3
Anamnesis
Keluhan Utama
• Sesak
Keluhan Tambahan
4
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
• sesak napas (± 5tahun, setiap hari, terus menerus), aktivitas normal (+),
memberat (5 hari), dada terasa berat (+), sesak tidak dipengaruhi oleh emosi
cuaca maupun makanan, ↓ duduk, terbangun tengah malam karena sesak
dan dapat tertidur kembali setelah sesak, ↓ dengan ventolin inhalasi.
• Batuk tidak berdahak 2 minggu
• Batuk berdahak 2 hari, dahak putih kental, tidak berdarah, mudah dikeluarkan
• Demam (-), mual (-) muntah (-) BAB (normal), BAK (normal)
5
Riwayat Penyakit Dahulu
DM (-), hipertensi (-) asma (-) TB paru (th 2004)
6
Anamnesis
Riwayat penggunaan obat
•Berotec
•OAT lini I tuntas 6 bulan
Riwayat alergi
•Disangkal
7
Riwayat Kebiasaan Sosial :
Merokok (IB : perokok berat, sudah berhenti th 2009), Olahraga (-) lingkungan
(perokok pasif)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 Maret 2022 di Poli RS
Pertamedika Ummi Rosnati Kota Banda Aceh..
8
STATUS GENERALISTA
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS : E:4 M:6 V:5
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 169 cm
Indeks Masa Tubuh : 22,8 kg/m2 (Normoweight)
TANDA-TANDA VITAL
TD : 170/100 mmHg
Nadi : 78x/i
RR : 28x/i
Suhu : 36.7°C
SpO2 : 95% room air
Pemeriksaan Fisik
KEPALA
Kepala :kesan normocephali, kaku kuduk (-)
:konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks
Mata
pupil (+/+)
LEHER
Paru-paru Depan
:bentuk dada simetris, gerakan napas tertinggal
Inspeksi (-), retraksi dinding dada (-/-), jejas (-/-)
Paru-paru Belakang
Auskultasi :BJ 1 > BJ 2, bising jantung (-), gallop (-), murmur (-)
Pemeriksaan Fisik
ABDOMEN
Dinding perut sejajar dinding dada, spider nevi (-), sikatriks (-),
Inspeksi striae (-)
Auskultasi Peristaltik 12x/menit
soepel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien
Palpasi tidak teraba, rovsing sign (-), nyeri menjalar ke punggung (-),
turgor kembali cepat
Perkusi Tympani (+)
Pemeriksaan Fisik
EKSTREMITAS
akral dingin (-/-), clubbing finger (-/-), oedema (-/-), sianosis (-/-),
Atas reflex fisiologis (N/N), reflex patologis (-/-), CRT < 2 detik, deformi-
tas (-/-), gerak aktif (+/+), gerak pasif (+/+), ROM (tidak terbatas)
akral dingin (-/-), clubbing finger (-/-), oedema (-/-), sianosis (-/-),
Bawah reflex fisiologis (N/N), reflex patologis (-/-), CRT < 2 detik, deformi-
tas (-/-), gerak aktif (+/+), gerak pasif (+/+), ROM (tidak terbatas)
Pemeriksaan Penunjang
Sarankan pemeriksaan darah lengkap
Sarankan pemeriksaan spirometry
Sarankan pemeriksaan EKG
Foto Thoraks
Dypsnea ec dd :
‒ PPOK eksaserbasi akut
‒ Pneumonia bilateral
‒ Asma persisten berat
‒ Bronkitis kronik
Hipertensi grade 2
Diagnosis
• Non Medikamentosa
Posisi duduk semifowler
• Medikamentosa
Nebul combiven 1x
Ambroxol 3x30 mg
Amlodipin 1x10 mg
Rencana monitoring
:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor keadaan umum
19
A. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia ad malam
TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi Paru
Definisi Penyakit Paru Obstruksi Kronis
• Penyakit kronis progresif pada paru yang ditandai oleh adanya hambatan atau
sumbatan aliran udara yang bersifat irreversible atau reversible sebagian dan
menimbulkan konsekuensi ekstrapulmoner bermakna yang berkontribusi
terhadap tingkat keparahan pasien
• PPOK bukan emfisema, bukan bronchitis (GOLD 2015 & PDPI 2010)
• Eksaserbasi merupakan amplifikasi lebih lanjut dari respon inflamasi dalam salu-
ran napas pasien PPOK, dapat dipicu oleh infeksi bakteri atau virus atau oleh
polusi lingkungan
Faktor Risiko Penyakit Paru Obstruksi Kronis
• Asap rokok
• Paparan pekerjaan
• Polusi udara
• Infeksi berulang saluran respirasi
• Sosio ekonomi
• Kepekaan jalan nafas dan PPOK
• Tumbuh kembang paru
• Defisiensi α1 Antitrypsin (α1AT)
Patogenesis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Imamah IN, Sofro MAU, Johan A. Rehabilitasi paru terhadap perubahan sesak nafas dan fatigue pada pasien penyakit paru ob -
struksi kronik (PPOK). Adi Husada Journal.2017;3:18-22.
Patogenesis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Patologi Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Imamah IN, Sofro MAU, Johan A. Rehabilitasi paru terhadap perubahan sesak nafas dan fatigue pada pasien penyakit paru ob -
struksi kronik (PPOK). Adi Husada Journal.2017;3:18-22.
Patofisiologi Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Hipersekresi lendir
metaplasia mukosa yang meningkatkan jumlah sel goblet dan membesarnya kelenjar
submukosa sebagai respons terhadap iritasi kronis saluran napas oleh asap rokok.
Eksaserbasi
Eksaserbasi merupakan amplifikasi lebih lanjut dari respon inflamasi dalam saluran
napas pasien PPOK
Imamah IN, Sofro MAU, Johan A. Rehabilitasi paru terhadap perubahan sesak nafas dan fatigue pada pasien penyakit paru ob -
struksi kronik (PPOK). Adi Husada Journal.2017;3:18-22.
Patofisiologi Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Diagnosis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Gejala Keterangan
Sesak Progresif (sesak bertambah berat seiring berjalannya
waktu) Bertambah berat dengan aktivitas
Riwayat terpajan factor resiko, Asap rokok, debu dan bahan kimia di tempat kerja, asap
terutama dapur
Riwayat keluarga dengan PPOK Contohnya, berat lahir rendah, infeksi saluran napas saat
dan/atau faktor masa kecil masa kecil, dll
Gambar 2. Formulir COPD Assesment Test (CAT)
Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease (2018 report)
Tabel 3 mMRC
Munari AB, Gulart AA, dos Santos K, et al. Modified medical research council dyspnea scale in GOLD classification better re -
flects physical activities of daily living. Respir Care J. 2018:63(1);7785. doi:10.4187/respcare.05636
Diagnosis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak,
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Imamah IN, Sofro MAU, Johan A. Rehabilitasi paru terhadap perubahan sesak nafas dan fatigue pada pasien penyakit paru ob -
struksi kronik (PPOK). Adi Husada Journal.2017;3:18-22.
Diagnosis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
Pursed-lips breathing
Barrel chest
Penggunaan otot bantu napas,
Hipertropi otot bantu napas, Pelebaran sela iga
(Bila terjadi) gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai
Penampilan pink puffer atau blue bloater
Imamah IN, Sofro MAU, Johan A. Rehabilitasi paru terhadap perubahan sesak nafas dan fatigue pada pasien penyakit paru ob -
struksi kronik (PPOK). Adi Husada Journal.2017;3:18-22.
Diagnosis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Pemeriksaan Fisik
• Palpasi : Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi : Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah,
hepar terdorong ke bawah
• Auskultasi:
Suara napas vesikuler normal, atau melemah
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
Ekspirasi memanjang, Bunyi jantung terdengar jauh
Imamah IN, Sofro MAU, Johan A. Rehabilitasi paru terhadap perubahan sesak nafas dan fatigue pada pasien penyakit paru ob -
struksi kronik (PPOK). Adi Husada Journal.2017;3:18-22.
Diagnosis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Pemeriksaan Penunjang
Spirometri
Pengukuran spirometri harus memenuhi kapasitas udara yang dikeluarkan secara
paksa dari titik inspirasi maksimal (Forced Vital Capacity (FVC)), kapasitas udara
yang dikeluarkan pada detik pertama (Forced Expiratory Volume in one second
(FEV1)), dan rasio kedua pengukuran tersebut (FEV1/FVC). 9
Imamah IN, Sofro MAU, Johan A. Rehabilitasi paru terhadap perubahan sesak nafas dan fatigue pada pasien penyakit paru ob -
struksi kronik (PPOK). Adi Husada Journal.2017;3:18-22.
Diagnosis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Pemeriksaan Penunjang
Bronkodilator
Seorang penderita PPOK akan mendapatkan perubahan nilai FEV 1/APE <20% dan
<200ml dari nilai awal
Foto Thoraks
CT-Scan
Volum Paru dan Kapasitas Difusi
Oksimetri dan Analisa Gas Darah
Tes Latihan Dan Penilaian Aktivitas Fisik
Kadar α-1 Antitripsin
Elektrokardiografi (EKG)
Ekokardiografi
Bakteriologi
Klasifikasi tingkat keparahan GOLD berdasarkan hasil pengukuran spirometri
Terapi farmakologi
a. Bronkodilator
a. Agonis β2
a. SABA: Ex: salbutamol, fenoterol
b. LABA: Contoh: Formoterol, salmeterol, indacaterol, oladaterol, vilanterol (inhalasi)
b. Anti Kolinergik
a. SAMA: ex: Contoh: Ipratropium, oxitropium
b. LAMA: Ex: Tiotropium, aclidinium, umeclidinium, glycopyrronium bromide
Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Terapi farmakologi
b. Anti inflamasi
a. Kortikosteroid: Ex: Fluticasone, Budesonide
b. Glucocorticoid Oral
c. Phosphodiesterase-4 inhibitor: Roflumilast
Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Terapi farmakologi
c. Obat lain
a. Antibiotik : Azithromycin / erythromycin
b. Mukolitik : carbocysteine / N-acetylcysteine
Pencegahan Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Infeksi berulang
Kor pulmonal
Gagal Napas
Prognosis Penyakit Paru Obstruksi Kronis