Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi pada telinga bagian luar atau yang sering disebut sebagai otitis
eksterna memiliki beberapa penyebab seperti bakteri dan juga jamur. Dua
penyebab ini terkadang sulit dibedakan karena memiliki keluhan yang hampir
sama dan tidak spesifik. Hal ini menyebabkan pengobatan dari infeksi itu sendiri
sering tidak tepat sasaran.1

Otomikosis atau otitis eksterna fungi sering disalah diagnosis sebagai otitis
eksterna bakteri. Padahal pengobatan dari OE oleh bakteri adalah antibiotik yang
justru tidak boleh diberikan pada infeksi oleh jamur karena dapat menyebabkan
bertambah banyaknya jamur penyebab infeksi.

Otomikosis sebenarnya kebanyakan disebabkan oleh organisme komensal


normal dari kulit liang telinga dimana pada kondisi normal tidak bersifat patogen.
Namun beberapa keadaan dapat menggeser keseimbangan antara bakteri dan
jamur di liang telinga. Banyak faktor predisposisi yang dapat mencetuskan
terjadinya otomikosis, antara lain kebiasaan penggunaan alat pembersih telinga,
dermatitis, kurangnya kebersihan, individu dengan immunocompromised,
penyakit telinga sebelumnya, penggunaan berkepanjangan dari obat antibiotik
tetes telinga, antibiotik spektrum luas, steroid, dan terpapar dengan kemoterapi.2

Diagnosis dari otomikosis sendiri dapat ditegakan dari gejala klinis,


otoskopi, mikrobiologi, tes KOH, dan kultur. Untuk pengobatannya sendiri
sekarang sudah banyak tersedia preparat dengan tingkat efektifitas yang cukup
tinggi mencapai 50-100%. Namun penyakit ini sering menjadi tantangan bagi para
klinisi karena angka rekurensi yang tinggi, menyebaban penyakit ini sulit diatasi.
Karena banyak sekali faktor penyebab dari kondisi ini, maka dari itu harus diatasi
terlebih dahulu sehingga kekambuhan dapat dihindari. 3
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Tn. Piki Deprian
- Umur : 24 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Mendalo Mas, Jambi
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Guru
- Pendidikan : S1
- Pendidikan ORTU : SMA
- Register :

II. ANAMNESIS
Tanggal : 2 Juni 2016

Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri telinga kanan sejak ± 1 bulan yang lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan sejak ± 1 bulan
yang lalu. Nyeri telinga ini disertai dengan penurunan pendengeran pada
telinga yang sakit. Kadang-kadang telinga juga terasa penuh dan
berdengung. Dua hari ini nyeri telinga disebelah kanan bertambah berat
disertai dengan rasa gatal yang semakin memberat. Pasien mengaku sering
membersihkan atau mengorek telinga, selain itu telinga pasien jug asering
kemasukan air ketika pasien olah raga renang. Riwayat keluar cairan dari
telinga dan demam disangkal.

2
Tabel.1 Anamnesis Pasien
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : +/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek : -/- Buntu: -/- Sakit Menelan : - Afonia : -
Nyeri :+/- Bersin Trismus :- Sesak napas : -

Bengkak :-/- * Dingin/Lembab : - Ptyalismus : - Rasa sakit : -


Otore :-/- * Debu Rumah: - Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal : -
Tuli:+/- Berbau: -/- Rasa Berlendir : -
Tinitus:+/- Mimisan : -/- Rasa Kering : -
Vertigo:-/- Nyeri Hidung : -/-
Mual: - Suara sengau : -
Muntah: -

Riwayat Pengobatan

Pasien pernah berobat ke Poli THT RSUD Raden Mattaher 3 minggu yang
lalu dengan keluhan yang sama. Diberi obat. Setelah obat habis keluhan
kembali muncul.

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (-), Diabetes Militus (-), Keluhan seperti ini sebelumnya
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


 Kesadaran : compos mentis
 Pernapasan : 18x/menit
 Suhu : afebris

3
 Nadi : 80x/menit
 TD : 110/80 mmHg
 Anemia :-
 Sianosis :-
 Stridor inspirasi :-
 Retraksi suprasternal :-
 Retraksi interkostal :-
 Retraksi epigastrial :-

a) Telinga

Daun Telinga Kanan Kiri


Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -

Liang Telinga Kanan Kiri


Atresia - -
Serumen Minimal -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Terdapat filamen berwarna
+ -
putih dan krusta berwarna agak

4
kehitaman menyerupai
ketombe
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis sulit dinilai -
Retraksi sulit dinilai -
Bulging sulit dinilai -
Atropi sulit dinilai -
Perforasi sulit dinilai -
Sekret sulit dinilai -
Refleks Cahaya sulit dinilai Dbn
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

b) Hidung

Rinoskopi Anterior Kanan Kiri


Vestibulum nasi Sekret (-), bisul (-) Sekret (-), bisul (-)
Edema mukosa (-), sekret Edema mukosa (-),
Kavum nasi (-), krusta(-), hiperemis Sekret (-), krusta (-),
(-) hiperemis (-)
Selaput lender Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-)
Lantai dasar hidung Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Hipertrofi (-), livida (-), Hipertrofi (-), livida (-),
Konka inferior
permukaan rata. permukaan rata
Meatus nasi inferior Dbn Dbn

5
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


Kavum nasi Dbn Dbn
Selaput lendir Dbn Dbn
koana Dbn Dbn
Septum nasi Dbn Dbn
Konka superior Dbn Dbn
Adenoid Dbn Dbn
Massa tumor - -
Transiluminasi Sinus Kanan Kiri
Sinus Maksilaris sulit dinilai sulit dinilai

Sinus Frontalis sulit dinilai sulit dinilai

Nyeri tekan di infraorbital D(-)/S(-), di supraorbital D /S (-).

c) Mulut

Hasil
Selaput lendir mulut Dbn
Bibir Sianosis (-),pecah-pecah (-)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-), ulkus (-)
Gigi atas : karies (-)
Gigi
Gigi bawah : karies (-)
Kelenjar ludah Dbn, ptyalismus (-)

d) Faring

Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
Palatum mole Hiperemis (-), masa (-)

6
Palatum durum Hiperemis (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar
detritus (-)
Tonsil
Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar
detritus (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

e) Laringoskopi indirect
Hasil

Pangkal lidah Dbn


Epiglottis Dbn
Sinus piriformis Dbn
Aritenoid Dbn
Sulcus aritenoid Dbn
Corda vocalis Dbn
Massa Dbn

f) Kelenjar Getah Bening Leher

Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn
Regio II Dbn Dbn
Regio III Dbn Dbn
Regio IV Dbn Dbn
Regio V Dbn Dbn
Regio VI Dbn Dbn
area Parotis Dbn Dbn
Area postauricula Dbn Dbn

7
Area occipital Dbn Dbn
Area supraclavicula Dbn Dbn

g) Pemeriksaan Nervi Craniales

Kanan Kiri
Nervus I Dbn Dbn
Nervus II Dbn Dbn
Nervus III, IV, VI Dbn Dbn
Nervus VII Dbn Dbn
Nervus IX Dbn
Regio XII Dbn

IV. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI

Tes Pendengaran Kanan Kiri


Batas atas batas
Mendengar pada semua frekuensi
bawah
Tes berbisik Tidak dilakukan
Tes rinne + +
Lateralisasi ke telinga
Tes weber
yang sakit (kanan)
Tes schwabach Sama dg pemeriksa/N Sama dg pemeriksa/N

 Kesimpulan : Tuli konduktif pada telinga yang sakit (kanan) dan fungsi
pendengaran telinga kiri dalam batas normal.
V. DIAGNOSIS
Otomikosis Aurikula Dekstra
VI. DIAGNOSIS BANDING
Otitis Eksterna Difus
VII. PENATALAKSANAAN
- Non medikamentosa
Bersihkan liang telinga dengan larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang
diteteskan kedalam liang telinga

8
- Medikamentosa
Obat anti jamur topikal : yang mengandung Nystatin, ketokonazole

 KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)


1. Menjaga kebersihan tubuh, terutama telinga
2. Menjaga agar lubang telinga tetap kering dan tidak kemasukan air
3. Tidak mengkorek-korek telinga

VIII. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia et bonam
Quo adfungsionam : dubia et bonam

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Telinga

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah (kavum timpani), dan
telinga dalam (labyrinth). Telinga dalam berisi organ perdengaran dan
keseimbangan.4

Gambar 3.1 Anatomi Telinga Luar, Tengah, dan Dalam

TELINGA LUAR

Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus acusticus externus.

Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan


getaran udara. Auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang
ditutupi kulit. Auricula mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik, keduanya disarafi
oleh N. facialis. 4

Meatus acusticus externus adalah tabung berkelok yang menghubungkan


auricula dengan membrana tympani. Tabung ini berfungsi menghantarkan
gelombang suara dari auricula ke membrana tympani. Pada orang dewasa
panjangnya lebih kurang 1 inci (2,5cm), dan dapat diluruskan untuk memasukkan

10
otoskop dengan cara menarik auricula ke atas dan belakang. Pada anak-anak kecil,
auricula ditarik lurus ke belakang, atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus
yang paling sempit adalah kira-kira 5 mm dari membrana tympani.

Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah cartilago elastis, dan dua
pertiga bagian dalam adalah tulang, yang dibentuk oleh timpani. Meatus dilapisi
oleh kulit, dan sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebacea,
dan glandula ceruminosa. Glandula ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang
menghasilkan sekret lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini
merupakan barier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda asing. 4

EAC dilapisi oleh epitel kubus bertingkat. Kulit yang melapisi kanal tulang
lebih tipis dibandingkan kanal kartilago, ketebalan sekitar 0,1 hingga 0,2 mm dan
merupakan lanjutan dari kulit yang melapisi bagian permukaan lateral membran
timpani dan aurikula. Sebagai hasilnya, tidak terdapat glandula atau folikel rambut
pada kanal tulang.5

Gambar 3.2 Perbedaan Tebal Kulit Antara Kanal Kartilago dan Tulang, Diikuti
dengan Perbedaan Struktur

11
Gambar 3.3 Ilustrasi Menunjukkan Kanalis Telinga, Lapisan Tersebut Memisahkan
Antara Kulit dengan Tulang dan Struktur Kartilago. Pada Kanal Tulang Ada Periosteum
dan pada Kanal Kartilago Perikondrium yang Memisahkan.

Gambar 3.4 Komposisi Umum Kulit Gambar 3.5 Lapisan Kulit pada Kanal
Kartilago

Telinga mendapatkan suplai darah dari arteri aurikula posterior (lanjutan


dari arteri karotid eksterna) dan cabang kecil aurikuler dari arteri temporalis
superfisial. Dari arteri temporal superfisial, cabang aurikuler didistribusikan ke
lobus, nagian anterior aurikula dan meatus auditorius eksterna. Meatus sebagian
disuplai oleh pembuluh darah yang sama dengan aurikula tetapi bagian lebih
dalam, termasuk permukaan luar dari membran timpani, disuplai oleh arteri
aurikuler dalam, cabang pertama (mandibula) dari arteri maksilaris eksternus.
Sementara vena mengikuti nama dan perjalanan arteri sampai mereka
meninggalkan regio telinga. 5

12
Gambar 3.6 Ilustrasi Suplai Darah yang Didapatkan Telinga dari Cabang Arteri
Karotid Eksterna

Gambar 3.7 Ilustrasi Inervasi Saraf Telinga

Inervasi sensoris dari aurikula dan kanalis telinga disuplai oleh cabang
nervus kranialis V dan X, dan dari pleksus servikalis, tetapi juga menerima
cabang dari nervus kranialis VII dan IX.Saraf sensorik yang melapisi kulit
pelapis meatus berasal dari n. auticulotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.

Aliran limfe menuju nodi paridei superficiales, mastoidei, dan cervicales


superficiales. 4

13
TELINGA TENGAH (CAVUM TYMPANI)

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dlaam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi oleh membrana mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang
pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrana timpani (gendang
telinga) ke perilympha telinga dalam. Cavum tympani (gendang telinga)
berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang
sejajar dengan bidang membran tympani. Di depan, ruang ini berhubungan
dengan nasopharynx melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum
mastoideum. 4

Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding


posterior, dinding lateral, dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng tipis
tulang, yang disebut tegmen tympani, yang merupakan bagian dari pars petrosa
ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan cavum tympani dari meningens dan
lobus temporalis otak di dalam fossa cranii media. Lantai dibentuk di bawah oleh
lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan mungkin sebagian diganti
oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan cavum tympani dari bulbus
superior V. jugularis interna. 4

Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan cavum tympani dari a. carotis interna. Pada bagian atas dinding
anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan
terletak lebih bawah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih
kecil masuk ke dalam saluran untuk m. tensor tympani. Septum tulang tipis, yang
memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding medial,
yang akan membentuk tonjolan mirip selat. 4

Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak
beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang
berbentuk kerucut, sempit, kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar
tendo m.stapedius.

14
Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membrana tympanica.
Membrana tympani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu
mutiara. Membrana ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral.
Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil,
yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena
cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan “kerucut cahaya”, yang
memancar ke anterior dan inferior dari umbo. 4

Membrana tympani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm.


pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus
tympanicus, di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini
berjalan dua plica, yaitu plica mallearis anterior dan posterior, yang menuju ke
processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membrana tympani yang
dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian lainnya
tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada
permukaan dalam membrana tympani oleh membrana mucosa. Membrana
tympani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh n.
auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus. 4

Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian


terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium,
yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang ada di bawahnya. Di atas
dan belakang promontorium terdapat fenestra vestibuli, yang berbentuk lonjong
dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat perilympha
scala vestibuli telinga dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat
fenestra cochlea, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membrana tympani
secundaria. Pada sisi medial dari fenestra ini terdapat perilympha ujung buntu
scala timpani. 4

Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas


promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia canalis

15
nervi faciali. Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkungke
bawah di belakang pyramis. 4

TELINGA DALAM (LABIRINTH)

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, meghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan


membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa
berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan
dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ corti.
4

16
3.2 Fisiologi Pendengaran

Sampai tingkat tertentu pinna adalah suatu “pengumpul” suara, sementara


liang telinga karena bentuk dan dimensinya, dapat sangat memperbesar suara
dalam rentang 2 sampai 4 kHz; perbesaran pada frekuensi ini adalah sampai 10
hingga 15 dB. Maka suara dalam rentang frekuensi ini adalah yang paling
berbahaya jika ditinjau dari sudut trauma akustik.6

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalu udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah di amplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa
pada skala vestibuli bergerak. 6

Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong


endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris
dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.1

3.3 Otomikosis
3.3.1 Definisi
Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan
kronik padaepitel skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan filamen
jamur. Komplikasinya dapat mencapai ke telinga tengah dan kavitas terbuka

17
mastoid. Meskipun jamur merupakan patogen primer, hal ini bisa juga dampak
dari infeksi kronis dari kanalis eksternus atau telinga tengah.7

3.3.2 Epidemiologi
Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada
daerah dengan cuaca yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan olah
raga air. 1 dari 8 kasus infesi telinga luar disebabkan oleh jamur. 90 % infeksi
jamur ini disebabkan oleh Aspergillus spp, dan selebihnya adalah Candida spp.
Angka prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari seluruh pasien yang
mengalami gejala dan tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering dijumpai
pada daerah dengan cuaca panas, dan banyak literatur menyebutkan otomikosis
berasal dari negara tropis dan subtropis. Di United Kingdom ( UK ), diagnosis
otitis eksterna yang disebabkan oleh jamur ini sering ditegakkan pada saat
berakhirnya musim panas.8,9
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei tahun 2006, Otomikosis
dijumpai lebih banyak pada wanita (terutama ibu rumah tangga) daripada pria.
Otomikosis biasanya terjadi pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada
penelitian tersebut, dijumpai otomikosis sering pada remaja laki-laki, yang juga
sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya.10
Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hueso,dkk, dari 102
kasus ditemukan 55,8 %nya merupakan lelaki, sedangkan 44,2% nya merupakan
wanita.9

3.3.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi terjadinya otomikosis, meliputi ketiadaan serumen,
kelembaban yang tinggi, peningkatan temperature, dan trauma lokal, yang
biasanya sering disebabkan oleh kapas telinga ( cotton buds ) dan alat bantu
dengar. Serumen sendiri memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang berfungsi
menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Olah raga air misalnya berenang dan
berselancar sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh karena paparan ulang
dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan keringnya kanalis

18
auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif pada
telinga. Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis
allergika, dan asthma.1,2
Jenis jamur yang paling sering adalah Pityrosporum dan Aspergillus (A.
niger, A. flavus, A. funigatus, A. terreus), Candida albikans, danC. parapsilosis
(yeast-like fungi) juga sering. Kadang-kadang juga ditemukan Phycomycetes,
Rhizopus, Actinomyces, dan Penicillium.1,2

3.3.4 Patofisiologi

Serumen memiliki bahan antimikotik, bakteriostatik, dan perangkap


serangga. Serumen terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas, dan ion
mineral yang juga mengandung lisozim, imunoglobulin dan asam lemak. Asam
lemak rantai panjang terdapat pada kulit yang tidak rusak dapat mencegah
pertumbuhan bakteri. Karena ia memiliki komposisi hidrofobik, serumen
memiliki kemampuan menghambat air, membuat permukaan kanal tidak
permeabel dan mencegah maserasi dan kerusakan epitel.10

Pada hasil penelitian didapatkan C. Albicans dan C. parapsilosis dan jamur


mycelia yang lainnya adalah bagian dari flora normal dari EAC dan terkadang
bergeser ke status patogen dibawah pengaruh beberapa faktor.

Mikroorganime normal ditemukan pada EAC seperti Staphylococcus


epidermis, Corrynebacterium sp, Bacillus sp, Gram-positive cocci
(Staphylococcus aureus, Streptococcus sp, non-patogen micrococci), Gram
negative bacilli (Pseudomonas aeruginosa, Escheria coli, Haemophilus influenza,
Moraxella catharalis, dll) dan jamur mycelia dari genus Aspergillus dan Candida
sp. Mikroorganisme komensal ini tidak patogen hingga keseimbangan antara
bakteri dan jamur terjaga. 8,9

Beberapa faktor yang menyebabkan transformasi jamur saprofit menjadi


patogen antara lain:

19
 Faktor lingkungan (panas, kelembaban) biasa didapatkan pasien pada saat
musim panas dan gugur.
 Perubahan pada epitel yang menutupi (penyakit dermatologi, mikro trauma)
 Peningkatan PH pada EAC (mandi atau berenang).
 Faktor sistemik (perubahan imunitas, penyakit yang melemahkan,
kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia).
 Riwayat otitis bakterialis, otitis media supuratif kronis (OMSK) dan post
bedah mastoid. Kontaminasi bakteri dari kulit EAC awalnya terjadi pada
OMSK atau otitis media eksternus. Kerusakan pada permukaan epitel adalah
media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kerusakan epitel juga
menyebabkan penurunan sekresi apokrin dan glandula serumen dimana
mengubah lingkunga EAC menjadi cocok untuk pertumbuhan
mikroorganisme (pH normal 3-4).
 Dermatomikosis dapat menjadi faktor resiko untuk rekurensi karena
autoinokulasi menjadi mungkin di antara bagian-bagian dari tubuh.
Jamur mengakibatkan inflamasi, eksfoliasi epitel superfisial, massa debris
yang mengandung hifa, supurasi, dan nyeri. Karakteristik yang paling banyak
ditemukan pada pemeriksaan telinga adalah munculnya debris tebal berwarna
putih keabu-abuan yang sering dikenal sebagai “wet blotting paper”.8,9

3.3.5 Gejala Klinis


Gejala dari otitis eksterna bakteri dan otomikosis sering sulit dibedakan.
Bagaimanapun gatal merupakan karakteristik paling sering dari infeksi mikosis
dan juga tidak nyaman di telinga, otalgia (nyeri telinga), rasa penuh di liang
telinga, ottorhoea, hilangnya pendengaran, tinnitus, keluarnya cairan tetapi sering
juga tanpa keluhan. 3,4

Pytirosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyebabkan


terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan perdisposisi otitis
eksterna bakterialis maupun furunkel. Demikian pula dengan jamur Aspergillus.
Jamur ini terkadang didapatkan di liang telinga tanpa adanya gejala apapun
kecuali rasa tersumbat dalam telinga, atau dapat berupa peradangan yang

20
menyerang epitel kanalis atau gendang telinga dan menimbulkan gejala-gejala
akut. Kadang-kadang didapatkan pula Candida albicans. 1,2

Pada otoskopi sering ditemukan mycelia yang dapat menegakkan diagnosis.


EAC menjadi eritem dan debris jamur tampak putih, abu-abu, atau hitam. Pasien
biasanya tidak ada perbaikan signifikan dengan pengobatan antibiotik. Diagnosis
dapat dikonfirmasi dengan preparasi KOH atau positifnya kultur jamur.2,4

Gambar 3.8 Gambaran otoskopi dari telinga yang terkena otomikosis

3.3.6 Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada :
a. Anamnesis.
Adanya keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya secret yang keluar dari
telinga. Yang paling penting adalah kecenderungan beraktifitas yang berhubungan
dengan air, misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya.1,2
b. Pemeriksaan Fisik
Gatal atau sakit di liang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan
dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar. Didapati adanya
akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana
putih dan panjang dari permukaan kulit.1,2
c. Pemeriksaan Laboratorium
 Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit liang telinga diperiksa
dengan KOH 10 % akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan kadang-
kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.2,4

21
 Pembiakan : Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan
dieramkan pada suhu kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu
berupa koloni filament berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-
hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora
berjejer melekat pada permukaannya.2,4

3.3.7 Diagnosis Banding


Otomikosis dapat didiagnosa banding dengan otitis eksterna yang
disebabkan oleh bakteri, serumen prop, kemudian dengan dermatitis pada liang
telinga yang sering memberikan gejala – gejala yang sama.1,2

3.3.8 Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering ,
jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan
barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-
kotoran telinga harus sering dibersihkan.2,3
Pengobatan yang dapat diberikan seperti :
a. Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang
telinga biasanya dapat menyembuhkan.1,4 Tetes telinga siap beli seperti
VoSol ( asam asetat nonakueus 2 % ), Cresylate ( m-kresil asetat ) dan
Otic Domeboro ( asam asetat 2 % ) bermanfaat bagi banyak kasus.10
b. Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik,
seperti preparat yang mengandung nystatin, ketokonazole, klotrimazole,
dan anti jamur yang diberikan secara sistemik.2,3
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak
secara komplit mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas
tidak menunjukkan keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali.
Hal ini menjadi penting untuk diingat bahwa, selain memberikan anti jamur
topikal, juga harus dipahami fisiologi dari kanalis auditorius eksternus itu sendiri,
yakni dengan tidak melakukan manuver-manuver pada daerah tersebut,
mengurangi paparan dengan air agar tidak menambah kelembaban, mendapatkan

22
terapi yang adekuat, juga menghindari situasi apapun yang dapat merubah
homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik, maka akan
membawa kepada resolusi komplit dari penyakit ini.2,3

3.3.9 Komplikasi
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari
membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi,
dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran
timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani
sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya
perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-16
% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi
terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan
konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun
merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit sekitarnya.11

3.3.10 Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat
terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi
(penyembuhan) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko
kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya
tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius eksternus
masih terganggu.11

23
BAB IV
ANALISA KASUS

Pada kasus ini pasien atas nama Tn. P usia 24 tahun diagnosa ditunjang oleh
hasil anamnesis serta pemeriksaan fisik. Berdsarkan anamesis diketahui bahwa
pasien datang dengan keluhan nyeri telinga kanan sejak 1 bulan yang lalu, nyeri
disertai dengan penurunan pendengaran, rasa berdengung, rasa gatal dan rasa
penuh yang sangat mengganggu. Pasien mengaku sering mengorek telinganya dan
sering kemasukan air.
Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, liang telinga dua pertiga dalam
didapatkan filamen berwarna putih dan krusta yang berwarna agak kekuningan
pada liang telinga, sehingga membran timpani sulit dinilai. Mukosa disekitar juga
nampak hiperemis dan dilihat debris jamur di MAE. Dari anamnesis dan hasil
pemeriksaan fisik maka pasien ini didiagnosa otomikosis auricula dekstra
Penatalaksanaan pada kasus diatas ditujukan untuk menjaga agar liang
telinga tetap kering , jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek
telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau
kapas. Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan dan beri obat anti jamur
topikal yang spesifik yang mengandung nystatin atau ketokonazole.
Prognosis untuk pasien ini adalah baik apabila diobati dengan pengobatan
yang adekuat.

24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

1. Telah dilaporkan pasien Tn. P, 24 tahun dengan diagnosa Otomikosis


Auricula Dekstra
2. Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur, atau infeksi
jamur, yang superficial pada kanalis auditorius eksternus.
3. Faktor etiologi dan predisposisi penyebab kelembaban yang tinggi,
peningkatan temperature,Infeksi disebabkan oleh beberapa spesies dari
jamur yang bersifat saprofit, terutama Pityrosporum dan Aspergillus
niger.
4. Keluhan utama nyeri, gatal-gatal, tinnitus, dan rasa penuh pada telinga.
5. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.
6. Penatalaksanaan dapat berupa ditujukan untuk menjaga agar liang telinga
tetap kering , jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek
telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan
telinga, atau kapas. Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan dan
beri obat anti jamur topikal yang speaifik yang mengandung nystatin,
ketokonazole.

5. 2 Saran

1. Menjaga kebersihan tubuh, terutama telinga


2. Menjaga agar lubang telinga tetap kering dan tidak kemasukan air
3. Tidak mengkorek-korek telinga

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah.


Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, dll. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI. 2012. P 66-8
2. Guiterrez P.H, Alvavez S.J. Sanudo E C G, Sanchez C R., Valdezate I, A V
Garcia L M G. Presumed diagnosis –Otomycosis: A Sutdy of 415 patients. Acta
Otorhinolaryngol Esp 2005; 56:181-86.
3. Munguia R, Daniel Sj. Ototpical antifungals and Otomycosis: A review. Int J Ped
Otorhinolaryngol 2008; 72:453-9
4. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri,dkk. (2001). Otomikosis.Kapita
Selekta Kedokteran ,Jakarta: Media Aesculapius
5. Snell RS.Anatomi Telinga. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi
6. Jakarta: ECG. 2006. P 782-5
6. Miyamoto, R., and Miyamoto, R. C. (1995). Pathology of the ear canal, Chapter 5
in The Human Ear Canal, Ballachanda, P (Ed.), Singular Pub. Co., San Diego, pp
53-82
7. Guitterez PH, Alvarez Sj, Sanudo et al. Presumed diagnosis: Otomycosis. A study
451 patients. Acta Otorinolaringol Esp 205; 56: 181-6
8. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid.
Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOEIS buku ajar penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: ECG. 2012. P. 88-118
9. P Hueso Gutirrez, S Jimenez Alvarez, E Gil-carcedo Sanudo, et al. resumed
diagnosis : Otomycosis. A study of 451 patients. Acta Otorinolaringol. 2005. Esp,
56, 181-186.
10. Ali Zarei Mahmoudabadi. Mycological Studies in 15 Cases of Otomycosis.
Pakistan Journal of Medical Sciences. 2006. 22 (4 ),486-488
11. George L Adams, Lawrence R Boies, Peter A Higler. Buku Ajar Penyakit THT.
Jakarta;EGC. 1997. Hal.85.

26

Anda mungkin juga menyukai