Oleh:
Nadia Fetrisia S. Ked
G1A216021
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan
penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Tumor
Colli et causa Ca Nasofaring. Tulisan ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti program profesi dokter di bagian THT-KL RSUD Raden
Mattaher/ Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Terwujudnya laporan kasus ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan
berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
dr.Yulianti, Sp.THT-KL., sebagai dosen pembimbing.
Kedua orang tua saya yang saya hormati dan sayangi, yang selalu senantiasa
memberi semangat, bimbingan, kasih sayang dan doa yang tiada henti-
hentinya.
Untuk teman-teman satu kelompok stase di THT-KL terima kasih untuk
semua masukan dan dukungan selama ini.
Semua pihak yang membantu penulis menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan kedokteran dan kesehatan.
Semoga kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkat dari Tuhan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.A
Umur : 51 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
II. ANAMNESIS
Benjolan di leher yang semakin besar, keras dan banyak sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Poli THT RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi sebagai
pasien konsul dari Poli Bedah, rujukan dari RSUD KH.Daud Arif Kuala Tungkal
dengan tumor colli.
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di leher yang semakin
besar, keras dan banyak.
1 tahun SMRS pasien mengatakan muncul benjolan sebesar ibu jari tangan di
leher bagian kirinya. Benjolan tersebut berjumlah satu, tidak keras, tidak merah,
tidak nyeri dan masih dapat digerakkan. Karena dirasa belum mengganggu, jadi
pasien belum mencari pengobatan untuk keluhannya pada saat itu.
2 bulan SMRS pasien mengeluhkan benjolan di leher bagian kirinya semakin
membesar dan mengeras, serta mulai muncul banyak benjolan baru dengan ukuran
lebih kecil di daerah lehernya.
Saat ini pasien mengeluhkan benjolan pertama di leher bagian kirinya semakin
membesar, terasa keras, tidak merah, tidak nyeri namun tidak dapat digerakkan lagi.
Dan benjolan-benjolan kecil di daerah leher jumlahnya semakin bertambah, namun
juga tidak merah, tidak nyeri, keras dan terfiksir.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan pendengaran di telinga kiri berkurang,
telinga kiri terasa penuh dan berdenging. Keluhan ini dirasakan pasien seiring
dengan pembesaran benjolan di lehernya.
Keluhan lain seperti hidung tersumbat, keluar ingus bercampur darah,
mimisan, pandangan kabur, penglihatan ganda, nyeri pada gigi, susah menelan, sulit
berbicara ataupun sakit kepala hebat disangkal. Demam tanpa penyebab yang jelas
dan keringat malam disangkal.
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alcohol.
- Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan di Rumah Sakit Umum Daerah KH.Daud Arif Kuala Tungkal
1 bulan sebelumnya. Disana pasien didiagnosa dengan tumor colli dan dirujuk ke
RSUD Raden Mattaher.
Pernapasan : 20 i/x
Suhu : 36,9 C
Nadi : 82 i/x
TD : 130/80 mmHg
Anemia : -/-
Sianosis : -/-
Retraksi suprasternal :-
Retraksi interkostal : -/-
a) Telinga
b) Hidung
c) Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut Kering
Sianosis (-), sudut bibir (N), mukosa
Bibir
bibir (kering)
Lidah Atropi papil (-),tumor (-), parese(-)
Gigi Karies (-)
Kelenjar ludah Pembesaran kelenjar ludah (-)
d) Faring
Hasil
Bentuk normal, terletak ditengah,
Uvula
permukaan rata. Edema(-), hiperemis (-)
Massa di palatum molle bagian kiri (+),
Palatum mole diameter lebih kurang 1 sentimeter, mudah
berdarah (-), nyeri (-), Hiperemis (-)
Palatum durum Hipertrofi (-), Hiperemis (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Dekstra : T1, permukaan licin,
hiperemis(-)
Tonsil
Sinistra : T1, permukaan licin,
hiperemis (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)
e) Laringoskopi indirect
Hasil
Pangkal lidah Massa (-), warna merah muda
Epiglottis
Sinus piriformis
Aritenoid
Sulit dinilai
Sulcus arytenoid
Corda vocalis
Massa
Kanan Kiri
Pembesaran (-), nyeri Pembesaran (-), nyeri
Regio I
tekan (-) tekan (-)
Pembesaran (+), Pembesaran (+),
ukuran 1x1 cm, ukuran 10x4x8 cm,
permukaan rata, permukaan tidak rata,
Regio II konsistensi kenyal, bisa konsistensi keras,
digerakkan, terfiksir / tidak dapat
hiperemis (-) , nyeri digerakkan, nyeri
tekan (-) tekan (-)
Pembesaran (+),
benjolan menyatu
Pembesaran (-), nyeri
Regio III dengan benjolan di
tekan (-)
regio II, nyerti tekan
(-)
Pembesaran (-), nyeri Pembesaran (-), nyeri
Regio IV tekan (-)
tekan (-)
Pembesaran (+),
Pembesaran (+),
Ukuran 1x1 cm,
Ukuran 1x1 cm,
jumlah >3, permukaan
jumlah >3, permukaan
rata, konsistensi
Regio V rata, konsistensi kenyal,
kenyal, tidak dapat
tidak dapat digerakkan,
digerakkan,
hiperemis (-) ,
hiperemis (-) ,
nyeri tekan (-)
nyeri tekan (-)
V Kemampuan Kemampuan
menggerakkan rahang menggerakkan rahang
berkurang berkurang
VII Paresis (-) Paresis (-)
a) Nasoendoscopi
VIII. DIAGNOSIS
X. PENATALAKSANAAN
Diagnostik
1. Nasoendoscopi
Terapi
3.2.6 Diagnosis
Anamnesis dilakukan berdasarkan keluhan penderita kanker nasofaring.
Limfadenopati servikal pada leher bagian atas merupakan keluhan yang paling
sering yang menyebabkan penderita kanker nasofaring berobat. Gejala hidung,
telinga, gangguan neurologi juga sering dikeluhkan penderita kanker nasofaring.
Untuk menegakkan diagnosis, selain keluhan tersebut, juga perlu dilakukan
pemeriksaan klinis dengan melihat secara langsung dinding nasofaring dengan alat
endoskopi, CT scan, atau MRI nasofaring dan sekitarnya.3 Pemeriksaan serologi
IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan kemajuan
dalam mendeteksi karsinoma nasofaring. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
melakukan biopsi nasofaring. Biopsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dari
hidung atau dari mulut.5 Pemeriksaan lain seperti foto paru, USG hati, pemindaian
tulang dengan radioisotop dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya
metastasis di organ-organ tersebut.5
Penentuan Stadium
Terdapat beberapa cara untuk menentukan stadium kanker nasofaring. Di Amerika
dan Eropa lebih disukai penentuan stadium sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
AJCC / UICC (American Joint Committe on Cancer / International Union Against
Cancer). Cara penentuan stadium kanker nasofaring yang terbaru adalah menurut
AJCC/UICC edisi ke-6 tahun 2002, yaitu:1
3.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan utama bagi pasien KNF adalah radioterapi, namun sebaiknya juga
dikombinasikan dengan kemoterapi. Pemberian tambahan kemoterapi Cis-
platinum, bleomycin, dan 5-fluorouracil sedang dikembangkan di Departemen THT
FKUI dengan hasil sementara yang cukup memuaskan.1,6 Undifferentiated
carcinoma lebih radiosensitif sedangkan non keratinizing squamous cell carcinoma
merupakan yang paling tidak radiosensitif.
Tatalaksana berdasarkan stadium dibagi menjadi:1
Stadium I : radioterapi.
Stadium II dan III : kemoradiasi.
Stadium IV dengan N<6cm : kemoradiasi.
Stadium IV dengan N>6cm : kemoterapi dosis penuh dilanjutkan
kemoradiasi.
Salah satu efek samping dari radioterapi adalah mulut akan terasa kering yang
disebabkan oleh kerusakan kelenjar liur mayor maupun minor ketika penyinaran.
Cara mengatasinya adalah menganjurkan pasien untuk makan dengan banyak kuah,
membawa minuman ke mana pun pergi dan makan/mengunyah sesuatu yang
rasanya asam sehingga meragsang keluarnya air liur. Gangguan lain yaitu mukositis
rongga mulut karena jamur, rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat
penyinaran, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, dan kadang-kadang muntah atau
rasa mual.6
Pembedahan diseksi leher radikal dilakukan apabila terhadap benjolan di leher yang
tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran selesai.
Namun, sebelumnya tumor induk harus sudah hilang dan tidak ditemukan adanya
metastasis jauh.1, 6
Apabila pasca pengobatan lengkap dan tumor masih ada (residu)/kambuh kembali
(residitif) serta timbul metastasis jauh (seperti ke tulang, paru, hati, otak),
pengobatan yang dapat dilakukan hanya pengobatan simtomatis untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawatan paliatif diindikasikan langsung
terhadap pengurangan rasa nyeri, mengontrol gejala dan memperpanjang usia.1, 6
b. Stadium II : 75 %
c. Stadium III : 45 %
d. Stadium IV : 10 %
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang, paru dan hati.
BAB IV
ANALISIS KASUS
2. Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel epitelial
yang menutupi permukaan nasofaring. Penyebab karsinoma nasofaring secara
umum dibagi menjadi tiga, yaitu genetik, lingkungan dan virus Ebstein Barr.
3. Gejala dan tanda dari karsinoma nasofaring dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok yaitu gejala pada hidung, telinga, mata dan saraf, serta
pembengkakan leher. Untuk menegakkan diagnosis, selain keluhan tersebut,
juga perlu dilakukan pemeriksaan klinis dengan melihat secara langsung
dinding nasofaring dengan alat endoskopi, CT scan, atau MRI nasofaring dan
sekitarnya. Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring.