Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2021

PORTOFOLIO

SALPINGITIS

ROZA LINDA DUARSA


11120192163
Pembimbing: dr. Hj. Syahruni Syahrir, Sp.OG(K)
IDENTITAS PASIEN

Nama : An. X
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 11 tahun
Tgl Lahir :-
Alamat :-
Suku Bangsa/Ras : Kaukasia
Agama :-
Pekerjaan :-
Tanggal Masuk RS: -
ANAMNESIS

Keluhan Utama: Nyeri perut hebat

Anamnesis Terpimpin:
Seorang pasien perempuan ras Kaukasia berusia 11 tahun yang
sebelumnya sehat datang ke UGD RS Umum dengan mengeluhkan
nyeri perut hebat sebelah kanan bawah & demam. Pasien juga
mengeluh mual & muntah, tetapi keputihan disangkal. Pasien tidak
memiliki riwayat aktivitas seksual sebelumnya
ANAMNESIS

Riwayat Menarche: Riwayat Penyakit Dahulu:


Tidak dicantumkan dalam jurnal HT (-), DM (-)

Riwayat Obstetrik: Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak dicantumkan dalam jurnal Tidak dicantumkan dalam jurnal

Riwayat Pernikahan: Riwayat Kebiasaan:


Tidak dicantumkan dalam jurnal Tidak dicantumkan dalam jurnal

Riwayat Kontrasepsi: Riwayat Pengobatan:


Tidak dicantumkan dalam jurnal Tidak dicantumkan dalam jurnal
PEMERIKSAAN FISIS

Keadaan Umum: Sakit sedang


Kesadaran: Compos Mentis

Tanda vital:
Status Gizi:
TD : 123/66 mmHg
BB : Tidak dilampirkan dalam jurnal
Nadi : 116x/menit, isi & tegangan cukup
TB : Tidak dilampirkan dalam jurnal
Napas : 24x/menit, reguler
IMT: Tidak dilampirkan dalam jurnal
Suhu : 39,6⁰C
PEMERIKSAAN FISIS

KEPALA & LEHER:


Dalam batas normal THT & MULUT:
Dalam batas normal

MATA:
Dalam batas normal

JANTUNG:
Dalam batas normal
THORAKS:
Dalam batas normal
ABDOMEN:
Nyeri abdomen saat dipalpasi
EKSTREMITAS: dengan kontraksi otot aktif &
Dalam batas normal nyeri tekan lepas (+).
Auskultasi: sedikit pergerakan
usus
PEMERIKSAAN FISIS

GENITALIA

Genitalia Eksterna: Genitalia Interna:

 Inspeksi: Mons pubis, Tidak dilakukan pemerik-


labia mayor & minor, saan
introitus, perineum:
keputihan (-)

 Palpasi: Nyeri tekan (-)


PEMERIKSAAN PENUNJANG

• CRP: 307 mg/L


• Leukosit: 19,5 × 109/L
• Analisis urin: 51-140 leukosit/mikroliter, 11-20 eritrosit/mikroliter, nitrit (-)
• Pemeriksaan radiologi: Tidak dilakukan
• Laparoskopi: Appendisitis/perforasi usus (-), tuba fallopi kanan ditutupi
dengan fibrin
• Kultur sampel dari fibrin. Besoknya, hasil kultur fibrin pada tuba fallopi &
darah  kuman Streptococcus pneumoniae
DIAGNOSIS

Salpingitis ec bakteri Streptococcus pneumoniae

PENATALAKSANAAN

• Laparoskopi emergensi  dugaan perforasi appendisitis

• Antibiotik (pasca operasi): Amoksisilin-klavulanat IV dosis awal 100/10


mg/kg/hari

• Antibiotik (setelah hasil kultur keluar): diganti dengan Benzylpenicillin IV


dengan dosis 200.000 IU/kg/hari

• Pasien dirawat selama 10 hari


RESUME

Anamnesis: Pasien 11 tahun keluhan nyeri perut hebat sebelah kanan bawah &
demam
Fisis: TD: 123/66 mmHg, Nadi: 116x/menit, Napas: 24x/menit, Suhu: 39,6⁰C,
Abdomen: Nyeri saat dipalpasi & nyeri tekan lepas (+), auskultasi sedikit
pergerakan usus
Penunjang: CRP: 307 mg/L, Leukosit: 19,5 × 109/L, Analisis urin: 51-140
leukosit/mikroliter, 11-20 eritrosit/mikroliter, Laparoskopi: Tuba fallopi kanan
ditutupi dengan fibrin, Kultur sampel dari fibrin & darah  Streptococcus
pneumoniae
Diagnosis: Salpingitis ec Streptococcus pneumoniae
Penatalaksanaan: Laparoskopi emergensi, Antibiotik (pasca operasi): Amoksisilin-
klavulanat IV dosis awal 100/10 mg/kg/hari & setelah hasil kultur keluar:
Benzylpenicillin IV dosis 200.000 IU/kg/hari. Pasien dirawat selama 10 hari
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Salpingitis adalah terjadinya inflamasi pada tuba fallopi.


Salpingitis merupakan bagian dari PID & salah satu penyebab
umum terjadinya infertilitas pada wanita. PID biasanya
disebabkan oleh infeksi yang naik dari endoserviks 
endometritis, salpingitis, parametritis, ooforitis, abses
tuboovarium dan/atau peritonitis pelvis
EPIDEMIOLOGI

 >1 juta kasus salpingitis akut tiap tahun di


AS
 Wanita usia 16-25 tahun  paling umum,
11% wanita usia reproduksi & 12% sebelum
usia 20 tahun
 Risiko tertinggi usia 15-24 tahun  banyak
pasangan, kurang kesadaran akan gejala,
kurang keinginan untuk menggunakan
kontrasepsi pelindung
ETIOLOGI

 Penularan utama  hubungan seksual, setelah prosedur


kebidanan/kandungan
 Mycoplasma, staphylococcus, steptococcus
 PMS: Gonore, Chlamydia, post abortum
 10% infeksi tuberculosis
FAKTOR RISIKO

• Wanita yang tidak menikah


• Hubungan seks di usia muda & punya >1 pasangan
• Infeksi dapat mencapai tuba bila aliran menstruasi berbalik/
terbukanya serviks saat menstruasi
• Insiden lebih tinggi pada kelas sosial ekonomi rendah 
seks lebih awal, banyak pasangan, perawatan kesehatan
lebih buruk
MANIFESTASI KLINIS

 Salpingitis akut: Tuba fallopi hiperemis & edema, keluar cairan


berlebih sehingga bagian dalam dinding tuba sering menempel secara
menyeluruh. Tuba bisa menempel pada bagian intestinal yang
terdekat. Kadang penuh dengan pus. Jarang  ruptur tuba fallopi 
infeksi yang sangat berbahaya pada kavum abdominal (Peritonitis)
 Salpingitis Kronis: Biasanya mengikuti gejala akut. Infeksi terjadi
ringan, dalam waktu panjang & tidak menunjukan banyak tanda &
gejala
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

 Ringan  asimtomatik • Nyeri abdomen yang


 Perdarahan abnormal cenderung menetap
 Dismenorea • Nyeri punggung bawah
 Dispareunia • Sering BAK
 Demam • Mual & muntah
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK

 Pemeriksaan Abdomen: Nyeri abdomen bagian bawah (unilateral, bilateral,


suprapubik), Nyeri lepas, bising usus & distensi  tanda inflamasi
peritoneum. Nyeri tekan hepar  30% pasien
 Pemeriksaan Pelvis: Spekulum  sekret purulen keluar dari ostium uteri,
serviks sangat nyeri bila digerakkan, nyeri uterus (terutama bila
digerakkan/ditekan), nyeri tekan adneksa
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan laboratorium: Hitung leukosit dapat hingga >20.000.


CRP & ESR juga dapat
• USG transvaginal/MRI: tuba menebal, penuh berisi cairan dengan/tanpa
cairan bebas di pelvis/kompleks tubo-ovarium
• Laparaskopi: Hiperemis pada tuba, edema tuba & nanah/eksudat dari
tuba fimbriae
PENATALAKSANAAN

 Pasien dianjurkan untuk tirah baring pada posisi Fowler


 Antibiotik spektrum luas dosisi tinggi:
 Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr tiap 6 jam
 + gentamisin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari & Metronidazol 500 mg iv
tiap 8 jam
 Lanjutkan antibiotik sampai pasien tidak demam selama 24 jam
 Lain: Ampisilin 3,5 gr/PO, disusul 500 mg 4x1 selama 7-10 hari. Probenesid 1
gr sehari/PO (baik pada alternatif pertama maupun kedua)
 Lain: Doksisiklin 100 mg 2x1 selama 10 hari
 Jika pasien menggunakan AKDR  AKDR harus dicabut
 Jika tatalaksana tidak menolong  pasien sebaiknya dirujuk
PROGNOSIS

Prognosis salpingitis bergantung pada usia & faktor


risiko pasien, namun kebanyakan pasien dapat
sembuh dengan baik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai