Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan infeksi kronis pada telinga bagian
tengah dengan karakteristik adanya perforasi membran timpani lebih dari 2 bulan dan sekret
yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMSK merupakan kelanjutan dari otitis media
akut (OMA). Hal ini merupakan penyebab utama hilangnya fungsi pendengaran. Hasil survei
prevalensi menunjukkan bahwa sebanyak 60% (39-200 juta orang) penderita OMSK
mengalami kerusakan fungsi pendengaran.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu terapi yang
terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang
rendah (gizi buruk), dan higienitas yang buruk. Otitis Media Kronis banyak terjadi pada
perumahan yang terlalu padat dan tidak memadai, higienitas yang buruk, ASI tidak cukup,
nutrisi yang kurang, perokok pasif, kolonisasi bakteri yang berpotensi tinggi sebagai patogen
di nasofaring, dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai atau tidak tersedia. Di antara
semuanya, kemiskinan merupakan faktor risiko utama di negara berkembang.

Gejala OMSK antara lain otorea yang bersifat purulen atau mukoid, adanya gangguan
pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga, dan vertigo. Penyakit ini memiliki
prevalensi yang tinggi dan merupakan masalah penting karena berhubungan dengan
gangguan pendengaran yang banyak tejadi di negara berkembang.
2

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


 Nama : Nn. Y
 Umur : 19 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Jambi Seberang
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Tidak Bekerja
 Pendidikan : MA

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Keluar cairan berbau dari telinga kiri.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang dengan keluhan telinga kiri keluar cairan sejak 6 tahun yang lalu.
Cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan, berbau, kental, tidak disertai darah.
Cairan keluar setiap hari, tetapi tidak banyak. Kadang keluhan disertai nyeri telinga kiri.
Pasien juga mengeluhkan penurunan pendengaran sejak 2 tahun yang lalu.
Selain itu juga terdapat keluhan keluar darah dari 2 lubang hidung sejak 3 hari yang
lalu. Darah hanya keluar pada malam hari dan berlangsung selama ± 15 menit setelah
hidung disumpal dengan daun sirih yang digulung. Pasien pernah mengalami keluhan
yang sama tetapi hanya dari 1 lubang hidung 18 bulan yang lalu.
Pasien pernah megalami keluar darah tiba-tiba dari telinga kiri 8 tahun yang lalu.

Riwayat Pengobatan
Pasien terakhir kontrol 2 bulan yang lalu. Pasien tidak ingat obat yang diberikan dan
dilakukan pembersihan telinga. Pasien mengatakan cairan telinga tetap keluar tetapi tidak
berbau selama meminum obat yang diresepkan dan saat obat habis cairan telinga kembali
berbau.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat trauma kepala/telinga (-), riwayat demam tinggi (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat anggota keluarga dengan penyakit yang sama disangkal.
3

Telinga Hidung Tenggorok Laring


Gatal : -/- Rinore : -/- Sukar menelan : - Suara parau : -
Dikorek : -/- Buntu : -/- Sakit menelan : - Afonia : -
Nyeri : -/- Bersin Trismus : - Sesak napas : -
Dingin/lembab : -
Debu rumah : -
Bengkak : -/- Berbau : - Ptyalismus : - Rasa sakit : -
Otore : -/+ Mimisan : -/- Rasa mengganjal : - Rasa mengganjal : -
Tuli : -/+ Nyeri hidung : -/- Rasa berlendir : -
Tinitus : -/- Suara sengau : - Rasa kering : -
Vertigo : -
Mual : -
Muntah : -

2.3 Pemeriksaan Fisik


 Kesadaran : kompos mentis
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 74x/menit
 Pernapasan : 22x/menit
 Suhu : 36.5 0C
 Anemia : -/-
 Sianosis :-
 Stridor inspirasi :-
 Retraksi suprasternal :-
 Retraksi interkostal :-
 Retraksi epigastrial :-

Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematom - -
Nyeri tekan tragus - -
Nyeri tarik daun telinga - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop + -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Eksositosis - -
Osteoma - -
4

Furunkel - -
Membran Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - Total
Bula - -
Sekret - -
Refleks cahaya - -
Retroaurikula Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Preaurikula Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

Hidung
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi Hiperemis (-), bisul (-), Hiperemis (-), bisul (-),
krusta (+) krusta (+)
Kavum nasi Sekret (-), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-),
edema mukosa (-) edema mukosa (-)
Selaput lendir Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung Dbn Dbn
Konka inferior Hipertrofi (-), hiperemis (-), Hipertrofi (-), hiperemis
livid (-) (-), livid (-)
Meatus nasi inferior Dbn Dbn
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Kavum nasi Sekret (-), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-),
edema mukosa (-) edema mukosa (-)
Selaput lendir Dbn Dbn
Koana Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Konka superior Hipertrofi (-), hiperemis (-), Hipertrofi (-), hiperemis
livid (-) (-), livid (-)
Adenoid Dbn Dbn
Massa tumor - -
Fossa rossenmuller - -
Transiluminasi Sinus Kanan Kiri
Tidak dilakukan
5

Mulut
Hasil
Selaput ledir Dbn
Bibir Sianosis (-)
Lidah Atropi papil (-)
Gigi Karies (-)
Kelenjar ludah Dbn

Faring
Hasil
Uvula Bentuk normal, deviasi (-)
Palatum mole Hiperemis (-) benjolan (-)
Palatum durum Hiperemis (-) benjolan (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Tonsil Kanan : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar,
detritus (-)
Kiri : tonsil T1, hiperemis (-), permukaan
rata, kripta tidak melebar, detritus (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

Laringoskopi Indirek
Hasil
Pangkal lidah
Epiglotis
Sinus piriformis
Aritenoid Sulit dinilai
Sulkus aritenoid
Korda vokalis
Massa

Kelenjar Getah Bening Leher


Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn
Regio II Dbn Dbn
Regio III Dbn Dbn
Regio IV Dbn Dbn
Regio V Dbn Dbn
Regio VI Dbn Dbn
Area parotis Dbn Dbn
Area postaurikula Dbn Dbn
Area occipital Dbn Dbn
Area supraklavikula Dbn Dbn
6

Pemeriksaan Nervus Kranialis


Hasil
Nervus I Dbn
Nervus II Dbn
Nervus III, IV, VI Dbn
Nervus V Dbn
Nervus VIII Dbn
Nervus IX, X Dbn
Nervus XI, XII Dbn

2.4 Pemeriksaan Audiologi


Tes Pendengaran Kanan Kiri
Tes rinne + -
Tes weber Lateralisasi (-)
Tes swabach Normal Memanjang
Kesimpulan : fungsi pendengaran telinga kanan dbn, sedangkan telinga kiri tuli
konduktif.

2.5 Diagnosis
Otitis Media Supuratif Kronis Sinistra Tipe Aman.

2.6 Diagnosis Banding


Otitis Media Supuratif Kronis Sinistra Tipe Bahaya
Petrositis

2.7 Penatalaksanaan
Diagnostik
 Pemeriksaan penunjang foto rontgen mastoid.
 Pemeriksaan CT scan mastoid.
 Pemeriksaan audiometri.
 Kultur dan uji resistensi kuman sekret telinga.

Terapi
 Pembersihan telinga dengan larutan H2O2 3%.
 Polimiksin B tetes telinga 3x4 tetes tiap hari pada telinga yang sakit.
 Amphisilin 500 mg 4x1 tab

Monitoring
 Minta pasien untuk kontrol ulang teratur.
 Cek kondisi pasien apakah ada perbaikan gejala atau tidak.
 Cek fungsi pendengaran berdasarkan pemeriksaan audiometri.
 Kultur dan uji resistensi.
7

KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)


 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
 Menjelaskan tujuan pengobatan kepada pasien.
 Menjelaskan pentingnya kontrol ulang secara teratur.
 Menyarankan kepada pasien untuk menjaga higienitasnya dan makan makanan
bergizi.

2.8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
8

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Telinga


Telinga merupakan organ pendengaran. Saraf yang mempersarafi indra ini adalah
saraf kranial ke 8 atau nervus vestibulokoklearis. Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu
telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.1
3.1.1 Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari aurikula (pinna) dan liang telinga. Telinga luar
dipisahkan dari telinga tengah oleh membran timpani. Telinga terletak pada kedua
sisi kepala, ± setinggi mata. Aurikula melekat pada sisi kepala oleh kulit dan
tersusun oleh kartilago dan lemak pada lobus telinga. Aurikula membantu
mengangkap gelombang suara yang kemudian akan diteruskan ke membran
timpani melalui liang telinga. Tepat didepan liang telinga terdapat sendi
temporomandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung
jari di depan liang telinga ketika membuka dan menutup mulut. Liang telinga
memiliki panjang ± 2.5 cm. Sepertiga luar liang telinga terdiri dari kartilago dan
jaringan fibrosa tempat melekatnya kulit. Duapertiga dalam liang telinga terdiri
dari tulang dan dilapisi oleh kulit tipis. Liang telinga berakhir pada membran
timpani. Kulit di dalam liang telinga memiliki rambut dan kelenjar seruminosa
yang mensekresikan substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme
pembersihan diri telinga dengan rambut mendorong serumen dan sel kulit mati ke
arah luar telinga. Serumen memiliki sifat antibakteri dan memberikan perlindungan
bagi kulit telinga.2-4

3.1.2 Telinga Tengah


Telinga tengah terdiri dari membran timpani, tulang-tulang pendengaran yaitu
maleus, inkus dan stapes dan tuba eustachius. Membran timpani dibentuk dari
dinding lateral kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal 9-10 mm,
diameter anteroposterior 8-9 mm dan ketebalan 0.1 mm. Membran timpani terletak
miring ke arah liang telinga dan membentuk sudut 450 dari bidang sagital dan
horizontal. Membran timpani membentuk kerucut dimana bagian puncak dari
9

kerucut menonjol ke arah kavum timpani dan dinamakan umbo. Dari umbo ke
anteroinferior tampak refleks cahaya (cone of light) jika disinari dengan cahaya.
Membran timpani terdiri dari dua bagian yaitu :1-5
1. Pars Flasida (Membran Shrapnell)
Merupakan bagian atas membran timpani. Terdiri dari 2 lapisan yaitu bagian
luar yang merupakan lanjutan dari epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
yang dilapisi sel kuboid bersilia. Pada bagian ini terdapat daerah yang disebut
atik. Disini terdapat aditus ad antrum yaitu lubang yang menghubungkan telinga
tengah dengan antrum mastoid.
2. Pars Tensa (Membran Propria)
Merupakan bagian bawah membran timpani. Terdiri dari 3 lapisan dimana
lapisan tengah terdiri dari serat kolagen dan serat elastin yang berjalan secara
radikuler dibagian luar dan sirkuler dibagian dalam.

Membran timpani terletak di dalam saluran yang disebut sulkus timpani.


Bagian anterior membran timpani tidak terdapat sulkus tetapi incisura timpani.
Permukaan luar membran timpani dipersarafi oleh cabang nervus aurikula
temporalis dari nervus mandibula dan vagus. Permukaan dalam membran timpani
dipersarafi oleh nervus timpani cabang dari nervus glossofaringeal.
Aliran darah membran timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
Pembuluh darah epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari arteri
maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah diperdarahi oleh arteri
timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna, dan arteri stilomastoid
cabang dari arteri aurikula posterior.
Tulang-tulang pendengaran dipertahankan pada tempatnya oleh sendi, otot dan
ligamen yang membantu dalam proses penghantaran suara. Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat
pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan
koklea.
Tuba eustachius memiliki diameter ± 1 mm dan panjang ± 35 mm,
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring. Normalnya tuba eustachius
tertutup tetapi dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum saat melakukan manuver
valsava atau saat menguap atau menelan. Tuba eustachius berfungsi sebagai
10

drainase sekresi dan menyeimbangkan tekanan telinga tengah dengan tekanan


atmosfer.

3.1.3 Telinga Dalam


Telinga dalam terdiri dari koklea dan kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, yang menghubungkan perilimfe skala timpani dengan
skala vestibuli.3
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Skala vestibuli dan skala timpani berisi
cairan perilimfe sedangkan skala media berisi cairan endolimfe. Dasar skala
vestibuli disebut membran vestibuli/reissner dan dasar skala media disebut
membran basalis. Pada membran basalis terdapat organ korti.3

3.2 Fisiologi Pendengaran


Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang suara atau getaran. Getaran kemudian diarahkan ke liang
telinga dan menggetakan membran timpani melalui rangkaian tulang pendengaran, yang
akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan jendela oval. Energi getar yang telah
diamplifikasi akan diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfe
sehingga akan menimbulkan getaran relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadilah pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut
sehingga neurotransmiter lepas ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensi aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.4

3.3 Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)


3.3.1 Definisi OMSK
Otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis pada telinga tengah, disertai
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul. Sekret bersifat encer atau kental, bening atau nanah.2,5
11

3.3.2 Epidemiologi
Otitis media dapat menyerang semua usia tetapi lebih sering terjadi pada anak-
anak. Peningkatan prevalensi otitis media sangat dipengaruhi oleh beberapa
kondisi seperti sosial ekonomi, kejadian infeksi saluran napas atas, pemukiman
yang padat, higien dan nutrisi yang buruk. Penjalaran infeksi saluran napas atas
menjadi otitis media, terutama pada anak-anak, terjadi karena pada anak-anak,
saluran tuba eustachius lebih pendek dan lebih lebar serta lebih horizontal.4-6

3.3.3 Etiologi dan Perjalanan Penyakit


OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis) yang kemudian mencapai telinga tengah
melalui tuba eustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor
predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan sindrom down.
OMSK juga merupakan proses lanjutan dari otitis media akut (OMA), dimana
sudah terjadi selama lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA
menjadi OMSK antara lain :4
1. Terapi yang tidak adekuat
2. Virulensi kuman yang tinggi
3. Daya tahan tubuh yang rendah
4. Higien yang buruk

3.3.4 Jenis OMSK


Letak perforasi membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK.
Perforasi dapat ditemukan didaerah sentral, marginal atau atik. Oleh karena itu
disebut perforasi sentral, marginal dan atik.
Pada perforasi sentral, perforasi terletak pada membran timpani pars tensa dan
masih ditemukan sisa membran timpani di tepi perforasi. Pada perforasi marginal,
sebagian tepi perforasi masih berhubungan dengan anulus timpani. Perforasi atik
terjadi di pars flasida membran timpani.3-5
OMSK dapat dibagi menjadi tipe aman (benigna) dan tipe bahaya (maligna).
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar, OMSK dapat dibagi menjadi tipe aktif
dan tipe tenang. OMSK tipe aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari
12

kavum timpani secara aktif, sedangkan pada OMSK tipe tenang ditemukan kavum
timpani dalam keadaan basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi tipe sentral dan umumnya jarang
menyebabkan timbulnya komplikasi yang berbahaya. Pada tipe ini tidak ditemukan
koleastom.3,4
Pada OMSK tipe bahaya ditemukan koeastom. Pada tipe ini perforasi terletak
di marginal atau atik, dan sering menimbulkan komplikasi berat.
Koleastom merupakan suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
berkeratin. Deskuamasi yang terbentuk akan menumpuk sehingga koleastom
bertambah besar.4,5

3.3.5 Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan
fisik. Gejala klinis yang mungkin dialami pasien dapat berupa keluar sekret dari
liang liang telinga baik yang bersifat mukus atau purulen dan berbau khas, vertigo,
tinitus, rasa penuh ditelinga, serta penurunan pendengaran. Pada pemeriksaan
otoskopi biasanya akan ditemukan tanda-tanda berupa adanya sekret yang basah
atau kering pada kavum timpani, penebalan mukosa, perforasi membran timpani
dan jika kerusakan epitel mencapai epitimpanum dapat muncul granuloma yang
mudah berdarah jika disentuh. Pemeriksaan dengan garpu tala dilakukan untuk
mengetahui apakah ada gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran yang
terjadi pada OMSK kebanyakan berupa tuli konduksi, tetapi jika sel-sel rambut
mengalami kerusakan akibat infeksi bakteri dapat terjadi tuli sensorineural.4,7
Pemeriksaan penunang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur uji
resistensi kuman sekret telinga.4

3.3.6 Tatalaksana
Terapi OMSK biasanya lama dan berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak
cepat kering atau kambuh lagi. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa keadaan
seperti :4
 Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
13

 Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.


 Terbentuk jaringan patologis yang ireversibel dalam rongga mastoid.
 Gizi dan higien yang kurang.

Prinsip tatalaksana OMSK tipe aman yaitu konservatif atau dengan


medikamentosa. Bila sekret keluar terus menerus maka lakukan cuci telinga
dengan larutan yang bercampur H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret
berkurang, maka terapi dapat dilanjutkan dengan pemberian obat tetes telinga yang
mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Karena obat tetes telinga dapat bersifat
ototoksik maka tidak boleh diberikan > 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang
sudah tenang.4,8
Berikan antibiotik oral golongan amphisilin atau eritromicin sebelum
didapatkan hasil tes resistensi. Pada infeksi yang dicurigai resisten terhadap
amphisilin maka dapat diberikan kombinasi amphisilin dan asam klavulanat.4
Bila sekret telah kering tetapi masih ada perforasi setelah dilakukan observasi
selama 2 bulan maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Tindakan ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani, mencegah komplikasi atau kerusakan pendengaran berat dan
memperbaiki pendengaran.4,7,9
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan infeksi tetap ada atau terjadi
infeksi berulang maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu. Hal ini
mungkin memerlukan tindakan pembedahan seperti adenoidektomi atau
tonsilektomi.4

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya yaitu dengan pembedahan berupa


mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan
medikamentosa diberikan untuk persiapan sebelum tindakan pembedahan. Jika
terdapat abses subperiosteal retroaurikula, sebaiknya dilakukan insisi abses
sebelum dilakukan mastoidektomi.4
Beberapa jenis tindakan pembedahan pada OMSK yaitu :4,5,10
1. Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif
tidak sembuh. Tindakan ini dilakukan untuk membersihkan ruang mastoid dari
14

jaringan patologis. Tujuan dilakukan tindakan untuk mencegah telinga


mengeluakan cairan lagi.
2. Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau koleastom yang
sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan
dari jaringan patologis. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
tengah dan rongga mastoid diruntuhkan sehingga ketiga daerah tersebut
menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi selain membuang jaringan patologis juga untuk mencegah
komplikasi intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian dari
tindakan ini adalah pasien tidak boleh berenang selama hidupnya, harus
kontrol teratur dan fungsi pendengaran sangat menurun sehingga mengganggu
proses pendidikan dan karir.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy)
Dilakukan pada OMSK dengan koleastom didaerah atik tetapi belum
merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding
posterior liang telinga direndahkan.
Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologis dari rongga
mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
4. Miringoplasti
Merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan. Dikenal juga dengan
nama timpanoplasti tipe 1. Tujuan operasi ini untuk mencegah infeksi berulang
telinga tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi menetap.
5. Timpanoplasti
Dilakukan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau
yang tidak dapat dikontrol dengan medikamentosa. Tujuannya untuk
menyembuhkan infeksi dan memperbaiki pendengaran. Selain dilakukan
rekonstruksi membran timpani, juga dilakukan rekonstruksi tulang-tulang
pendengaran. Sebelum dilakukan rekonstruksi, terlebih dahulu dilakukan
eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi.
6. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda
Dilakukan pada OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan
granulasi yang luas. Tujuan tindakan ini untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa tehnik mastoidektomi radikal. Pada tindakan
15

ini dilakukan pembersihan koleastom dan jaringan granulasi di kavum timpani,


dikerjakan melalui dua pendekatan yaitu melalui liang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpanostomi posterior.

3.3.7 Komplikasi
Otitis media supuratif baik yang akut atau kronis memiliki potensi untuk
menjadi serius karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat
menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini bergantung pada kelainan yang
menyebabkan otorea. Biasanya komplikasi ditemukan pada pasien dengan OMSK
tipe bahaya, tetapi OMSK tipe aman dapat menyebabkan komplikasi jika terinfeksi
kuman yang virulensinya tinggi.2
Komplikasi intrakranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut
dari OMSK dan berhubungan dengan koleastom.
Adams dkk mengemukakan klasifikasi komplikasi sebagai berikut :2
1. Komplikasi pada telinga tengah
 Perforasi persisten membran timpani
 Erosi tulang pendengaran
 Paralisis nervus fasialis
2. Komplikasi pada telinga dalam
 Terbentuknya fistula pada labirin
 Labirintis supuratif
 Tuli sensorineural
3. Komplikasi ekstradural
 Abses ekstradural
 Trombosis sinus lateralis
 Petrositis
4. Komplikasi pada susunan saraf pusat
 Meningitis
 Abses otak
 Hidrosefalus otitis
16

BAB IV

ANALISIS KASUS

Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Nn. Y, perempuan 19 tahun, diketahui
bahwa Nn. A datang ke Poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan telinga
kiri keluar cairan sejak 6 tahun yang lalu. Cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan,
berbau, kental, tidak disertai darah. Tidak ada riwayat demam tinggi. pasien juga mengalami
penurunan pendengaran sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengatakan telinga kiri pernah
mendadak mengeluarkan darah 8 tahun yang lalu. Riwayat demam tinggi (-), riwayat trauma
(-). Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum normal, pemeriksaan telinga kiri
didapatkan sekret berwarna kuning kehijauan yang bau dan kental, dan perforasi membran
timpani totalis. Pemeriksaan fisik telinga kanan dalam batas normal. Dari pemeriksaan garpu
tala didapatkan tuli konduktif pada telinga kiri.

Dari hal tersebut sesuai dengan keluhan OMSK yang merupakan proses peradangan
telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan disertai adanya sekret yang berbau.
Pada Nn. Y terjadi perforasi totalis membran timpani telinga kiri sehingga dapat disimpulkan
bahwa Nn. Y mengalami OMSK tipe aman.
17

BAB V

KESIMPULAN

1. Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau purulen.
2. OMSK merupakan proses lanjutan dari otitis media akut (OMA) dimana perjalannya > 2
bulan.
3. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah :
4. Letak perforasi membran timpani menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi dapat
ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Perforasi sentral menandakan OMSK
tipe aman dan perforasi marginal atau atik menandakan OMSK tipe bahaya.
5. Diagnosis OMSK ditegakkan berdasarkan temuan gejala klinis dan pemeriksaan fisik
THT terutama pemeriksaan otoskop. Pemeriksaan garpu tala pada OMSK merupakan
pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Pemeriksaan
penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur uji resistensi kuman sekret
telinga.
6. Prinsip terapi OMSK tipe aman yaitu konservatif atau dengan medikamentosa. Prinsip
terapi OMSK tipe bahaya yaitu pembedahan dengan mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti.
18

DAFTAR PUSTAKA

1. Gulya AJ. Anatomy of The Ear and Temporal Bone. In: Glasscock III ME, Gulya AJ.
Glasscock-Shambaugh, Surgery of The Ear. Fifth Edition. Ontario: BC Decker Inc.
2003.
2. Djafaar ZA, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepada dan Leher. Edisi ke 6. Jakarta: FKUI. 2010.
3. Van den Broek, F. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga. Edisi
12. Jakarta : EGC. 2010.
4. Soepardi EA. Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan.
Edisi ke 6. Jakarta: FKUI.2010.
5. Boeis R. Lawrence AL. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Boeis Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi ke 6. Jakarta: EGC. 1997.
6. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi ke 6. Jakarta : EGC. 2006.
7. World Health Organization. Burden of Illness and Management Options Child and
Adolescent Health and Development Prevention of Blindness and Deafness. Geneva.
2004.
8. Suheryanto R. Efektivitas Ofloxacin Tetes Telinga Pada Otitis Media Purulenta Akut
Perforata di Poliklinik THT RSUD. Malang. 2000.
9. Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL Indonesia. Guideline Penyakit THT-KL di
Indonesia. 2007.
10. Indudharan R. Antibiotics in Chronic Suppurative Otitis Media: A Bacteriology
Study, Annals of Otology Rhinology Laryngology. 1999.

Anda mungkin juga menyukai