuan BTA + terhadap suspek menurun dari tahun ke
tahun, dapat dilihat pada grafik berikut ini:

15
Grafik III.B.2
Prosentase Kasus Baru TB BTA + terhadap Suspek
Di UPT Puskesmas Saptosari, Tahun 2014, 2015, 2016, 2017, 2019

Sumber: Programmer TBC UPT Puskesmas Saptosari, 2019

Penurunan prosentase kasus baru BTA + terhadap sukspek dari tahun


2014 sampai dengan tahun 2019 hal ini dikarenakan kualitas dahak yang
kurang adekuat sehingga diperlukan edukasi khusus kepada suspek saat
penyerahan pot dahak tentang bagaimana tata cara batuk efektif untuk
mengeluarkan dahak yang adekuat untuk dijadikan sampel..
Tabel III.B.7
Jumlah Kasus Baru TB BTA +, Semua Kasus TB
Di UPT Puskesmas Saptosari, Tahun 2019
∑ Kasus Baru ∑
∑ Target TB BTA + Semua
NO Desa ∑ Penduduk TB BTA + Kasus
∑ % TB
1 Jetis 5.241 19 1 5% 2
2 Ngloro 3.377 12 0 0% 1
3 Krambilsawit 6.336 23 0 0% 2
4 Kepek 6.113 22 1 4% 1
5 Monggol 4.887 18 2 11% 4
6 Planjan 6.415 23 1 4% 4
7 Kanigoro 6.780 25 1 4% 2
JUMLAH 39.149 143 6 4% 16
Sumber: Programmer TBC UPT Puskesmas Saptosari, 2019
Angka penemuan BTA + masih sangat rendah 4%, menurun selama 3
tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat yang masih rendah tentang penyakit TBC sehingga diperlukan
keaktifan petugas untuk meningkatkan hasil penemuan dengan cara

16
penyuluhan, penjaringan suspek yang langsung dilakukan kepada masyarakat
serta peningkatan jejaring dengan kader, lintas sektor dan praktisi swasta.
Tabel III.B.8
Hasil Akhir Pengobatan
Di UPT Puskesmas Saptosari, Tahun 2019
Angka Angka ∑ Kematian
BTA + Angka
No Desa Pengobatan Keberhasilan Selama
Diobati Kesembuhan
Lengkap Pengobatan Pengobatan

1 Jetis 2 1 0 50,00 1
2 Ngloro 0 0 0 #DIV/0! 0
3 Krambilsawit 0 0 0 #DIV/0! 0
4 Kepek 0 0 0 #DIV/0! 0
5 Monggol 3 3 0 100,00 0
6 Planjan 0 0 0 #DIV/0! 0
7 Kanigoro 1 1 0 100,00 0
JUMLAH 6 5 0 83,33 1
Sumber: Programmer TBC UPT Puskesmas Saptosari
Angka kesembuhan yang bisa dinilai pada tahun 2019 adalah kasus
BTA + yang diobati pada tahun 2017. Dari 6 penderita yang diobati ada 5
penderita (83%) berhasil sembuh, tetapi terdapat 1 kematian (17%) saat
masih dalam proses pengobatan, meski pun dengan penyebab yang lain.
5. Pneumonia
Penemuan penderita pneumonia yaitu jumlah penderita pneumonia yang
ditangani dalam kurun waktu tertentu dibandingkan jumlah perkiraan
penderita pneumonia di satu wilayah dalam kurun waktu tertentu x 100%.
Jumlah perkiraan penderita pneumonia balita yaitu 10% dari jumlah
balita pada wilayah dan kurun waktu yang sama. Namun demikian di
Puskesmas Saptosari pada tahun 2019 tidak ditemukan kasus pneumonia.
6. HIV-AIDS
Pada tahun 2019 tidak ditemukan kasus baru HIV-AIDS di Puskesmas
Saptosari tahun 2019. Kegiatan program HIV-AIDS terus dilaksanakan antara
lain kegiatan ANC terpadu untuk semua ibu hamil, yang salah satu
kegiatannya adalah pemeriksaan HIV, penyuluhan ABAT dan survey
pengetahuan HIV-AIDS.
7. Syphilis
Tidak ada kasus syphilis yang ditemukan di Puskesmas Saptosari pada tahun
2019.
8. Diare

17
Kasus diare ditangani di Puskesmas Saptosari tahun 2019 dapat dilihat
di tabel berikut:
Tabel III.B.9
Target Kasus dan Persentase Diare
Di UPT Puskesmas Saptosari, Tahun 2019
Jumlah Target Diare Ditemukan Dan Ditangani
No Desa Penemuan L P L+P
L P L+P ∑ % ∑ % ∑ %
1 Jetis 56 56 112 25 44% 35 63% 60 53%
2 Ngloro 36 37 72 27 76% 39 107% 66 91%
3 Krambilsawit 68 67 136 28 41% 33 49% 61 45%
4 Kepek 65 65 131 19 29% 19 29% 38 29%
5 Monggol 52 52 105 22 42% 33 63% 55 53%
6 Planjan 68 70 137 37 55% 42 60% 79 58%
7 Kanigoro 72 73 145 36 50% 37 51% 73 50%
Jumlah 417 420 838 194 46% 238 57% 432 52%
Sumber : Program Diare UPT Puskesmas Saptosari tahun 2019

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kasus diare yang ditemukan
belum memenuhi target, baru sebesar 52%, hal ini dikarenakan sumber
laporan hanya dari data di simfomas, namun demikian semua kasus tersebut
sudah ditangani 100% dan tidak ada kasus kematian.
Tabel III.B.10
Kasus Diare ditemukan per Bulan per Jenis Kelamin
Di UPT Puskesmas Saptosari, Tahun 2018, 2019
2018 2019
Bulan
L P Σ L P Σ
Januari 13 10 23 17 21 38
Februari 14 10 24 18 27 45
Maret 18 22 40 6 27 33
April 23 16 39 17 19 36
Mei 11 24 35 27 21 48
Juni 9 18 27 15 17 32
Juli 17 17 34 10 15 25
Agustus 18 16 34 17 16 33
September 17 24 41 14 11 25
Oktober 24 41 65 15 19 34
November 17 26 43 24 15 39
Desember 23 28 51 14 30 44
Jumlah 204 252 456 194 238 432
Sumber : Program Diare UPT Puskesmas Saptosari tahun 2019

Tabel III.B.11
Kasus Diare Balita ditemukan per Bulan per Jenis Kelamin

18
Di UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2018, 2019
2018 2019
Bulan
L P Σ L P Σ
Januari 4 2 6 6 5 11
Februari 5 1 6 6 1 7
Maret 6 4 10 2 5 7
April 7 2 9 5 2 7
Mei 5 5 10 4 8 12
Juni 3 4 7 3 2 5
Juli 5 6 11 6 5 11
Agustus 6 4 10 6 3 9
September 4 2 6 11 5 16
Oktober 7 10 17 8 4 12
November 3 4 7 7 5 12
Desember 5 7 12 7 4 11
Jumlah 60 51 111 71 49 120
Sumber: Programmer Diare UPT Puskesmas Saptosari, 2019

Jumlah kasus diare selama tahun 2019 tersebar di semua bulan,


kasusnya menurun dari tahun 2018 terbanyak pada bulan Mei, namun jumlah
kasus pada balita meningkat dari tahun 2018. Hal ini salah satunya
disebabkan oleh pola hidup dan kebersihan serta kondisi cuaca. Kasus dari
semua kelompok umur rata-rata terbanyak diderita oleh perempuan, berbeda
dengan kasus diare balita yang lebih banyak pada laki-laki. Belum semua
masyarakat melaksanakan kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) yang meliputi 5 pilar.

9. Kusta
Tidak ditemukan kasus kusta di wilayah UPT Puskesmas Saptosari pada
tahun 2019.

10. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi


Tidak terdapat kasus AFP, Difteri, Tetanus Neonatorum, Hepatitis B.
Kasus suspek campak hanya ditemukan 1 penderita di Desa Kanigoro dan
hasil pemeriksaan laboratorium negatif. Tidak seperti kasus yang terjadi pada
tahun 2018, kasus campak tersebar di semua desa, yang terbanyak di Desa
Kanigoro dan Jetis, sehingga ditetapkan sebagai kasus KLB karena terjadi
pada waktu yang hampir bersamaan, untuk Jetis kejadian di SMP N I
Saptosari yang posisinya berada di Desa Kepek sedangkan KLB kedua
terjadi di SD Kanigoro. Dari semua kelompok umur, terbanyak diderita umur

19
antara 5 – 14 tahun dengan status imunisasi secara tertulis tidak diketahui
meski pun secara program anak-anak diimunisasi pada umur 9 bulan dan saat
BIAS SD. Semua kasus tertangani dan tidak ada kasus yang meninggal.
Dengan adanya kasus tersebut, Puskesmas menggalakkan sosialisasi ke
masyarakat, sekolah maupun pertemuan-pertemuan lintas sektor, serta
meningkatkan sweeping imunisasi.

11. DBD
Kasus DBD di wilayah UPT Puskesmas Saptosari pada tahun 2019,
seperti dalam tabel berikut :
Tabel III.B.12
Kasus DBD
Di UPT Puskesmas Saptosari, Tahun 2019
Desa L P Σ
Jetis 0 2 2
Ngloro 1 0 1
Krambilsawit 0 0 0
Kepek 4 2 6
Monggol 2 0 2
Planjan 0 0 0
Kanigoro 1 0 1
Jumlah 8 4 12
Sumber: Programmer DBD UPT Puskesmas Saptosari, 2019

Angka kesakitan DBD : 12 x 100.000 = 30,65


39.149
Angka kesakitan DBD (Incidence Rate) di UPT Puskesmas Saptosari
meningkat 1,89 dari tahun 2018 karena terjadi peningkatan jumlah kasus,
namun tidak ada kasus kematian yang disebabkan DBD.
Pencegahan dan Pemberantasan penyakit DBD dilaksanakan dengan
Penyuluhan, Abatisasi, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), fogging,
surveilans, dan pembentukan pokjanal DBD. Program ini bertujuan menekan
angka kejadian DBD, dan tidak meningkatkan status wilayah menjadi daerah
wabah atau endemis. Perkembangan kejadian DBD Di Puskesmas Saptosari
tahun 2015 sampai tahun 2019 sebagai berikut :

Grafik III.B.3
Perkembangan Kasus DBD
Di UPT Puskesmas Saptosari, Tahun 2014 – 2019

20
Sumber: Programmer DBD Puskesmas Saptosari, 2019

Kejadian DBD sudah tidak lagi mengikuti trend 5 tahunan. Lonjakan


kasus terjadi pada tahun 2016. Hal tersebut tidak hanya terjadi di wilayah
Saptosari, tapi juga di seluruh Kabupaten di pelosok Indonesia. Pada tahun
2017 sudah mengalami penurunan drastis dari 90 penderita menjadi 11
penderita, namun pada tahun 2019 bertambah 1 penderita, beberapa kasus
yang ditemukan merupakan kasus impor dari luar wilayah Saptosari.

12. Malaria
Tidak ada kasus penyakit malaria yang ditemukan di wilayah
Puskesmas Saptosari pada tahun 2019.

13. Filariasis
Tidak ada kasus penyakit filariasis yang ditemukan di wilayah Puskesmas
Saptosari pada tahun 2019.

14. Persentase Hipertensi


Dari data di simfomas UPT Puskesmas Saptosari berdasarkan sensus
rawat jalan pada kunjungan usia >18 tahun ditemukan 806 orang yang dengan
kasus baru tekanan darah tinggi (34,76% dari target). Meningkat 33, 3% dari
tahun 2017.

15. IVA

21
Pemeriksaan IVA dilakukan terhadap 63 wanita. Ditemukan positip 3
orang. Persentase IVA positip : 3/63 x 100% = 4,76%.

16. Persentase tumor/benjolan pada perempuan 30-50th.


Pemeriksaan mammae dilakukan terhadap 63 wanita. Ditemukan
benjolan pada 3 orang. Persentase benjolan positip : 1/63 x 100% = 1,59 %.

17. KLB
Pada tahun 2019 tidak terjadi kasus KLB.

C. STATUS GIZI

Data Pemantauan Status Gizi (PSG) merupakan pengukuran status gizi


pada anak dengan indikator Berat Badan menurut Umur (BB/U), dapat dilihat
pada table berikut :
Tabel III.C.1
Cakupan Pemantauan Status Gizi ( PSG )
Di UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2015 – 2019
2015 2016 2017 2018 2019
Jenis Indikator Status Gizi
(%) (%) (%) (%) (%)
Gizi Buruk 0,2 0 1,2 0,68 0,11
Gizi Kurang 3 2,8 5,5 5,59 1,7
Gizi Baik 94,7 95,6 67,1 89,17 87,08
Gizi Lebih 2 1,5 3,1 2,2 11,25
KEP Nyata ( BGM ) 0,2 1,8 6,7 6,59 1,7
Anemia Ibu Hamil 28,9 17 31,3 11,42 14,97
Kurang Energi Kronis (KEK ) 30,4 18 12,9 15,06 22,68
Sumber : Petugas Gizi Puskesmas tahun 2019

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2015 sampai 2019 ada
variasi data antara lain terjadi penurunan status gizi buruk pada tahun 2015,
meningkat pada tahun 2017 menjadi 1,2 % dan terus menurun sampai tahun
2019 menjadi 0,11% dikarenakan pemberian makanan tambahan untuk
pemulihan sehingga ada beberapa balita yang meningkat statusnya menjadi gizi
kurang. Status gizi kurang menurun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2019.
Begitu juga dengan status gizi baik yang mengalami penurunan pada tahun
2019 sebesar 87,08%. Kasus gizi lebih pada tahun 2019 mengalami
peningkatan menjadi 11,25%. Kasus anemia dan kekurangan energi kronis
(KEK) pada ibu hamil pada tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi

22
14,97% dan 22,68%. Sehingga KIE Gizi dan pemberian makanan tambahan
bagi ibu hamil diutamakan.
Tabel III.C.2
Cakupan Pemberian VIT A, Fe dan Iodium
Di UPT Puskesmas Saptosari Tahun 2015 – 2019
2015 2016 2017 2018 2019
 No Program 
(%) (%) (%) (%) (%)
Cakupan pemberian Vit A          
1 a. Balita 100 100 100 100 100
b.Ibu Nifas 100 100 100 100 100
Cakupan Bumil dapat Fe          
2 a.Fe 1 100 100 100 100 100
b.Fe 3 96,9 94 96,3 96,05 64,86
Cakupan Desa dengan Garam
3 92,2 100 98,5 100 96
beryodium

Sumber data : Petugas Gizi Puskesmas tahun 2019

Pemberian vitamin A pada bayi dan balita pada bulan Februari dan
Agustus 2019 sudah mencangkup 100% dari sasarannya. Begitu juga cakupan
pemberian vitamin A pada ibu nifas dan pemberian Fe1 pada Ibu hamil sudah
mencapai 100%. Meskipun, pemberian Fe3 pada Ibu hamil belum bisa
mencapai 100%, bahkan pada tahun 2019 menurun sebesar 31,19%. Cakupan
rumah tangga dengan pemakaian garam beryodium mengalami penurunaan
karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan.
Indikator pengambilan sampel adalah keluarga yang mempunyai balita dan ibu
hamil.

23
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. UPAYA KESEHATAN

1. Kunjungan Ibu hamil (K1)


Cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah cakupan ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa
kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Tabel IV.A.1
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1)
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Jumlah K1
Ibu Jumlah % Target
Hamil SPM (%)
461 461 100 100

Sumber data : Program KIA Puskesmas Saptosari

Cakupan K1 belum memenuhi target dikarenakan kesadaran


masyarakat untuk pemeriksaan kehamilan sedini mungkin semenjak
terlambat haid masih kurang sehingga UPT Puskesmas Saptosari melalui
program kesehatan reproduks remaja (KRR) bekerjasama dengan KUA untuk
pelaksanaan kelas calon pengantin sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran bagi para calon ibu nantinya untuk segera periksa
apabila terlambat menstruasi.

2. Kunjungan Ibu hamil (K4)


Cakupan kunjungan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali,
dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu
kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada
triwulan ketiga umur kehamilan. Pelayanan yang diberikan mencakup
minimal:
- Timbang badan dan ukur tinggi badan.
- Ukur tekanan darah
- Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toksoid.
- Ukur tinggi fundus uteri
- Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan).

24
- Komunikasi interpersonal dan konseling.
- Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan
indikasi (HbsAG, sifilis, HIV, Malaria TBC).
Tabel IV.A.2
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4)
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Jumlah K4
Ibu Jumlah % Target SPM (%)
Hamil
461 346 75,05 100
Sumber data : Program KIA Puskesmas Saptosari

Cakupan K4 belum memenuhi target dikarenakan kesadaran


masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan rutin kehamilan masih kurang
sehingga UPT Puskesmas Saptosari melalui program KIA mengadakan
kegiatan kelas ibu hamil untuk meningkatkan cakupan.

3. Pertolongan Persalinan
Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah
tertentu pada kurun waktu tertentu.
Tabel IV.A.3
Cakupan Persalinan Tenaga Kesehatan
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Jumlah Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Ibu Jumlah % Target SPM (%)
Bersalin
426 426 100 100
Sumber data : Program KIA Puskesmas Saptosari

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah memenuhi target


dikarenakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya persalinan oleh tenaga
kesehatan sudah baik. Sehingga program KIA di Puskesmas Saptosari selain
menggalakkan penyuluhan-penyuluhan juga melakukan pembinaan dukun
agar selanjutnya dukun bisa menjadi pendamping dan mengarahkan para ibu
hamil untuk melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan.

4. Pelayanan Ibu Nifas dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A


Dari 426 Ibu Nifas, yang bersalin dengan tenaga kesehatan otomatis
mendapatkan pelayanan nifas serta vitamin A sehingga pencapainnya 100%.

25
5. Ibu Hamil dengan imunisasi TT2+
Dari 461 ibu hamil yang ada di wilayah Puskesmas Saptosari pada
tahun 2019, sudah ada 118 ibu hamil dengan imunisasi TT2+ atau sebesar
25,6%, menurun drastis dari tahun 2018 (79,9%).
6. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe 3
Dari 461 ibu hamil yang ada di wilayah Puskesmas Saptosari, Ibu
Hamil yang mendapat Tablet Fe 3 ada 299 orang (64,86%), meningkat dari
tahun 2018 sebanyak 418 atau sebesar 63,43%.
7. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Dari 461 ibu hamil yang ada di wilayah Puskesmas Saptosari
diperkirakan ada 92 Ibu Hamil. Pada kenyataannya hanya ada 74 ibu hamil
(80,26%) dengan Komplikasi Kebidanan dan semuanya mendapatkan
penanganan.

8. Penanganan Komplikasi Neonatal


Dari 426 kelahiran hidup diperkirakan ada 54 kasus komplikasi yang
terjadi pada neonatal, dan semuanya mendapatkan penanganan.

9. Peserta KB Baru
Peserta KB baru : pasangan usia subur (PUS) yang baru pertama kali
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi dan atau PUS yang
menggunakan kembali salah satu cara atau alat kontrasepsi setelah mereka
berakhir masa kehamilannya. Variasi penggunaan alat kontrasepsi oleh peserta
KB baru di Puskesmas Saptosari sebagai berikut :
Tabel IV.A.4
Peserta KB Baru
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
METODE JENIS 2018 2019
IUD 56 104
MKJP MOW 7 8
IMPLAN 126 254
KONDOM 17 2
NON
SUNTIK 164 308
MKJP
PIL 35 9
Jumlah 405 685
Sumber : Program KB, Puskesmas Saptosari

26
Terjadi peningkatan jumlah akseptor KB baru pada tahun 2019, KB
suntik masih menjadi pilihan terbanyak aseptor karena masyarakat masih
menganggap bahwa suntik adalah yang paling praktis, minimal efek
sampingnya. Untuk memakai kontrasepsi lain sebagaian masyarakat masih
enggan / takut efek samping walaupun sudah diberi penjelasan oleh bidan /
petugas kesehatan, bahwa pada dasarnya semua kontrasepsi sama dan
mempunyai efek masing masing tergantung kondisi dan reaksi dari aseptor.
Tabel IV.A.5
Peserta KB Baru Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Peserta kb baru
No Desa Jumlah pus
Jumlah %
1 Jetis 824 95 13,87%
2 Ngloro 672 59 8,61%
3 Krambilsawit 1.209 156 22,77%
4 Kepek 1.194 111 16,20%
5 Monggol 995 80 11,68%
6 Planjan 1.236 70 10,22%
7 Kanigoro 1.360 114 16,64%
Jumlah 7.490 405 685
Sumber: Program KB Puskesmas Saptosari 2019

10. Peserta KB Aktif


Peserta KB aktif yaitu pasangan usia subur yang sedang menggunakan
salah satu cara / alat kontrasepsi. MKJP merupakan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang meliputi IUD, MOP/MOW, dan Implan. Non MKJP
merupakan Metode Kontrasepsi bukan Jangka Panjang meliputi suntik, pil,
kondom, dan obat vagina.
Tabel IV.A.6
Peserta KB Aktif
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
JENIS KONTRASEPSI JUMLAH %
IUD 1700 26,16%
MOP 10 0,15%
MKJP
MOP 191 2,94%
MOW 1724 26,53%
IM PLAN 186 2,86%
NON MKJP KON DOM 1926 29,64%
SUNTIK 762 11,72%
JUMLAH 6.499 100%
Sumber : Program KB, Puskesmas Saptosari

27
Cakupan peserta KB aktif adalah jumlah PUS yang memperoleh
pelayanan kontrasepsi standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
dibandingkan jumlah PUS di wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama x
100%. Cakupan peserta KB aktif per desa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel IV.A.7
Peserta KB Aktif Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Peserta kb aktif
No Desa Jumlah pus
Jumlah %
1 Jetis 962 608 63,2
2 Ngloro 669 491 73,4
3 Krambilsawit 1.159 886 76,4
4 Kepek 1.238 878 70,9
5 Monggol 952 740 77,7
6 Planjan 1.200 896 74,7
7 Kanigoro 1.344 1.019 75,8
Jumlah 7.524 5.518 73,3
Sumber: Program KB Puskesmas Saptosari 2019

11. Bayi Baru Lahir Ditimbang


Persentase bayi baru lahir yang ditimbang adalah perbandingan antara
bayi baru lahir yang ditimbang dengan seluruh bayi yang lahir pada periode
waktu dan wilayah yang sama. Bayi baru lahir di wilayah UPT Puskesmas
Saptosari semua ditimbang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel IV.A.8
Persentase Bayi Baru Lahir Ditimbang Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Bayi baru lahir ditimbang
Jumlah lahir hidup
No Desa L P L+P
L P L+P ∑ % ∑ % ∑ %
1 Jetis 27 26 53 27 100 26 100 46 100
2 Ngloro 19 20 39 19 100 20 100 31 100
3 Krambilsawit 48 29 77 48 100 29 100 74 100
4 Kepek 39 42 81 39 100 42 100 76 100
5 Monggol 34 15 49 34 100 15 100 41 100
6 Planjan 25 25 50 25 100 25 100 50 100
7 Kanigoro 38 39 77 38 100 39 100 67 100
Jumlah 230 196 426 230 100 100 100 100 100
Sumber: Program KIA Puskesmas Saptosari 2019

12. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)

28
Persentase berat badan bayi lahir rendah (BBLR) adalah perbandingan
antara berat badan bayi lahir rendah dengan seluruh bayi baru lahir yang
ditimbang pada periode waktu dan wilayah yang sama. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel IV.A.9
Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
BBLR
Jumlah lahir hidup
No Desa L P L+P
L P ∑ ∑ % ∑ % ∑ %
1 Jetis 27 26 53 1 3,7% 4 15,4% 5 9,4%
2 Ngloro 19 20 39 5 26,3% 0 0,0% 5 12,8%
3 Krambilsawit 48 29 77 4 8,3% 1 3,4% 5 6,5%
4 Kepek 39 42 81 0 0,0% 1 2,4% 1 1,2%
5 Monggol 34 15 49 6 17,6% 3 20,0% 9 18,4%
6 Planjan 25 25 50 0 0,0% 2 8,0% 2 4,0%
7 Kanigoro 38 39 77 5 13,2% 1 2,6% 6 7,8%
Jumlah 230 196 426 21 9,1% 12 6,1% 33 7,7%
Sumber: Program KIA Puskesmas Saptosari 2019
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 33 bayi yang
ditimbang dengan berat badan yang rendah 7,7%. Hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh status gizi ibu saat hamil.

13. Kunjungan Neonatus 1 (KN 1)


Kunjungan neonatus 1 (KN 1) adalah jumlah bayi yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar untuk pertama kali di satu wilayah
kerja puskesmas dibandingkan jumlah seluruh bayi lahir hidup. Hasilnya
sebagai berikut :
Tabel IV.A.10
Kunjungan Neonatus I (KN 1) Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Kunjungan neonatal 1 kali (KN1)
Jumlah lahir hidup
No Desa L P L+P
L P ∑ ∑ % ∑ % ∑ %
1 Jetis 27 26 53 23 85 23 88 46 87
2 Ngloro 19 20 39 14 74 17 85 31 79
3 Krambilsawit 48 29 77 45 94 29 100 74 96
4 Kepek 39 42 81 36 92 40 95 76 94
5 Monggol 34 15 49 29 85 12 80 41 84
6 Planjan 25 25 50 25 100 25 100 50 100
7 Kanigoro 38 39 77 31 82 36 92 67 87
JUMLAH 230 196 426 203 88 182 93 385 90
Sumber: Program KIA Puskesmas Saptosari 2019

29
KN 1 di wilayah UPT Puskesmas Saptosari belum mencapai target
100%. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa ibu yang belum tahu
pentingnya memeriksakan bayinya saat jadwal kontrol.
14. Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap)
KN lengkap yaitu pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi ASI
eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian
vitamin K injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi HB1
bila tidak diberikan pada saat lahir, manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan
sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari, dan
pada 28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun
kunjungan rumah. Hasilnya sebagai berikut :
Tabel IV.A.11
Kunjungan Neonatus 3 (KN Lengkap) Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Jumlah lahir Kunjungan neonatal 3 (KN lengkap)
No Desa hidup L P L+P
L P ∑ ∑ % ∑ % ∑ %
1 Jetis 27 26 53 21 78% 23 88% 44 83%
2 Ngloro 19 20 39 14 74% 17 85% 31 79%
3 Krambilsawit 48 29 77 39 81% 28 97% 67 87%
4 Kepek 39 42 81 33 85% 40 95% 73 90%
5 Monggol 34 15 49 29 85% 12 80% 41 84%
6 Planjan 25 25 50 25 100% 24 96% 49 98%
7 Kanigoro 38 39 77 31 82% 36 92% 67 87%
Jumlah 230 196 426 192 83% 180 92% 372 87%
Sumber: Program KIA Puskesmas Saptosari 2019

15. Bayi yang diberi ASI Eksklusif


Tabel IV.A.12
Bayi yang diberi ASI Eksklusif
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019

Jumlah bayi Jumlah bayi yang diberi asi eksklusif


No Desa 0-6 bulan
L P L+P
L P L+P ∑ % ∑ % ∑ %
1 Jetis 25 14 39 13 52,0% 7 50,0% 20 51,3%
2 Ngloro 10 11 21 6 60,0% 5 45,5% 11 52,4%
3 Krambilsawit 19 27 46 15 78,9% 19 70,4% 34 73,9%
4 Kepek 28 25 53 22 78,6% 22 88,0% 44 83,0%
5 Monggol 31 16 47 15 48,4% 10 62,5% 25 53,2%
6 Planjan 23 21 44 14 60,9% 16 76,2% 30 68,2%
7 Kanigoro 27 28 55 23 85,2% 23 82,1% 46 83,6%
JUMLAH 163 142 305 108 66,3% 102 71,8% 210 68,9%
Sumber: Program KIA Puskesmas Saptosari 2019

30
Bayi yang mendapat ASI eksklusif yaitu bayi yang hanya mendapat ASI
saja sejak lahir sampai usia 6 bulan. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Saptosari pada tahun 2019 dapat dilihat dari tabel di atas baru
tercapai 68,9%.

16. Pelayanan Kesehatan Bayi


Kunjungan bayi : kunjungan bayi umur 29 hari – 11 bulan di sarana
pelayanan kesehatan ( polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin, dan rumah
sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan an
sebagainya melalui kunjungan petugas. Setiap bayi memperoleh pelayanan
kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari – 3 bulan, 1 kali
pada umur 3 – 6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan satu kali pada umur 9-
11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar
(BCG, DPT/HB 1-3, Polio 1-4, dan Campak), stimulasi deteksi intervensi
tumbuh kembang (SDIDTK), dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi.
Perawatan kesehatan bayi meliputi : konseling ASI eksklusif, pemberian MP-
ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS),
pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6-11
bulan.
Tabel IV.A.13
Pelayanan Kesehatan Bayi
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Pelayanan kesehatan bayi
Jumlah bayi
No Desa L P L+P
L P L+P ∑ % ∑ % ∑ %
1 Jetis 27 26 53 26 96% 18 69% 54 102%
2 Ngloro 19 20 39 22 116% 6 30% 85 218%
3 Krambilsawit 48 29 77 33 69% 30 103% 87 113%
4 Kepek 39 42 81 29 74% 25 60% 54 67%
5 Monggol 34 15 49 23 68% 17 113% 40 82%
6 Planjan 25 25 50 26 104% 17 68% 43 86%
7 Kanigoro 38 39 77 33 87% 18 46% 51 66%
Jumlah 230 196 426 192 83% 131 67% 414 97%
Sumber: Program KIA Puskesmas Saptosari 2019

31
Cakupan kunjungan bayi : jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai standar minimal 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
dibandingkan jumlah seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yang sama x 100%. Dari tabel tersebut terlihat ada yang lebih dari
100%, hal tersebut dikarenakan adanya duplikasi kunjungan, namun secara
keseluruhan baru mencapai 97%.

17. Desa UCI


Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) yaitu desa atau
kelurahan yang ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah
mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Hasilnya sebagai
berikut :
Tabel IV.A.14
Desa UCI
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Jumlah Dusun % desa
No Desa
Dusun UCI UCI
1 Jetis 6 6 100
2 Ngloro 6 6 100
3 Krambilsawit 9 9 100
4 Kepek 6 6 100
5 Monggol 9 8,9 98,3
6 Planjan 14 14 100
7 Kanigoro 10 10 100
Jumlah 60 60 99,8
Sumber: Program Imunisasi Puskesmas Saptosari 2019

18. Cakupan Imunisasi MR Bayi


Cakupan imunisasi MR bayi di Puskesmas Saptosari tahun 2019 sebagai
berikut :
Tabel IV.A.15
Cakupan Imunisasi MR Bayi
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Jumlah Bayi
L P L+P
No Desa (Surviving Infant)
L P L+P ∑ % ∑ % ∑ %
1 Jetis 30 19 49 29 97% 21 111% 50 102%
2 Ngloro 11 22 33 11 100% 19 86% 30 91%
3 Krambilsawit 29 40 69 33 114% 37 93% 70 101%
4 Kepek 43 25 68 38 88% 26 104% 64 94%
5 Monggol 25 25 50 30 120% 20 80% 50 100%
6 Planjan 36 37 73 24 67% 29 78% 53 73%
7 Kanigoro 32 37 69 34 106% 31 84% 65 94%
JUMLAH 206 205 411 199 97% 220 107% 442 108%
Sumber: Program Imunisasi Puskesmas Saptosari 2019

32
19. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Puskesmas Saptosari tahun
2019 sebagai berikut :
Tabel IV.A.16
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Bayi Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Jumlah Bayi
(Surviving L P L+P
No Desa
Infant)
L P L+P ∑ % ∑ % ∑ %
1 Jetis 30 19 49 29 97% 21 111% 50 102%
2 Ngloro 11 22 33 11 100% 19 86% 30 91%
3 Krambilsawit 29 40 69 32 110% 37 93% 69 100%
4 Kepek 43 25 68 38 88% 26 104% 64 94%
5 Monggol 25 25 50 30 120% 20 80% 50 100%
6 Planjan 36 37 73 24 67% 28 76% 52 71%
7 Kanigoro 32 37 69 32 100% 30 81% 62 90%
Jumlah 206 205 411 196 95% 181 88% 377 92%
Sumber: Program Imunisasi Puskesmas Saptosari 2019

20. Bayi Mendapat Vitamin A


Cakupan bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis 100µA 1 kali
per tahun dalam wilayah kerja puskesmas pada tahun 2019. Hasil cakupan
sebagai berikut :
Tabel IV.A.17
Cakupan Bayi Mendapat Vitamin A Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Mendapat vit A
Jumlah Bayi
No Desa L P L+P
L P L+P S % S % S %
1 Jetis 32 22 54 32 100 22 100 54 100
2 Ngloro 11 22
33 11 100 22 100 33 100
3 Krambilsawit 30 35
65 30 100 35 100 65 100
4 Kepek 38 22
60 38 100 22 100 60 100
5 Monggol 38 24
62 38 100 24 100 62 100
6 Planjan 30 34
64 30 100 34 100 64 100
7 Kanigoro 42 38
80 42 100 38 100 80 100
Jumlah 221 197 418 221 100 197 100 418 100
Sumber: Program Gizi Puskesmas Saptosari 2019

Strategi pemberian vitamin A dilakukan dengan cara pendistribusian


kapsul vitamin A ke posyandu / pertemuan kader, satu bulan sebelum bulan
pemberian. Selanjutnya pemberian vitamin A kepada balita dilakukan oleh
kader di posyandu maupun sweeping ke tempat sasaran. Untuk meningkatkan
cakupan dilakukan akselerasi vitamin A pada rakor tingkat desa.

33
21. Baduta Ditimbang
Baduta ditimbang yaitu jumlah anak umur 0-23 bulan yang ditimbang
dibandingkan dengan jumlah anak umur 0-23 bulan yang ada pada periode
waktu dan tempat yang sama. Hasilnya per desa bisa dilihat dalam tabel berikut
Tabel IV.A.18
Baduta Ditimbang Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
JUMLAH DITIMBANG
BADUTA
NO DESA DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S)
L P S L P S L P S
1 Jetis 44 42 86 34 33 67 77,3 78,6 77,9
2 Ngloro 64 58 122 50 45 95 78,1 77,6 77,9
3 Krambilsawit 53 47 100 45 40 85 84,9 85,1 85,0
4 Kepek 24 30 54 24 26 50 100,0 86,7 92,6
5 Monggol 48 38 86 45 35 80 93,8 92,1 93,0
6 Planjan 61 60 121 60 56 116 98,4 93,3 95,9
7 Kanigoro 78 78 156 65 60 125 83,3 76,9 80,1
JUMLAH 372 353 725 323 295 618 86,8 84 85,2
Sumber: Program Gizi Puskesmas Saptosari 2019

22. Baduta BB BGM


Baduta BB BGM yaitu jumlah anak umur 0-23 bulan yang hasil
timbangannya berada di bawah garis merah dibandingkan dengan jumlah anak
umur 0-23 bulan yang ditimbang pada periode waktu dan tempat yang sama.
Hasilnya per desa bisa dilihat dalam tabel berikut :
Tabel IV.A.19
Baduta BB BGM Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
DITIMBANG BGM
NO DESA JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
L P S L P S S % S % S %
1 Jetis 34 33 67 77,3 78,6 77,9 1 2,9 1 3,0 2 3,0
2 Ngloro 50 45 95 78,1 77,6 77,9 1 2,0 2 4,4 3 3,2
3 Krambilsawit 45 40 85 84,9 85,1 85,0 0 0,0 1 2,5 1 1,2
4 Kepek 24 26 50 100,0 86,7 92,6 0 0,0 0 0,0 0 0,0
5 Monggol 45 35 80 93,8 92,1 93,0 1 2,2 2 5,7 3 3,8
6 Planjan 60 56 116 98,4 93,3 95,9 1 1,7 0 0,0 1 0,9
7 Kanigoro 65 60 125 83,3 76,9 80,1 1 1,5 1 1,7 2 1,6
JUMLAH 323 295 618 86,8 84 85,2 5 1,5 7 2,4 12 1,9
Sumber: Program Gizi Puskesmas Saptosari 2019

23. Pelayanan kesehatan anak balita


Cakupan pelayanan anak balita : anak balita (12-59 bulan) yang
memperolah pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali di satu

34
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Hasilnya per desa bisa dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel IV.A.20
Pelayanan Kesehatan Anak Balita Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Mendapat Pelayanan Kesehatan (Minimal 8x)
Jumlah
No Desa L P L+P
L P L+P  %  %  %
1 Jetis 218 231 449 79 36,2 128 55,4 207 46,1
2 Ngloro 167 151 318 69 41,3 65 43,0 134 42,1
3 Krambilsawit 317 282 599 134 42,3 141 50,0 275 45,9
4 Kepek 284 245 529 118 41,5 114 46,5 232 43,9
5 Monggol 236 228 464 121 51,3 120 52,6 241 51,9
6 Planjan 331 331 662 139 42,0 151 45,6 290 43,8
7 Kanigoro 399 365 764 168 42,1 151 41,4 319 41,8
Jumlah 1.952 1.833 3.785 828 42,4 870 47,5 1.698 44,9
Sumber: Program Gizi Puskesmas Saptosari 2019

24. Balita ditimbang (D/S)


Jumlah balita ditimbang yaitu jumlah balita yang ditimbang berat
badannya di sarana pelayanan kesehatan termasuk di posyandu dan tempat
penimbangan lainnya. Berdasarkan data dari laporan posyandu hasilnya
sebagai berikut :
Tabel IV.A.21
Balita Ditimbang Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
JUMLAH BALITA DITIMBANG
NO DESA DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S)
L P L+P L P L+P L P L+P
1 Jetis 114 108 222 87 84 171 76,3 77,8 77,0
2 Ngloro 79 72 151 70 63 133 88,6 87,5 88,1
3 Krambilsawit 136 121 257 106 97 203 77,9 80,2 79,0
4 Kepek 157 139 296 119 105 224 75,8 75,5 75,7
5 Monggol 104 88 192 90 76 166 86,5 86,4 86,5
6 Planjan 153 148 301 134 129 263 87,6 87,2 87,4
7 Kanigoro 215 179 394 160 144 304 74,4 80,4 77,2
JUMLAH 958 855 1.813 766 698 1.464 80,0 82 80,8
Sumber: Program Gizi Puskesmas Saptosari 2019

25. Balita BB BGM

35
Jumlah balita ditimbang yaitu jumlah balita yang ditimbang berat
badannya di sarana pelayanan kesehatan termasuk di posyandu dan tempat
penimbangan lainnya. Berdasarkan data dari laporan posyandu hasilnya
sebagai berikut :
Tabel IV.A.22
Balita BB BGM Per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Ditimbang BGM
No Desa Jumlah (D) % (D/S) L P L+P
L P L+P L P L+P S % S % S %
1 Jetis 87 84 171 76,3 77,8 77,0 1 1,1 1 1,2 2 1,2
2 Ngloro 70 63 133 88,6 87,5 88,1 2 2,9 1 1,6 3 2,3
3 Krambilsawit 106 97 203 77,9 80,2 79,0 1 0,9 2 2,1 3 1,5
4 Kepek 119 105 224 75,8 75,5 75,7 2 1,7 1 1,0 3 1,3
5 Monggol 90 76 166 86,5 86,4 86,5 2 2,2 2 2,6 4 2,4
6 Planjan 134 129 263 87,6 87,2 87,4 4 3,0 6 4,7 10 3,8
7 Kanigoro 160 144 304 74,4 80,4 77,2 2 1,3 4 2,8 6 2,0
Jumlah 766 698 1.464 80,0 82 80,8 14 1,8 17 2,4 31 2,1
Sumber: Program Gizi Puskesmas Saptosari 2019

26. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan


Balita gizi buruk yaitu balita dengan status gizi menurut berat badan
(BB) dan umur (U) dengan Z –score <-3 SD dan atau dengan tanda-tanda klinis
marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwasiorkhor. Balita gizi buruk
mendapat perawatan : balita gizi buruk yang dirawat atau ditangani di sarana
pelayanan kesehatan sesuai tata laksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Berdasarkan hasil pemantauan Status Gizi (PSG) 2019,
di Puskesmas Saptosari terdapat 4 balita yang termasuk dalam gizi buruk
berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Namun besarnya
jumlah gizi buruk ini belum dapat dipastikan karena belum dilakukan PE pada
balita.

27. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat


Cakupan penjaringan Kesehatan siswa SD dan setingkat yaitu
pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan
setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan
Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga ksehatan bersama tenaga
kesehatan terlatih (guru dan dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

36
Tabel IV.A.23
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Mendapat Pelayanan Kesehatan
Sd Dan Setingkat
Jumlah (Penjaringan)

Mendapat Pelayanan
L P L+P

Kesehatan
No Desa
S %
L P ∑ S % S % S %

(Penjaringan)
1 Jetis 45 38 83 45 100 38 100 83 100 5 5 100
2 Ngloro 22 20 42 22 100 20 100 42 100 2 2 100
3 Krambilsawit 43 45 88 43 100 45 100 88 100 3 3 100
4 Kepek 35 31 66 35 100 31 100 66 100 3 3 100
5 Monggol 28 22 50 28 100 22 100 50 100 4 4 100
6 Planjan 28 26 54 28 100 26 100 54 100 6 6 100
7 Kanigoro 39 33 72 39 100 33 100 72 100 3 3 100
JUMLAH 240 215 455 240 100 215 100 455 100 26 26 100
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD &
100   100   100      
Setingkat
Sumber: Program UKS/UKGS Puskesmas Saptosari 2019

28. Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap


Rasio tumpatan/pencabutan gigi tetap yaitu jumlah gigi tetap yang
ditambal/ditumpat pada suatu wilayah pada waktu tertentu dibandingkan
jumlah gigi tetap yang dicabut pada wilayah dan periode waktu yang sama.
Tabel IV.A.24
Rasio tambal / cabut gigi tetap
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Rasio Tumpatan/
Tumpatan Gigi Tetap Pencabutan Gigi Tetap
Pencabutan
3
14 9 0,4

Sumber: Program UKS/UKGS Puskesmas Saptosari 2019

29. SD/MI melakukan sikat gigi masal


Dari 27 SD/MI yang ada di wilayah Puskesmas Saptosari, ada 17 SD/MI
atau sebesar 63% yang sudah rutin melakukan sikat gigi masal.

30. SD/MI melakukan pelayanan gigi, mendapat perawatan gigi dan mulut
Pelayanan gigi dan mulut yaitu pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti

37
pencabutan gigi sulung, penobatan, dan penambalan sementara gigi sulung dan
gigi tetap, yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke puskesmas
minimal 2 kali dalam setahun.
Tabel IV.A.25
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019

Jumlah MURID SD/MI DIPERIKSA


murid SD  
%
JUMLAH % PERLU MENDAPAT MENDAPAT
PERAWATAN PERAWATAN PERAWATAN

2.867 404 14% 404 398 98,5%

Sumber: Program UKS/UKGS Puskesmas Saptosari 2019

31. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (60 tahun +)


Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan kesehatan sesuai standar
yang ada pada pedoman pada usia lanjut (60 tahun ke atas), di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
Tabel IV.A.26
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (60 tahun +)
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
JUMLAH USILA MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
3.847 4.174 8.021 2.176 2.237 4.413
56,6 53,6 55,0
Sumber: Program Lansia Puskesmas Saptosari 2019

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

1. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar yaitu suatu cara


penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas
usaha bersama dan kekeluargaan, berkesinambungan, dengan mutu yang
terjamin dan biaya yang terkendali. Jumlah peserta keseluruhan untuk wilayah
Saptosari sebanyak 37.225 atau sebesar 97,33%.

38
2. Cakupan Kunjungan Rawat Jalan

Yaitu pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang meliputi


observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik tanpa menginap.
Tabel IV.B.1
Cakupan Kunjungan Rawat Jalan
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
  L P L+P
Jumlah Kunjungan 11.806 18.312 30.118
Jumlah Penduduk 19.238 19.010 39.149
Cakupan Kunjungan (%) 61,4 96,3 78,7

3. Cakupan Kunjungan Rawat Inap

Puskesmas Saptosari bukan merupakan puskesmas rawat inap.

C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT

Rumah Tangga ber-PHBS


Rumah tangga ber-PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yaitu rumah
tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat, yang
meliputi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi
diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih,
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.
Tabel IV.C.1
Rumah Tangga ber-PHBS per Desa
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
RUMAH TANGGA
NO DESA ∑
∑ % % Ber-
∑ Ber-
Dipantau Dipantau PHBS
PHBS
1 Jetis 1.170 1.174 100,3 317 27,0
2 Ngloro 714 644 90,2 181 28,1
3 Krambilsawit 1.481 1.441 97,3 454 31,5
4 Kepek 1.339 1.320 98,6 296 22,4
5 Monggol 1.241 1.346 108,5 296 22,0
6 Planjan 1.779 1.742 97,9 354 20,3
7 Kanigoro 1.374 1.773 129,0 402 22,7
JUMLAH 9.098 9.440 103,8 2.300 24,4
Sumber: Promkes Puskesmas Saptosari 2019

39
D. KEADAAN LINGKUNGAN

1. Persentase Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat


kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang
baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat
dari tanah (Kepmenkes no. 829/Menkes/SK/1999 tentang Persyaratan
Kesehatan Perumahan). Perkembangan kondisi perumahan di wilayah
Puskesmas Saptosari dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik IV.D.1
Persentase Rumah Sehat
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2015, 2016, 2017, 2018, 2019

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, Puskesmas Saptosari

Dari grafik tersebut terlihat bahwa dari tahun 2015 sampai dengan 2019
terdapat peningkatan persentase rumah sehat. Hal ini didukung oleh kondisi
sosial ekonomi dan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat akan
pentingnya kondisi perumahan yang sehat.

2. Penduduk yang memiliki akses air minum

Air minum yang berkualitas/layak yaitu air minum yang terlindung


meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air,
penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor
atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan kotoran,

40
penampungan limbah, dan pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan,
air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air
tidak terlindung. Persentase penduduk yang memiliki akses air minum yang
layak sebagai berikut :
Grafik IV.D.2
Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Air Bersih
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2014, 2015, 2016, 2017, 2019

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, Puskesmas Saptosari

Perkembangan penduduk yang memiliki akses air minum yang layak


dari tahun 2015 sampai dengan 2019 sangat baik, hal ini didukung oleh
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup lebih sehat dan kemampuan
sosial ekonomi.

3. Penduduk yang memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat)

Fasilitas sanitasi yang layak (Jamban Sehat) : Fasilitas sanitasi yang


memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki
septik/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau
bersama. Hasil yang diperiksa di wilayah Puskesmas Saptosari dapat dilihat
pada grafik berikut :

41
Grafik IV.D.3
Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak
(Jamban Sehat)
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2015 2016, 2017, 2018, 2019

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, Puskesmas Saptosari

Perkembangan penduduk yang memiliki akses air minum yang layak


dari tahun 2014 sampai dengan 2019 sangat baik, hal ini dikarenakan mulai
digalakkannya kegiatan STBM dan didukung oleh meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk hidup lebih sehat, budaya malu dan kemampuan sosial
ekonomi.

4. Desa STBM

Desa melaksanakan STBM yaitu desa yang sudah melakukan pemicuan


minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja masyarakat/Natural Leader, dan telah
mempunyai rencana tindak lanjut untuk menuju Sanitasi Total.
Desa STBM yaitu desa yang telah mencapai 100 % penduduk
melaksanakan 5 pilar STBM.
Desa Stop BABS (SBS) yaitu desa yang penduduknya 100 % mengakses
jamban sehat.
Persentase desa STBM tahun ini masih 0 (nol). Tahapan desa baru
sampai pada Desa Stop BABS (STBM Pilar pertama) sebanyak 7 desa
(100%).

42
5. TTU Memenuhi Syarat

Tempat atau sarana yang diselenggarakan pemerintah/swasta atau


perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat yang meliputi:
sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas), sarana sekolah (SD/MI,
SLTP/MTs, SLTA/MA), dan hotel (bintang dan non bintang). Hasil
pengawasan TTU sebagai berikut :
Tabel IV.D.1
TTU Memenuhi Syarat
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
JENIS Jumlah Diperiksa Jumlah %
Sehat Sehat
SD 27 27 24 89%
SMP 7 7 7 100%
SMA/K 1 1 1 100%
Puskesmas 1 1 1 100%
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, Puskesmas Saptosari

Pemeriksaan TPM meliputi sanitasi penanganan makanan, personal


hygiene, pemeriksaan kebersihan tempat pengelolaan dan lingkungannya
secara umum, penyediaan air bersih, pembuangan limbah, pembuangan
sampah, sarana MCK. Hasil pengawasan TPM sebagai berikut :
Tabel IV.D.2
TPM Memenuhi Syarat Dibina
Di Puskesmas Saptosari Tahun 2019
JENIS Jumlah Diperiksa Jumlah %
Sehat Sehat
Restoran / rumah makan 7 7 7 100%
TUPM lainnya 130 130 130 100%
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, Puskesmas Saptosari

43
BAB V

SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan

1. Jumlah RSUmum/Khusus : tidak ada

2. Jumlah Klinik : 2

3. Jumlah BPM :3

4. Jumlah Puskesmas Induk : 1 (Non rawat inap)

5. Jumlah Puskesmas Pembantu :6

6. Jumlah Puskesmas Keliling :1

7. Jumlah Apotek : 1

8. Jumlah Posyandu Madya :2

9. Jumlah Posyandu Purnama : 42

10. Jumlah Posyandu Mandiri : 17

11. Jumlah Poskesdes :7

12. Jumlah Polindes : tidak ada

13. Jumlah Posbindu :3

14. Jumlah Desa Siaga :7

15. Persentase Desa Siaga : 7/7 x 100% = 100%

B. Tenaga Kesehatan

Sarana tenaga kesehatan merupakan unsur pokok dalam menjalankan


fungsi pembangunan kesehatan di puskesmas. Jumlah ideal tenaga kesehatan
seharusnya menyesuaikan dengan jumlah penduduk di wilayah yang ada.
Rasio dokter per 100.000 penduduk : Jumlah dokter yang memberikan
pelayanan kesehatan di puskesmas pada kurun waktu tertentu dibandingkan
jumlah penduduk pada wilayah dan tahun yang sama x 100.000. Rasio dokter

44
gigi, sanitarian, petugas gizi, bidan, perawat, asisten apoteker, dan analis
kesehatan cara pengitungannya sama dengan cara penghitungan rasio dokter.
Jumlah dan rasio tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Saptosari
sebagai berikut :
Tabel V.B.1
Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan
Puskesmas Saptosari Tahun 2019
Jenis SDM Jumlah yang ada Rasio

Dokter umum 2 5,22


Dokter gigi 1 2,61
Kesehatan 1 2,61
masyarakat
Sanitarian 1 2,61
Petugas Gizi 1 (THL) 2,61

Bidan 9 23,51

Perawat umum 9 23,51


Perawat gigi 2 2,61
Asisten apoteker 1 2,61

Analis kesehatan 1 2,61


Tenaga Kontrak 1
Promkes
Tata Usaha/Staf 11
Sumber data : Kepegawaian Puskesmas Saptosari

Semua tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas belum ada yang sesuai
dengan kebutuhan, berdasarkan jumlah penduduk yang ada di wilayah
puskesmas. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan daerah.

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Selain sarana dan tenaga kesehatan yang ada untuk menjalankan fungsi
pembangunan kesehatan di puskesmas secara optimal, tentunya juga sangat
didukukung oleh dana untuk pembiayaan semua operasional kegiatan yang
ada di puskesmas. Kondisi keuangan yang ada di Puskesmas Saptosari bisa
dilihat pada tabel berikut :

45
Tabel V.C.1
Pembiayaan Kesehatan
Puskesmas Saptosari Tahun 2019
ALOKASI ANGGARAN
KESEHATAN
NO SUMBER BIAYA  
Rupiah %
       
ANGGARAN KESEHATAN
     
BERSUMBER:
       
1 APBD KAB/KOTA 91,68
3.620.611.747
  a. Belanja Langsung  
3.620.611.747
  b. Belanja Tidak Langsung  
-
2 APBD PROVINSI 0,00
-
- Dana Tugas Pembantuan (TP)
     
Provinsi
3 APBN : 8,32
328.476.000
  - Dana Alokasi Umum (DAU)    

  - Dana Alokasi Khusus (DAK) 6,44


254.476.000
  - Dana Dekonsentrasi    
- Dana Tugas Pembantuan
     
Kabupaten/Kota
  - Lain-lain (jasa layanan) 1,87
74.000.000
PINJAMAN/HIBAH LUAR
4    
NEGERI (PHLN)
(sebutkan project dan sumber
     
dananya)
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN    

  Kapitasi 42,78
1.689.362.267
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN  
3.949.087.747
TOTAL APBD KAB/KOTA  
3.620.611.747
% APBD KESEHATAN THD APBD
 
KAB/KOTA 100,00
ANGGARAN KESEHATAN
 
PERKAPITA 103.249,52
Sumber : Bendahara Saptosari tahun 2019

46
BAB VI
KESIMPULAN

Dari semua data pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada beberapa kegiatan yang belum memenuhi target

2. Hal tersebut di atas di pengaruhi oleh beberapa faktor

a. Faktor masyarakat.

Tingkat sosial ekonomi masyarakat yang masih kurang sehingga berpengaruh

terhadap pemenuhan kebutuhan,pemberdayaan dan pemanfaatan sarana demi

peningkatan kesehatan, juga dipengaruhi oleh tingkat kesadaran,pengetahuan

dan pendidikan masyarakat yang sebagian masih kurang.

b. Faktor lingkungan ,sosial dan budaya.

Letak geografis di UPT Puskesmas Saptosari pada daerah tertentu masih

menjadi kendala masyarakat dalam mendapatkan informasi

kesehatan/memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan .

c. Faktor sarana kesehatan


- Pada tahun 2019 kebijakan BPJS berpengaruh terhadap masyarakat dalam

memanfaatkan sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Saptosari.

- Masih kurangnya anggaran pada program tertentu sehingga pemberian

pendidikan dan penyuluhan kesehatan menjadi terbatas.

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut di atas untuk masa

yang akan datang:

a. Peningkatan pendidikan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan baik

secara langsung misalnya melalui kegiatan posyandu,maupun pelatihan dan

pertemuan kader secara rutin.

47
b. Mengadakan kerja sama baik lintas program maupun lintas sektoral serta

pemberdayaan unsur masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Saptosari.

c. Permohonan tambahan anggaran sehingga program pendidikan dan

penyuluhan kesehatan dapat terlaksana secara optimal.

d. Permohonan relokasi puskesmas karena belum bisa memenuhi kriteria sesuai

Permenkes.

e. Permohonan tenaga paramedis tambahan.

48

Anda mungkin juga menyukai