PENDAHULUAN
Infeksi pada telinga bagian luar atau yang sering disebut sebagai otitis
eksterna memiliki beberapa penyebab seperti bakteri dan juga jamur. Dua
penyebab ini terkadang sulit dibedakan karena memiliki keluhan yang hampir
sama dan tidak spesifik. Hal ini menyebabkan pengobatan dari infeksi itu sendiri
sering tidak tepat sasaran.1
Otomikosis atau otitis eksterna fungi sering disalah diagnosis sebagai otitis
eksterna bakteri. Padahal pengobatan dari OE oleh bakteri adalah antibiotik yang
justru tidak boleh diberikan pada infeksi oleh jamur karena dapat menyebabkan
bertambah banyaknya jamur penyebab infeksi.
I. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Tn. Piki Deprian
- Umur : 24 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Mendalo Mas, Jambi
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Guru
- Pendidikan : S1
- Pendidikan ORTU : SMA
- Register :
II. ANAMNESIS
Tanggal : 2 Juni 2016
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri telinga kanan sejak ± 1 bulan yang lalu.
2
Tabel.1 Anamnesis Pasien
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : +/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek : -/- Buntu: -/- Sakit Menelan : - Afonia : -
Nyeri :+/- Bersin Trismus :- Sesak napas : -
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat ke Poli THT RSUD Raden Mattaher 3 minggu yang
lalu dengan keluhan yang sama. Diberi obat. Setelah obat habis keluhan
kembali muncul.
3
Nadi : 80x/menit
TD : 110/80 mmHg
Anemia :-
Sianosis :-
Stridor inspirasi :-
Retraksi suprasternal :-
Retraksi interkostal :-
Retraksi epigastrial :-
a) Telinga
4
kehitaman menyerupai
ketombe
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis sulit dinilai -
Retraksi sulit dinilai -
Bulging sulit dinilai -
Atropi sulit dinilai -
Perforasi sulit dinilai -
Sekret sulit dinilai -
Refleks Cahaya sulit dinilai Dbn
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
b) Hidung
5
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
c) Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut Dbn
Bibir Sianosis (-),pecah-pecah (-)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-), ulkus (-)
Gigi atas : karies (-)
Gigi
Gigi bawah : karies (-)
Kelenjar ludah Dbn, ptyalismus (-)
d) Faring
Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
Palatum mole Hiperemis (-), masa (-)
6
Palatum durum Hiperemis (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar
detritus (-)
Tonsil
Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar
detritus (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)
e) Laringoskopi indirect
Hasil
Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn
Regio II Dbn Dbn
Regio III Dbn Dbn
Regio IV Dbn Dbn
Regio V Dbn Dbn
Regio VI Dbn Dbn
area Parotis Dbn Dbn
Area postauricula Dbn Dbn
7
Area occipital Dbn Dbn
Area supraclavicula Dbn Dbn
Kanan Kiri
Nervus I Dbn Dbn
Nervus II Dbn Dbn
Nervus III, IV, VI Dbn Dbn
Nervus VII Dbn Dbn
Nervus IX Dbn
Regio XII Dbn
Kesimpulan : Tuli konduktif pada telinga yang sakit (kanan) dan fungsi
pendengaran telinga kiri dalam batas normal.
V. DIAGNOSIS
Otomikosis Aurikula Dekstra
VI. DIAGNOSIS BANDING
Otitis Eksterna Difus
VII. PENATALAKSANAAN
- Non medikamentosa
Bersihkan liang telinga dengan larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang
diteteskan kedalam liang telinga
8
- Medikamentosa
Obat anti jamur topikal : yang mengandung Nystatin, ketokonazole
VIII. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia et bonam
Quo adfungsionam : dubia et bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Telinga
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah (kavum timpani), dan
telinga dalam (labyrinth). Telinga dalam berisi organ perdengaran dan
keseimbangan.4
TELINGA LUAR
10
otoskop dengan cara menarik auricula ke atas dan belakang. Pada anak-anak kecil,
auricula ditarik lurus ke belakang, atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus
yang paling sempit adalah kira-kira 5 mm dari membrana tympani.
Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah cartilago elastis, dan dua
pertiga bagian dalam adalah tulang, yang dibentuk oleh timpani. Meatus dilapisi
oleh kulit, dan sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebacea,
dan glandula ceruminosa. Glandula ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang
menghasilkan sekret lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini
merupakan barier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda asing. 4
EAC dilapisi oleh epitel kubus bertingkat. Kulit yang melapisi kanal tulang
lebih tipis dibandingkan kanal kartilago, ketebalan sekitar 0,1 hingga 0,2 mm dan
merupakan lanjutan dari kulit yang melapisi bagian permukaan lateral membran
timpani dan aurikula. Sebagai hasilnya, tidak terdapat glandula atau folikel rambut
pada kanal tulang.5
Gambar 3.2 Perbedaan Tebal Kulit Antara Kanal Kartilago dan Tulang, Diikuti
dengan Perbedaan Struktur
11
Gambar 3.3 Ilustrasi Menunjukkan Kanalis Telinga, Lapisan Tersebut Memisahkan
Antara Kulit dengan Tulang dan Struktur Kartilago. Pada Kanal Tulang Ada Periosteum
dan pada Kanal Kartilago Perikondrium yang Memisahkan.
Gambar 3.4 Komposisi Umum Kulit Gambar 3.5 Lapisan Kulit pada Kanal
Kartilago
12
Gambar 3.6 Ilustrasi Suplai Darah yang Didapatkan Telinga dari Cabang Arteri
Karotid Eksterna
Inervasi sensoris dari aurikula dan kanalis telinga disuplai oleh cabang
nervus kranialis V dan X, dan dari pleksus servikalis, tetapi juga menerima
cabang dari nervus kranialis VII dan IX.Saraf sensorik yang melapisi kulit
pelapis meatus berasal dari n. auticulotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.
13
TELINGA TENGAH (CAVUM TYMPANI)
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dlaam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi oleh membrana mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang
pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrana timpani (gendang
telinga) ke perilympha telinga dalam. Cavum tympani (gendang telinga)
berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang
sejajar dengan bidang membran tympani. Di depan, ruang ini berhubungan
dengan nasopharynx melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum
mastoideum. 4
Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan cavum tympani dari a. carotis interna. Pada bagian atas dinding
anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan
terletak lebih bawah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih
kecil masuk ke dalam saluran untuk m. tensor tympani. Septum tulang tipis, yang
memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding medial,
yang akan membentuk tonjolan mirip selat. 4
Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak
beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang
berbentuk kerucut, sempit, kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar
tendo m.stapedius.
14
Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membrana tympanica.
Membrana tympani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu
mutiara. Membrana ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral.
Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil,
yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena
cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan “kerucut cahaya”, yang
memancar ke anterior dan inferior dari umbo. 4
15
nervi faciali. Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkungke
bawah di belakang pyramis. 4
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, meghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ corti.
4
16
3.2 Fisiologi Pendengaran
3.3 Otomikosis
3.3.1 Definisi
Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan
kronik padaepitel skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan filamen
jamur. Komplikasinya dapat mencapai ke telinga tengah dan kavitas terbuka
17
mastoid. Meskipun jamur merupakan patogen primer, hal ini bisa juga dampak
dari infeksi kronis dari kanalis eksternus atau telinga tengah.7
3.3.2 Epidemiologi
Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada
daerah dengan cuaca yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan olah
raga air. 1 dari 8 kasus infesi telinga luar disebabkan oleh jamur. 90 % infeksi
jamur ini disebabkan oleh Aspergillus spp, dan selebihnya adalah Candida spp.
Angka prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari seluruh pasien yang
mengalami gejala dan tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering dijumpai
pada daerah dengan cuaca panas, dan banyak literatur menyebutkan otomikosis
berasal dari negara tropis dan subtropis. Di United Kingdom ( UK ), diagnosis
otitis eksterna yang disebabkan oleh jamur ini sering ditegakkan pada saat
berakhirnya musim panas.8,9
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei tahun 2006, Otomikosis
dijumpai lebih banyak pada wanita (terutama ibu rumah tangga) daripada pria.
Otomikosis biasanya terjadi pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada
penelitian tersebut, dijumpai otomikosis sering pada remaja laki-laki, yang juga
sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya.10
Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hueso,dkk, dari 102
kasus ditemukan 55,8 %nya merupakan lelaki, sedangkan 44,2% nya merupakan
wanita.9
18
auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif pada
telinga. Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis
allergika, dan asthma.1,2
Jenis jamur yang paling sering adalah Pityrosporum dan Aspergillus (A.
niger, A. flavus, A. funigatus, A. terreus), Candida albikans, danC. parapsilosis
(yeast-like fungi) juga sering. Kadang-kadang juga ditemukan Phycomycetes,
Rhizopus, Actinomyces, dan Penicillium.1,2
3.3.4 Patofisiologi
19
Faktor lingkungan (panas, kelembaban) biasa didapatkan pasien pada saat
musim panas dan gugur.
Perubahan pada epitel yang menutupi (penyakit dermatologi, mikro trauma)
Peningkatan PH pada EAC (mandi atau berenang).
Faktor sistemik (perubahan imunitas, penyakit yang melemahkan,
kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia).
Riwayat otitis bakterialis, otitis media supuratif kronis (OMSK) dan post
bedah mastoid. Kontaminasi bakteri dari kulit EAC awalnya terjadi pada
OMSK atau otitis media eksternus. Kerusakan pada permukaan epitel adalah
media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kerusakan epitel juga
menyebabkan penurunan sekresi apokrin dan glandula serumen dimana
mengubah lingkunga EAC menjadi cocok untuk pertumbuhan
mikroorganisme (pH normal 3-4).
Dermatomikosis dapat menjadi faktor resiko untuk rekurensi karena
autoinokulasi menjadi mungkin di antara bagian-bagian dari tubuh.
Jamur mengakibatkan inflamasi, eksfoliasi epitel superfisial, massa debris
yang mengandung hifa, supurasi, dan nyeri. Karakteristik yang paling banyak
ditemukan pada pemeriksaan telinga adalah munculnya debris tebal berwarna
putih keabu-abuan yang sering dikenal sebagai “wet blotting paper”.8,9
20
menyerang epitel kanalis atau gendang telinga dan menimbulkan gejala-gejala
akut. Kadang-kadang didapatkan pula Candida albicans. 1,2
3.3.6 Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada :
a. Anamnesis.
Adanya keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya secret yang keluar dari
telinga. Yang paling penting adalah kecenderungan beraktifitas yang berhubungan
dengan air, misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya.1,2
b. Pemeriksaan Fisik
Gatal atau sakit di liang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan
dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar. Didapati adanya
akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana
putih dan panjang dari permukaan kulit.1,2
c. Pemeriksaan Laboratorium
Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit liang telinga diperiksa
dengan KOH 10 % akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan kadang-
kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.2,4
21
Pembiakan : Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan
dieramkan pada suhu kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu
berupa koloni filament berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-
hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora
berjejer melekat pada permukaannya.2,4
3.3.8 Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering ,
jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan
barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-
kotoran telinga harus sering dibersihkan.2,3
Pengobatan yang dapat diberikan seperti :
a. Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang
telinga biasanya dapat menyembuhkan.1,4 Tetes telinga siap beli seperti
VoSol ( asam asetat nonakueus 2 % ), Cresylate ( m-kresil asetat ) dan
Otic Domeboro ( asam asetat 2 % ) bermanfaat bagi banyak kasus.10
b. Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik,
seperti preparat yang mengandung nystatin, ketokonazole, klotrimazole,
dan anti jamur yang diberikan secara sistemik.2,3
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak
secara komplit mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas
tidak menunjukkan keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali.
Hal ini menjadi penting untuk diingat bahwa, selain memberikan anti jamur
topikal, juga harus dipahami fisiologi dari kanalis auditorius eksternus itu sendiri,
yakni dengan tidak melakukan manuver-manuver pada daerah tersebut,
mengurangi paparan dengan air agar tidak menambah kelembaban, mendapatkan
22
terapi yang adekuat, juga menghindari situasi apapun yang dapat merubah
homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik, maka akan
membawa kepada resolusi komplit dari penyakit ini.2,3
3.3.9 Komplikasi
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari
membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi,
dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran
timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani
sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya
perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-16
% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi
terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan
konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun
merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit sekitarnya.11
3.3.10 Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat
terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi
(penyembuhan) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko
kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya
tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius eksternus
masih terganggu.11
23
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini pasien atas nama Tn. P usia 24 tahun diagnosa ditunjang oleh
hasil anamnesis serta pemeriksaan fisik. Berdsarkan anamesis diketahui bahwa
pasien datang dengan keluhan nyeri telinga kanan sejak 1 bulan yang lalu, nyeri
disertai dengan penurunan pendengaran, rasa berdengung, rasa gatal dan rasa
penuh yang sangat mengganggu. Pasien mengaku sering mengorek telinganya dan
sering kemasukan air.
Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, liang telinga dua pertiga dalam
didapatkan filamen berwarna putih dan krusta yang berwarna agak kekuningan
pada liang telinga, sehingga membran timpani sulit dinilai. Mukosa disekitar juga
nampak hiperemis dan dilihat debris jamur di MAE. Dari anamnesis dan hasil
pemeriksaan fisik maka pasien ini didiagnosa otomikosis auricula dekstra
Penatalaksanaan pada kasus diatas ditujukan untuk menjaga agar liang
telinga tetap kering , jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek
telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau
kapas. Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan dan beri obat anti jamur
topikal yang spesifik yang mengandung nystatin atau ketokonazole.
Prognosis untuk pasien ini adalah baik apabila diobati dengan pengobatan
yang adekuat.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
5. 2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26