OLEH :
019.06.0082
Kelompok 3/ Kelas A
Penyusun
DAFTAR ISI
2.2 Anatomi Klinis dan Siklus Hepatobilier .......... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
NYERI PERUT
Sesi I
Seorang perempuan, Ny. Y, 50 tahun datang ke IGD RS B dengan keluhan
nyeri perut kanan atas yang semakin berat sejak 1 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul dan tidak menjalar. Keluhan tersebut juga disertai dengan mual dan
muntah. Pasien juga mengeluh demam yang tidak terlalu tinggi. Nafsu makan
berkurang. Pasien mengeluh BAK berwarna kuning pekat seperti air teh dan BAB
seperti dempul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran CM, tampak sakit
sedang, TD = 120/80 mmHg, nadi: 100x, RR: 20x, suhu: 38°C sklera ikterik, dan
hepar dan lien tidak teraba.
Sesi II
Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan inspeksi abdomen : warna kulit
ikterik, tidak ada jaringan parut, tidak ada striae, tidak ada pelebaran pembuluh
darah vena, bentuk abdomen tampak rata, tidak ada benjolan local, gerakan
dinding abdomen normal. Auskultasi abdomen: Frekuensi terdengar normal 4 kali
permenit. Palpasi abdomen : Tidak teraba massa, saat dilakukan penekanan
sambil meminta pasien untuk menahan napas pada regio subcostal kanan, pasien
merasakan nyeri. Pada pemeriksaan tekan pada region kanan bawah abdomen,
pasien tidak merasakan nyeri. Perkusi abdomen : Hepar dan lien tidak teraba
membesar. Nyeri ketok CVA -/-.
1.2 Data Kasus
Data Dasar
a. Data subyektif
b. Data obyektif
PEMBAHASAN
Pasien juga mengeluh demam yang tidak terlalu tinggi. Nafsu makan
berkurang hal ini bisa saja disebabkan karena berbagai factor seperti adanya
obstruksi karena pembentukan batu. Pasien mengeluh BAK berwarna kuning
pekat seperti air teh dan BAB seperti dempul. Dari keluhan pasien menunjukkan
pasien mengalami ikterus. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau
jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kekuningan karena pewarnaan
oleh bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Bilirubin
dibentuk sebagai akibat pemecahan cincin hema, biasanya sebagai akibat
metabolisme sel darah merah. Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis
jaune yang berarti kuning. lkterus sebaiknya diperiksa di bawah cahaya terang
dengan melihat sklera mata. lkterus yang ringan dapat dilihat paling awal pada
sklera mata, konsentrasi bilirubin sudah berkisar antara 2- 2,5 mmg/dL. Jika
ikterus sudah jelas dapat terlihat dengan nyata maka bilirubin mungkin
sebenarnya sudah mencapai angka 7 mg/dL.
Gejala batu empedu yang dapat dipercaya adalah kolik ftilier. Keluhan ini
didefinisikan sebagai nyeri di perut atas hedangsung lebih dari 30 menit dan
kurang dari 12 jam. Siasanya lokasi nyeri di perut atas atau epigastrium tetapi tisa
juga di kiri dan prekordial. lstilah kolelitiasis dimaksudkan untuk penyakit batu
empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam duktus
koledokus, atau pada kedua-duanya. Apabila batu kandung empedu ini berpindah
ke dalam saluran empedu ekstrahepatik, disebut batu saluran empedu sekunder
atau koledokolitiasis sekunder. Kebanyakan batu duktus koledokus
(koledokolitiasis) berasal dari batu kandung empedu, tetapi ada juga yang
terbentuk primer di saluran empedu ekstrahepatik maupun intrahepatik. Batu
primer saluran empedu, harus memenuhi kriteria sebagai berikut : ada massa
asimtomatik secelah kolesistektomi, morfologik cocok dengan batu empedu
primer, tidak ada striktur pada duktus koledokus atau tidak ada sisa duktus
sistikus yang panjang (Aru W. Sudoyo, dkk. 2016).
Diagnosis
Peradangan hati akut dapat disebabkan oleh banyak penyebab infeksi dan
noninfeksi, yang penyebab paling umum adalah sekunder dari infeksi virus atau
cedera hati yang diinduksi obat. Di bawah ini adalah daftar penyebab umum
hepatitis akut dan gagal hati akut. Virus hepatitis A (HAV) biasanya ditularkan
melalui kontaminasi air dan makanan oleh kotoran orang yang
terinfeksi. Kebersihan pribadi yang buruk merupakan faktor risiko. Virus hepatitis
B (HBV) unik karena dapat ditularkan secara vertikal. Cara penularan lainnya
termasuk kontak seksual melalui air mani dan cairan vagina, melalui darah
melalui penggunaan narkoba suntikan atau praktik medis yang tidak aman, dan
bahkan melalui kontak orang-ke-orang yang dekat.Virus hepatitis C (HCV) adalah
efek samping utama yang terkait dengan transfusi darah sebelum karakterisasi dan
pengembangan protokol skrining darah. Cara utama penularan saat ini adalah
melalui penggunaan narkoba (intravena atau intranasal), suntikan layanan
kesehatan yang terkontaminasi, dan melalui kontak seksual. Penularan terkait
transfusi masih terjadi di negara-negara miskin sumber daya. Virus hepatitis D
(HDV) mirip dengan HBV dan HCV karena terutama ditularkan melalui darah
atau kontak seksual. Namun, HDV unik di antara virus lain karena membutuhkan
antigen permukaan HBV (HBsAg) untuk bereplikasi dan bergantung
padanya. Virus hepatitis E (HEV) juga paling sering ditularkan melalui
kontaminasi air dan makanan, dan lebih jarang melalui rute zoonosis atau melalui
transfusi.
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
- HAV: Antibodi IgM adalah diagnostik untuk infeksi akut. IgG positif
tetapi IgM negatif menunjukkan paparan masa lalu.
- HBV: Infeksi akut ditandai dengan adanya antigen permukaan,
antibodi inti IgM, antigen amplop, dan viral load. Namun, ada juga
"periode jendela" di mana antigen permukaan menghilang sebelum
munculnya antibodi IgG terhadap antigen permukaan. Infeksi HBV
kronis ditandai dengan adanya antigen permukaan selama lebih dari 6
bulan, antibodi inti IgG, dan DNA HBV, ditambah tidak adanya
antibodi permukaan.
- HCV: Infeksi akut ditandai dengan adanya RNA HCV dengan atau
tanpa adanya antibodi IgM. Infeksi kronis ditandai dengan adanya
RNA HCA dengan adanya antibodi IgG. Jika pasien sembuh dari
infeksi, hasilnya tidak akan menunjukkan RNA HCV yang terdeteksi,
dengan atau tanpa adanya antibodi HCV.
- HEV: IgM merupakan indikasi infeksi akut, seperti antigen HEV dan
viral load RNA. Viral load RNA juga digunakan untuk mengevaluasi
respons terhadap terapi anti-virus. IgG mengkonfirmasi kemanjuran
vaksin atau perlindungan alami.
Manifestasi Klinis
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut
di sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh.
Kadang- kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat
berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya keluhan sangat
bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai dengan
gangren atau perforasi kandung empedu. Pada pemeriksaan fisis teraba masa
kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda- tanda peritonitis lokal (tanda
Murphy). lkterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin
<4,0 mg/dl). Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di
saluran empedu ekstra hepatik. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya
leukositosis serta kemungkinan peninggian serum transaminase dan fosfatase
alkali. Akan terjadi stasis bilier, pembengkakan, radang akut, yang dapat berlanjut
menjadi empiema dan perforasi kandung empedu. Keluhan utama ialah nyeri akut
di perut kuadran kanan atas, yang kadang- kadang menjalar ke belakang di daerah
skapula. Biasanya ditemukan riwayat serangan kolik dimasa lalu, yang pada
mulanya sulit dibedakan dengan nyeri kolik yang sekarang. Gejala yang khas
adalah rangsangan peritonitis lokal yaitu ketika inspirasi dalam, penderita merasa
nyeri pada hipokondrium kanan sehingga berhenti menarik napas (tanda Murphy)
(Sjamsuhidajat, de Jong. 2014).
Diagnosis
Kuman dapat memasuki saluran empedu dari saluran cerna melalui papila
Yater, dari hepar, atau dari aliran darah. Kolangitis terjadi bila ada obstruksi
saluluran empedu dan cukup banyak kuman dalam saluran empedu
(Sjamsuhidajat, de Jong. 2014).
Etiologi
Manifestasi Klinis
Gejala yang terjadi adalah tanda radang clan tanda penyumbatan saluran
empedu atau disebut kolestasis. Dikenal trias Charcot yaitu nyeri abdomen,
ikterus, dan demam disertai menggigil. Bila keadaan ini memburuk akan terjadi
gangguan kesadaran dan hipotensi yang disebut sebagai Pentad Reynolds
(Sjamsuhidajat, de Jong. 2014)
Manifestasi Klinis
2.3.5 Hepatoma
Definisi
Etiologi
Infeksi kronik virus hepatitis B , virus hepatitis C dan sirosis hati adalah
faktor risiko utama KHS di Indonesia.R isiko juga dipengaruhi oleh ras, usia, dan
jenis kelamin. Baik kasus-kontrol maupun studi kohort menunjukan hubungan
yang kuat antara tingkat carrier hepatitis B kronis dan peningkatan kejadian KHS.
Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri atau perasaan tak nyaman
di kuadran kanan-atas abdomen. Pasien dengan sirosis hati cenderung memiliki
toleransi yang rendah terhadap infiltasi sel ganas dalam hati sehingga muncul
tanda-tanda spesifik dan gejala dekompensasi hati seperti ensefalopati, icterus,
dan edema tubuh.
2.3 Penentuan Dx
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasien di
skenario memiliki diagnosis “Kolangitis Akut”. Hal ini ditentukan berdasarkan
pembahasan di scenario dan dijabarkan pada tabel dibawah :
Kolelithiasis Kolesistitis Kolangitis Hepatitis Hepatoma
akut Akut
Nyeri + + + + +
perut
kanan
atas
Nyeri + + + +/- -
hilang
timbul
dan tidak
menjalar
Mual +/- + + + +
muntah
Demam - + - + -
low grade (high
grade)
Nafsu +/- +/- +/- + +/-
makan
berkurang
BAB + + + +/- +/-
dempul
BAK + + + +/- +/-
pekat
seperti teh
RR, Nadi, + + + + +
TD
normal
(Inspeksi) +/- +/- + + +/-
Sklera
dan
warna
kulit
ikterik
Hepar - - - +/- +/-
dan lien
tidak
teraba
(Palpasi) - + + - -
Murphy
Sign (+)
Nyeri - - - - -
ketok
CVA
Epidemiologi
Di Asia Timur dan Pasifik, penyakit parasit hati ( Clonorchis sinensis) clan
askaris menyebabkan kolangitis sekunder.
Penatalaksanaan
Prognosis
Pada pasien dengan kasus kolangitis akut ringan, 80-90% pasien merespon
terapi medis dan memiliki prognosis yang baik. Individu yang datang dengan
tanda-tanda awal kegagalan organ multipel seperti perubahan status mental, gagal
ginjal, ketidakstabilan hemodinamik, dan mereka yang tidak menanggapi
manajemen konservatif dan pengobatan antibiotik harus menjalani drainase bilier
darurat. Drainase bilier dini mengarah pada perbaikan klinis yang lebih cepat dan
penurunan mortalitas.
Komplikasi
Kolangitis akut dapat berkisar dalam tingkat keparahan dari penyakit ringan
hingga gagal hati atau multiorgan. Komplikasi berikut terkait dengan kolangitis :
- Abses hati
- Kolesistitis akut
- Gagal hati
Pasien harus dididik tentang faktor risiko kolangitis akut dan disarankan
untuk mengurangi faktor yang dapat dimodifikasi dengan diet rendah lemak,
peningkatan aktivitas fisik, dan berat badan yang sehat bila
memungkinkan. Individu dengan riwayat penyakit batu empedu dan duktus bilier
harus dididik tentang presentasi klinis kolangitis dan disarankan untuk mencari
perhatian medis segera ketika gejala muncul.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasien di
skenario memiliki diagnosis “Kolangitis Akut”. Hal ini dicurigai karena pasien
sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas sakit bila ditekan (tanda Murphy
positif), takikardia, mual, muntah, anoreksia dan demam. Terapi kolangitis akut
terdiri dari pemberian antibiotik dan drainase bilier. Derajat kolangitis akut
menetukan perlu tidaknya pasien dirawat di rumah sakit. Bila klinis penyakitnya
ringan, dapat berobat jalan, terutama jika kolangitis akut ringan yang berulang
sehingga diperlukan upaya tatalaksana secara non- farmakologi dan farmakologi
untuk memberikan prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo, dkk. 2016. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Harrison. 1999. Prinsip- Prinsip Ilmu Penyakit Dalam (Harrison’s Principles of
Interna Medicine). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Edisi 13.
Kowalak, dkk. 2014. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sjamsuhidajat, de Jong. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah; Sistem Organ dan Tindak
Bedahnya (2). Penerbit EGC. Edisi 4. Vol. 3
Tanto, Chris., dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Essentials medicine; Media
Aesculapius. Edisi IV. ISBN 978-602-1 7338-4-4