Disusun oleh:
Fathia Zahra
(1102014096)
Pembimbing:
dr. Evi Handayani, Sp. THT-KL
Serang,
Februari 2020
Fathia Zahra
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Telah disetujui
Tanggal :
Disusun oleh :
Fathia Zahra
1102014096
Serang, 2020
Pembimbing,
2
BAB I
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal periksa : 13 Februari 2020
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 februari
2020 di Poliklinik THT RSUD dr. Dradjat Prawiranegara, Serang.
Keluhan Utama
Keluar cairan dari telinga kanan sejak ± 4 bulan SMRS.
Keluhan Tambahan
Nyeri kepala, telinga berdenging, penurunan pendengaran
3
(+), berdenging (+) Dokter menganjurkan pada telinga kiri tidak boleh terkena
air, kemudian pasien diberi obat tetes telinga, antibiotik dan antiradang.
Pasien lupa nama obat yang diberikan. Demam dan nyeri hilang. Keluhan
membaik menurut pasien.
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva : tidak anemis
4
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokor, miosis (+)/(+)
Leher : tidak ada pembesaran KGB
Thoraks : tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Edema (-/-)
Sianosis (-/-)
Neurologis : tidak dilakukan pemeriksaan
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Status Lokalis:
TELINGA
Auris
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Kelainan
kongenital
- -
Radang dan
- -
Preaurikula tumor
- -
Trauma
- -
Nyeri tekan
tragus
Kelainan
- -
kongenital
- -
Aurikula Radang
- -
Tumor
- -
Trauma
Edema - -
Hiperemis - -
Nyeri tekan - -
Retroaurikula
Sikatriks - -
Fistula - -
Fluktuasi - -
5
Kelainan
kongenital - -
Kulit Merah muda Merah muda
Canalis Sekret + +
Acustikus Serumen + +
Externa Edema - -
Jaringan - -
granulasi - -
Massa
Refleks
(-) (-)
cahaya
Membran Perforasi (+) sentral (+) marginal
Timpani
Gambar
Auris
Tes Pendengaran
Dextra Sinsitra
Tes Rinne + -
Tes Weber Telinga yang sakit Telinga yang sakit
Tes Scwabach Sama dengan pemeriksa Memendek
Tes Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
HIDUNG
6
Kavum Nasi
Pemeriksaan
Dextra Sinistra
Inspeksi
Bentuk Simetris kanan dan kiri
Sikatrik - -
Hematom - -
Palpasi
Nyeri tekan sinus paranasal - -
Krepitasi - -
Massa - -
Rhinoscopy Anterior
Cavum nasi Lapang Lapang
Mukosa cavum nasi Hiperemis (-) Hiperemis(-)
Edema (-) Edema (-)
Sekret - -
Konka inferior Eutrofi Eutrofi
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Konka media Eutrofi Eutrofi
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Meatus inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Meatus media Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Massa (-) Massa (-)
Septum anterior Deviasi (-) Deviasi (-)
Rhinoscopy Posterior
Postnasal drip
Mukosa (licin/tak licin)
Tidak
(merah muda/hiperemis) dapat dinilai
Adenoid
Tumor Tidak
Dapat dinilai
Koana (sempit/lapang)
7
Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam
TENGGOROKAN
Pemeriksaan Kondisi
Faring & Rongga Mulut
Bibir Sianosis (-)
Mukosa mulut Hiperemis (-)
Lidah Normal
Gusi Normal
Gigi berlubang (-)
Palatum durum Hipermis (-)
8
Palatum mole Hipermis (-)
Uvula Hipermis (-), Deviasi (-)
Arkus faring Hipermis (-), Simetris
Tonsil T1 – T1, Hiperemis (-)
Hipofaring & Laring Tidak dilakukan pemeriksaan
V. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja :
Otitis media supuratif kronis tipe benign auricula dextra sinistra
Diagnosis Banding :
Otitis media supuratif kronik tipe maligna auricular dextra sinistra
Otitis media akut auricula dextra
VI. TATALAKSANA
Cefixime tab. 100 mg (2x1)
Asam Mefenamat tab. 500 mg (3x1)
9
Rencana Terapi Medikamentosa
Larutan H202 3% diberikan untuk 3-5 hari
R/ H202 3% tetes telinga fl. I
∫ 2 dd gtt V AS
Setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga yang mengandung
antibiotik dan kortikosteroid selama 1-2 minggu: (Polymyxin B Sulfate,
Neomycin Sulfate, Fludrocortisone Acetat, Lidocaine HCL) ear drop 3 x 5
tetes/hari AS
R/ Otopain tetes telinga fl. I
∫ 2 dd gtt V ADS
Jika sudah tenang diberikan antibiotika oral Ampicilin atau Eritromisin
bila pasien alergi terhadap Penicillin: (Amoxicillin, dosis 20-50 mg/kg/hari
dalam dosis terbagi setiap 8 jam)
R/ Tab. Amoxicillin 500mg No. XV
∫ 3 dd Tab I
VII.EDUKASI
Hindari air masuk ke telinga
Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh Edukasi
pasien untuk menjaga kebersihan telinga guna mencegah komplikasi
penyakit menjadi lebih parah
Tidak mengorek telinga
Edukasi pasien untuk melakukan proteksi terhadap telinga dengan
menghindari air masuk ke dalam telinga seperti menggunakan ear plug
atau cotton wad ketika mandi agar air tidak masuk ke dalam telinga
Edukasi pasien untuk minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki
panjang vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm,
dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membran timpani tidak tegak lurus
terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke muka
dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran
timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah
kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks
cahaya (none of ligt).
a) Pars tensa
Bagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan yang
tegang dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus
pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.
11
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang
dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus
ini dan bagian ini disebut incisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari
membran timpani disarafi oleh cabang nervus aurikulo temporalis dari nervus
mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh nervus timpani
cabang dari nervus glossofaringeal.
Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari
arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri
timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid
cabang dari arteri aurikula posterior.
2. Kavum Timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau
vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani
mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior,
dan posterior.
12
b) Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan
otot stapedius (muskulus stapedius).
c) Saraf korda timpani.
d) Saraf pleksus timpanikus.
3. Processus mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke
kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding
lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada
daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.
4. Tuba eustachius.1,4,5
Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani
berbentuk seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan
kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36
mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak
dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.
a) Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
b) Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3
bagian).
13
Gambar 2.2. Anatomi Telinga.6
2.2 Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.4
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”
adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
membran timpani dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih
dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous,
mukous, atau purulen.1,2,3
Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi
otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa
faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara lain: terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya
tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene yang buruk.4
2.3 Epidemiologi
Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak
ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum insiden OMSK
dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering
dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia
dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90%
14
beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,
2.4 Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe, yaitu :1,3
15
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi
tipe ini letaknya marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars
flaksida. Karakteristik utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong
retraksi yang berisi tumpukan keratin sampai menghasilkan
kolesteatom.
Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang paling
sering adalah proteus dan pseudomonas. Hal ini akan memicu respon imun lokal
sehingga akan mencetuskan pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Sitokin
yang dapat ditemui dalam matrik kolesteatom adalah interleukin-1, interleukin-6,
tumor necrosis factor-α, dan transforming growth factor. Zat-zat ini dapat
menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom yang bersifat
hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini
dapat menekan dan mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis
terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh
reaksi asam oleh pembusukan bakteri.1,3,5
1. Kolesteatom Kongenital
Kista epitel yang timbul di dalam salah satu tulang kepala (biasanya tulang
temporal) tanpa kontak dengan telinga luar. Dapat tumbuh di tulang temporal
bagian dalam atau skuama. Jumlahnya meningkat dalam ruang mastoid atau
atik.
2. Kolesteatom Didapat.
Kolesteatom didapat dapat terbagi atas:
16
Kolesteatoma yang terbentuk setelah terjadi perforasi membran timpani.
Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari
liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga
tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum
timpani karena iritasi infeksi yang berlansung lama (teori metaplasia).
2.5 Patofisiologi
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang
disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh
virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun,
lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya
anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda
dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga
bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga
tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).1,4,5
Respon inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses
inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus
dan merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan
infeksi biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya
dapat berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara
proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini
berlanjut terus akan merusak jaringan sekitarnya. 1,4 . Terjadinya respons imun di
telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-
sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti
keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah
permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga
tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik
yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan
terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.
17
Sembuh/ normal
Fgs.tuba tetap
terganggu
Gangguan Tekanan negatif OME
efusi
tuba telinga tengah
Tumor
18
humoral, seperti hipogammaglobulinemia dan cell-mediated (infeksi HIV) dapat
timbul sebagai infeksi telinga kronis.
1. Lingkungan.
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
terdapat hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosio ekonomi,
dimana kelompok sosio ekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.
Tetapi sudah hampir dipastikan, bahwa hal ini berhubungan dengan kesehatan
secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.
2. Genetik.
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor
genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media,
tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
4. Infeksi
Proses infeksi pada otitis media supuratif kronis sering disebabkan oleh
campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap
standar yang ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK
ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan
Staphylococcus aureus 25%. Jenis bakteri yang ditemukan pada OMSK agak
sedikit berbeda dengan kebanyakan infeksi telinga lain, karena bakteri yang
ditemukan pada OMSK pada umumnya berasal dari luar yang masuk ke lubang
perforasi tadi.
19
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas
atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada
dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun.
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insidens lebih besar
terhadap otitis media kronis.
7. Alergi.
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-
toksinnya, namun hal ini belum terbukti kebenarannya.
20
1. Telinga berair (otorea)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan
oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau
hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Suatu sekret yang
encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.1,3
2. Gangguan pendengaran
Tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat
hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom dapat menghantar
bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Pada OMSK tipe maligna
biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang
pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai
penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus
diinterpretasikan secara hati-hati.
21
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius
lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya
fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Pada penderita
yang sensitif, keluhan vertigo dapat terjadi karena perforasi besar
membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin
juga akan menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat
komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena
infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke
telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut
menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif
dan negatif pada membran timpani.
22
Gambar 2.5. Otitis Media Supuratif Kronik.8
2.8 Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3,6
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan
penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah
lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada
tipe tubotimpani sekretnya lebih banyak dan seperti benang, tidak berbau
bususk, dan intermiten. Sedangkan pada tipe atikoantral sekretnya lebih
sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan
granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada
kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau
telinga keluar darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak
perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk
menilai hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat
penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.
Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’
pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
23
4. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga
kronis memiliki nilai diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan
manfaat otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya
memperlihatkan mastoid yang tampak sklerotik dibandingkan mastoid
yang satunya atau yang normal. Erosi tulang yang berada di daerah atik
memberi kesan adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang
biasa digunakan adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan
memperlihatkan luasnya pnematisasi mastoid dari arah lateral dan atas,
5. Pemeriksaan bakteriologi
Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjutan dari
mulainya infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis
berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri
yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan Proteus sp. Sedangkan bakteri pada otitis
media supuratif akut adalah Streptococcus pneumonie dan H. influenza.9
2.9 Penatalaksanaan
Pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan
penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi
penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat di telinga.
Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -
obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.1,5,6
24
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang
dapat dibagi atas: konservatif dan operasi
25
ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric
dengan iodine.
2. Pemberian antibiotika :1
a) Antibiotik topikal
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang
banyak tanpa dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang
atau tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik
dan kortikosteroid. Irigasi dianjurkan dengan garam faal agar lingkungan
bersifat asam yang merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya
kuman.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah:
26
2. Neomisin
Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif.
Toksik terhadap ginjal dan telinga.
3. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan
negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa.
b) Antibiotik sistemik.1
Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya
berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih
dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi
kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan
yang ada pada penderita tersebut.
27
abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :
28
29
Gambar 2.5. Pedoman Tatalaksana OMSK5
2.10 Komplikasi
Paparella dan Shumrick (1980) membagi komplikasi OMSK dalam :
1. Penyebaran hematogen
2. Penyebaran melalui erosi tulang
3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada.
30
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3
macam lintasan :
2.11 Prognosis
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan
kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran
bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh
gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun
hasilnya tidak sempurna.10
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat
menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak
ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien
karena telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.10
31
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien pada kasus ini mengalami OMSK sesuai dengan keluhannya yang
didapatkan dari anamnesis yaitu:
1. Ottore sejak 4 bulan yang lalu. Berdasarkan aktivitas sekretnya pasien ini
mengalami OMSK tenang. Os demam namun hilang timbul.
2. Sekret kekuningan (seromucos), berbau merupakan tanda dari OMSK.
3. Terdapat penurunan pendengaran yang diketahui dari pemeriksaan penala
4. Didapatkan juga pada pasien ini keluhan nyeri kepala, nyeri telinga
berdenging, Tanda dan gejala yang mengarah ke pada OMSK.
5. Pada pemeriksaan otoskopi terdapat perforasi tipe sentral.
6. Os juga pernah mengalami keluhan yang sama pada telinga kiri ± 1 tahun
yang lalu. Pada hasil pemeriksaan otoskopi perforasi tipe marginal dengan
sklerotik.
7. Kebiasaanya mandi disungai sejak kecil usianya ± 5 tahun dan kebiasaan
mengorek-ngorek telinga dengan cutton bud. Hygiene pada pasien
kemungkinan buruk.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda dibawah ini:
1. Ditemukannya secret kekuningan dan berbau.
2. Pada pemeriksaan otoskopi tidak terdapat kolesteatoma.
3. Ditemukannya perforasi di sentral pada telinga kanan dan marginal pada
telinga kiri. Ini menunjukkan pasien ini mengalami OMSK Auricula dextra
sinistra tipe aman
Penyebab OMSK sering kambuh yaitu adanya perforasi membran timpani
yang permanen, terdapat sumber infeksi pada saluran napas atas, serta gizi dan
higiene pasien yang kurang. Penatalaksanaan OMSK bergantung pada tipe OMSK
tersebut. Prinsip penatalaksanaan OMSK tipe aman (benigna) ialah konservatif
atau dengan medikamentosa sedangkan pada OMSK tipe bahaya (maligna) ialah
pembedahan. Prognosis kesembuhan OMSK adalah dubia karena OMSK
merupakan penyakit yang berulang.
32
DAFTAR PUSTAKA
33