Anda di halaman 1dari 34

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2023


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ABSES HEPAR

OLEH :

MUH. KHAIRUL PRATAMA

111 2020 2067

PEMBIMBING :

dr. ADLIAH PURNAWATY HARIFUDDIN, Sp.B, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA\

MAKASSAR

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Muh. Khairul Pratama

NIM : 111 2020 2067

Judul : Abses Hepar

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus yang berjudul “Abses Hepar”

dan telah disetujui serta telah dibacakan dihadapan Dokter Pendidik Klinik

dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu Ilmu bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, April 2023

Menyetujui,

Dokter Pendidik Klinik, Mahasiswa,

dr. Adliah Purnawaty H, Sp.B, M.Kes Muh. Khairul Pratama

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka

laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat

semoga selalu tercurah pada baginda Rasulullah Muhammad SAW

beserta para keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang

mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman.

Laporan kasus yang berjudul “Abses Hepar” ini disusun sebagai

persyaratan untuk memenuhi kelengkapan bagian. Penulis mengucapkan

rasa terimakasih sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah

diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama

penyusunan laporan kasus ini hingga selesai. Secara khusus rasa

terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada dr. Adliah Purnawaty

Harifuddin, Sp.B, M.Kes sebagai pembimbing dalam penulisan laporan

kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna, untuk

saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam

penyempurnaan penulisan laporan kasus ini. Terakhir penulis berharap,

semoga laporan kasus ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan

menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Makassar, April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS.........................................................................2
2.1. Identitas Pasien...............................................................................2

2.2. Anamnesis.......................................................................................2

2.3. Pemeriksaan FIsis...........................................................................3

2.4. Pemeriksaan Penunjang.................................................................5

2.5. Diagnosis.......................................................................................12

2.6. Penatalaksanaan...........................................................................12

2.7. Tindakan Operasi..........................................................................13

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................18

2.1. Anatomi.........................................................................................18

2.2. Diagnosis......................................................................................22

2.3. Tatalaksana..................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................v

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Hepar merupakan organ terbesar di dalam tubuh. Heparbertekstur

lunak dan lentur, serta terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di

bawah diaphragma.

Abses hati adalah rongga patologis yang timbul dalam jaringan hati

akibat infeksi bakteri, parasit, jamur, yang bersumber dari saluran cerna,

yang ditandai adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang

terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi, atau sel darah di dalam

parenkim hati.

Abses hati terbagi 2 yaitu abses hati amebik [AHA] dan piogenik

[AHP]. Abses hati piogenik adalah rongga supuratifpada hati yang timbul

dalam jaringan hati akibat infeksi bakteri seperti enterobacteriaceae,

microaerophiiic streptococci, anaerobic streptococci, kiebsieiia

pneumonia, bacteroidesfusobacterium, staphyiococcus aureus, saimoneiia

typhi. Sedangkan abses hati amebik disebabkan infeksi Entamoeba

histoiytica Abses hati amebik Iebih banyak terjadi pada laki-laki dan jarang

pada anak-anak

1
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. GSTN

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Suku Bangsa : Palopo

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Merabuana

Tanggal MRS : 3 April 2023

No. RM : 400537

2.2 Anamnesis

Autoanamnesis :

Keluhan Utama : Nyeri perut

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke UGD RSUD Saerigading Palopo dengan keluhan

nyeri perut kanan atas yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, hilang

timbul dan memberat ketika batuk. Keluhan disertai demam(+) yang naik

turun dan menggigil. Mual(+), Muntah(-), Batuk(+), lendir(-), sesak(-). BAB

encer (+) frekuensi 2x, lendir(-), darah(-), ampas(+). BAK biasa.

Riwayat Psikososial :

2
Riwayat pasien merokok, dan senang mengonsumsi minuman yang

mengandung alkohol.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus, Asma, Diabetes

Melitus dan Operasi disangkal.

Riwayat Pengobatan :

Pasien mengaku telah diberikan obat ketorolac, ranitidine dan obat

anti nyeri(pasien lupa nama obatnya) ketika di PKM

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama

2.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : Composmentis GCS 15

Tanda-tanda Vital :

TD : 110/80 mmHg

N : 80x/menit

P : 22x/menit

S : 36,7 C

Pemeriksaan Sistematis

 Kepala : Normocephal

 Mata : Kongjuntiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),

refleks pupil (-/-) Isokor ka=ki

3
 Leher : pembesaran KGB (-/-), pembesaran tiroid (-/-)

 Thoraks

Inspeksi

Bentuk : simetris pada kedua hemithorax

Gerak nafas : Simetris

Thrill : Tidak tampak

Spider nevi : Tidak ada

Sela iga : Tidak melebar

Jejas/luka : Tidak ada

Palpasi

Gerakan nafas : simetris pada kedua hemithorax

Fremitus raba : Normal

Nyeri tekan : Tidak ada

Perkusi

Perkusi thorax : Sonor (ka=ki)

Auskultasi

Bunyi pernapasan : vesikuler

Bunyi nafas tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi

Simetris, mengikuti gerak nafas

Massa: tidak ada

4
Jejas/luka: Tidak ada

Auskultasi

Peristaltik (+) kesan normal

Palpasi

Hepar : nyeri tekan, Murphy Sign(+)

Lien : Tidak teraba

Ginjal : Tidak teraba

Perkusi

Timpani

 Ekstremitas

Akral hangat , CRT < 2 detik, edem (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Lab :

Darah rutin :

- WBC : 18,6 x103/uL

- RBC : 4,3 x103/uL

- HB : 13,2 g/dL

- PLT : 425 x103/uL

GDS : 158 mg/dL

Hemostatis :

- APTT : 28,2 detik

- PT : 11,3 detik

5
Fungsi Hati :

- GOT : 18 U/L

- GPT : 45 U/L

Imunologi :

- HIV : Non Reaktif

- SARS-Cov 2 Antigen : Negatif

- HBsAg : Negatif

USG :

- Hepatomegaly disertai multiple massa suspek abses hepar

- Tidak tampak tanda-tanda peradangan, inflamasi, ubular buntu

maupun target sign pada area McBurney namun appendicitis belum

dapat disingkirkan

6
Foto Thorax posisi PA :

- Pneumonia bilateral

- Efusi pleura dextra

- Elevasi diafragma dextra (proses intrahepatic)

7
MCT Scan :

- Slight hepatomegaly disertai multiple massa lobus kanan sugestif

abses hepar.

8
9
Lampiran Hasil pemeriksaan :

Hasil Pemeriksaan Darah Rutin

Hasil Pemeriksaan GDS, Hemostatis, fungsi hati, dan imunologi

10
Hasil Pemeriksaan USG

Hasil Pemeriksaan Foto thorax posisi PA

11
Hasil Pemeriksaan MCT SCAN Abdomen

2.5 Diagnosis

Giant Abses Hepar + Peritonitis Generalisata

2.6 Penatalaksanaan

Non Farmakologi :

Rencana operasi tanggal 7 April 2023 pukul 10.00 WITA

Farmakologi :

- IVFD Ringer Laktat 18 tpm

- Metronidazole 1 vial/8jam/iv

- Omeprazole /12jam/iv

- Paracetamol 1 g/8jam/iv

- Curcuma 3x1/oral

12
2.7 Tindakan Operasi

Diagnosis Pre Operatif

Giant Abses Hepar + Peritonitis Generalisata

Laporan Operasi

- Pasien baring posisi supine dibawah pengaruh GA

- Disinfeksi dan drapping lapangan operasi

- Insisi di atas Diaprahma Dextra, perdalam hingga peritoneum

- Buka peritoneum, identifikasi hepar tampak abses hepar di lobus


Dextra, drainage abses, dilanjutkan resensi hepar lobus dextra

- Kontrol perdarahan, jahit hepar

- Cuci cavum abdomen, pasang drain

- Jahit lapis demi lapis

- Operasi selesai

Jenis Opersi

Reseksi Hepar Partial

Diagnosis Post Operatif

Giant Abses Hepar + Peritonitis Generalisata

13
Dokumentasi Intra OP:

a. Tampak adanya abses pada b. Dilakukan drainage pada


lobus dextra abses menggunakan spoit
10cc

c. Drainage abses didapatkan d. Kondisi hepar lobus dextra


sebanyak 18 cc setelah drainage, dan akan
dilanjutkan resensi lobus
dextra hepar, kemudian jahit
hepar

14
e. Penutupan dinding abdomen
dengan meninggalkan
sebuah vacuum drain

Penatalaksanaan Post Operasi :

- IVFD Ringer Laktat 18 tpm

- Metronidazole 1 vial/8jam/iv

- Imipenem

- Dexketoprofen

- Lansoprazole

- As. Tranexamat

Plan :

- Periksa sitologi & histopatologi jaringan

15
Hasil dari drainage abses
dikirim untuk diperiksa sitologi
dan jaringan hepar untuk
diperiksa hispopatologi

Hasil pemeriksaan Sitologi dan Histopatologi :

Sitologi : Sediaan apusan mengandung jaringan nekrotik : Menyokong

suatu abses hepar

Histopatologi : Suatu hepatitis chronic Necrotizing suppurative

16
Lampiran :

17
BAB III

PEMBAHASAN

2.8. Anatomi Hepar

Hepar merupakan organ terbesar di dalam tubuh. Heparbertekstur

lunak dan lentur, serta terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di

bawah diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di bawah arcus costalis

dexter, dan diaphragma setengah bagian kanan memisahkan hepar dari

pleura, paruparu, pericardium, dan jantung. Hepar terbentang ke kiri untuk

mencapai diaphragma setengah bagian kiri. Permukaan atas hepar yang

cembung melengkung di bawah kubah diaphragma Permukaan

posteroinferior, atau visceralis membentuk cetakan visera yang letaknya

berdekatan, karena itu bentuknya menjadi tidak beraturan. Permukaan ini

berhubungan dengan pars abdominalis oesophagus, gaster, duodenum,

flexura coli dextra, ren dexter dan glandula suprarenalis dextra, dan vesica

biliaris.1

18
Hepar dapat dibagi dalam lobus dexter yang besar dan lobus sinister

yang kecil oleh perlekatan peritoneum oleh ligamentum falciforme. Lobus

dexter terbagi lagi menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh

adanya vesica biliaris, fissure unfuk ligamentum teres hepatis, vena cava

inferior, dan fissure untuk ligamentum venosum. Penelitian menunjukkan

bahwa pada kenyataannya lobus quadratus dan lobus caudatus

merupakan bagian fungsional lobus hepatis sinister. Jadi cabang dextra

dan sinistra arteria hepatica dan vena porta, dan ductus hepaticus dexter

dan sinister masing-masing mengurus lobus dexter dan sinister (termasuk

lobus quadratus dan lobus caudatus). Jelaslah bahwa terdapat sedikit

tumpang tindih.1

Porta hepatis, atau hilus hepatis, terdapat pada permukaan

posteroinferior, dan terletak di antara lobus caudatus dan lobus quadratus.

Bagian atas ujung bebas omentum minus diaphragma oesophagus flexura

coli sinistra colon descendens leJunum colon sigmoideum canalis analis.

Susunan umum viscera abdomen. melekat pada pinggir porta hepatis.

Pada tempat ini, terdapat ductus hepatlcus dexter dan sinister, cabang

dextra dan sinistra arteria hepatica, vena porta, dan serabut-serabut saraf

simpatik dan parasimpatik. Di sini terdapat beberapa kelenjar limfe hepar.

Kelenjar ini menampung cairan limfe hepar dan kandung empedu, dan

mengirimkan serabut eferennya ke nodi lymphoidei coeliaci.1

19
Seluruh hepar dikelilingi oleh capsula fibrosa, hanya sebagian

ditutupi oleh peritoneum. Hepar tersusun oleh lobulus-lobulus hepatis.

Vena centralis pada masing-masing lobulus bermuara ke venae

hepaticae. Di dalam ruangan di antara lobulus-lobulus ierdapat canalis

hepatis, yang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena porta, dan

sebuah cabang dari ductus choledochus (triad hepatis). Darah arteri dan

vena berjalan di antara sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke

vena centralis.1

20
Abses hati adalah rongga patologis yang timbul dalam jaringan hati

akibat infeksi bakteri, parasit, jamur, yang bersumber dari saluran cerna,

yang ditandai adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang

terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi, atau sel darah di dalam

parenkim hati. Abses hati dapat terbentuk soliter atau multipel dari

penyebaran hematogen maupun secara langsung dari tempat terjadinya

infeksi di dalam rongga peritoneum.2

Abses hati terbagi 2 yaitu abses hati amebik [AHA] dan piogenik

[AHP]. Abses hati piogenik adalah rongga supuratifpada hati yang timbul

dalam jaringan hati akibat infeksi bakteri seperti enterobacteriaceae,

microaerophiiic streptococci, anaerobic streptococci, kiebsieiia

pneumonia, bacteroidesfusobacterium, staphyiococcus aureus, saimoneiia

typhi. Sedangkan abses hati amebik disebabkan infeksi Entamoeba

histoiytica Abses hati amebik Iebih banyak terjadi pada laki-laki dan jarang

pada anak-anak.2

Abses hati piogenik dapat terjadi karena beberapa mekanisme:

- Infeksi dari traktur bilier [kolangitis, kolesistitis] atau dari fokus

septik sekitarnya [pylephlebitis)

- Komplikasi lanjut dari sfingterektomi endoskopik untuk batu saluran

empedu atau 3-6 minggu setelah operasi anastomosis bilier-

intestinal.

21
- Komplikasi bakteremia dari penyakit abdomen seperti divertikulitis,

apendisitis, ulkus peptikum perforasi, keganasan saluran cerna,

inflammatory bowei disease, peritonitis, endokarditis bakteria, atau

penetrasi benda asing melalui dinding kolon.

- 40 % abses hati piogenik tidak diketahui sumber infeksinya.

Adanya flora dalam mulut diduga menjadi penyebabnya, terutama

pada pasien dengan penyakit periodontal berat.

Sedangkan abses hati amebik terjadi karena

- Entamoeba histoiytica keluar sebagai trofozoit atau bentuk kista.

Setelah terinfeksi, kista melewati saluran pencernaan dan menjadi

trofozoit di kolon, lalu menginvasi mukosa dan menyebabkan ulkus

flask shaped. Selanjutnya organisme dibawa menuju hati dan dapat

menyebabkan abses di paru-paru atau otak. Abses hati dapat

ruptur ke dalam pleura, perikardium, dan rongga peritoneum.

2.9. Diagnosis Abses Hepar 2:

Abses Hepar Piogenik Abses Hepar Amoebik


Anam Demam, nyeri spontan perut Periode laten antara infeksi
nesis kanan atas, pasien jalan interstinal dan infeksi hati
membungkuk ke depan dengan dapat berlangsung beberapa
kedua tangan diletakkan di minggu. Kurang dari 10%
letakkan di atasnya. Jika kasus mengeluhkan adanya
letaknya dekat dengan diare berdarah karena disentri
dialragma dapat teriadi iritasi amebik. Keluhan Iain yaitu
diairagma sehingga terjadi nyeri nyeri perut terlokalisisr pada

22
pada bahu kanan. batuk, kuadran kanan atas. Demam
ataupun atelektasis. Geiala Iain dapat terjadi intermiten.
yaitu mual. muntah. penurunan Malaise. mialgia, dan artralgia.
berat badan. berkurangnya Dapat ditemukan keluhan
nafsu makan. disertai malaise, paru-paru. ikterik jarang
lkterus, buang air besar seperti ditemukan dan jika ada ikterik
dempul. dan buang air kecil merupakan penanda
belwarna gelap. prognosis buruk.
Pasien cenderung untuk tidur
dengan posisi miring ke kiri.
Peningkatan suhu tubuh dan
Peningkatan suhu tubuh,
menggigil < 10 hari ikterik,
lkterus. hepatomegali yang
nyeri tekan abdomen yang
Pemerik
nyeri tekan. Nyeri tekan perut
dapat menialar dengan batuk
saan kanan atas. Jika AHP telah
fisik atau inspirasi dalam dan
Kronik dapat ditemukan asites
sering dirasakan pada malam
dan tandatanda hipertensi
hon‘, terlihat ada masa
portal.
di kuadran kanan atas
abdomen. terdengar friction
rub di hati.
Pemerik - DPL: leukositosis. pergeseran Seperti pada abses hati
saan
Penun ke kiri, anemia, peningkatan piogenik
jang Iaju endap darah (LED) - Tes serologis: ELISA dan
- Alkali iosfatase, enzim hemaglutinasi indirek.
transaminase. Dan serum cellulose acetate precipitin,
bilirubin: meningkat counterimmunoelectrophore
- Albumin serum: dapat sis. antibodi imm
menurun unofluorescent. Dan rapid
- waktu protrombin: dapat latex agglutination
memaniang tests.Serum antibodi dapat
- Tes serologis: untuk bertahan sampai setahun

23
menyingkirkan diagnosis
banding
- Kultur darah
- Foto toraks: diafragma kanan
meninggi, efusi pleura. setelah sembuh.
atelektasis bilier, empiema. Sensitivitas don spesifisitas
atau abses paru. Pada posisi pemeriksaan ini mencapai
PA sudut kardiotrenikus 95% dan >95%. Hasil false
terlutup, pada posisi lateral negative dapat teriadi pada
sudut kostofrenikus interior 10 hari pertama infeksi.
terlutup. Di bawah diafragma - Pemeriksaan PCR untuk
terlihat air fuid level. mendeteksi DNA amuba
- Foto polos abdomen ELISA untuk mendeteksi
- Angiografik: daerah avascular antigen amuba pada serum.
- CT scan abdomen dapat Organisme dapat diisoiasi di
mendeteksi lesi ukuran <1 tinja hanya pada 50%
cm, lesi hipodens. Dapat kasus.
- menetukan lokasi abses. - Imajing tidak dapat
Hubungan dengan membedakan abses
strukturjaringan sekitarnya, disebabkan oleh amuba
dan mendeteksi adakah udara atau kuman piogenik.
dalam abses (berhubungan - Ultrasonography abdomen:
dengan meningkatnya angka sering di lobus kanan, single
mortalitas) dan berdekaton dengan
- MRI abdomen: diafragma.
- Ullrasonography abdomen:
dapat
- digunakan untuk aspirasi
cairan pus

24
Perbandingan Klinik Abses piogenik dan amebik 2 :

Keterangan Abses piogenik Abses amebik


Single, Usia muda < 40
Jumlah Multiple, Usia 50 tahun
tahun
Epidemiolog
Laku-laki = Perempuan Laki-laki>perempuan
i
Lobus kanan dekat
Lokasi Semua lobus hati
diafragma
Onset Subakut Akut

Ikterik Ringan Sedang


USG atau CT Scan dan
Diagnosis USG atau CT scan
Serologis
Terapi Drainage + antibiotic IV Antibiotik dan drainage

2.10. Tatalaksana

A. Abses Hepar Piogenik3

Dengan dikenalnya Metronidasol pada tahun 1960an, maka

drainase operatif dari abses amuba sudah jarang dilakukan. Aspirasi

perkutaneus atau drainase operatif hanya dilakukan bila masih

diragukan suatu abses amuba atau abses dengan komplikasi.

Antibiotik

Antibiotik Imidasol, termasuk Metronidasol, Tinidasol dan

Niridasol akan membunuh amuba pada saluran cerna dan hepar.

Dengan dosis oral Metronidasol 3 x 750 mg /hari selama 10 hari dapat

menyembuhkan 95 % dari penderita abses amuba. Dapat pula

diberikan secara intravena dengan efektifitas yang sama pada

25
penderita-penderita dengan nausea atau sakit berat. Efek samping

dari obat ini berupa nausea, sakit kepala, “metallic taste”, kejang

perut, muntah diare dan pusing. Warna urin jadi lebih gelap akibat dari

hasil metabolisme obat ini.

Emetin, dehidroemetin dan klorokuin. Kombinasi klorokuin

ditambah dengan dosis rendah emetin pada kasus-kasus dimana

amuba resisten terhadap metronidasol dapat mencapai angka

kesembuhan 90 – 100 %.

Penggunaan amubisidal intraluminer seperti diloxanide furoate,

iodoquinol dan paromomycin dianjurkan pemakaiannya untuk

membunuh carrier amuba setelah penyembuhan suatu abses amuba.

Prosedur Operatif

Aspirasi terapeutik dari abses hepar amuba harus

dipertimbangkan pada keadaan :

1. resiko tinggi abses akan ruptur (ukuran cavitas > 5 cm)

2. abses pada lobus sinistra (komplikasi berupa ruptur ke

perikardium)

3. tidak ada respon dengan pengobatan setelah 5 – 7 hari.

Prosedur pilihan adalah aspirasi dengan jarum atau kateter

yang dituntun dengan USG. Drainase operatif sebaiknya dihindari,

tetapi dapat dilakukan pada keadaan-keadaan seperti bila abses tidak

dapat dicapai dengan aspirasi jarum atau tidak ada respon terhadap

26
terapi setelah 4 – 5 hari. Indikasi lain dari drainase operatif

(laparotomi):

- Perdarahan yang mengancam nyawa (dengan atau tanpa

rupturnya abses)

- abses menginfiltrasi organ viskus disekitarnya

- septikemia (akibat dari infeksi sekunder).

B. Abses Hepar Amubik3

Prinsip utama penanganan abses piogenik adalah pemberian

antibiotik dan drainase dari abses. Sekarang ini cara drainase operatif

perannya sudah banyak diganti oleh drainase perkutaneus yang lebih

aman dan angka keberhasilannya cukup tinggi.

Antibiotik

Antibiotik yang diberikan adalah yang spektrum luas seperti

golongan penisilin (ampicillin), aminoglikosida (gentamisin atau

tobramisin) dan metronidasol

Pada penderita-penderita usia tua dengan gangguan ginjal

dapat diberikan penisilin (amoxicillin), sefalosporin (cefotaxime atau

cefuroxime) dan juga metronidasol

Amphotericin B dan flukonasol diberikan pada penderita-

penderita dengan kecurigaan adanya infeksi oleh jamur.

27
Antibiotik diberikan secara intravena dan lama pemberian

bervariasi antara 2 – 4 minggu atau lebih tergantung respon klinik dan

jumlah absesnya.

Drainase perkutaneus

Sekarang ini banyak penulis yang menganjurkan drainase

perkutaneus sebagai penanganan awal pada semua abses hepar

piogenik, terutama pada penderita-penderita dengan sakit berat yang

tidak dapat menjalani operasi.

Drainase perkutaneus dapat dilakukan dengan tehnik Seldinger

atau trocar, dengan bantuan CT atau USG. Angka keberhasilan

berkisar antara 70 - 93 %, angka kematian antara 1 – 11 %. Indikasi

tindakan ini adalah abses soliter dan sederhana dengan akses

drainase yang baik, tetapi beberapa penulis melaporkan bahwa

tindakan ini juga dapat dilakukan pada abses yang multipel. Kontra

indikasi tindakan ini antara lain koagulopati, abses sulit dicapai,

multilobus, dan abses dengan dinding yang tebal dan pus yang kental.

Drainase operatif

Bila penyebab dari abses hepar piogenik adalah akibat

penyebaran infeksi dari organ intraabdomen, maka laparotomi

eksplorasi merupakan prosedur pilihan, karena dapat menangani

abses dan sumbernya. Indikasi lain prosedur ini adalah abses yang

berlobus dan multipel, abses yang tidak dapat dicapai dengan

28
drainase perkutaneus, abses yang mengenai seluruh lobus hepar, dan

adanya kelainan pada traktus biliaris (batu atau striktur).

29
DAFTAR PUSTAKA

1 Brier J, lia dwi jayanti. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem.

2012http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/220

3.

2 Penatalaksanaan Di Bidang Ilmu Penyakit Dalam : Panduan Praktik

Klinis. Interna Publishing : Pusat Penerbitan llmu Penyakit Dalum,

2020.

3 Greaves P. Digestive System. 2000 doi:10.1016/b978-044450514-

9/50007-3.

Anda mungkin juga menyukai