Clinical Exposure 3
Laporan Kasus 3
I. Ilustrasi Kasus
A. Identitas
Nama : Ibu Nur Siti
Usia : 62 tahun
Jenis Kelamin : wanita
Status Pernikahan : menikah
Agama : islam
Alamat : Bojong Renget
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : pensiun
No. MR : 37828
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa, 23 Februari 2016 di
Puskesmas Teluk Naga.
Keluhan Utama
Rasa terbakar di dada sejak 1 minggu yang lalu.
KeluhanTambahan
Mual, muntah, kesulitan menelan, dan nyeri ulu hati.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Normal
Kesadaran : Compos mentis
BB / TB : 65kg/158cm
BMI : 26,0
Tanda-Tanda Vital:
Tekanan Darah : 130 / 90 mmHg
Respirasi : 22 kali/ menit
Frekuensi Nadi : 96 kali / menit
Suhu : 36,9 oC
2. Palpasi
- Tactile vocal fremitus dada kanan dan kiri pasien simetris
- Chest expansion kanan dan kiri seimbang
- Ictus cordis tidak teraba
3. Perkusi
- Perkusi thorax dari costae 1 ke 6 sonor
- Perkusi batas jantung: batas kanan jantung tidak melebihi linea
parasternalis dextra
4. Auskultasi
- Bunyi pernapasan vesikuler pada daerah lapang paru
- Bunyi jantung S1, S2 normal. Bunyi irama jantung teratur
- Bunyi jantung tambahan: Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : 1. Inspeksi
- Abdomen berbentuk datar
- Tidak ada: Perut kodok/ascites, caput medusae, kemerahan, scarring,
stretch marks, benjolan.
2. Auskultasi
- Hasil auskultasi 4 regio abdomen menunjukkan bising usus: 9 kali / menit,
kesan normal
3. Perkusi
- Bunyi abdomen timpani di 9 regio abdomen
- Chessboard phenomenon (-)
- Shifting dullness (-)
4. Palpasi
- Light Palpation: Tidak ditemukan massa, pasien merasa nyeri namun tidak
ada guarding.
- Deep Palpation: tidak dilakukan karena pasien sudah merasa nyeri saat
light palpation
- Mcburney sign dan rebound tenderness negative
- Palpasi Organ:
a. Palpasi Hepar: Batas bawah hepar <2cm dibawah arcus costae
b. Schauffner Test: Lien tidak teraba
c. Ballotement Test: Ginjal tidak teraba, tidak nyeri
d. Ketuk CVA: Tidak ada rasa nyeri
D. Kesimpulan
Ibu Nur Siti (62tahun) merasakan panas dan terbakar di dada sejak 1 minggu lalu
yang timbul selama kurang lebih 30 menit setelah makan. Rasa terbakar timbul
hilang, berlangsung selama 5 menit, bersifat progresif (semakin sakit dari hari ke hari)
dan frekuensinya juga semakin bertambah hingga menggangu aktifitas pasien.
Keluhan lebih sering muncul pada malam hari, diperberat dengan posisi berbaring
atau menunduk dan diperingan saat posisi duduk dan minum air putih. Pasien juga
mengeluhkan mual, muntah, kesulitan menelan, nyeri pada ulu hati, penurunan nafsu
makan dan frekuensi buang air besar berkurang. Ayah pasien memiliki riwayat
hipertensi. Sedangkan pasien juga memiliku riwayat hipertensi dan gastritis. Pasien
makan 2 kali sehari, suka mengonsumsi makanan pedas dan sering mengonsumsi kopi
di pagi hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan BMI pasien 26 (overweight), faring
yang hiperemis dan pasien merasakan nyeri di 9 regio abdomen saat dilakukan light
palpation.
E. Diagnosis
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)
Diagnosis Banding:
Gastritis
Esophagitis, Pharyngitis
Barret’s Esophagus
II. Ulasan Penyakit
Definisi
Penyakit gastroesophageal reflux adalah keadaan dimana jumlah asam lambung yang
dialirkan balik ke kerongkongan melebihi batas normal, menyebabkan gejala dengan
atau tanpa terkait cedera mukosa esofagus.
Patofisiologi
Penyakit Gastroesophageal reflux (GERD) adalah iritasi kerongkongan yang
diakibatkan refluks asam atau cairan lambung ke kerongkongan. Cairan asam
lambung dengan pH<4 lama kelamaan akan merusak dan menipiskan mukosa
lambung yang seharusnya bersifat protektif.
Penyebab utama dari gastroesophageal reflux adalah gangguan yang berada di
persimpangan esofagogastrik.
Ada 2 sfingter yang bertanggung jawab atas hambatan anti-reflux, yakni lower
esophageal sphincter (LES) serta diafragma sebagai sfingter external.
Refluks gastroesophageal reflux ketika tekanan LES lebih rendah dari tekanan
intragastrik seperti pada kasus hipotensi LES, atau pada kasus transient lower
esophageal sphincter relaxation.
Tingkat keparahan GERD meningkat secara progresif, dengan refluks yang muncul
terutama saat postprandial.
GERD pada umumnya juga dipicu oleh gravitasi, dimana postur berbaring akan
mengakibatkan cairan lambung untuk melewati LES yang lemah sehingga mengiritasi
kerongkongan.
Dalam kasus kronik, iritasi mukosa esofagus akan menyebabkan peradangan, diikuti
oleh sel-sel imun. Hal ini dapat mempengaruhi syaraf, otot yang serta motilitas di
esofagus, yang mencipatkan lingkaran positive feedback yang memperparah penyakit
GERD.
Manifestasi Klinis
Heartburn / pirosis
Regurgitasi
Mual-muntah
Dysphagia
Waterbrash
Nyeri dada / ulu hati
Batuk
Suara Parau
Iritasi kronik dapat menyebabkan esophagitis, Barret’s esophagus, dll.
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
Mencari pecahan-pecahan mukosa (mucosal breaks):
o (+) = Indikasi GERD
o (– ) = Indikasi NERD (non-erosive reflux disease)
Monitoring pH 24 jam (Ambulatory 24h pH Monitoring)
o Merekam keadaan asam di bagian esofagus distal yang disebabkan refluks
asam lambung selama 24 jam dengan mikroelektroda
o GERD (+) apabila pH 5 cm dari lower esophageal sphincter adalah 4 atau
kurang
Biopsi
Terapi
Non-Farmakologi
Edukasi pasien
Penurunan berat badan
Menambah frekuensi makan dengan porsi-porsi yang lebih kecil
Menghindari makanan tinggi asam: (coklat, buah atau sayur seperti jeruk/lemon/tomat
yang tinggi asam, makanan pedas)
Menambah bantal kepala meninggikan posisi kepala dan leher saat tidur
Menghindari makan 3 jam sebelum tidur
Farmakologi
Antasid
Histamine-2-Receptor Antagonist
PPI / Proton Pump Inhibitors
Obat-obatan prokinetik
Operasi (Fundoplikasi), indikasi antara lain:
o Penggunaan PPI rutin tidak efektif
o Barret’s Esophagus
o Manifestasi ekstra-esophageal GERD (kesulitan bernapas, batuk, otitis media,
kerusakan enamel)
o Wanita post-menopause dengan osteoporosis
Sumber :
Longo, D., Fauci, A., Kasper, D., Hauser, s., Jameson, J., Loscalzo, J. (2011). Harrison's
principles of internal medicine (18th ed.). New York, N.Y.: McGraw-Hill.
Setiati, S. Alwi, I., Sudoyo, A, W., Simadibrata, M., Setiyohadi, B., Syam, AF. (2014). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam (6th ed). Jakarta: Interna Publishing.
III. Clinical Reasoning
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, akhirnya pasien
dapat didiagnosis dengan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) karena ditemukan
beberapa hal yang mendukung diagnosis tersebut, antara lain pasien merasakan panas dan
terbakar di dada sejak 1 minggu lalu yang timbul selama kurang lebih 30 menit setelah
makan. Keluhan lebih sering muncul pada malam hari, pada posisi berbaring atau
menunduk dan diperingan saat posisi duduk (tegak). Terdapat pula rasa mual, muntah,
kesulitan menelan, nyeri ulu hati. Pasien memiliki beberapa faktor resiko yaitu riwayat
gastritis, suka mengonsumsi makanan pedas dan obesitas. Lalu pada pemeriksaan fisik
ditemukan faring yang hiperemis rasa nyeri abdomen saat dilakukan light palpation.