BAB I
PENDAHULUAN
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan infeksi kronis pada telinga bagian
tengah dengan karakteristik adanya perforasi membran timpani lebih dari 2 bulan dan sekret
yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMSK merupakan kelanjutan dari otitis media
akut (OMA). Hal ini merupakan penyebab utama hilangnya fungsi pendengaran. Hasil survei
prevalensi menunjukkan bahwa sebanyak 60% (39-200 juta orang) penderita OMSK
mengalami kerusakan fungsi pendengaran.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu terapi yang
terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang
rendah (gizi buruk), dan higienitas yang buruk. Otitis Media Kronis banyak terjadi pada
perumahan yang terlalu padat dan tidak memadai, higienitas yang buruk, ASI tidak cukup,
nutrisi yang kurang, perokok pasif, kolonisasi bakteri yang berpotensi tinggi sebagai patogen
di nasofaring, dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai atau tidak tersedia. Di antara
semuanya, kemiskinan merupakan faktor risiko utama di negara berkembang.
Gejala OMSK antara lain otorea yang bersifat purulen atau mukoid, adanya gangguan
pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga, dan vertigo. Penyakit ini memiliki
prevalensi yang tinggi dan merupakan masalah penting karena berhubungan dengan
gangguan pendengaran yang banyak tejadi di negara berkembang.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Keluar cairan berbau dari telinga kiri.
Riwayat Pengobatan
Pasien terakhir kontrol 2 bulan yang lalu. Pasien tidak ingat obat yang diberikan dan
dilakukan pembersihan telinga. Pasien mengatakan cairan telinga tetap keluar tetapi tidak
berbau selama meminum obat yang diresepkan dan saat obat habis cairan telinga kembali
berbau.
Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematom - -
Nyeri tekan tragus - -
Nyeri tarik daun telinga - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop + -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Eksositosis - -
Osteoma - -
4
Furunkel - -
Membran Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - Total
Bula - -
Sekret - -
Refleks cahaya - -
Retroaurikula Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Preaurikula Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Hidung
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi Hiperemis (-), bisul (-), Hiperemis (-), bisul (-),
krusta (+) krusta (+)
Kavum nasi Sekret (-), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-),
edema mukosa (-) edema mukosa (-)
Selaput lendir Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung Dbn Dbn
Konka inferior Hipertrofi (-), hiperemis (-), Hipertrofi (-), hiperemis
livid (-) (-), livid (-)
Meatus nasi inferior Dbn Dbn
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Kavum nasi Sekret (-), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-),
edema mukosa (-) edema mukosa (-)
Selaput lendir Dbn Dbn
Koana Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Konka superior Hipertrofi (-), hiperemis (-), Hipertrofi (-), hiperemis
livid (-) (-), livid (-)
Adenoid Dbn Dbn
Massa tumor - -
Fossa rossenmuller - -
Transiluminasi Sinus Kanan Kiri
Tidak dilakukan
5
Mulut
Hasil
Selaput ledir Dbn
Bibir Sianosis (-)
Lidah Atropi papil (-)
Gigi Karies (-)
Kelenjar ludah Dbn
Faring
Hasil
Uvula Bentuk normal, deviasi (-)
Palatum mole Hiperemis (-) benjolan (-)
Palatum durum Hiperemis (-) benjolan (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Tonsil Kanan : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar,
detritus (-)
Kiri : tonsil T1, hiperemis (-), permukaan
rata, kripta tidak melebar, detritus (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)
Laringoskopi Indirek
Hasil
Pangkal lidah
Epiglotis
Sinus piriformis
Aritenoid Sulit dinilai
Sulkus aritenoid
Korda vokalis
Massa
2.5 Diagnosis
Otitis Media Supuratif Kronis Sinistra Tipe Aman.
2.7 Penatalaksanaan
Diagnostik
Pemeriksaan penunjang foto rontgen mastoid.
Pemeriksaan CT scan mastoid.
Pemeriksaan audiometri.
Kultur dan uji resistensi kuman sekret telinga.
Terapi
Pembersihan telinga dengan larutan H2O2 3%.
Polimiksin B tetes telinga 3x4 tetes tiap hari pada telinga yang sakit.
Amphisilin 500 mg 4x1 tab
Monitoring
Minta pasien untuk kontrol ulang teratur.
Cek kondisi pasien apakah ada perbaikan gejala atau tidak.
Cek fungsi pendengaran berdasarkan pemeriksaan audiometri.
Kultur dan uji resistensi.
7
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
kerucut menonjol ke arah kavum timpani dan dinamakan umbo. Dari umbo ke
anteroinferior tampak refleks cahaya (cone of light) jika disinari dengan cahaya.
Membran timpani terdiri dari dua bagian yaitu :1-5
1. Pars Flasida (Membran Shrapnell)
Merupakan bagian atas membran timpani. Terdiri dari 2 lapisan yaitu bagian
luar yang merupakan lanjutan dari epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
yang dilapisi sel kuboid bersilia. Pada bagian ini terdapat daerah yang disebut
atik. Disini terdapat aditus ad antrum yaitu lubang yang menghubungkan telinga
tengah dengan antrum mastoid.
2. Pars Tensa (Membran Propria)
Merupakan bagian bawah membran timpani. Terdiri dari 3 lapisan dimana
lapisan tengah terdiri dari serat kolagen dan serat elastin yang berjalan secara
radikuler dibagian luar dan sirkuler dibagian dalam.
3.3.2 Epidemiologi
Otitis media dapat menyerang semua usia tetapi lebih sering terjadi pada anak-
anak. Peningkatan prevalensi otitis media sangat dipengaruhi oleh beberapa
kondisi seperti sosial ekonomi, kejadian infeksi saluran napas atas, pemukiman
yang padat, higien dan nutrisi yang buruk. Penjalaran infeksi saluran napas atas
menjadi otitis media, terutama pada anak-anak, terjadi karena pada anak-anak,
saluran tuba eustachius lebih pendek dan lebih lebar serta lebih horizontal.4-6
kavum timpani secara aktif, sedangkan pada OMSK tipe tenang ditemukan kavum
timpani dalam keadaan basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi tipe sentral dan umumnya jarang
menyebabkan timbulnya komplikasi yang berbahaya. Pada tipe ini tidak ditemukan
koleastom.3,4
Pada OMSK tipe bahaya ditemukan koeastom. Pada tipe ini perforasi terletak
di marginal atau atik, dan sering menimbulkan komplikasi berat.
Koleastom merupakan suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
berkeratin. Deskuamasi yang terbentuk akan menumpuk sehingga koleastom
bertambah besar.4,5
3.3.5 Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan
fisik. Gejala klinis yang mungkin dialami pasien dapat berupa keluar sekret dari
liang liang telinga baik yang bersifat mukus atau purulen dan berbau khas, vertigo,
tinitus, rasa penuh ditelinga, serta penurunan pendengaran. Pada pemeriksaan
otoskopi biasanya akan ditemukan tanda-tanda berupa adanya sekret yang basah
atau kering pada kavum timpani, penebalan mukosa, perforasi membran timpani
dan jika kerusakan epitel mencapai epitimpanum dapat muncul granuloma yang
mudah berdarah jika disentuh. Pemeriksaan dengan garpu tala dilakukan untuk
mengetahui apakah ada gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran yang
terjadi pada OMSK kebanyakan berupa tuli konduksi, tetapi jika sel-sel rambut
mengalami kerusakan akibat infeksi bakteri dapat terjadi tuli sensorineural.4,7
Pemeriksaan penunang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur uji
resistensi kuman sekret telinga.4
3.3.6 Tatalaksana
Terapi OMSK biasanya lama dan berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak
cepat kering atau kambuh lagi. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa keadaan
seperti :4
Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
13
3.3.7 Komplikasi
Otitis media supuratif baik yang akut atau kronis memiliki potensi untuk
menjadi serius karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat
menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini bergantung pada kelainan yang
menyebabkan otorea. Biasanya komplikasi ditemukan pada pasien dengan OMSK
tipe bahaya, tetapi OMSK tipe aman dapat menyebabkan komplikasi jika terinfeksi
kuman yang virulensinya tinggi.2
Komplikasi intrakranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut
dari OMSK dan berhubungan dengan koleastom.
Adams dkk mengemukakan klasifikasi komplikasi sebagai berikut :2
1. Komplikasi pada telinga tengah
Perforasi persisten membran timpani
Erosi tulang pendengaran
Paralisis nervus fasialis
2. Komplikasi pada telinga dalam
Terbentuknya fistula pada labirin
Labirintis supuratif
Tuli sensorineural
3. Komplikasi ekstradural
Abses ekstradural
Trombosis sinus lateralis
Petrositis
4. Komplikasi pada susunan saraf pusat
Meningitis
Abses otak
Hidrosefalus otitis
16
BAB IV
ANALISIS KASUS
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Nn. Y, perempuan 19 tahun, diketahui
bahwa Nn. A datang ke Poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan telinga
kiri keluar cairan sejak 6 tahun yang lalu. Cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan,
berbau, kental, tidak disertai darah. Tidak ada riwayat demam tinggi. pasien juga mengalami
penurunan pendengaran sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengatakan telinga kiri pernah
mendadak mengeluarkan darah 8 tahun yang lalu. Riwayat demam tinggi (-), riwayat trauma
(-). Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum normal, pemeriksaan telinga kiri
didapatkan sekret berwarna kuning kehijauan yang bau dan kental, dan perforasi membran
timpani totalis. Pemeriksaan fisik telinga kanan dalam batas normal. Dari pemeriksaan garpu
tala didapatkan tuli konduktif pada telinga kiri.
Dari hal tersebut sesuai dengan keluhan OMSK yang merupakan proses peradangan
telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan disertai adanya sekret yang berbau.
Pada Nn. Y terjadi perforasi totalis membran timpani telinga kiri sehingga dapat disimpulkan
bahwa Nn. Y mengalami OMSK tipe aman.
17
BAB V
KESIMPULAN
1. Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau purulen.
2. OMSK merupakan proses lanjutan dari otitis media akut (OMA) dimana perjalannya > 2
bulan.
3. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah :
4. Letak perforasi membran timpani menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi dapat
ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Perforasi sentral menandakan OMSK
tipe aman dan perforasi marginal atau atik menandakan OMSK tipe bahaya.
5. Diagnosis OMSK ditegakkan berdasarkan temuan gejala klinis dan pemeriksaan fisik
THT terutama pemeriksaan otoskop. Pemeriksaan garpu tala pada OMSK merupakan
pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Pemeriksaan
penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur uji resistensi kuman sekret
telinga.
6. Prinsip terapi OMSK tipe aman yaitu konservatif atau dengan medikamentosa. Prinsip
terapi OMSK tipe bahaya yaitu pembedahan dengan mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Gulya AJ. Anatomy of The Ear and Temporal Bone. In: Glasscock III ME, Gulya AJ.
Glasscock-Shambaugh, Surgery of The Ear. Fifth Edition. Ontario: BC Decker Inc.
2003.
2. Djafaar ZA, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepada dan Leher. Edisi ke 6. Jakarta: FKUI. 2010.
3. Van den Broek, F. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga. Edisi
12. Jakarta : EGC. 2010.
4. Soepardi EA. Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan.
Edisi ke 6. Jakarta: FKUI.2010.
5. Boeis R. Lawrence AL. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Boeis Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi ke 6. Jakarta: EGC. 1997.
6. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi ke 6. Jakarta : EGC. 2006.
7. World Health Organization. Burden of Illness and Management Options Child and
Adolescent Health and Development Prevention of Blindness and Deafness. Geneva.
2004.
8. Suheryanto R. Efektivitas Ofloxacin Tetes Telinga Pada Otitis Media Purulenta Akut
Perforata di Poliklinik THT RSUD. Malang. 2000.
9. Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL Indonesia. Guideline Penyakit THT-KL di
Indonesia. 2007.
10. Indudharan R. Antibiotics in Chronic Suppurative Otitis Media: A Bacteriology
Study, Annals of Otology Rhinology Laryngology. 1999.