Anda di halaman 1dari 56

Case Report Session

Adenotonsilitis Kronik +
Obstructive Sleep Apnea Syndrome

Leni Puspita Sari, S.Ked

Pembimbing : dr. Lusiana Herawati Yammin, Sp.THT-


KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN THT-KL RSUD RADEN MATTAHER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
PENDAHULUAN

•Tonsilitis → peradangan tonsil


•Tonsilitis kronik → peradangan akut yang
berulang
•Peradangan kronik → pembesaran tonsil → gg.
menelan dan gg. pernapasan.
PENDAHULUAN

Indonesia RSUD Raden


1994-1996 Mattaher Jambi
RSUP Dr. Hasan
NCHS
Sadikin(1998)
1997 RS Dr. Kariadi
Semarang 2010 : 978 /1365
•3,8%
1978 Tonsilektomi : 44
2011 : 789 /1144
• < 18 th : 24,9% /1000 6,75% Tonsilektomi : 58

•23,36% dan
•47% usia 6-15
tahun
PENDAHULUAN

tonsilitis kronis hipertropi → Obstructive sleep apnea syndrome (OSAS)

prevalensi OSAS 0,7 - 10,3%

Hipertrofi adenoid dan tonsil → >>> OSAS pada anak


LAPORAN KASUS
Nama : An. A
Umur : 4 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan :-
No. RM : 913859
Pendidikan :-
Alamat : Jln. Veteran Rt.06 Dusun Baru, Sungai Penuh
Tanggal MRS : 20 Maret 2019

IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS

Keluhan Utama
Sering nyeri menelan sejak ± 1 tahun SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dibawa oleh Ibunya ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher dengan keluhan sering nyeri menelan sejak ± 1
tahun SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul. Dalam satu bulan os merasakan nyeri menelan 3 kali. Nyeri timbul
biasanya setelah os makan es krim, minum air es, makan gorengan. Os juga mengeluh sering demam. Demam sering
disertai dengan batuk pilek, perasaan mengganjal di tenggorokan dan tenggorokan sakit. Menurut orang tua os, ketika
tidur os sering mengorok dan sering terbangun saat tidur dan juga mulut os berbau sejak ± 1 bulan terakhir. Hidung
tersumbat (+). Nyeri pada kedua telinga (-), gangguan pendengaran (-),sakit kepala (-).
Pasien selalu berobat ke dokter puskesmas dan diberikan obat antibiotik (lupa nama obat) dan obat batuk (ambroxol
syr) namun tidak ada perubahan. pasien diberitahukan bahwa amandelnya membesar dan disarankan untuk periksa ke
dokter spesialis THT. Kemudian pasien dibawa berobat ke poli THT RSUD Raden Mattaher, oleh dokter disarankan untuk
dilakukan operasi. Keluarga pasien setuju untuk dilakukan operasi pengangkatan amandel.
Anamnesis
SLIDE 8

RPD RPK RPS

Riwayat batuk pilek berulang (+) Pasien tinggal bersama kedua


Riwayat alergi (-) Riwayat alergi (-) orang . Sehari-hari pasien hanya
makan roti yang telah dilembutkan
dicampur susu. Biaya pengobatan
→pribadi.
Anamnesis
Telinga Hidung Tenggorokan Laring
Kanan/Kiri Kanan/Kiri
Gatal : -/- Rinore :-/- Sukar Menelan : + Parau: -
Korek : -/-- Buntu :+/+ Sakit Menelan : + Afonia : -
Bengkak : -/- Bersin :- Trismus :- Sesak :-
Nyeri : -/- Dingin :- Ptyalismus :- Sakit :-
Bengkak : -/- Debu :- Rasa ganjal :+ Rasa Ganjal : -

Otore : -/- Berbau : -/- Rasa Berlendir : -


Tuli : -/- Mimisan : - Rasa Kering :-
Tinitus: -/- Nyeri :-
Vertigo : - Sangau : -
Mual :-
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Composmentis
BB : 22 kg
PB : 118 cm
Tekanan Darah :-
Nadi : 94 kali/menit
Respiration Rate : 22 kali/menit
Suhu : 36,7  C
Anemia :-
Sianosis :-
Stridor Inspirasi :-
Retraksi Suprasternal :-
Retraksi intercostal :-
Retraksi epigastrial :-
PEMERIKSAAN TELINGA Kanan Kiri
Daun Telinga
Anotia/mikrotia/makrotia Normotia Normotia
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott Hematoma - -
Liang Telinga
Atresia - -
Serumen Prop - -
Epidermis Prop - -
Korpus Alineum - -
Jaringan Granulasi - -
Exocytosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membram Timpani
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -
Retroaurikular
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Preaurikular
Fistel - -
Kista - -
Abses -
Tuba Eustachii : Valsava test/Politzer Tidak dilakukan Tidak dilakukan
RINOSKOPI ANTERIOR Kanan Kiri
Vestibulum Nasi Hiperemis(-) Hiperemis(-)
Kavum Nasi Sekret(-), Sekret(-),
Hiperemis(-), Hiperemis(-),
Edema(-) Edema(-)
Selaput Lendir Sekret (-) Sekret (-)
Septum Nasi Dbn Dbn
Lantai+Dasar Hidung Deviasi(-) Deviasi(-)
Konka Inferior Hipertrofi(-) Hipertrofi(-)
Meatus Inferior Hipertrofi(-) Hipertrofi(-)
Konka Media Hipertrofi(-) Hipertrofi(-)
Meatus Media Hipertrofi(-) Hipertrofi(-)
Massa - +
Korpus Alineum - -
Gerakan velum palatum mole Tertahan
RINOKOPI POSTERIOR Kanan Kiri
Kavum Nasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Selaput Lendir Sulit dinilai Sulit dinilai
Koana Sulit dinilai Sulit dinilai
Septum Nasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Konka Superior Sulit dinilai Sulit dinilai
Meatus Nasi Media Sulit dinilai Sulit dinilai
Muara Tuba Sulit dinilai Sulit dinilai
Adenoid Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Tumor Sulit dinilai Sulit dinilai
TRANSLUMINASI Kanan Kiri
Sinun Maxilarris Suram (-) Suram (-)
Sinun Frontalis Suram (-) Suram (-)

MULUT
Selaput Lendir Mulut sedikit terbuka dan tidak dapat menutup sempurna
Mukosa bibir basah, berwarna merah muda, Laserasi(-)
Bibir
Dbn
Lidah Gigi
Kelenjar Ludah
FARING
Uvula Ditengah, hiperemis (-)
Palatum Mole Hiperemis(-), Benjolan(-)
Palatum Durum Hiperemis(-), Benjolan(-)
Plika Anterior Hiperemis(-)
Tonsil T4-T4, Hiperemis(-/-), Detrituris(-/-), permukaan tidak rata, kripta
melebar, mobil
Plika Posterior
Hiperemis(-)
Mukosa Orofaring
Hiperemis(-), Granula(-)
Pemeriksaan faring
LARINGOSKOPI INDIREK
 Pangkal Lidah
 Epiglottis
 Valekula
 Plika Ventrikularis
 Plika Vokalis
Tidak dilakukan
 Komisura Anterior
 Aritenoid
 Massa Tumor
 Sinus Piriformis
 Trakea
KELENJAR GETAH BENING
a. Regio I :
b. Regio II :
c. Regio III :
d. Regio IV :
e. Regio V : Tidak ada massa/benjolan
f. Regio VI :
g. Area Parotid :
h. Area Postaurikular :
i. Area Occipital :
j. Area Supraklavikula :
PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS

I Nervus Olfactory Normal


II Nervus Opticus Normal
III Nervus Occulomotorius Normal
IV Nervus Trochlearis Normal
V Nervus Trigeminus Normal
VI Nervus Abducent Normal
VII Nervus Facialis Normal
VIII Nervus Vestibularis Normal
IX Nervus Glosopharyngeus Normal
X Nervus Vagus Normal
XI Nervus Accesorius Normal
XII Nervus Hypoglossus Normal
Pemeriksaan Audiologi
Tes Berisik : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne : + +
Tes Weber : Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Tes Schwabah : Normal Normal
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Barany :
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Auropalpebra Reflek :
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Audiogram :

Kesimpulan Tidak ada kelainan pada Kedua Telinga


Uji Tapis

Skor OSAS = 1,42D + 1,41A + 0,71S – 3,83


Skor -1 sampai 3,5 mungkin = 1,42 (2) + 1,41(1)+0,71(2)-3,83
OSAS mungkin bukan OSAS = 1,84
SLIDE 21

Pemeriksaan Penunjang
Radiologi :-
Laboraturium :-
Patologi/No/Tgl :-
Kultur Bakteri :-
Diagnosis
Adenotonsilitis Kronis + Obstructive Sleep Apnea Syndrome

Diagnosis Banding
- Adenotonsilitis Kronik + Obstructive Sleep Apnea Syndrome
- Tonsilitis difteri + Obstructive Sleep Apnea Syndrome
- Tonsilofaringitis kronik + Obstructive Sleep Apnea Syndrome
PENATALAKSANAAN

Diagnostik Terapi
- Adenotonsilitis kronik
- Adenotonsilitis kronik
Non-operatif
 Kultur resistensi dari swab tenggorok
• Obat kumur antiseptic
 Rinofaringolaringoskopi (RFL)
• Amoxicillin (sirup kering
 Foto polos nasofaring lateral
250mg/5ml) 3x1 ½ sendok teh
- Obstructive Sleep Apnea Syndrome
Opreatif
• Polisomnografi
• Adenotonsilectomy
• Uji tapis
- Obstructive Sleep Apnea Syndrome
• Observasi selama tidur
Non-operatif
• Diet
Opreatif
• Adenotonsilectomy
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

Makan-makanan lunak dan


Menjelaskan kepada pasien dan
1 keluarga mengenai penyakitnya.
4 menghindari makan makanan
yang mengiritasi
Menjaga kebersihan rongga mulut
Menjelaskan rencana pengobatan, (oral hygiene), misalnya:
2 indikasi operasi dan komplikasinya 5 menganjurkan sikat gigi dan
kepada pasien dan keluarga. kumur-kumur teratur, bila perlu
konsultasi ke dokter gigi.

Istirhat cukup Menyarankan kepada pasien


3 6 untuk kontrol kembali
Prognosis

Quo ad Vitam : Bonam


Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Tonsil

PTA PTA PTA

Klug :
Cincin Waldeyer : Klug :
• pta me↑ masa kanak- Klug :
 Ttonsil palatina • Usia 15-24 th :
kanak
Fusobacterium • grup A Streptococcus
 Tonsil faringeal •Puncak : remaja berulang : musim dingin &
necrophorum > grup A
(adenoid), •Progresif : hingga tua Streptococcus semi
•Sd usia 14 tahun pr > lk
 Tonsil lingual • 0-9 tahun dan30-39 th : • F necrophorum berulang :
•Berulang lk > pr
 Tonsil tuba eustachius grup A Streptococcus > musim panas
F necrophorum
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Tonsil

Cincin Waldeyer
 Ttonsil palatina
 Tonsil faringeal (adenoid),
 Tonsil lingual
 Tonsil tuba eustachius
Vaskularisasi

vena bergabung dengan vena


palatine externa, vena pharyngealis,
atau vena facialis
Limfe & Persarafan Tonsil

Aliran Limfe

tonsil → nodi lymphoidei cervicales profunda bagian atas, tepat dibawah dan dibelakang
angulus mandibulae.

Persarafan Tonsil

atas : saraf v melalui ganglion sphenopalatina


bawah : saraf glossofaringeus (N. IX)
HISTOLOGI TONSIL

• Tonsil palatina : epitel skuamosa berlapis


• Tonsil faringea berada : epitel kolumnar bertingkat
bersilia
• Tonsila lingualis : epitel skuamosa bertingkat
dengan kriptus
FUNGSI TONSIL
•Epitel : sel-M, makrofag, sel dendrite dan
APCs • mengidentifikasi bahan asing,
memberikan peringatan serta memberi
•proses transportasi antigen ke sel limfosit→
respon.
sintesis immunoglobulin spesifik
• Antigen ↑ → sel-B → hiperplasia → aliran
•sel limfosit B, T, sel plasma dan sel pembawa
darah. Antibodi → memfagositosis antigen
IgG.
•Sel-B → sel plasma → antibodi → Bakteri
dan virus difagositosis
Gradasi Pembesaran Tonsil
TONSILITIS

Tonsilitis → peradangan tonsil

definisi

udara (air borne droplets)


Penyebaran tangan dan ciuman
Tonsilitis kronik → peradangan
definisi
kronik lanjutan akut yang
berulang.
TONSILITIS

Etiologi
>>> Group A beta-hemolyticus Streptococcus
pyogenes (GABHS)
Virus herpes simplex, EBV,sitomegalovirus, adenovirus,
stafilokokus, pneumokokus, atau H. influenzae

Faktor Risiko
• Faktor usia, terutama pada anak
• Penuruanan daya tahan tubuh
• Rangsangan menahun
• Hygiene rongga mulut yang kurang baik
• Riwayat alergi
EPIDEMIOLOGI

RSUD Raden
Indonesia Mattaher Jambi
1994-1996
NCHS RSUP Dr. Hasan
1997 Sadikin(1998)
RS Dr. Kariadi
•3,8% Semarang 2010 : 978 /1365
Tonsilektomi : 44
1978
6,75% 2011 : 789 /1144
• < 18 th : 24,9% /1000
Tonsilektomi : 58

•23,36% dan 47%


•usia 6-15 tahun
KLASIFIKASI
Tonsilitis Akut

Tonsilitas viral
• nyeri tenggorok.
• >>> EBV
• tampak luka-luka kecil pada palatum
• tonsil sangat nyeri

Tonsilitis bacterial
• >>> GABHS
• tonsillitis folikularis : detritus jelas
• tonsillitis lakunaris : bercak-bercak detritus → satu, → alur-alur
• pseudomembrane: detritus melebar → membrane
• nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam, rasa lesu, nyeri di sendi-sendi,
tidak nafsu makan dan rasa nyeri ditelinga
• tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus
KLASIFIKASI
Tonsilitis Membranosa

• Coryne bacterium
diphteriae
• >>> usia <10 th , • >>> streptokokus
ter↑ usia 2-5 th. hemolitikus
• spirochaeta atau
triponema
• Gejala umum • Leukimia Akut
• hygiene mulut ↓
• Gejala local dan def.vit C • Angina
Agranulositosis
• Gejala akibate
eksotoksin • Infeksi
Mononukleosis
TONSILITIS KRONIS

Faktor
Definsi predisposisi
Patofisiologi

Tonsilitis kronik → • Rangsangan • Kuman → hidung/mulut→ tonsil melalui kripta-


peradangan kronik menahun kriptanya → dihancurkan oleh makrofag.
tonsil • Hygiene mulut • peradangan berulang →epitel mukosa
buruk jaringan limfoid terkikis→ proses
• Pengaruh cuaca, penyembuhan → pengerutan → kripta
• Kelelahan fisik melebar.
• pengoabatan • tonsil tidak bisa membunuh kuman-kuman →
tonsillitis akut yang kuman bersarang di tonsil → f/ berubah
≠ adekuat menjadi sarang infeksi
MANIFESTASI KLINIS
SLIDE 38

Serangan berulang sakit


tenggorokan atau radang
amandel akut.
S R Rasa tidak enak di mulut dan
bau mulut (halitosis) karena
nanah dalam kripta.

Iritasi kronis pada Kesulitan menelan dan


tenggorokan dengan batuk tersedak di malam harI

I K
DIAGNOSIS
SLIDE 39

ANAMNESIS ANAMNESIS PF Penunjang

Keluhan Lokal
Dapat pula disertai keluhan • Pembesaran tonsil ● Bila perlu kultur resistensi
• Nyeri menelan
dari swab tenggorok
• Nyeri tenggorok • sistemik • Permukaan kripta ● Rinofaringolaringoskopi
• Rasa mengganjal di • Rasa lemah tonsil melebar (RFL)
tenggorok • Nafsu makan berkurang • Detritus pada ● Imaging
• Mulut berbau (halitosis) • Sakit kepala penekanan kripta ● Foto Polos : posisi nasofaring
• Demam • Nyeri pada sendi • Arkus anterior atau lateral
• Mendengkur ● Polisomnografi bila
posterior hiperemis
• Gangguan bernapas diperlukan
• Pembesaran kelenjar
• Hidung tersumbat ● Pemeriksaan histopatologi
submandibula
• Batuk pilek berulang
TATALAKSANA

Kultur tonsil
• Hygiene mulut dengan berkumur atau obat isap yang
mengandug desinfektan

Konservatif
•Istirahat cukup
•Makan makanana lunak dan
•Menghindari makan-makanan yang mengiritasi

Medikamentosa
•Antibiotic spectrum luas
•Simptomatis dengan analgetik-atipiretik, aintiinflamasi.
INDIKASI & KONTRAINDIKASI TONSILEKTOMI

Kontraindikasi relatif tonsilektomi:


1. Gangguan perdarahan
2. Risiko anestesi atau penyakit sistemik yang berat
3. Anemia
KOMPLIKASI & PROGNOSIS

Komplikasi
• Otitis Media Akut (OMA)
• Abses peritonsil (Quincy thorat)
• Abses parafaring
• Abses intratonsillar
• Tonsillolitih

Prognosis : Tonsilitis biasanya sembuh dalam


beberapa hari dengan beristirahat dan pengobatan
suportif.
HIPERTROFI ADENOID

Fisiologi
Membesar usia 3 tahun mengecil dan hilang sama sekali
usia 14 tahun.

Etiologi
• Serangan berulang rinitis, sinusitis,
atau tonsilitis kronis
• >>terjadi infeksi saluran napas bagian atas →
hipertrofi adenoid. → sumbatan koana dan
sumbatan tuba eustachius.
Gambaran Klinis
Hidung tersumbat
Discharge hidung
Sinusitis
Epistaksis
Perubahan suara

Gejala Hidung

Obstruksi tuba • Fasies adenoid


Otiti media akut berulang • Hipertensi paru
otitis media supuratif kronik • gangguan tidur, tidur
Otitis media serosa Gejala Aura Gejala Umum ngorok, retardasi mental
dan gg. pertumbuhan
• Aprosexia
DIAGNOSIS & TERAPI

Diagnosis
• Tanda dan gejala klinik
• Rhinoskopi anterior
• Pemeriksaan rinoskopi posterior
• Pemeriksaan hidung
• Nasofaringoskopi rigid atau fleksibel
• Radiologic foto lateral

Terapi
• latihan pernapasan
• tetes hidung dekongestan, dan
• anti histamin
INDIKASI ADENOIDEKTOMI

Sumbatan Infeksi
Sumbatan hidung yang menyebabkan
bernapas melalui mulut Adenoiditis berulang/kronik
Sleep apnea
Otitis media efusi berulang/kronik
Gangguan menelan
Otitis media akut berulang
Gangguan berbicara
Kelainan bentuk wajah muka dan gigi
(adenoid face) . kecurigaan neoplasma jinak/ganas
KGB leher lembut

Komplikasi tindakan adenoidektomi → perdarahan


Obstructive sleep apnea syndrome (OSAS)

Definisi Penyebab Epidemiologi Etiologi dan Faktor Risiko


•pada ± 0,7-10,3% dari anak-
Sleep apnea •kelainan sentral • hipertrofi
anak berusia 4 - 5 tahun.
syndrome → •obstruktif jalan •neonatus < 2500 gram apnea adenoid dan
sindrom dengan (+) nafas, atau ± 25% tonsil,
episode apnea •campuran •bayi < 1000 gram apnea 84% • disproporsi
atau hipopnea •Insidens tertinggi terjadi kraniofasial
pada saat tidur. antara umur 3 - 6 tahun →>>> • obesitas
hipertrofi tonsil dan adenoid.
Manifestasi Klinis

Anamnesis
kesulitan bernafas pada saat tidur
nafas berbunyi

Pemeriksaan Fisik
adenoidal facies, midfacial hypoplasia, retro/mikrognasi atau
kelainan kraniofasia
DIAGNOSIS
SLIDE 49

Polisomnografi Observasi Pemeriksaan


Uji tapis
selama tidur laboratorium
Pengobatan

Tonsilektomi dan/atau adenoidektomi

Pemeriksaan Fisik
Continuous positive airway pressure (CPAP)

Penurunan berat badan


Obat-obatan
Trakeostomi
Patogenesis OSAS pada anak belum banyak diketahui; terjadi jika didapatkan
gangguan antara faktor yang mempertahankan patensi saluran nafas dan
komponen jalan nafas bagian atas (misalnya ukuran anatomis) yang menyebabkan
kolapsnya jalan nafas. Faktor-faktor yang memelihara patensi saluran nafas adalah
a) respons pusat ventilasi terhadap hipoksia, hiperkapnia, dan sumbatan jalan
nafas; b) efek pusat rangsangan dalam meningkatkan tonus neuromuskular jalan
nafas bagian atas; c) efek dari keadaan tidur dan terbangun.
Terdapat dua teori patofisiologi sumbatan (kolaps) jalan nafas yaitu:
1. Teori balance of forces : ukuran lumen farings tergantung pada keseimbangan
antara tekanan negatif intrafaringeal yang timbul selama inspirasi dan aksi dilatasi
otot-otot jalan nafas atas. Tekanan transmural pada saluran nafas atas yang
mengalami kolaps disebut closing pressure. Dalam keadaan bangun, aktivasi otot
jalan nafas atas akan mempertahankan tekanan tranmural di atas closing pressure
sehingga jalan nafas atas tetap paten. Pada saat tidur tonus neuromuskular
berkurang, akibat lumen farings mengecil sehingga menyebabkan aliran udara
terbatas atau terjadi obstruksi.
2. Teori starling resistor : jalan nafas atas berperan sebagai starling resistor yaitu
perubahan tekanan yang memungkinkan farings untuk mengalami kolaps yang
menentukan aliran udara melalui saluran nafas atas.
ANALISA KASUS
An. A, usia 4 tahun, datang ke poliklinik THT Hal tersebut diatas sesuai dengan keluhan
RSUD Raden Mattaher pada tanggal 20 Maret adenotonsilitis kronik + Obstructive sleep apne
2019 dengan keluhan sering nyeri menelan syndrome . Menurut teori, adenotonsilitis
sejak ± 1 tahun SMRS. Nyeri dirasakan hilang kronik dan Obstructive sleep apne syndrome
timbul. Dalam satu bulan os merasakan nyeri dicirikan oleh nyeri menelan, nyeri tenggorok,
menelan 3 kali . Nyeri timbul biasanya setelah os rasa mengganjal ditenggorok, mulut berbau
makan es krim, minum air es, makan gorengan. (halitosis), demam, mendengkur, gangguan
Os juga mengeluh sering demam. Demam bernapas, hidung tersumbat, batuk pilek
sering disertai dengan batuk pilek, perasaan berulang. Dikatakan adenotonsilitis kronis
mengganjal di tenggorokan dan tenggorokan karena berulang/rekuren. Menurut orang tua
sakit. Hidung tersumbat (+), Menurut orang tua os, ketika tidur os sering mengorok dan sering
os, ketika tidur os sering mengorok dan sering terbangun Sehingga bisa didiagnosis
terbangun dan juga mulut os berbau sejak ± 1 Obstructive sleep apne syndrome.
bulan terakhir.
Faktor predisposisi beberapa jenis makanan
(makanan panas, pedas, berminyak, serta
Anamnesis minuman dingin)
ANALISA KASUS
• keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran compos mentis, pada pemeriksaan
otoskop telinga kanan dan kiri dalam batas
normal. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior
didapatkan tertahannya gerakan velum
palatum mole. Pada pemeriksaan
transluminasi didapatkan hasil suram pada
sinus maxilla dextra dan sinistra. Pada
pemeriksaan faring didapatkan mukosa faring
normal, uvula berada ditengah, tonsil T4-T4,
permukaan tidak rata, kripta melebar, mobil
Pada pemeriksaan leher tidak didapatkan
benjolan. Dari pemeriksaan nervus dalam
batas normal.

Pemeriksaan fisik
ANALISA KASUS

Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan obat kumur yang mengandung antiseptic
dan amoxicillin 3x1 ½ sendok teh.
Apabila tidak membarik → Adenotonsilectomy.
KESIMPULAN
Tonsilitis Kronis → >>> penyakit tenggorok terutama pada anak.
peradangan kronik lanjutan peradangan akut yang berulang
pembesaran tonsil → gg. menelan dan gg. pernapasan.

Hipertrofi adenoid dan tonsil → >>> OSAS pada anak.


Tatalaksana
antibiotik
tindakan operasi.
• obstruksi saluran nafas,
disfagia berat
• angguan tidur dll
Thank you! 

Anda mungkin juga menyukai