Oleh:
Preceptor:
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
kasus ini. Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam
kepanitraan klinik pada bagian THT-KL RSUD Jend. Ahmad Yani Metro.
baik dari segi isi, bahasa, analisis dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis ingin
meminta maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih
terbatasnya pengetahuan, wawasan dan keterampilan penulis. Selain itu, kritik dan
selanjutnya dan sebagai bahan pembelajaran untuk kita semua. Semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu
PENDAHULUAN
Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif dan tuli sensorineural. Dari semua kasus
terjadi karena adanya gangguan pada telinga dalam atau pada jalur saraf dari telinga dalam ke
otak. Tuli sensorineural merupakan masalah bagi jutaan orang. Kehilangan pendengaran ini
dibagi dalam beberapa derajat, yaitu ringan, sedang,dan berat.Tuli ini dapat mengenai segala
usia dengan etiologi yang berbeda-beda.Sekitar 50% kasus merupakan faktor genetik dan 50 %
Tuli sensorineural dibagi dalam tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli sensorineural
koklea disebabkan oleh kelainan kongenital, labirintitis (oleh bakteri/virus), intoksikasi obat,
selain itu juga dapat disebabkan oleh tuli mendadak, trauma kapitis, trauma akustik dan pajanan
bising.Sedangkan tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut
pons serebelum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak lainnya.
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 54 tahun
Alamat : Gaya Baru, Lampung Timur
Agama : Islam
Menikah : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Tanggal periksa : 15 oktober 2018
II. ANAMNESIS
Keluhan utama: pendengaran berkurang pada telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu
Keluhan tambahan : telinga kiri terasa penuh
Pasien datang ke Poli THT-KL RSAY dengan keluhan pendengaran berkurang pada
telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien menyangkal adanya nyeri telinga, nyeri
kepala, keluar cairan dari telinga, demam, mual, muntah serta kejang. Keluhan
dirasakan sejak sekitar satu minggu yang lalu. Keluhan pasien pada awalnya dirasakan
perlahan, hingga 3 hari terakhir pasien tidak bisa mendengar sama sekali. Pasien
tidak merasakan nyeri pada telinga, hanya mengatakan kurang nyaman karena
merasa penuh. Keluhan telinga kanan terasa penuh dirasakan terus menerus dan tidak
berkurang selama 1 minggu ini. Riwayat trauma, telinga tertampar dan pemakaian
obat ototoksik sebelumnya disangkal. Telinga berdenging,
rasa pusing berputar, rasa nyeri di dalam telinga dan keluar cairan tidak
dirasakan.
Status generalis
Kepala : Normocephal, rambut hitam
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik
(-/-) THT : Status lokalis
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP normal
Thorax
Inspeksi : Simetris bilateral saat statis dan dinamis
5
Palpasi : NT (-), massa (-)
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+), wheezing (-/-), rhonki (-/-) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak pada ICS IV linea midklavikularis
kiri Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS IV linea
midklavikularis kiri Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ 1 & 2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Status lokalis
Pemeriksaan Telinga
Auric
6
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Aurikula Peradangan
Kelainan kongenital - -
Nyeri
Massatarik - -
Retroaurikuler Massa
Peradangan - -
Sikatrik
Edema - -
Pembesaran
Fistula KGB - -
Peradangan
Kelainan kongenital - -
Edema
Massa - -
Kelainan
Fistula kulit - -
Sekret - -
Serumen Serumen (+), Serumen (+)
konsistensi keras
Membran timpani Kondisi Intak Intak
7
Cone of light (+) (+)
Kolesteatom - -
Granulasi - -
8
Pemeriksaan Pendengaran
Pemeriksaan Hidung
Kavum Nasi
Pemeriksaan
Dextra Sinistra
Inspeksi
Sikatrik
Bentuk -
Tampak -
simetris kanan dan kiri
Hematom - -
Nyeri
Palpasitekan sinus paranasal - -
Krepitasi - -
9
Massa - -
Sekret
Konka inferior Hipermis
- (-) Hipermis
- (-)
Septum anterior
Rhinoscopy posterior Deviasi (-) Deviasi (-)
Nasofaring
Konka superior
Koana
Konka media Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelenjar adenoid
Massa
1
0
Pemeriksaan Tenggorok
Pemeriksaan Kondisi
RESUME
A. Anamnesis
a. Keluhan utama: pendengaran berkurang pada telinga kiri 1 minggu yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang :
11
11
1. Pendengaran berkurang (+)
2. Telinga terasa penuh (+)
3. Nyeri telinga, nyeri kepala, demam, mual, muntah serta kejang (-)
4. Riwayat trauma, telinga tertampar dan pemakaian obat ototoksik
5. Telinga berdenging, rasa pusing berputar, rasa nyeri di dalam telinga dan keluar
cairan tidak dirasakan
B. Pemeriksaan Fisik
C. Diagnosis
12
12
DD : Tuli sensorineural auricula sinistra ec radioterapi
Tuli sensorineural auricula sinistra ec stroke
Tuli konduksi
auricula sinistra
D. Penatalaksanaan
b) Non-medikamentosa
IV. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : ad malam
Ad Sanationam : ad malam
13
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
14
14
Telinga terdiri atas 3 bagian, yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Membran timpani
memisahkan telinga luar dan telinga tengah. Tuba auditiva menghubungkan telinga tengah
dengan nasofaring. Serumen terdapat pada telinga luar dikarenakan kelenjar sebasea dan
Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas auricular, meatus akustikus eksternus, dan membran timpani.
Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara, terdiri
dari tulang rawan elastin yang ditutupi kulit. Auricula juga mempunya otot ekstrinsik dan
intrinsic yang keduanya dipersarafi oleh N. fascialis. Auricula membentuk suatu bentuk unik
yang terdiri dari antihelix yang membentuk huruf Y, dengan crux superior di sebelah kiri
fossa triangularis, crux inferior di sebelah kanan fossa triangularis, antitragus yang berada di
bawah tragus, sulcus auricularis yang merupakan sebuah struktur depresif di belakang telinga
dekat kepala, konka berada dekat saluran pendengaran, angulus conchalis yang merupakan
sudut di belakang concha dengan sisi kepala, crus helix di atas tragus, cymba conchae
merupakan ujung terdekat dari konka, meatus akustikus eksternus yang merupakan pintu
masuk dari saluran pendengaran, fossa triangularis yang merupakan struktur depresif dekat
antihelix, helix, yang merupakan bagian terluar dari daun telinga, incisura anterior yang
15
15
berada di antara tragus dan antitragus, lobus yang berada di bagian paling bawah daun
Meatus akustikus eksternus berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan sepertiga
bagian luar sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2,5-3 cm.1 Meatus akustikus eksternus dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop
dengan cara menarik auricula ke atas dan belakang. Pada anak kecil aurikula ditarik lurus ke
belakang atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus yang paling sempit adalah kira-kira 5
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat rambut, kelenjar sebasea, dan
menghasilkan secret lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari N. auriculotemporalis dan
ramus auricularis N. vagus. Sedangkan aliran limfe menuju nodi parotidei superficiales,
16
16
Membran timpani adalah membrane fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Membran
ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaannya konkaf ke
lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh
ujung manubrium mallei. Bila membrane terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini
Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih kurang 1 cm. Terletak superior
terhadap processus lateralis mallei terdapat membrane tipis disebut pars flaccida. Bagian
tersebut tidak memiliki serat-serat sirkular dan radial yang terdapat pada bagian lain
membrane, disebut pars tensa. Pars flaccida membentuk dinding lateral recessus superior
membrane timpani. Membran timpani bergerak sesuai vibrasi udara yang berjalan ke arahnya
auditus melalui auris media ke auris interna. Permukaan eksterna membrane timpani
terutama dipersarafi oleh n. auriculotemporalis, suatu cabang dari N. V3. Beberapa inervasi
disuplai oleh ramus auricularis N. Vagus dan permukaan internal membran timpani
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi
getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap
lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui
membrane Reissner yang mendorong endolimfa sehingga akan menimbulkan gerak relatif
antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka
17
17
dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang
akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius
Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebebkan tuli konduktif
sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural yang terbagi atas tuli
Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif
sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang terbagi atas tuli
Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural (sensorineural deafness) serta tuli campur
(mixed deafness). Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara disebabkan oleh
kelainan penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Pada tuli sensorineural (perseptif)
kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII atau di pusat pendengaran
sedangkan tuli campur disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli
campur dapat merupakan satu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan komplikasi
ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit berlainan, misalnya tumor nervus VII (tuli
5. Tuli Sensorineural
a. Definisi
yang disebabkan oleh kerusakan pada telinga dalam (koklea), saraf kranial
18
18
vestibulokoklearis (N.VIII), atau jalur persarafan dari telinga dalam ke otak.
keras. Hal ini terlihat ketika penderita mendengarkan suara percakapan biasa
dalam ruangan tenang, suara tersebut tidak terdengar cukup jelas. SNHL biasanya
b. Etiologi
neomisin, kina, asetosalatau alkohol. Selain itu, tuli sensorineural juga dapat
sebagainya.
c. Derajat SNHL
19
19
Keterangan:
**Nilai ISO audiometri merupakan rata-rata dari 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz.
d. Patofisiologi SNHL
ovale dan masuk menuju koklea. Proses ini menyebabkan amplifikasi suara dari
Koklea merupakan organ terakhir dari sistem pendengaran yang berbentuk seperti
rumah siput dengan saluran dua setengah lingkaran. Di dalamnya, dua membran
20
20
secara longitudinal membagi koklea menjadi tiga bagian, yaitu skala timpani,
skala vestibuli, dan skala media. Ketiga bagian tersebut berisi cairan dengan
konsentrasi ion yang berbeda (sama dengan kandungan cairan intraseluler dan
ekstraseluler).
Di sepanjang membran pada skala media atau duktus koklearis terdapat sel
rambut internal dan eksternal. Pergerakan dari tulang stapes pada foramen ovale
Pergerakan cairan, yang membuka kanal ion pada sel rambut, menggeser sel
rambut, memicu potensial aksi, dan membuat saraf pada koklea mengirimkan
Pada SNHL terjadi hambatan pada transmisi setelah melalui koklea. Gangguan
tersebut dapat terjadi pada koklea itu sendiri, saraf vestibulokoklearis, atau jalur
persarafan dari telinga ke otak. Akibatnya, otak tidak dapat menangkap dan
disebabkan oleh berbagai etiologi dan faktor-faktor yang merusak sel rambut pada
koklea atau merusak saraf vestibulokoklearis (N.VIII). Derajat dari distorsi tidak
e. Manifestasi klinis
terjadi secara mendadak, mungkin disebabkan oleh trauma atau adanya gangguan
21
21
dari sirkulasi darah. Sebuah onset yang tejadi secara bertahap bisa dapat
trauma, dan neuromas akustik. Nyeri di telinga dikaitkan dengan infeksi telinga,
trauma, dan obstruksi pada kanal. Infeksi telinga juga dapatmenyebabkan demam.
f. Diagnosis
A. Anamnesis
Diperlukan anamnesis yang terarah untuk menggali lebih dalam dan luas keluhan
utama pasien. Keluhan utama telinga antara lain pekak (tuli), suara berdenging
(tinnitus), rasa pusing berputar (vertigo), rasa nyeri di dalam telinga (otalgia), dan
keluar cairan dari telinga (otore). Perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada
satu atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat, sudah berapa lama
diderita, riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising,
gangguan pendengaran ini sudah diderita sejak bayi sehingga terdapat gangguan
bicara dan komunikasi, dan apakah gangguan lebih terasa di tempat yang bising
22
22
1. Audiometri khusus
Diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama pada keduatelinga
Audiometri Bekesy
menggunakan grafik.
23
23
2. Audiometri objektif
Audiometri Impedans
Elektrokokleografi
electropotential cochlea.
Otoacoustic Emission/OAE
merefleksikanfungsi koklea.
Cara Stenger
Dengan Impedans.
Dengan BERA.
4. Audiologi anak
24
24
Bertujuan untuk menilai kemampuan anak dalam memberikan
g. Tatalaksana
Tidak ada tatalaksana yang efektif untuk SNHL itu sendiri, namun kita dapat
mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah jika mengetahui penyebab utama
dari SNHL itu. Misalnya pada SNHL karena obat – obatan ototoksik, pasien harus
kebisingan, pasien harus menghindari diri untuk terpajan kebisingan dan itu
Alat bantu yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pendengaran pada
Hearing aid adalah alat elektronik yang dipasang ditelinga. Alat ini terdiri
telinga. Tidak seperti alat bantu dengar yang menguatkan bunyi, implan
25
25
BAB IV ANALISIS
KASUS
Pasien datang ke Poli THT-KL RSAY dengan keluhan pendengaran berkurang pada telinga
kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien menyangkal adanya nyeri telinga, nyeri kepala,
keluar cairan dari telinga, demam, mual, muntah serta kejang. Keluhan dirasakan sejak
sekitar satu minggu yang lalu. Keluhan pasien pada awalnya dirasakan perlahan, hingga 3
hari terakhir pasien tidak bisa mendengar sama sekali. Pasien tidak merasakan nyeri
pada telinga, hanya mengatakan kurang nyaman karena merasa penuh. Keluhan telinga
kanan terasa penuh dirasakan terus menerus dan tidak berkurang selama 1 minggu ini.
Riwayat trauma, telinga tertampar dan pemakaian obat ototoksik sebelumnya disangkal.
Telinga berdenging rasa pusing berputar, rasa nyeri di dalam telinga dan keluar cairan
tidak dirasakan.
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendenaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong
26
26
sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane
Reissner yang mendorong endolimfa sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius
sampai korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Gangguan pendengaran/tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural (sensory neural
deafness) serta tuli campuran (mixed deafness). Pada tuli konduktif terdapat gangguan
hantaran suara disebebkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau telinga tengah.
Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII
atau di pusat pendengaran, sedangkan tuli campur disebabkan oleh kombinasi tuli konduksi
dan tuli sensorineural. Tuli campur dapat merupakan satu penyakit misalnya radang telinga
tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan
misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif).
Riwayat trauma dan pemakaian obat ototoksik perlu ditanyakan. Riwayat trauma bisa
menyebabkan terjepitnya saraf pendengaran. Antara inkus dan maleus berjalan cabang n.
fasialis yang disebut korda timpani. Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma,
korda timpani bisa terjepit sehingga timbul gangguan pengecap. Di dalam telinga dalam
terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran. Pemakaian obat-obatan ototoksik dapat
merusak stria vaskularis, sehingga saraf pendengaran rusak dan terjadi tuli sensorineural.
Setelah pemakaian obat ototoksik seperti streptomisinn dapat terjadi gejala gangguan
pendengaran berupa tuli sensorineural dan gangguan keseimbangan. Pada kasus ini riwayat
trauma, telinga tertampar dan pemakaian obat ototoksik sebelumnya disangkal.
Sebelumnya pasien mempunyai riwayat serupa pada telinga kanannya setelah melakukan
radioterapi pada tahun 1999 karena karsinoma nasofaring. Pada saat itu menggunakan alat
bantu dengar untuk memperbaiki pendengarannya.
27
27
Gangguan tuli sensorineural terjadi akibat radiasi langsung pada batang otak atau hanya
proses endartritis obliteratif. Radiasi akan menganggu proses mitosis sel dan menimbulkan
perubahan pada pembuluh darah, walaupun hanya sementara biasanya vaskulitis bersifat
progresif dan mengawali terjadinya hambatan pada pembuluh darah yang memperdarahi
koklea. Pada akhirnya terjadi degenerasi koklea pada organ Corti, seperti pada sel-sel
rambut, stria vaskularis, ganglion spiral dan neuron-neuron koklea. Hal tersebut didukung
dengan pemeriksaan histologis, didapatkan gambaran perubahan anatomi antara lain nekrosis
pada tulangtulang pendengaran, kerusakan pada organ Corti atau sel-sel rambut luar,
degenerasi stria vaskularis, dan osteoradionekrosis pada tulang temporal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum pasien saat masuk klinik THT adalah
kompos mentis serta keadaan gizi baik. Pada pemeriksaan otoskopi pada telinga kiri
didapatkaan serumen (+), mukoasa hiperemis, membran timpani intak.
Cara pemeriksaan tes Rinne adalah dengan menggetarkan penala, tangkainya diletakkan di
prosesus mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 c.
28
28
bila masih terdengar disebut Rinne positif (+), sedangkan bila tidak terdengar disebut
Rinne negatif (-).
Tes Weber dilakukan dengan meletakkan tangkai penala yang telah digetarkan pada garis
tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu).
Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi
ke arah telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar
lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi. Tes Schwabach dilakukan dengan
menggetarkan penala, kemudian tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus telinga
pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut
Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan dilakukan
dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih
dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila
pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut dengan Schwabach sama
dengan pemeriksa.
Untuk mempermudah interpretasi secara klinik dipakai tes Rinne, tes Weber dan tes
Schwabach secara bersamaan.
telinga yang
(+) sakit
Lateralisasi ke Memendek Tuli sensori-
29
29
Hasil tes penala pada pasien ini menunjukkan Rinne telinga kiri (+), lateralisasi ke kanan.
Hal ini menandakan adanya tuli sensorineural pada telinga kiri. Pasien lalu didiagnosis tuli
sensorineural pada telinga kiri. Kemudian dilakukan tes audiometri pada telinga kiri dan
didapatkan hasil snhl >90db .
Tatalaksana pada kasus ini berupa pemberian alat bantu dengar. Kemudian pasien diberi
edukasi untuk menghindari aktivitas yang berhubungan dengan suara yang bising, tidak
boleh mengorek telinga dengan tangan atau benda apapun.
30
30
DAFTAR PUSTAKA
1. ASHA. Hearing Loss. 2011. Accessed on: 18 oktober 2018. Available from:
http://www.asha.org/public/hearing/Hearing-Loss/
2018 Available
from:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3468/1/tht-andrina1.pdf
from:http://www.mdguidelines.com/hearing-loss
http://id.scribd.com/doc/103709140/Tuli-Sensorineural
31
31
9. L Coates. (2010). “The effects of magnesium supplementation on
11. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem; alih bahasa,
189.
Kepala & Leher.Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2008. h. 16;22.5.
13. Silbernagl, Stefan. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi; alih bahasa, Iwan
32
32
33