Anda di halaman 1dari 29

CASE REPORT SESSION

(CRS)
RINITIS VASOMOTOR
Dosen Pembimbing: dr. Lusiana H. Yammin, Sp. THT-KL

Disusun oleh:
Neneng Nurlita G1A217071
PENDAHULUAN

Rinitis vasomotor adalah suatu keadaan ideopatik


yang didiagnosis tanpa adanyan infeksi, alergi,
eosinofila, perubahan hormonal dan pajanan obat.
LAPORAN KASUS

Identitas pasien
• Nama : Tn. N
• Umur : 36 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat :Kota jambi
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Swasta
• Pendidikan : SMA
Keluhan utama
Os datang ke Rumah Sakit Umum Raden Mattaher
dengan keluhan hidung tersumbat sejak 3 bulan yang
lalu.

Riwayat perjalanan penyakit


Os datang di Poli THT RSUD Raden Mattaher Jambi
dengan keluhan hidung tersumbat keluhan dirasakan
sejak ± 3 bulan yang lalu. Saat musim dingin keluhan
memberat atau kambuh, dirasakan gatal pada hidung,
saat pagi hari dan sebelum tidur keluhan memburuk,
keluhan disertai bersin. Bersin dirasakan saat ada
debu. Os mengtatakan ada kotoran hijau kekuningan
dari hidung.
Riwayat pengobatan dan penyakit dahulu
 Ini pertama kalinya os membawa keluhan ke dokter,
sebelumnya os mengobati sendiri keluhan dengan
membeli obat di apotek dengan merek “NOZA”.
Alergi obat (-), darah tinggi (-), DM (-)

Riwayat Penyakit keluarga


Os mengatakan riwayat penyakit kedua orang tuanya
tidak tahu karena sudah meninggal, dan keluarga yang
lain os mengatakan semoga tidak ada.
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING

Gatal : -/- Rinore : +/+ Sukar Menelan : - Suara parau : -

Dikorek :-/- Buntu : +/+ Sakit Menelan : - Afonia : -

Nyeri :-/- Bersin: + Trismus :- Sesak napas : -

Bengkak :-/- Dingin/Lembab : + Ptyalismus : - Rasa sakit : -

Otore :-/- Debu Rumah : + Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal: -

Tuli :-/- Berbau : -/- Rasa Berlendir : -

Tinitus :-/- Mimisan : -/- Rasa Kering : -

Vertigo :- Nyeri Hidung : -/-

Mual :- Suara sengau : +

Muntah : -
Pemeriksaan fisik
• Kesadaran : compos mentis
• Pernapasan : 20x/i
• Suhu : 36,7 °C
• Nadi : 80 x/i
• TD : 110/80 mmHg
• Anemia : -/-
• Sianosis : -/-
• Stridor inspirasi : -/-
• Retraksi suprasternal : -
• Retraksi interkostal : -/-
• Retraksi epigastrial : -/-
Daun Telinga Kanan Kiri

Anotia/mikrotia/makrotia - -

Keloid - -

Perikondritis - -

Kista - -

Fistel - -

Ott hematoma - -

Nyeri tekan tragus - -

Nyeri tarik daun telinga - -


Liang Telinga Kanan Kiri

Atresia - -

Serumen prop - -

Epidermis prop - -

Korpus alineum - -

Jaringan granulasi - -

Exositosis - -

Osteoma - -

Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - +
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -
Refleks Cahaya - -
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Sekret (-), Hiperemis (+), bisul(-), Sekret (-), Hiperemis (+), bisul(-
Vestibulum nasi
krusta(-) ), krusta(-)
Sekret (+), hiperemis (-), Edema Sekret (-), hiperemis (+), Edema
Kavum nasi
mukosa (-) mukosa (+)
Selaput lendir Pucat Pucat
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)

Lantai + dasar hidung DBN DBN

Hipertrofi ( -), merah (+) udema


Konka inferior Hipertrofi (-), udema (-), Pucat (+)
(+)

Meatus nasi inferior DBN DBN

Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri

Kavum nasi

Selaput lendir
Koana
Septum nasi
Sulit dinilai
Konka superior

Adenoid
Massa tumor

Fossa rossenmuller

Transiluminasi Sinus Kanan Kiri

Tidak dilakukan
mulut Hasil

Selaput lendir mulut DBN

Sianosis (-) raghade (-), sudur bibir (N), gerakan


Bibir
bibir(N)

Lidah Atropi papil (-), tumor (-), Parese (-)

Gigi DBN

Kelenjar ludah DBN


Faring Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
Palatum mole hiperemis (-)
Palatum durum Hiperemis (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Dekstra : tonsil hipertropi T3, hiperemis(-),
permukaan tidak rata, kripta melebar (-),
detritus (-)
Mobilitas berkurang
Tonsil
Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan tidak rata, kripta melebar (-),
detritus (-)
Mobilitas berkurang

Plika posterior Hiperemis (-)


Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)
Laringoskopi indirect Hasil

Pangkal lidah

Epiglotis

Sinus piriformis

Aritenoid Sulit dinilai

Sulcus aritenoid

Corda vocalis

Massa
KGB Kanan Kiri
Regio I DBN DBN
Regio II DBN DBN
Regio III DBN DBN
Regio IV DBN DBN
Regio V DBN DBN
Regio VI DBN DBN
area Parotis DBN DBN

Area postauricula DBN DBN

Area occipital DBN DBN

Area supraclavicula DBN DBN


Tes Pendengaran Kanan Kiri

Tes rinne + +

Tes weber Tidak ada Lateralisasi

Tes schwabach Sama dg pemeriksa/N Sama dg pemeriksa/N


DIAGNOSIS

Rinitis Vasomotor
PENATALAKSANAAN

1. Menghindari penyebab/pencetus
2. Berikan dekongestan oral
3. kortikosteroid oral 100-200 pada hidung akibat
respon fase lambat yang tidak berhasil diatasi dengan
obat lain.
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
HIDUNG
Patofisiologi
Hipotesis
• Neurogenik (disfungsi saraf otonom)
• Neuropeptida
• Nitrik oksida
• Trauma
ANAMNESIS
• Hidung tersumbat bergantian kiri & kanan
• Rinore (mukoid/serosa)
• Memburuk di pagi hari
• Faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala ?

Berdasarkan gejala yang menonjol

Bersin (sneezers) Rinore (runners) Tersumbat (blockers)


Pemeriksaan Fisik
RHINOSKOPI ANTERIOR
 Edem mukosa hidung
Konka  merah gelap/merah tua/pucat
Permukaan konka llicin/berbenjol-
benjool
Rongga hidung  sekret mukoid
(sedikit)
Pada rinore sekret  >> serosa.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Lab
Tujuan  Untuk menyingkirkan
kemungkinan rinitis alergi
a. MDT : Hitung eosinofil  kadang
ditemukan pada sekret hidung tapi
sedikit
b. Pemeriksaan IgE spesifik  TIDAK
MENINGKAT
c. Tes cukit kulit  NEGATIF
Penatalaksanaan
• Bervariasi, tergantung faktor penyebab & gejala yang menonjol
1. Menghindari stimulus/faktor pencetus
2. Simptomatis
- dekongestan oral
- cuci hidung dengan garam fisiologis
- kauterisasi konka hipertrofi dengan larutan
AgNO3 25% / triklor-asetat pekat
- kortikosteroid topikal, 100-200 mcg ( dpt ditingkatkan
sampai 400mcg/hr
- kortikosteroid topikal dalam lar. Aqua ( satu kali sehari
dosis 200 mcg)
- rinore berat  antikolinergik topikal (ipatropium
bromida)
- terapi desensitisasi dgn capsaicin topikal yg mengandung lada
 dalam penelitian
3. Operasi  bedah-beku, elektrokauter,
konkotomi parsial inferior
4. Neurektomi n.vidianus  pemotongan pada
n.vidianus (bila dgn operasi tdk optimal)

Komplikasi
Sinusitis, diplopia, buta,
gangguan lakrimasi, neuragia
atau anestesi infraorbita dan
palatum.

atau Blocking ganglion sfenopalatina.


Prognosis
• Gol obstruksi lebih baik dari golongan rinore.

Anda mungkin juga menyukai