FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DISUSUN OLEH:
Supriadi
111 2018 2145
PEMBIMBING :
dr. Sri Wartati, Sp.THT-KL
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus ini dengan judul “Polip Nasi”.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Polip nasi adalah lesi jinak yang berasal dari mukosa rongga hidung atau
sinus paranasal. Polip nasi terlihat sebagai massa yang halus, lonjong, semi
tanslusen, yang lebih banyak ditemukan di meatus medius dan sinus etmoid. Polip
nasi adalah penyakit yang sangat tak menyenangkan yang dapat mengganggu
kualitas hidup penderitanya, meskipun diagnosis mudah ditegakkan, tetapi karena
etiopatogenesisnya yang masih belum jelas, hasil pengobatan tidak memuaskan
dan
rekurensi yang tinggi, menyebabkan kasus ini merupakan tantangan bagi dokter
spesialis Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT).
Mekanisme keadaan patologik sampai terjadinya polip nasi masih belum
jelas. Terlihat massa tunggal atau multiple dalam rongga hidung. Walaupun
etiologi pasti belum jelas, patogenesis telah berkembang luas pada akhir-akhir ini,
sehingga membuka perspektif pilihan untuk pengobatan.
Pengobatan polip hidung masih dalam perdebatan. Operasi atau obat atau
keduanya direkomendasikan sebagai pengobatan pilihan. Pengobatan polip nasi
meliputi obat,terutama topikal dan sistemik steroid. Banyak kepustakaan telah
menyatakan efektivitas penggunaan steroid. Tujuan pengobatan adalah untuk
mengecilkan ukuran polip, atau kalau mungkin membuangnya, sehingga gejala
hilang terutama sumbatan hidung, hiposmia, anosmia dan mengurangi frekuensi
infeksi serta memerbaiki gejala yang menyertai di saluran nafas bawah, di
samping itu juga mencegah komplikasi seperti mukokel dan gejala pada mata.
Steroid juga diindikasikan untuk persiapan operasi. Operasi dilakukan bila
pengobatan klinis dengan obat gagal.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. LS
Umur : 16 tahun
Agama : Kristen
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Perumnas 4 Waena
Tanggal periksa : 14 Januari 2019
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 14 Januari 2018 di
Polik THT-KL RSUD Jayapura.
Keluhan utama : Hidung tersumbat
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RSUD Jayapura dengan keluhan hidung tersumbat
sebelah kiri sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit, keluhan dirasakan
setiap saat semakin lama semakin memberat. Terkadang pasien merasakan
pilek dan sakit kepala. Keluhan ini muncul secara perlahan-lahan, lalu
kemudian menetap hingga sekarang. Pasien sering merasa penuh didalam
hidung dan sulit membuang lendir.
Keluhan ini dirasakan sedikit mengganggu aktifitas, terkadang, pasien
mengeluh sulit bernafas dari hidung dan sakit kepala hingga bagian mata
sehingga membuat pasien sulit tidur. Demam, batuk, dan sakit tenggorokan
disangkal. Selain itu nyeri pada hidung dan napas bau juga disangkal. Pasien
masih merasakan penciumannya.
Sekitar 3 hari yang lalu, pasien mengeluhkan keluar cairan bening yang
menetes dari hidung kiri, tidak berbau, dan dalam jumlah sedikit. Pasien
merasakan keluhan hidung tersumbat dan beringus terasa berat jika pasien
minum es.
Pasien mengaku memiliki kebiasaan sering mengkorek-korek
hidungnya. Pasien menyangkal adanya alergi.
Status lokalis
Telinga
Auric
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Bentuk telinga Normotia
Aurikula Kelainan kongenital - -
Peradangan - -
Massa - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan tragus - -
Preaurikuler & Kelainan kongenital - -
Retroaurikuler Peradangan - -
Massa - -
Edema - -
Sikatrik - -
Fistula - -
Pembesaran KGB - -
Nyeri tekan - -
Liang telinga luar Kelainan kongenital - -
Peradangan - -
Massa - -
Edema - -
Fistula - -
Kelainan kulit - -
Sekret - -
Serumen + +
Membran timpani Intak + +
Warna Putih keabuan Putih keabuan
spt mutiara spt mutiara
Refleks cahaya + +
Gambar :
Da Dal
Garpu Tala
Tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung
Kavum Nasi
Pemeriksaan
Dextra Sinistra
Inspeksi
Bentuk Simetris kanan dan kiri
Sikatrik - -
Hematom - -
Racoon’s eye - -
Palpasi
Nyeri tekan sinus paranasal - -
Krepitasi - -
Massa - -
Rhinoscopy anterior
Cavum nasi Mukosa pucat,
Tampak massa
Lapang licin mengisi
meatus media,
sekret (+)
Mukosa cavum nasi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Sekret + +
Konka inferior Hipermis (-) Hipermis (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Konka media Hipermis (-) Hipermis (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Meatus inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Meatus media Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Massa pucat (+) Massa (-)
Septum anterior Deviasi (-) Deviasi (-)
Rhinoscopy posterior
Nasofaring
Koana
Konka superior
Tidak dilakukan pemeriksaan
Konka media
Kelenjar adenoid
Massa
Nasoendoskopi
V. DIAGNOSIS
Dx : Polip Nasi Konka Nasalis Sinistra
DD : Hipertrofi konka nasal
VI. TATALAKSANA
a. Medikamentosa :
Kortikosteroid topical
Fluticasone furoate nasal spray 3 x 2 nasal (S)
Kortikosteroid sistemik
Metilprednisolon tab 3 x 4 mg
Antibiotik sistemik
Cefadroxil caps 2 x 500 mg
Anti inflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
b. Operatif :
Polipektomi
VII. PROGNOSIS
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
3.
(polyposis) dan berarti berkaki banyak. Polip hidung adalah masa yang
tumbuh dalam rongga hidung, sering kali multiple dan bilateral. Massa ini
medius, ethmoid atau sinus maksila. Dapat menjadi besar dan dapat memenuhi
rongga hidung dan sampai keluar dari nares anterior. Ada polip yang tumbuh
ke posterior ke arah nasofaring dan disebut polip koanal, sering tidak terlihat
pada pemeriksaan rinoskopi anterior. Polip koanal paling sering berasal dari
sinus maksila (antrum). Sehingga disebut juga polip antrokoanal. Polip koanal
inflamasi mukosa. Polip dapat timbul pada laki-laki ataupun perempuan, dari
Prevalensi polip nasi dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa dan
antara 1-4%. Pada anak-anak sangat jarang ditemukan dan dilaporkan hanya
polip nasi sebesar 0,627 per 1000 orang per tahun. Di Indonesia studi
epidemiologi menunjukkan bahwa perbandingan pria dan wanita 2-3:1 dengan
sinus.
hidung.
atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan
polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa
mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam
rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler
dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau
pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang
pada anak – anak. Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip
antara lain :
3. Iritasi.
hipertrofi konka.
terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang
baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel
menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk
tangkai.
Anamnesis
rinore, nyeri wajah, sakit kepala, telinga rasa penuh, mengorok, gangguan
kronik dan mnegi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma. Selain
itu, ditanyakan riwayat rinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Nasoendoskopi
kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari
Pemeriksaan Radiologi
dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses
diindikasikan terutama untuk kasus polip yang gagal diobati dengan terapi
pada tuba Eustachius akan menimbulkan ketulian atau otalgia. Jika ada
keluhan sefalgia menandakan adanya perluasan tumor ke intrakranial.Pada
nikel, debu kayu, formaldehid, kromium, dan lain-lain. Paling sering terjadi
pipi, sakit kepala hebat dan dapat disertai likuorhea. Pemeriksaan CT scan
sayangnya penyebab polip nasi belum diketahui secara pasti. Karena penyebab
yang mendasari terjadinya polip nasi adalah reaksi alergi, pengelolaanya adalah
mengatasi reaksi alergi yang terjadi. Polip yang masih kecil dapat diobati
dengan konservatif.
1) Terapi Konservatif
2) Terapi operatif
sinusitis, perlu dilakukan drenase sinus. Oleh karena itu sebelum operasi
sinusitis yang menyertai polip ini atau tidak. Selain itu, pada pasien polip
dengan keluhan sakit kepala, nyeri di daerah sinus dan adanya perdarahan
pembuatan foto sinus paranasal tidak boleh dilupakan. Tindakan operasi
a. Polipektomi intranasal
b. Antrostomi intranasal
c. Ethmoidektomi intranasal
pertumbuhan gigi dan wajah pada anak serta waktu perawatan yang
komplikasi lanjut
Polip yang massif atau polip single yang besar (polip antral-koanal)
Polip nasi dapat muncul kembali selama iritasi alergi masih tetap
berlanjut. Rekurensi dari polip umumnya terjadi bila adanya polip yang
multipel. Polip tunggal yang besar seperti polip antral-koanal jarang terjadi
relaps.
juga perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling
ideal pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab
dan eliminasi.
kortikosteroid atau tidak. Dan untuk alergi inhalan dengan gejala yang berat
DAFTAR PUSTAKA
Adams GL, Boies LR, Higler PH. 1997. Boies buku ajar penyakit THT, edisi ke-
6.
Jakarta: EGC. hlm 246-7.
Erbek SS, Erbek S, Topal O, Cakmak O. 2007. The role of allergy in the severity
of nasal polyposis. Am J Rhinol. 21(6): 686-90.
Soepardi, E. A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R. D. 2014. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Ed. 7. Jakarta:
FKUI.
Erna M. Marbun. Penatalaksanaan Polip Nasi dengan operasi Fungsional
Endoskopik Sinus. Jakarta:Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana.