Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama Aceh
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Muzakkir, Sp.PD
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
BANDA ACEH
2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kasih sayang dan karunia
kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Lapkas yang berjudul “Chronic Kidney Disease”.
Lapkas ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik senior pada
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama/ RSUD
Meuraxa Banda Aceh.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
3.1 Definisi.....................................................................................................................9
3.2 Epidemiologi............................................................................................................9
3.3 Etiologi.....................................................................................................................10
3.4 Klasifikasi.................................................................................................................10
3.5 Patofisiologi..............................................................................................................12
3.7 Diagnosa...................................................................................................................14
3.8 Komplikasi...............................................................................................................14
3.9 Penatalaksanaan........................................................................................................16
ii
3.10 Prognosis................................................................................................................18
BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Fungsi ginjal menandakan kondisi ginjal dan fungsinya dalam fisiologi ginjal.
Glomerular Filtration Rate (GFR) menandakan jumlah cairan yang di filtrasi oleh ginjal. 2
Creatinine Cleareance Rate (CrCl) menandakan jumlah kreatinin darah yang disaring oleh ginjal.
CrCl merupakan parameter yang berguna untuk mengetahui GFR dari ginjal.2
Penyebab dari penyakit ginjal kronis dapat berupa diabetes melitus, tekanan darah tinggi
(Hipertensi), glomerulonephritis, penyakit ginjal polikistik (Polycystic Kidney Disease). Factor
resiko dari penyakit ginjal kronis dapat berupa riwayat penyakit keluarga pasien. Diagnosis dari
penyakit ginjal kronis secara umum berupa tes darah yang berfungsi untuk mengetahui
Glomerulus Filtration Rate (GFR), dan tes urin untuk mengetahui apakah terdapat albuminuria. 4
Pemeriksaan lebih lanjut dapat berupa ultrasound dan biopsy ginjal untuk mengetahui penyebab
dari penyakit ginjal kronis.3
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IU
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Ulee That, Montasik
No. Rekam Medis : 161156
Tgl. Masuk RS : 06 Januari 2023
1.1 ANAMNESIS
1.2.1Keluhan Utama
Lemas
1.2.2Keluhan Tambahan
2
1.2.4. Riwayat Alergi
Disangkal
3
Hidung : Deformitas (-), Septum Simetris, nyeri (-),
: Septum nasi ditengah, nafas cuping hidung (-)
Telinga : Normotia, Nyeri tekan tragus (-), Sekret (-)
: penurunan fungsi pendengaran (-/-)
Mulut/faring : Mukosa tidak pucat, hiperemis (-)
: Tonsil T1/T1
: Uvula ditengah
Thorax
o Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, barrel chest (-)
: Gerak napas tertinggal (-)
Palpasi : Fremitus taktil normal
Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : Vasikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
o Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ics V
Perkusi : Pekak, batas jantung normal
Auskultasi : BJ 1 > BJ 2 (Normal), murmur (-), gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi : Soepel, bekas luka (-)
o Auskultasi : Bising usus normal, bruits (-)
o Perkusi : Timpani
o Palpasi : Soepel, Nyeri tekan epigastrik (-)
: Hepatomegali (-), splenomegali (-)
4
Fingger (-/-)
: CRT <2 detik
Pemeriksaan Penunjang :
HITUNG JENIS
Eosinofil 0,4 2-4 %
Basofil 0,6 0-1 %
Neutrofil 73,2 40-70 %
Limfosit 21,4 20-40 %
Monosit 4,4 2-8 %
Rasio N/L 3,4 <3,13
Trombosit 211 150-450 103
PDW 9,0 9-13 Fl
5
MPV 9,8 7,2-11,1 Fl
P-LCR 22,0 15-25 %
PCT 0,21 0,15-0,4 %
DIAGNOSA BANDING
DIAGNOSIS KERJA
- Chronic Kidney Disease stadium V
1.7 TATALAKSANA
Non Farmakologi
1) Bed Rest
Farmakologi
IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
Drip Renxamin 1 Fls /hari
Inj Pantoprazole iv / 12 jam
6
Inj Ondancentron 1 A /8 jam
Asam folat 3x1
CaCO3 3x1
Renogen 1x3000 unit (extra)
Tabel 2. Follow up
Tanggal Catatan
09/01/2023 S :lemas (-), nafsu makan menurun (+), mual (-),
muntah (-)
O : Kesadaran E4M6V5 (Compos mentis),
Auskultasi paru : Vesikular (+/+), TD = 157/87, HR
= 81x/menit, RR = 22x/menit, T : 36,2o C SpO2 :
98%
A : Anemia ec dd :
1. Penyakit Kronik
2. Anemia renal
AKI dd CKD
P:
- Bed rest
- IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Drip Renxamin 1 Fls /hari
- Inj Pantoprazole iv / 12 jam
- Inj Ondancentron 1 A /8 jam
- Asam folat 3x1
- CaCO3 3x1
- Renogen 1x3000 unit (extra)
10/01/2023 S :lemas (-), nafsu makan menurun (-), mual (-),
muntah (-)
O : Kesadaran E4M6V5 (Compos mentis),
Auskultasi paru : Vesikular (+/+), TD = 153/90, HR
= 84x/menit, RR = 22x/menit, T : 362o C SpO2 : 98%
A : Anemia ec dd :
3. Penyakit Kronik
7
4. Anemia renal
AKI dd CKD
P:
- Bed rest
- IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Drip Renxamin 1 Fls /hari
- Inj Pantoprazole iv / 12 jam
- Inj Ondancentron 1 A /8 jam
- Asam folat 3x1
- CaCO3 3x1
- Renogen 1x3000 unit (extra)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan adanya kelainan structural atau fungsional pada ginjal yang
berlangsung minimal 3 bulan, dapat berupa; a) kelainan struktural yang dapat dideteksi melalui
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan histologi, pencitraan, maupun riwayat transplantasi
8
ginjal, atau b) gangguan fungsi ginjal dengan Glomerular Filtration Rate (GFR)
<60mL/menit/1,73m2.1
3.2. Epidemiologi
Angka prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia pada tahun 2018 cukup tinggi yaitu
mencapai 3.8 permil populasi Indonesia menderita penyakit ginjal kronis yang terdiagnosis
dokter. Angka ini lebih tinggi dibandingkan prevalensi penyakit ginjal kronis pada tahun 2013
yaitu 2 permil di seluruh Indonesia. Prevalensi tertinggi terdapat pada provinsi Kalimantan utara
yaitu sebanyak 6.4 permil sedangkan prevalensi terendah di Indonesia terdapat pada provinsi
Sulaswesi Barat pada angka 1.8 permil. 6,7 Penderita penyakit ginjal kronis tersering berada pada
umur 65-74 tahun, lebih banyak terjadi pada laki-laki. Persentase penderita penyakit ginjal kronis
yang sedang menjalani hemodialisa di Indonesia juga cukup rendah dimana hanya 19.3%
penderita penyakit ginjal kronis menjalani terapi hemodialisa8.
9
3.3. Etiologi
Penyebab tersering penyakit ginjal kronis yang diketahui adalah diabetes melitus, selanjutnya
diikuti oleh tekanan darah tinggi dan glomerulonephritis. Penyebab lainnya dapat berupa
idiopatik. Namun penyebab-penyebab dari penyakit ginjal kronis dapat diklasifikasikan
berdasarkan anatomi ginjal yang terlibat9,10:
- Penyakit vaskular, yang dapat melibatkan pembuluh darah besar seperti bilateral artery
stenosis, dan pembuluh darah kecil seperti nefropati iskemik, hemolytic-uremic
syndrome, dan vasculitis 4
- Kelainan pada glomerulus yang dapat berupa o Penyakit glomerulus primer seperti
nefritis dan focal segmental glomerulosclerosis o Penyakit glomerulus sekunder seperti
nefropati diabetic dan lupus nefritis
- Penyakit bawaan seperti penyakit ginjal polikistik
- Nefropati obstruktif yang dapat berupa batu ginjal bilateral dan hyperplasia prostate
- Infeksi parasite (yang sering berupa enterobiasis) dapat menginfeksi ginjal dan
menyebabkan nefropati.
Penyakit ginjal kronis juga dapat idiopatik yang mempunyai gejala yang berupa penuruhnan
aliran darah ke ginjal yang menyebabkan sel ginjal menjadi nekrosis.
3.4 Klasifikasi
Klasifikasi CKD didasarkan atas 2 hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas
dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar GFR yang
dihitung dengan mempergunakan rumus Cockroft-Gault sebagai berikut:1
3.5 Fatofisiologi
Secara umum penyebab dari penyakit ginjal kronis adalah penurunan aliran darah ke ginjal yang
umumnya disebabkan oleh:9
Hipertensi
Mekanisme kerusakan ginjal oleh hipertensi disebabkan oleh penebalan sel-sel tunica
intima pada glomerulus ginjal, penebalan sel tunica intima menyebabkan mengecilnya
vaskular yang berujung pada mengecilnya aliran pembuluh darah ke bagian glomerulus,
berkurangnya aliran pembuluh darah ke glomerulus menyebabkan aktifnya system
11
Renin- Angiotensin-Aldosteron yang menyebabkan kenaikan tekanan darah lebih lanjut
sehingga terjadi kerusakan ginjal yang permanen.
Awalnya mekanisme aktifasi system Renin-Angiotensin-Aldosterone dapat
mengkompensasi kurangnya aliran darah ke ginjal, namun seiring waktu akan
menyebabkan nekrosis pada sel ginjal. Kerusakan glomerulus ginjal dapat menyebabkan
Global sclerosis dimana terjadi kerusakan yang permanen dari glomerulus atau Focal
segmental necrosis yang merupakan system kompensasi ginjal dimana terjadi
pembesaran glomerulus pada suatu area karena kerusakan nefron pada area lain pada
ginjal. Secara kronik perubahan-perubahan pada glomerulus ginjal akan menyebabkan
kematian nefron yang akan menyebabkan penurunan GFR secara perlahan.
Diabetes Melitus
Patofisiologi penyakit ginjal kronis untuk diabetes melitus melibatkan hiperglikemia
yang memicu pembentukan reactive oxygen species (ROS) dan Advanced Glycosylation
End Products (AGE). Pembentukan AGE dan ROS menyebabkan terjadi stress oxidative
pada jaringan nefron ginjal. Peningkatan stress oxidative pada nefron ginjal
menyebabkan kenaikan permeabilitas ginjal lalu terjadinya proteinuria, efek lain
kenaikan permeabilitas glomerulus juga mengaktifkan system RAAS yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah dan lebih jauh meningkatkan permeabilitas ginjal dan
memperparah kerusakan ginjal.
Mekanisme lain dari kerusakan ginjal dimana AGE dan ROS menstimulasi
pembentukan growth factor, growth factor yang terbentuk berupa TGF, VEGF, dan
PDGF. Pembentukan growth factor tersebut dapat menyebabkan terjadinya fibrosis pada
ginjal dan menurunkan GFR.1,3,5
Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
Gangguan Pulmoner
12
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
Gangguan musculoskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan
dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh
Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa biasanya retensi garam dan
air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia.
System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan
eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopeni.7,8
3.7 Diagnosis
Kebanyakan dari penyakit ginjal tidak memiliki gejala atau temuan dan hanya terdeteksi
ketika sudah kronis. Sebagian CKD tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan seumur hidup
hanya untuk memperlambat perkembangan gagal ginjal. Tetapi, dalam beberapa kasus dapat
sepenuhnya sembuh, baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Pada kasus lain,
pengobatan menyebabkan penyembuhan parsial pada kerusakan ginjal dan peningkatan fungsi
ginjal.8
13
Penurunan GFR
GFR merupakan salah satu komponen dari fungsi eksresi yang dapat dijadikan
acuan sebagai keseluruhan index dari fungsi ginjal. Kerusakan struktual yang meluas
dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan berkurangnya
GFR.
GFR ini dapat dideteksi secara rutin dengan tes laboratorium. GFR ini dapat
dilihat berdasarkan serum creatinin (SCr) tetapi bukan hanya SCr saja yang sensitive
untuk mendeteksi GFR. Penurunan eGFR menggunakan SCr dapat di konfirmasi
dengan penggunakan penanda filtrasi alternative yaitu Cystatin C.
Kerusakan Ginjal
- Proteinuria dapat menunjukan adanya protein hilang pada ginjal dan saluran
kencing bagian bawah.
- Albumin merupakan salah satu jenis protein plasma yang ditemukan dalam
urin dengan jumlah sedikit dan jumlah sangat besar pada pasien dengan
penyakit ginjal.
- Sedimen Urin Abnormal
- Elektrolit dan kelainan lain akibat gangguan tubular
- Riwayat transplatasi ginjal
3.8 Komplikasi
Secara umum komplikasi pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan zat-zat berlebihan dalam tubuh. Zat-zat ini dapat
berupa: urea, kalium, fosfat. Penyebab komplikasi pada ginjal lain adalah berkurangnya produksi
darah akibat kematian jaringan ginjal yang ireversibel yang menyebabkan produksi eritropoietin
14
yang berkurang. Penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat penyakit ginjal kronis adalah
sebagai berikut:10
- Sindrom Uremia14: sindrom uremia disebabkan oleh akumulasi urea dalam darah.
Akumulasi ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan ginjal untuk 10
mengekskresikan urea sehingga urea diabsorbsi kembali ke peredaran darah dan
terakumulasi di darah. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh uremia antara lain:
o Sistem Saraf Pusat: kelelahan, gangguan memori, insomnia, nyeri kepala,
kebingungan, ensefalopati (infeksi pada system saraf pusat)
o System saraf perifer: keram, neuropati perifer
o Gastrointestinal: anorexia, mual/muntah, gastroparesis, ulkus gastrointestinal
o Hematologi: anemia, gangguan hemostasis
o Kardiovaskular: hipertensi, atherosclerosis, penyakit arteri coroner, pericarditis,
edema pulmonal
o Kulit: gatal-gatal, kulit kering, uremic frost (sekresi urea yang berlebihan melalui
kelenjar keringat)
o Nutrisi: malnutrisi, berat badan menurun, katabolisme otot
- Hypoalbuminemia: hipoalbumin pada darah disebabkan oleh ekskresi albumin yang
berlebihan oleh ginjal yang ditandai dengan proteinuria pada urinalisis. Secara umum
gejala albuminuria ditandai dengan edema pada wajah atau tungkai, dapat terjadi juga
edema yang mengancam nyawa misalnya seperti edema paru.
- Gagal Jantung Kongestif: penyakit ini juga disebut “high-output heart failure” penyakit
ini pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh tingginya volume darah akibat retensi
cairan dan natrium pada ginjal. Peningkatan volume darah menyebabkan jantung tidak
dapat memompa secara adekuat dan menyebabkan gagal jantung.
- Anemia: Anemia pada penyakit ginjal kronis secara umumnya disebabkan oleh
penurunan produksi eritropoietin dalam ginjal dimana eritropoietin berfungsi sebagai
hormone untuk maturasi sel darah merah. Mekanisme lain anemia adalah berkurangnya
absorpsi besi dan asam folat dari pencernaan sehingga terjadi defisiensi besi dan asam
folat.
15
- CKD-MBD (Chronic Kidney Disease-Mineral Bone Disorder) 15: merupakan kelainan
tulang yang disebebkan oleh penyakit ginjal kronis yang disebabkan oleh bebebrapa hal:
1. Kelainan pada mineral seperti kalsium, fosfat, dan kelainan pada hormone paratiroid
serta vitamin D: 2. Kelainan pada pembentukan tulang; 3. Kalsifikasi sel- sel vascular.10,11
Komplikasi CKD
Derajat Penjelasan LFG (ml/mnt) Komplikasi
1 Kerusakan ginjal dengan LFG ≥90 -
normal
2 Kerusakan ginjal dengan 60-89 Tekanan darah mulai
penurunan LFG ringan meningkat
3 Penurunan LFG sedang 30-59 -Hiperfosfatemia
-Hipokalsemia
-Anemia
-Hiperparatiroid
-Hipertensi
-Hiperhomosistinemia
4 Penurunan LFG berat 15-29 -Malnutrisi
-Asidosis Metabolik
-Hiperkalemia
-Dislipidemia
5 Gagal ginjal <15 -Gagal jantung
-Uremia
3.9 Penatalaksanaan
Hipertensi
Pasien dengan hipertensi diperlukan terapi antihipertensi yang mencakup ACE
inhibitor atau angiotensin receptor blocker. untuk tekanan darah ditargetkan
systolik kurang dari 130 mm Hg dan diastolic kurang dari 80mm Hg.
Diabetes
Target control glikemik haru dicapai dengan aman dan mengikuti Canadian
Diabetes Association Guidelines dengan hemoglobin A1c < 7.0%, glukosa plasma
puasa 4–7 mmol/L. Kontrol glikemik menjadi strategi intervensi multifaktoral
yang membahas kontrol tekanan darah, resiko kardiovaskular dan dukung
16
pemakaian ACE Inhibitor, angiotensin-receptor blocker, statins, dan
acetylsalicylic acid.
Metformin di rekomendasikan untuk pasien dengan diabetes melitus tipe
tipe 2 dengan stage 1 atau 2 penyakit ginjal kronis dengan fungsi ginjal yang
stabil dan tidak berubah selama 3 bulan terakhir. 13
Metfomin dapat dilanjutkan pada pasien penyakit ginjal kronis stabil stage
3. Metformin diberhentikan jika terjadi perubahan akut dalam fungsi ginjal atau
selama periode penyakit yang dapat memicu perubahan tersebut (gangguan
gastrointertinal atau dehidrasi) atau menyebabkan hipoksia (gagal jantung atau
pernapasan). Pasien ini juga menggunakan ACE Inhibitor, angiotensin receptor
blocker, NSAID atau setelah pemberian kontras intravena karena resiko gagal
ginjal akut.
Proteinuria
ACE Inhibitor dan angiotension reseptor blocker adalah obat pilihan untuk
menurunkan proteinuria. Pada beberapa pasien, aldosterone-receptor antagonist
dapat menurutkan proteinuria. diet kontrol protein serta penurunan berat badan
dapat memerikan manfaat dalam mengurani proteinuria.
Anemia
Pada pasien anemia dengan simpanan besi adekuat, penggunaan
erythropoiesisstimulating agent diperbolehkan apabila hemoglobin dibawah
100g/L. untuk pasien yang mendapat erythropoiesis-stimulating agents, target
hemoglobin harus 110g/L dengan range hemoglobin normal 100-120g/L.
erythropoiesis-stimulating agent hanya dapat diresepkan oleh spesialis yang
mempunyai pengalaman meresepkan obat ini.12
Besi oral adalah terapi lini pertama untuk pasien dengan penyakit ginjal kronis.
Pada pasien yang dapat dan tidak mendapatkan erythropoiesis-stimulating agent
dengan hemoglobin 100ng/mL dan saturasi transferrin >20%. Pasien dengan
target serum ferritin dan saturasi trasnferrin yang tidak mencukupi atau keduanya
saat mengambil besi oral atau tidak mentoleransi bentuk oral harus mendapatkan
besi intravena.13
17
LFG/menit Asupan Protein g/kg/hari Fosfat g/kg/hari
>60 Tidak dianjurkan Tidak dibatasi
25-60 0,6-0,8/kg/hari, termasuk ≥0,35 gr/kg/hari ≤10 gr
nilai biologi tinggi
5-25 0,6-0,8/kg/hari, termasuk ≥0,35 gr/kg/hari ≤10 gr
nilai biologi tinggi atau tambahan 0,3 gr
asam amino esensial atau asam keton
<60 0,8 gr/kg/hari (+ 1 gr protein/gr ≤9 gr
proteinuria atau 0,3 gr/kg tambahan asam
amino esensial atau asam keton
18
berjalan, jogging, bersepeda atau berenang, dilakukan 4-7 hari per
minggu.
o Diet asupan garam Untuk mencegah hipertensi.14
3.10 Prognosis
Bila disertai penyakit kardiovaskular dapat memperparah keadaan pasien dan dapat
mengalami kematian.
19
BAB IV
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) merupakan penyakit ginjal dimana
terdapat penurunan fungsi ginjal yang selama periode bulanan hingga tahunan yang ditandai
dengan penurunan glomerulus filtration rate (GFR) secara perlahan dalam periode yang lama 1 .
Tidak terdapat gejala awal pada penyakit ginjal kronis, namun seiring waktu saat penyakit ginjal
kronis memberat, akan timbul gejala-gejala seperti: bengkak pada kaki, kelelahan, mual dan
muntah, kehilangan nafsu makan, dan kebingungan.1
Fungsi ginjal menandakan kondisi ginjal dan fungsinya dalam fisiologi ginjal.
Glomerular Filtration Rate (GFR) menandakan jumlah cairan yang di filtrasi oleh ginjal. 2
Creatinine Cleareance Rate (CrCl) menandakan jumlah kreatinin darah yang disaring oleh ginjal.
CrCl merupakan parameter yang berguna untuk mengetahui GFR dari ginjal.
Penyebab tersering penyakit ginjal kronis yang diketahui adalah diabetes melitus,
selanjutnya diikuti oleh tekanan darah tinggi dan glomerulonephritis. Penyebab lainnya dapat
berupa idiopatik. Namun penyebab-penyebab dari penyakit ginjal kronis dapat diklasifikasikan
berdasarkan anatomi ginjal yang terlibat.
Pengobatan faktor inisiatif, merupakan faktor yang menyebabkan kerusakan ginjal secara
langsung, termasuk diantaranya DM, hipertensi, uropati obstruktif, keracunan obat, infeksi
saluran kemih dan faktor imun.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. "What Is Chronic Kidney Disease?". National Institute of Diabetes and Digestive and
Kidney Diseases. June 2017. Retrieved 19 December 2017.
2. "What is renal failure?". Johns Hopkins Medicine. Retrieved 18 December 2017.
3. Manski-Nankervis, J., Thuraisingam, S., Lau, P., Blackberry, I., Sluggett, J., Ilomaki, J.,
Bell, J. and Furler, J. (2018). Screening and diagnosis of chronic kidney disease in people
with type 2 diabetes attending Australian general practice. Australian Journal of Primary
Health, 24(3), p.280.
4. "Chronic Kidney Disease Tests & Diagnosis". National Institute of Diabetes and Digestive
and Kidney Diseases. October 2016. Retrieved 19 December 2017.
5. Ganong (2016). "Renal Function & Micturition". Review of Medical Physiology, 25th ed.
McGraw-Hill Education. p. 677. ISBN 978-0-07-184897-8.
6. Riskesdas 2018 [Internet]. Depkes.go.id. 2018 [cited 6 July 2019]. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf
7. GBD 2015 Disease and Injury Incidence and Prevalence, Collaborators. (8 October 2016).
"Global, regional, and national incidence, prevalence, and years lived with disability for
310 diseases and injuries, 1990-2015: a systematic analysis for the Global Burden of
Disease Study 2015". Lancet. 388 (10053): 1545–1602.
8. Rahman, Mahboob; Smith, Michael C. (September 1998). "Chronic renal insufficiency: A
diagnostic and therapeutic approach". Archives of Internal Medicine. 158 (16): 1743–52.
doi:10.1001/archinte.158.16.174
9. KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic
Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013;3(1).
10. Bacchetta J, Sea JL, Chun RF, Lisse TS, Wesseling-Perry K, Gales B, Adams JS, Salusky
IB, Hewison M (August 2012). "FGF23 inhibits extra-renal synthesis of 1,25-
dihydroxyvitamin D in human monocytes". J Bone Miner Res. 28 (1): 46–55.
doi:10.1002/jbmr.1740
11. Setiati Siti, Idrus Alwi et al. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi VII. InternaPublishing:
Jakarta:2015
21
12. Wempen. K. Mayo Clinic (2019). 5 Nutrition Tips for Chronic Kidney Disease.
13. KidneyInternational.Nephcure(2018).RenalDiet.
14. Latif, W. U.S. National Library of Medicine. MedlinePlus (2017). Diet – Chronic
KidneyDisease.
22